Anda di halaman 1dari 8

PERANAN KEARIFAN LOKAL DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

Ulfah Fajarini
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Email: fajarini_ulfah@yahoo.com

Abstract
This article aims to examine on a wealth of local wisdom in Indonesia that plays a role in shaping the
character education. Local wisdom will only be lasting if local knowledge implemented in concrete everyday life so
that they can respond and answer the current times have changed. Local wisdom should also be implemented in state
policy, for example by applying economic policy based on mutual cooperation and kinship as one manifestation of
our local wisdom. To achieve that, state ideology (Pancasila) should be implemented in a variety of state policy.
Thus, local knowledge will effectively function as a weapon-not just heritage-that equip people to respond and
answer the current era. Preserving various elements of local wisdom, traditions and local institutions, including

enrichment with new wisdoms.


Keywords: kearifan lokal, pendidikan karakter

Abstrak
Artikel ini bertujuan menelaah tentang kekayaan kearifan lokal di Indonesia yang berperan
dalam membentuk pendidikan karakter. Kearifan lokal hanya akan abadi kalau kearifan lokal
terimplementasikan dalam kehidupan konkret sehari-hari sehingga mampu merespons dan
menjawab arus zaman yang telah berubah. Kearifan lokal juga harus terimplementasikan dalam
kebijakan negara, misalnya dengan menerapkan kebijakan ekonomi yang berasaskan gotong-
royong dan kekeluargaan sebagai salah satu wujud kearifan lokal kita. Untuk mencapai itu, perlu
implementasi ideologi negara (Pancasila) dalam berbagai kebijakan negara. Dengan demikian,
kearifan lokal akan efektif berfungsi sebagai senjata—tidak sekadar pusaka—yang membekali
masyarakatnya dalam merespons dan menjawab arus zaman. Menggali dan melestarikan
berbagai unsur kearifan lokal, tradisi dan pranata lokal, termasuk norma dan adat istiadat yang
bermanfaat, dapat berfungsi secara efektif dalam pendidikan karakter, sambil melakukan kajian
dan pengayaan dengan kearifan-kearifan baru.
Kata kunci: kearifan lokal, pendidikan karakter

A. Pendahuluan kaya dengan pluralitas, toleransi dan gotong


Berbagai fenomena sosial yang muncul royong, telah berubah wujud menjadi hegemoni
akhir-akhir ini pun cukup mengkhawatirkan. kelompok-kelompok baru yang saling
Fenomena kekerasan dalam menyelesaikan mengalahkan. Apakah kearifan lokal yang kita
masalah menjadi hal yang umum. Pemaksaan miliki seolah punah, dan hilang fungsinya dalam
kebijakan terjadi hampir pada setiap level membentuk karakter di masyarakat? Tulisan ini
institusi. Manipulasi informasi menjadi hal akan mendiskusikan masalah tersebut.
yang lumrah. Penekanan dan pemaksaan
kehendak satu kelompok terhadap kelompok B. Kearifan Lokal
lain dianggap biasa. Hukum begitu jeli pada Kearifan lokal adalah pandangan hidup
kesalahan tetapi buta pada keadilan. Tampaknya dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
karakter masyarakat Indonesia yang santun kehidupan yang berwujud aktivitas yang
dalam berperilaku, musyawarah mufakat dalam dilakukan oleh masyarakat lokal dalam
menyelesaikan masalah, local wisdom yang menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan
124 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 2 Des 2014

kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering 1. Aceh: Udep tsare mate syahid (hidup bahagia,
juga dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat meninggal diterima Allah Swt), Hukom
“local wisdom” atau pengetahuan setempat “local ngon adat lagge zat ngon sifeut (antara hukum
knowledge” atau kecerdasan setempat “local dengan adat seperti zat dengan sifatnya).
genious”. 2. Melayu (Deli, Kalimantan Barat, Sibolga,
Menurut Rahyono, kearifan lokal Sumatra Barat): Lain lubuk lain ikannya, di
merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki mana bumi diinjak di situ langit dijunjung.
oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh 3. Batak: Hasangapon, hagabeon, hamoraon,
melalui pengalaman masyarakat1. Artinya, sarimatua (kewibawaan, kekayaan,
kearifan lokal adalah hasil dari masyarakat keturunan yang menyebar, kesempurnaan
tertentu melalui pengalaman mereka dan belum hidup). Nilakka tu jolo sarihon tu pudi
tentu dialami oleh masyarakat yang lain. Nilai- (melangkah ke depan pertimbangkan ke
nilai tersebut akan melekat sangat kuat pada belakang).
masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui 4. Sumatra Barat: Bulek ai dek pambuluah,
perjalanan waktu yang panjang, sepanjang bulek kato jo mupakkek (bulat air karena
keberadaan masyarakat tersebut. pembuluh, bulat kata dengan mufakat);
Ilmuwan antropologi, seperti Adat ba sandi syara’, syara’ ba sandi
Koentjaraningrat, Spradley, Taylor, dan kitabullah (adat berlandaskan hukum,
Suparlan, telah mengkategorisasikan hukum bersendikan kitab suci).
kebudayaan manusia yang menjadi wadah 5. Wamena: Weak Hano Lapukogo (susah
kearifan lokal itu kepada idea, aktivitas sosial, senang sama-sama); Ninetaiken O’Pakeat
artifak2. Kebudayaan merupakan keseluruhan (satu hati satu rasa).
pengetahuan yang dimiliki oleh sekelompok 6. Bugis: Sipakatau (saling mengingatkan);
manusia dan dijadikan sebagai pedoman hidup Sipakalebbi (saling menghormati); Mali
untuk menginterpretasikan lingkungannya Siparappe, Rebba Sipatokkong (saling
dalam bentuk tindakan-tindakannya sehari-hari. mengingatkan, saling menghargai, saling
Negara Indonesia sangat majemuk dan memajukan).
mempunyai petatah-petitih Melayu, bahasa 7. Manado: Baku Beking Pandei (saling
kromo inggil Jawa, petuah yang diperoleh memandaikan satu sama lainnya).
dari berbagai suku di Indonesia. Hal tersebut 8. Minahasa: Torang Samua Basudara (kita
merupakan contoh keragaman ungkapan suku- semua bersaudara); Mapalus (gotong
suku bangsa yang menjadi bagian dari kearifan royong); Tulude-Maengket (kerja bakti
lokal, yang menjadi kendali dalam menjalankan untuk rukun), Baku-baku bae, baku-
kehidupan. Apa yang diutarakan dalam tulisan baku sayang, baku-baku tongka, baku-
ini masih sangat minim, jika dibandingkan baku kase inga (saling berbaik-baik,
dengan seluruh suku-suku bangsa kita yang ada sayang menyayangi, tuntun-menuntun,
di nusantara (429 suku bangsa besar). Namun dan ingat mengingatkan); Sitou Timou,
tulisan ini bermaksud mengetuk hati kita Tumou Tou (saling menopang dan hidup
semua, bahwa kearifan budaya lokal berperan menghidupkan: manusia hidup dan untuk
dalam pendidikan karakter bangsa. Berikut ini manusia lain).
merupakan beberapa contoh kearifan lokal 9. Bolaang Mangondow: Momosat (gotong
yang berkembang dalam kehidupan bangsa royong); Moto tabian, moto tampiaan,
Indonesia.3 moto tanoban (saling mengasihi, saling
memperbaiki dan saling merindukan).
1 F.X, Rahyono. Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama
10. Kaili: Kitorang bersaudara (persaudaraan);
Widyasastra. 2009. Toraranga (saling mengingatkan), Rasa
2 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru,
2009. h. 112. Risi Roso Nosimpotobe (sehati, sealur pikir,
3 M. Yunus Melalatoa, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jilid A-Z.
Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Lihat juga Rusmin
setopangan, sesongsongan).
Tumanggor, “Pemberdayaan Kearifan Lokal Memacu Kesetaraan Komunitas 11. Poso: (Suku Pamona, Lore, Mori,
Adat Terpencil” dalam Jurnal. Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan
Sosial. Vol.12. No.01, Januari-April 2007. h. 9-12. Bungku dan Tojo/Una-Una, Ampana
Ulfah Fajarini: Peranan Kearifan Lokal dalam Pendidikan Karakter 125

