Anda di halaman 1dari 7

Menyimpulkan unsur – unsur pembangun karya sastra dengan

bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca atau


didengar

Langkah – langkah menyimpulkan unsur – unsur cerpen :


1. Membaca terlebih dahulu cerpen yang akan dianalisis unsur – unsur
pembangunnya.
2. Memahami lebih detail terkait unsur – unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik
cerpenr.,adapun unsur intrinsik meliputi :
a. Menentukan tema yang disertai alasan.
Misalnya temanya : Derita seorang anak koruptor
Alsannya : Pada teks tersebut pengarang menceritakan
tentang penderitaan batin seorang anak akibat bapaknya seor
koruptor.
b. Menentukan tokoh dan penokohan.
c. Menentukan latar, yang meliputi latar tempat, waktu dan suasana
d. Menentukan alur sebagai urutan peristiwa.
e. Menentukan sudut pandang disertai dengan alasan.
f. Menentukan amanatnya.
Unsur ekstrinsik :
a. Nilai spiritual atau nilai agama.
b. Nilai moral yaitu niali yang berhubungan tingkah laku.
c. Nilai sosial yang berhubungan dengan peraturan yang berlaku di
masyarakat.
3. Membuat catatan kecil mengenai unsur intrisik dan unsur ekstrinsik pada
cerpen yang akan dianalisis.

Contoh teks cerpen


Kacamata Gerhana
Cerpen karya Ahmad Zaini*

Adit sejak dua hari ini selalu murung. Dia mengurung diri di rumah. Teman-
temannya setiap sore mencarinya. Mereka ingin mengajak Adit bermain air di
empang sambil mencari ketam lalu dilombakan. Adit dan teman-teman ingin
menikmati suasana meriah dan penuh gairah perlombaan ketam seperti hari-hari
sebelumnya.
“Adit! Adit! Ayo ke empang!” teriak teman-teman Adit dari luar rumah.
Adit bergeming. Dia tidak menggubris teriakan teman-temannya. Dia tetap duduk di
kursi ruang tengah sambil termenung sendiri.

Ibu Adit pulang dari rumah saudaranya yang sedang hajatan. Dai terkejut saat
melihat anak-anak berkerumun di depan rumahnya.
“Anak-anak, ada apa? Adit di mana?”
“Tidak tahu Tante. Kami sudah memanggilnya berulang-ulang, akan tetapi Adit
tidak muncul-muncul,” jawab Riko.
“Tunggu sebentar ya! Akan Tante panggilkan.”

Ibu Adit masuk ke rumah. Dia tertegun keheranan karena melihat Adit duduk sendiri
sambil termenung di kursi ruang tengah.
“Adit, kenapa kamu? Teman-teman mencarimu di luar. Apakah kau tidak
mendengar panggilan mereka?”
“Dengar, Bu.
“Kenapa Kua tidak menemuinya?”
Adit diam. Dia tidak segera memberikan jawaban sebagai alasan atas sikapnya yang
tak menghiraukan panggilan teman-temannya. “
“Kenapa Adit? Ayo, katakan kepada Ibu!” Setelah Adit didesak oleh ibunya,
akhirnya dia membuka mulutnya.
“Aku malu pada mereka. Teman-teman sudah dibelikan kacamata gerhana oleh
ayahnya. Sedangkan aku belum punya.”
“Oalah, itu tho yang membuatmu diam di sini sampai tidak mau menemui teman-
temanmu,” “apakah itu harus kau miliki?” sambungnya.
“Iya, Bu. Kata ayah mereka kalau waktu gerhana matahari kita tidak memakai
kacamata gerhana maka mata kita akan buta.”
“Iya, benar. Itu kalau kita melihat matahari secara langsung. Kalau kita tidak
melihatnya, ya tidak apa-apa.”
“Tapi, Bu. Saya ingin melihat proses gerhana matahari bersama teman-teman.
Bapak guru IPA memberi tugas kami untuk mengamati proses gerhana matahari.”
“Baiklah kalau begitu. Besok pagi akan ibu belikan.”
“Bu, gerhana mataharinya terjadi besok pagi mulai pukul 06.30?  Apabila besok
pagi baru Ibu belikan, ya percuma!” sahut Adit dengan muka cemberut.
“Lantas kamu meminta ibu membelikan kacamata gerhana sekarang?
“Iya.”
“Ayahmu belum pulang kerja Adit.”
“Nah, kebetulan. Ibu tinggal menelepon ayah agar saat pulang kerja ayah mampir
ke toko untuk membelikan kacamata gerhana buat saya.”
“Benar juga. Baiklah ibu akan menelepon ayahmu,” kata ibu Adit sambil
mengusap kepala anaknya yang sejak dua hari ini murung.