dan pendatang: Bugis, Makassar, Toraja, kebersamaan dan gotong royong); Betang
Gorontalo, Minahasa, Transmigrasi: Jawa, (semangat rumah panjang).
Bali, Nusa Tenggara): Sintuwu Maroso 19. Dayak Bekati: Janji baba’s ando (janji harus
(persatuan yang kuat: walau banyak ditepati); Janji pua’ take japu (jangan janji
tantangan, masalah, tidak ada siapapun sekedar kata-kata).
yang dapat memisahkan persatuan warga 20. Dayak Bahau: Murip ngenai (makmur
Poso tanpa memandang suku, agama, ras sejahtera); Te’ang liray (unggul di antara
dan antargolongan). sesama: kompetisi sehat).
12. Sulawesi Tenggara: Kolosara (supremasi 21. Provinsi Nusa Tenggara Barat: Saling
Jot (saling memberi), Saling pelarangin
Samaturu (Bahasa Tolala): Bersatu, gotong (saling melayat), Saling ayon (saling
royong, saling menghormati; Depo adha mengunjungi; silahturahmi), Saling ajinin
adhati (Muna): saling menghargai. (saling menghormati), Patut (baik, terpuji,
13. Bali: Manyama braya (semua bersaudara), hal yang tidak berlebih-lebihan), Patuh
Tat Twam Asi (senasib sepenanggungan), (rukun, taat, damai, toleransi, saling harga
Tri Hita Karana (tiga penyebab menghargai), Patju (rajin giat, tak mengenal
kebahagiaan), yakni Pariangan (harmoni putus asa), Tatas, Tuhu, Trasna (berilmu,
dengan Tuhan), Pawongan (harmoni berakhlak/etika, bermasyarakat).
dengan sesama manusia), dan Palemahan 22. Sasak (Lombok): Bareng anyong jari sekujung
(harmoni dengan lingkungan alam). (bersama-sama lebur dalam satu), Embe
14. Jambi: Lindung melindung bak daun sirih, aning jarum ito aning benang (ke mana arah
Tudung menudung bak daun labu, Rajut merajut jarum ke situ arah benang), Endang kelebet
bak daun petai (saling tolong menolong/ laloq leq impi (jangan terlalu terpesona oleh
saling menghargai). mimpi), Endaq ngegaweh marak sifat cupak
15. Jawa Timur: Siro yo ingsun, ingsun yo siro (jangan memakai atau bersifat seperti
(kesederajatan atau egalitarianism), Antar- cupak), Endaq ta beleqan ponjol dait kelekuk
antaran ugo (persaudaraan). (jangan lebih besar tempat nasi dari pada
16. Pandeglang: Saman yang berfungsi tempat beras), Endaq ta ketungkulan dengan
sebagai kesenian, tarekat; jalan zikir dan sisok nyuling (jangan terlena dengan siput
ketenangan hati, serta simbol-simbol yang menyanyi), Idepta nganyam memeri, beleqna
mempunyai kekuatan magis.4 Melalui embuq teloq (seperti usaha memelihara anak
kegiatan Saman masyarakat Pandeglang itik, sesudah besar memungut telurnya),
dapat menciptakan keharmonisan, Keduk lindung, bani raok (berani cari belut
kerukunan yang bersifat gotong royong harus berani kena lumpur), Laton kayuq
dalam membangun kebersamaan sosial pasti tebaban isiq angin (setiap pohon pasti
dan keagamaan di antara warganya, dilanda oleh angin).
terutama bagi warga kelompok Saman, 23. Mbojo (Bima): Bina kamaru mada ro
yang mengarah pada kehidupan bersama. kamidi ade, linggapu sedumpu nepipu ru boda
17. Kalimantan Selatan: Kayuh baimbai (janganlah menidurkan mata dan berdiam
(bekerjasama), Gawi sabumi (gotong diri, perbantallah kayu dan perkasurlah
royong), Basusun Sirih (keutuhan), Menyisir duri kaktus), Arujiki jimba wati loa reka
sisi tapih (introspeksi). ba mbe-e (rejeki domba tidak bisa didapat
18. Dayak Kanayatri: Adil ka’talimo, bacuramin oleh kambing), Ngaha rawi pahu (berkata,
ka’saruga, ba sengat ka’jubata (adil sesama, berkarya hendaklah menghasilkan
berkaca surgawi, bergantung pada Yang kenyataan).
Esa); Rumah Betang (bersama dan saling 24. DIY/Yogyakarta: Alon-alon asal kelakon
tenggang); Handep-habaring hurung (nilai (biar pelan asal selamat: kehati-hatian),
4 Neneng Habibah. “Fungsi Saman Pada Masyarakat Pandeglang
Sambatan (saling membantu).
(Studi Kasus di Desa Giri Jaya Kecamatan Saketi dan Desa Batu Ranjang 25. Solo Jawa Tengah: Ngono yo ngono neng
Kecamatan Cipeucang Kabupaten Pandeglang),” dalam Jurnal PENAMAS, Vol.
XXI, No.1, Th 2008. h. 88. ojo ngono (gitu ya gitu tapi jangan gitu),
126 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 2 Des 2014

Mangan ora mangan yen ngumpul (makan kecerdasan orang-orang setempat untuk
tidak makan ngumpul). memanipulasi pengaruh kebudayaan luar
26. Lampung: Sakai samboyan (sikap dan budaya yang telah ada menjadi wujud
kebersamaan dan tolong menolong), baru yang lebih indah, lebih baik serta
Alemui nyimah (menghormati tamu), serasi sesuai selera setempat dan sekaligus
Bejuluk Beadok (memberi gelar/julukan
yang baik kepada orang). daerah itu sendiri.
27. Bengkulu dan Rejang Lebong: Adat 28. Sampang (Madura): Abantal ombak asapo’
bersendai sorak, sorak bersendai kitabulloh angina (berbantal ambal, berselimut
(mirip Sumatra Barat), Tip-tip ade mendeak angin), Lakona-lakone, kennengga kennengge
tenaok ngen tenawea lem Adat ngen Riyan Cao (kerjakan dengan baik apa yang menjadi
(setiap ada tamu ditegur sapa dengan adat pekerjaanmu dan tempati dengan baik
dan tata cara), Di mana tembilang dicacak di pula apa yang telah ditetapkan sebagai
situ tanah digali (Bengkulu), Naek ipe bumai tempatmu), Todus (malu), Ango’an poteo
nelat, diba lenget jenunjung (Rejang lebong, tolang, e tebang potea mata (lebih baik putih
mirip Melayu), Titik mbeak maghep anok, tulang dari pada putih mata).
tuwai ati tau si bapak (kecil jangan dianggap 29. Ambon (Maluku): Pela Gandong (saudara
anak, tua belum tentu dia bapak), Kamo yang dikasihi, Penguatan persaudaraan
bamo (kekeluargaan dan mengutamakan lewat kegotong-royongan dalam
kepentingan orang banyak), Amen ade dik kehidupan), Gendong beta-gendongmu jua
rujuak, mbeak udi temnai benea ngen saleak, (deritaku deritamu juga).
kembin gacang sergayau, panes semlang sisengok, Di bawah ini dideskripsikan kearifan lokal
sileak semlang si betapun (jika ada musibah, di Maluku Utara, yang diutarakan lebih detail dari
jangan mencari kambing hitam, dinginkan contoh suku-suku lainnya yang telah disebutkan
hati yang panas, luka agar bertangkup dan di atas.6 Sebagaimana diketahui bahwa di daerah
tidak berdarah). Maluku Utara sebagai daerah bekas kesultanan
Tradisi Tabot, merupakan salah satu
upacara tradisional di Kota Bengkulu beberapa ajaran dasar yang melandasi tingkah
“upacara Tabot”, yaitu suatu perayaan laku dalam kehidupan bermasyarakat.
tradisional yang dilaksanakan dari tanggal Soa (kampung) merupakan sebuah tatanan
1 sampai dengan tanggal 10 Muharam sosial yang demokratis, karena sangat egaliter
setiap tahun untuk memperingati dan akomodatif terhadap berbagai aliran dan
gugurnya Hasan dan Husein cucu Nabi keyakinan keagamaan. Secara keseluruhan
Muhammad Saw oleh keluarga Yazid dari tatanan ini bertumpu pada falsahah “Jou Se
kaum Syiah, dalam perang di Karbala Ngofa Ngare”, yang merupakan common platform
pada 61 Hijriah5. Pada perayaan Tabot yang akomodatif terhadap kemajemukan.
seperti perayaan Sekaten di Yogyakarta, Legu Gam, adalah pesta rakyat memperingati
dilaksanakan berbagai pameran serta hari ulang tahun Sultan. Dalam acara ini
lomba ikan-ikan, telong-telong serta ditampilkan pesta seni budaya tari-tarian
kesenian lainnya yang diikuti oleh tradisional, pembacaan puisi, pameran kerajinan
kelompok-kelompok kesenian yang ada di lokal, hingga kegiatan seminar nasional yang
Propinsi Bengkulu sehingga menjadi ajang menghadirkan pembicara dari kalangan
hiburan rakyat dan menjadi salah satu akademisi, politisi dan budayawan tingkat
kalender wisata tahunan. Tabot sebagai nasional. Semua unsur masyarakat dilibatkan
local genius berperan sebagai perimbangan tanpa melihat latar belakang suku dan agama.
(counterbalance) terhadap pengaruh
desakan dari luar yang begitu gencar.
Local genius di sini dapat diartikan sebagai
6 Yusuf Asry. Menelusuri Kearifan Lokal Di Bumi Nusantara. (Melalui
5 Harapandi Dahri, “Tabot dan Konstribusinya Dalam Pengembangan Dialog Pengembangan Wawasan Multikultural Antara Pemuka Agama Pusat dan daerah
Kerukunan Umat Beragama” dalam Penamas, Agama dan Multikultur. Vol. XXI No. di Provinsi Maluku Utara, Papua, Maluku). Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
1 – Th. 2008, h.51. Kementrian Agama 2010. h. 38-43.
Ulfah Fajarini: Peranan Kearifan Lokal dalam Pendidikan Karakter 127