Ibu Adit segera memenuhi janjinya. Dia segera mengambil hape lalu menelepon
suaminya di tempat kerja.
“Bagaimana, Bu?” tanya Adit.
“Ayahmu akan membelikan kacamata gerhana buat anaknya yang paling cakep
ini.”
“Benarkah? Terima kasih, Bu!” kata Adit sambil melompat-lompat kegirangan.
Adit segera keluar rumah menemui teman-temannya. Dia menyampaikan kabar
kepada teman-temannya bahwa dia akan dibelikan kacamata gerhana oleh
ayahnya.
Setelah itu, mereka berangkat menuju empang untuk bermain air dan mencari ketam
bersama-sama.
Menjelang sore saat matahari sudah berwarna jingga, Adit dan teman-temannya
baru pulang dari empang. Mereka berkerumun di depan rumah sederhana yang
ditumbuhi tanaman hias di sekelilingnya. Teman-teman Adit ingin memastikan kabar
yang disampaikan Adit. Mereka ingin mengetahui kacamata gerhana Adit yang
dibelikan ayahnya.

“Mana, Dit kecamata gerhanamu?” tanya mereka pada Adit yang baru keluar dari
rumahnya.

Adit diam. Dia tertunduk lesu. Dia tidak berani menatap wajah teman-temannya.
“Kenapa, Dit?” tanya teman-temannya.
“Ayah belum datang. Padahal, biasanya jam-jam sekian ayah sudah pulang
kerja.”
“Sabar, Dit! Kita tunggu sampai ayahmu datang. Mari kita bermain dulu!” Mereka
mengajak Adit bermain petak umpet sambil menunggu ayahnya datang.

Baru beberapa saat mereka bermain petak umpet, dari halaman rumahnya
terdengar suara motor ayah Adit. Mereka menghentikan permainannya. Adit dan
teman-teman segera berlari mendekati ayah Adit yang masih belum turun dari
sepeda motornya.

“Ayah, mana kacamata gerhanaku?” tanya Adit.

Ayah Adit yang bekerja sebagai sales buku anak-anak perlahan turun dari sepeda.
Dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Saat ayah Adit mengeluarkan kacamata
gerhana dari dalam tas, teman-teman Adit tercengang. Mereka takjub pada
kacamata gerhana Adit yang lebih bagus daripada miliknya.
“Wow, bagus sekali Adit!” ungkap mereka.
“Terima kasih, Ayah! Terima kasih!” kata Adit kepada ayahnya.
Teman-teman Adit sangat lega dan bahagia karena Adit sudah memunyai kacamata
gerhana. Mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Mereka sebelumnya sudah
janjian berkumpul di empang besok pagi untuk melihat proses gerhana matahari
dengan memakai kacamata gerhana. (*

Menyimpulkan unsur - unsur pembangun cerpen dengan bukti pendukung

N Unsur Bukti Cuplikan Cerpen Simpulan


o
1 Tema Adit segera keluar rumah menemui teman- Persahabatan
temannya. Dia menyampaikan kabar kepada
teman-temannya bahwa dia akan dibelikan
kacamata gerhana oleh ayahnya.
Setelah itu, mereka berangkat menuju empang
untuk bermain air dan mencari ketam bersama-
sama.