Adat se Atorang (adat dan aturan) dapat Rasai, dan (7) Duka se Cinta. Cing se Cingare yaitu
dikatakan sebagai prinsip kebersamaan, manusia sebagai makhluk sosial mempunyai
persatuan dan persaudaraan dalam bingkai: ketergantungan satu dengan yang lain. Jika
“Morimoi Ngone Futuru” (bersatu kita teguh); ingin dihormati atau disayangi orang lain,
cinta, keadilan, kebenaran, kebebasan dan maka hormati dan sayangi orang lain. Budaya
persaudaraan teraplikasikan dalam berbagai ini mencerminkan semangat gotong royong,
kehidupan. Misalnya, di bidang keagamaan, penuh persaudaraan dan kebersamaan atas dasar
acara perkawinan dan kematian. Di bidang tolong menolong. Sifat ini tertuang dalam puisi
ekonomi seperti aktivitas bakti sosial, gotong rakyat (dalil Moro) yang berbunyi: No fo Makati
royong dan membangun rumah. Adat ini nyinga (mari kita bertimbang kasih), Doka gosora
dikenal dalam masyarakat Moloku Kie Raha. se bua lawa (seperti pala dengan fulinya), Om doro
Adat ini masih berfungsi dalam berperilaku dan foma momote (jatuh bangun kita bersama),
tindak tanduk dalam kehidupan bermasyarakat. Foma Gogoru foma dodora (berkasih mesralah di
Falsafah “Jou Se Ngofa Ngare” yang antara kita).
disimbolkan dalam “Goheba depolo romdidi” Baso se Hormat, yaitu penghormatan
(dua kepala burung garuda), dan satu hati atau sapaan. Dalam pergaulan hidup sehari-
mengandung arti bahwa masyarakat Ternate hari banyak digunakan bahasa sapaan untuk
sangat menghargai keanekaragaman kultural. menciptakan keakraban sesama. Sifat ini
Simbol ini juga melambangkan bahwa penguasa tertuang dalam syair pantun (Dolo Bololo):
dan rakyat memiliki kesamaan derajat dan Dara tolefo mampila (burung merpati ku
kesamaan tujuan demi tercapainya kesejahteraan beri tanda), Soro gudu to nonako (terbang jauh
bersama. aku kenali), Gudu Moju si to suba (masih
Kie Se Gam magogugu ma titi rara (enam sila jauh sudah keberi hormat), Ri jou si to nonako
dasar): (1). Adat se Atorang, merupakan hukum (Tuanku maka kukenali).
dasar yang dipatuhi dan disusun menurut Baso se rasai, memiliki makna toleransi
kebiasaan yang dapat diterima masyarakat. spiritual, misalnya, salah satu warga membangun
(2). Istiadat se kasabang; Lembaga adat dan rumah tinggal, masyarakat sekitarnya
kekuasaannya menurut ketentuan. (3). Galib se tanpa dipanggil dan diminta akan datang
Lakudi; kebiasaan lama yang menjadi pegangan membantunya, baik tenaga maupun materiil,
suku bangsa diatur menurut sendi ketentuan. sifat ini tertuang dalam puisi rakyat: Ngone doka
(4). Ngale se Dulu; bentuk budaya masing-masing dai lako (kita bagaikan kembang), Ahu mafara
suku bangsa dapat digunakan secara bersama fara (tumbuh hidup berpencar), Si rubu-
sesuai dengan keinginan. (5). Sere se Diniru; rubu yomamoi-moi (terhimpun dalam satu
tata kehidupan seni budaya dan kebiasaan genggaman), Doka saya rako moi (bagaikan
yang timbul dalam pergaulan masyarakat yang serangkai kembang).
diterima secara bersama. (6). Cing se Cingare; Duka se Cinta, mengandung arti mengenang
pasangan wanita pria merupakan kesatuan yang atau turut merasakan penderitaan yang dialami
utuh dengan hak dan kewajiban masing-masing seseorang. Jika ada suatu keluarga yang ditimpa
dijaga kelestariannya. musibah berupa kecelakaan, bencana alam,
Keenam sila dasar ini menjadi ikatan kerusuhan atau kematian, maka semua anggota
yang menyatukan sistem kekerabatan dalam masyarakat sekitarnya mereka merasakan
pergaulan masyarakat adat Moloku Kie Raha, seakan-akan peristiwa tersebut terjadi pada diri
khususnya Ternate. Kalau terjadi sengketa atau atau keluarganya. Sifat ini diungkapkan dalam
perselisihan dalam masyarakat maka sandaran syair pantun: Fira mo si saya gam (gadis adalah
penyelesaiannya dikembalikan kepada hukum kembang negeri), Adat yo mahisa hira (adatnya,
dasar tersebut. abang pelindungnya), Fira mina mi gogola
Sistem norma dan aturan yang berlaku (sakitnya si gadis itu), Marurano hira i nying (kasih
dalam masyarakat didasarkan pada: (1) Adat se si abang saja obatnya).
Atorang, (2) Cara se-Ngale, (3) Galep se Lukudi, Di daerah Jailolo, Halmahera barat terdapat
(4) Cing Se Cingare, (5) Baso se Hormat, (6) Baso se Adili, Palihara dan Diayi. Adili artinya
128 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 2 Des 2014