Menjelang sore saat matahari sudah berwarna


jingga, Adit dan teman-temannya baru pulang dari
empang. Mereka berkerumun di depan rumah
sederhana yang ditumbuhi tanaman hias di
sekelilingnya. Teman-teman Adit ingin memastikan
kabar yang disampaikan Adit. Mereka ingin
mengetahui kacamata gerhana Adit yang dibelikan
ayahnya.

2 Latar  Adit sejak dua hari ini selalu murung. Dia Latar tempat
mengurung diri di rumah.
 “Adit! Adit! Ayo ke empang!” teriak teman-
teman Adit dari luar rumah.
 Ibu Adit masuk ke rumah. Dia tertegun
keheranan karena melihat Adit duduk
sendiri sambil termenung di kursi ruang
tengah.
 Teman-temannya setiap sore mencarinya. Latar waktu
Mereka ingin mengajak Adit bermain air di
empang sambil mencari ketam lalu
dilombakan.
 Adit dan teman-teman ingin menikmati Latar suasana
suasana meriah dan penuh gairah
perlombaan ketam seperti hari-hari
sebelumnya

3 Tokoh  Adit diam. Dia tidak segera memberikan Adit berwatak


dan jawaban sebagai alasan atas sikapnya yang pemurung dan
penokoh tak menghiraukan panggilan teman- manja
an temannya. “
“Kenapa Adit? Ayo, katakan kepada Ibu!”
Setelah Adit didesak oleh ibunya, akhirnya
dia membuka mulutnya.
“Aku malu pada mereka. Teman-teman
sudah dibelikan kacamata gerhana oleh
ayahnya. Sedangkan aku belum punya.”
“Oalah, itu tho yang membuatmu diam di
sini sampai tidak mau menemui teman-
temanmu,” “apakah itu harus kau miliki?”
sambungnya.

 Baiklah ibu akan menelepon ayahmu,” kata Ibu berwatak


ibu Adit sambil mengusap kepala anaknya bijaksana
yang sejak dua hari ini murung.
Ibu Adit segera memenuhi janjinya. Dia
segera mengambil hape lalu menelepon
suaminya di tempat kerja.

 “Terima kasih, Ayah! Terima kasih!” kata Ayah


Adit kepada ayahnya. berwatak baik
Teman-teman Adit sangat lega dan bahagia dan ppemurah
karena Adit sudah memunyai kacamata
gerhana. Mereka pun pulang ke rumah
masing-masing. Mereka sebelumnya sudah
janjian berkumpul di empang besok pagi
untuk melihat proses gerhana matahari
dengan memakai kacamata gerhana.

4 Alur Cerpen ini


menggunakan
alur maju
karena
menceritakan
peristiwa
mulai dari
pengenalan
tokoh,konflik
sampai
penyelesaian.
5 Sudut  Adit sejak dua hari ini selalu murung. Dia Sudut
pandang mengurung diri di rumah. Teman-temannya pandang yang
pengaran setiap sore mencarinya. Mereka ingin digunakan
g mengajak Adit bermain air di empang sambil adalah sudut
mencari ketam lalu dilombakan. Adit dan pandang
teman-teman ingin menikmati suasana orang ketiga
meriah dan penuh gairah perlombaan ketam yang erba
seperti hari-hari sebelumnya. tahu,karena
menggunakan
nama “Ádit”
6 Amanat  Ayah Adit yang bekerja sebagai sales buku Pesan
anak-anak perlahan turun dari sepeda. Dia moralnya
mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Saat kasih sayang
ayah Adit mengeluarkan kacamata gerhana orang tua
dari dalam tas, teman-teman Adit kepada
tercengang. Mereka takjub pada kacamata anaknya tidak
gerhana Adit yang lebih bagus daripada akn mati dan
miliknya. berusaha
“Wow, bagus sekali Adit!” ungkap mereka. menuruti
“Terima kasih, Ayah! Terima kasih!” kata keinginan
Adit kepada ayahnya. anaknya.