perlakuan yang adil terhadap semua pihak. citanya. Dalam kisah sukses tokoh-tokoh, mereka
Palihara artinya memelihara satu dengan yang pasti memiliki karakter yang istimewa dalam
lainnya, membagi apa yang dimiliki tanpa mengatasi permasalahan yang ada pada dirinya.
membedakan suku dan agama. Diayi artinya Karakter-karakter tersebut seperti kejujuran,
menjaga hubungan yang rukun, tanpa melihat rasa hormat, kesetiaan, martabat, idealisme,
latar belakang agama. berbudi luhur, kepatuhan, tanggung jawab, kerja
sama, keberanian, kendali diri, kepercayaan diri,
C. Pendidikan Karakter kelenturan, penuh harapan, cinta kasih, belas
Azra memberikan pengertian bahwa kasih, toleransi, pengampunan, kemurahan
pendidikan merupakan suatu proses di mana hati, keadilan, merendahkan diri, penuh syukur,
suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya humor, kesantunan, cita-cita, keingin tahuan,
untuk menjalankan kehidupan dan untuk antusiasme, keunggulan, mencintai orang lain
memenuhi tujuan hidup secara efektif dan tanpa pamrih dan kepuasaan hidup.
7
. Ditegaskan bahwa pendidikan lebih Pengertian karakter merupakan standar-
dari sekedar pengajaran. Pendidikan adalah standar batin yang terimplementasi dalam
suatu proses di mana suatu bangsa atau negara berbagai bentuk kualitas diri9. Karakter
membina dan mengembangkan kesadaran diri diri dilandasi nilai-nilai serta cara berpikir
di antara individu-individu. Jadi, pendidikan berlandaskan nilai-nilai tersebut dan terwujud
pada dasarnya merupakan upaya Peningkatan dalam perilaku. Indonesia Heritage Foundation
kemampuan sumber daya manusia supaya merumuskan beberapa bentuk karakter yang
dapat menjadi manusia yang mandiri serta harus ada dalam setiap individu bangsa Indonesia,
dapat berkonstribusi terhadap masyarakat dan di antaranya adalah: cinta kepada Allah dan alam
bangsanya. semesta beserta isinya, tanggung jawab, disiplin,
Proses pendidikan yang profesional dapat mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang,
membentuk karakter peserta didik. Karakter peduli dan kerja sama, percaya diri, kreatif,
dapat dimiliki apabila kita memiliki integritas. kerja keras dan pantang menyerah, keadilan dan
Menurut McCain, integritas adalah kesetiaan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi,
pada nurani dan kejujuran pada diri sendiri cinta damai dan persatuan. Character Counts di
sehingga akan membentuk karakter8. Karena
itu, inti dari integritas adalah kejujuran pada karakter yang menjadi pilar adalah: dapat
diri sendiri maupun kepada orang lain. Masih dipercaya (trustzoorthiness), rasa hormat dan
menurut McCain bahwa prinsip tersebut perhatian (respect), tanggung jawab (responsibility),
merupakan harta milik yang terpenting. Bukan jujur (fairness), peduli (caring), kewarga negaraan
penampilan, kemampuan, bakat, kenyamanan (citizenship), ketulusan (honesty), berani (courage),
atau kenikmatan, pekerjaan, rumah, mobil, tekun (deligence), dan integritas. Sementara,
mainan, berapa banyak teman yang mereka karakter masyarakat Indonesia yang dimiliki
miliki, atau berapa banyak uang yang mereka adalah karakter santun dalam berperilaku,
hasilkan, namun kejujuran merupakan harta musyawarah mufakat dalam menyelesaikan
yang tidak ternilai dapat memberikan ketenangan masalah, toleransi dan gotong royong.
hidup. Oleh karena itu, McCain dalam bukunya Istilah karakter diambil dari bahasa Yunani
“Karakter-Karakter yang Menggugah Dunia” yang berarti ‘to mark’ (menandai), istilah ini lebih
mengisahkan individu yang memiliki karakter fokus pada tindakan atau tingkah laku10. Wynne
istimewa yang membawa hidup dan dunia menjelaskan adanya dua pengertian tentang
mereka lebih baik. Karakter tersebut membawa karakter. Pertama, menunjukkan bagaimana
keteguhan dalam menjalani kehidupan yang seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang
penuh tantangan, penuh semangat yang tinggi berperilaku tidak jujur, kejam dan rakus,
dan tidak mengenal lelah untuk mencapai cita- tentulah orang tersebut memanifestasikan
7 Azyumardi Azra. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan 9 Sabar Budi Raharjo, “Pendidikan Karakter Sebagai Upaya
Demokratisasi. Jakarta: Kompas, 2002, h.4. Menciptakan Akhlak Mulia”, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol.16, No.3,
8 McCain, John & Mark Salter. Karakter-Karakter yang Menggugah Dunia. Mei 2010, h.232.
Terj. T. Hermaya, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009. h.50-53. 10 Ibid.
Ulfah Fajarini: Peranan Kearifan Lokal dalam Pendidikan Karakter 129

perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang terimplementasikan dalam kebijakan negara,


berperilaku jujur, suka menolong, tentulah misalnya dengan menerapkan kebijakan
orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. ekonomi yang berasaskan gotong-royong
Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan dan kekeluargaan sebagai salah satu wujud
“personality”. Seseorang baru bisa disebut ‘orang kearifan lokal kita. Untuk mencapai itu, perlu
yang berkarakter’ (a person of character) apabila implementasi ideologi negara (yakni Pancasila)
tingkah lakunya sesuai kaidah moral. dalam berbagai kebijakan negara. Dengan
demikian, kearifan lokal akan efektif berfungsi
D. Penutup sebagai senjata—tidak sekadar pusaka—yang
Kearifan lokal adalah warisan masa lalu membekali masyarakatnya dalam merespons
yang berasal dari leluhur, yang tidak hanya dan menjawab arus zaman.
terdapat dalam sastra tradisional (sastra lisan Revitalisasi kearifan lokal dalam merespons
berbagai persoalan akut yang dihadapi bangsa
penuturnya, tetapi terdapat dalam berbagai dan negara, seperti korupsi, kemiskinan, dan
kesenjangan sosial, hanya akan berjalan jika
pandangan hidup, kesehatan, dan arsitektur.11 didukung oleh kebijakan negara yang disertai
Dalam dialektika hidup-mati (sesuatu yang dengan keteladanan. Tanpa kedua hal tersebut,
hidup akan mati), tanpa pelestarian dan kearifan lokal hanya merupakan aksesori budaya
revitalisasi, kearifan lokal pun suatu saat akan yang tidak bermakna. Kearifan lokal di berbagai
mati. Bisa jadi, nasib kearifan lokal mirip pusaka daerah pada umumnya mengajarkan budaya
warisan leluhur, yang setelah sekian generasi malu (jika berbuat salah). Akan tetapi, dalam
akan lapuk dimakan rayap. Sekarang pun tanda realitas sekarang, budaya malu seolah telah
pelapukan kearifan lokal makin kuat terbaca. luntur. Peraturan yang ada pun kadang-kadang
Kearifan lokal acap kali terkalahkan oleh sikap memberi peluang kepada seorang terpidana
masyarakat yang makin pragmatis, yang akhirnya atau bekas terpidana untuk menduduki jabatan
lebih berpihak pada tekanan dan kebutuhan publik. Karena itu, budaya malu sebagai bagian
ekonomi. Sebagai contoh, di salah satu wilayah dari kearifan lokal semestinya dapat direvitalisasi
hutan di Jawa Barat, mitos pengeramatan hutan untuk memerangi korupsi, apalagi dalam agama
yang sesungguhnya bertujuan melestarikan pun dikenal konsep halal-haram (uang yang
hutan/alam telah kehilangan tuahnya sehingga diperoleh dari korupsi adalah haram).
masyarakat sekitar dengan masa bodoh Di antara berbagai penggerusan kearifan
membabat dan mengubahnya menjadi lahan lokal saat ini, di sisi lain kita masih menyaksikan
untuk berkebun sayur. 12 Ungkapan Jawa pemanfaatan kearifan lokal, misalnya di dunia
tradisional, mangan ora mangan waton kumpul (biar medis terjadi pengembangan obat herbal yang
tidak makan yang penting berkumpul [dengan merupakan warisan leluhur di bidang medis,
keluarga]), sekarang pun makin kehilangan yang kemudian disempurnakan dengan standar
maknanya. Banyak perempuan di pedesaan yang farmakologi yang berlaku. Jadi, itu adalah salah
berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk satu wujud kearifan lokal yang telah memperoleh
bekerja di manca negara dengan risiko terpisah revitalisasi dalam masyarakat.
dari keluarga daripada hidup menanggung Sementara itu, gotong royong sebagai
kemiskinan dan kelaparan. wujud kearifan lokal kita tampaknya belum
Kearifan lokal hanya akan abadi kalau terimplementasikan dalam perekonomian
kearifan lokal terimplementasikan dalam nasional yang makin didominasi oleh asing
kehidupan konkret sehari-hari sehingga dan perusahaan multinasional dengan
mampu merespons dan menjawab arus zaman semangat neoliberalisme dan neokapitalisme.
yang telah berubah. Kearifan lokal juga harus Perekonomian nasional yang berpijak dan
11 Suyono Suyatno, Revitalisasi Kearifan Lokal sebagai Upaya Penguatan tumbuh dari rakyat setidaknya mencerminkan
Identitas Keindonesiaan. http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/
artikel/1366
identitas dan nasionalisme kita. Ketergantungan
12 Kompas, 23 April 2011 ekonomi pada asing menyebabkan kita dengan
mudah didikte oleh kekuatan ekonomi dan
130 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 2 Des 2014