Tugas :
1. Bacalah teks cerpen dengan judul “Keistimewaan ,Milikku” !
2. Buatlah simpulan unsur – unsur pembangun cerpen beserta kutipan
pendukungnya!
3. Kerjakan di kertas folio dan segera kumpilkan !
KEISTIMEWAAN, MILIKMU
Diceritakan seorang anak bernama Mike yang sangat menyukai dunia seni namun
tak pintar dalam pelajaran akademik. Mike selalu dimarahi oleh orang tuanya karena
tidak pernah mendapatkan ranking dan seringkali terkena hukuman karena salah
mengerjakan PR. Orang tuanya yang merasa malu akan perilaku Mike di sekolah
pun menjadi kesal dan mulai membenci hobi Mike yang sudah menggambar.

Sejak duduk di bangku sekolah dasar Mike memang sangat menyukai karakter
anime karena dinilai sangat lucu dan unik. Dari kesukaannya tersebut, Mike suka
membuat gambar anime yang berbeda dan memiliki karakter unik. Tak jarang ia juga
menambahkan beberapa kata sebagai percakapan seperti di komik.

Mike bisa menghabiskan waktu seharian untuk menggambar dan tidak kuat lama
jika harus belajar, karena kemampuan menghafalnya rendah. Hal ini membuat Mike
merasa bahwa pelajaran sangat membosankan. Hingga pada ketika orang tuanya
membuang semua buku gambar dan hasil karya Mike karena dirinya tidak bisa
berkonsentrasi dalam pelajaran.

Mike pun merasa kesal dan rasanya ingin pergi dari rumah, namun karena dia
sangat menghormati orang tuanya, ia mengurungkan niatnya. Mulai saat itu Mike
menjadi anak yang pemurung di sekolah bahwa di rumah. Proses belajarnya pun tak
berkembang banyak.

Bahkan ketika jam pelajaran ia hanya fokus menggambar pada buku catatannya,
namun ia langsung menyobeknya karena tidak ingin orang tuanya melihat. Mulai
saat itu Mike menjadi pendiam dan bahkan tak ingin bersosialisasi dengan
lingkungannya.

Suatu ketika, saat pelajaran berlangsung. Mike yang sedang asik menggambar
dipergoki oleh teman sebangkunya. Respon teman sebangkunya pun tidak terduga,
ia tidak melaporkannya pada guru namun justru mendukung Mike.

Teman sebangku Mike berkata bahwa karya Mike sangat unik dan berbeda. Bahkan
temannya menginformasikan kepada Mike sedang terdapat kompetisi menggambar
komik yang bisa diikuti.

Dengan pikiran bimbing, Mike akhirnya memutuskan untuk ikut dalam perlombaan
tersebut. Selama seminggu Mike memikirkan jalan cerita dan membuat gambar
karakternya sendiri dan akhirnya mengirimkan hasil karyanya untuk perlombaan
tersebut. Sebulan kemudian akhirnya tibalah saat pengumuman.

Tak disangka, Mike mampu meraih juara utama dan mendapatkan hadiah sebesar
20 juta. Mike pun merasa kaget saat teman sebangkunya menginformasikan bahwa
ia mendapatkan juara utama. Mendengar hal tersebut Mike tampak senang namun
khawatir, ia takut jika perbuatannya tersebut diketahui oleh orang tuanya.
Tanpa disangka ternyata pengumuman pemenang dilakukan melalui media televisi.
Hal ini pun membuat orang tua Mike mengetahui tindakannya. Mike pulang dengan
lemas karena takut dimarahi oleh orang tuanya. Namun sesampai di rumah, Mike
justru disambut dengan pelukan hangat dari kedua orang tuanya.

Kejadian tersebut membuka mata orang tua Mike bahwa anaknya memang tidak
berbakat di bidang akademik, namun memiliki bakat lain. Tak masalah jika ia tidak
pintar di sekolah, yang penting dia bisa berkreasi dan membangkitkan semangat
para generasi muda untuk terus maju dan lebih kreatif.

Anda mungkin juga menyukai