politik asing dan hal itu akan mencederai Dahri, Harapandi. “Tabot dan Konstribusinya
kedaulatan kita sebagai bangsa. Dalam Pengembangan Kerukunan Umat
Menggali dan melestarikan berbagai unsur Beragama” dalam Penamas, Agama dan
kearifan lokal, tradisi dan pranata lokal, termasuk Multikultur. Vol. XXI No. 1 – Th. 2008.
norma dan adat istiadat yang bermanfaat dan H.51.
dapat berfungsi efektif dalam pendidikan Habibah. Neneng. “Fungsi Saman Pada
karakter, sambil melakukan kajian dan pengayaan Masyarakat Pandeglang (Studi Kasus di
dengan kearifan-kearifan baru. Mengacu pada Desa Giri Jaya Kecamatan Saketi dan
teori Social Learning, bahwa sesungguhnya Desa Batu Ranjang Kecamatan Cipeucang
budaya merupakan pola perilaku yang dipelajari, Kabupaten Pandeglang),” dalam Jurnal
artinya bahwa masyarakatpun dapat “tidak PENAMAS, Vol.XXI, No.1, Th 2008.
belajar untuk keras” alias mempunyai karakter H,88.
yang baik. Kearifan lokal apabila diterjemahkan John, McCain & Mark Salter. Karakter-Karakter
secara bebas dapat diartikan nilai-nilai budaya yang Menggugah Dunia. Terj. T. Hermaya,
yang baik yang ada di dalam suatu masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2009.
Hal ini berarti, untuk mengetahui suatu kearifan Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi.
lokal di suatu wilayah maka kita harus bisa Jakarta: Aksara Baru. 2009.
memahami nilai-nilai budaya yang baik yang Rahyono. F.X. Kearifan Budaya dalam Kata.
ada di dalam wilayah tersebut. Kalau mau jujur, Jakarta: Wedatama Widyasastra. 2009
sebenarnya nilai-nilai kearifan lokal ini sudah Sukarata, Made. “ Pengenalan dan Pemahaman
diajarkan secara turun-temurun oleh orang tua Local Genius Menghadapi Era Globalisasi
kita kepada kita selaku anak-anaknya. Budaya di Indonesia”, dalam Nirmala, Surabaya,
gotong royong, saling menghormati dan tepa Jurusan Desain Komunikasi Visual,
salira merupakan contoh kecil dari kearifan Fakultas Seni dan Desain-Universitas
lokal. Sudah selayaknya, kita untuk menggali Kristen Petra, Vol. 1, No.1. Januari 1999.
kembali nilai-nilai kearifan lokal yang ada agar H.43.
tidak hilang ditelan perkembangan jaman, dan Melalatoa, M. Yunus. Ensiklopedi Suku Bangsa
menjadi karakter bangsa Indonesia. di Indonesia. Jilid A-Z. Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1995.
Daftar Pustaka Suyatno, Suyono. Revitalisasi Kearifan Lokal sebagai
Upaya Penguatan Identitas Keindonesiaan.
Asry, Yusuf. Menelusuri Kearifan Lokal Di Bumi http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/
Nusantara. (Melalui Dialog Pengembangan lamanbahasa/artikel/1366.
Wawasan Multikultural Antara Pemuka Tumanggor, Rusmin. “Pemberdayaan Kearifan
Agama Pusat dan daerah di Provinsi Maluku Lokal Memacu Kesetaraan Komunitas
Utara, Papua, Maluku). Jakarta: Badan Adat Terpencil” dalam Jurnal Penelitian
Litbang dan Diklat Kementerian Agama. dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial.
2010. Vol.12. No.01, januari-April 2007. H.9-
Azra, Azyumardi. Paradigma Baru Pendidikan 12.
Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi.
Jakarta: Kompas. 2002. H.6.
Budi Raharjo. Sabar “Pendidikan Karakter
Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak
Mulia”, dalam Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Vol.16, No.3, Mei 2010.
H.232.

Anda mungkin juga menyukai