Anda di halaman 1dari 35

PENERAPAN TEKNIK INTEPRESTASI DAN MENGEMBANGKAN

POLA PIKIR SISWA

PROPOSAL

Diajukan untuk Tugas Ujian Akhir Semester

Oleh:

SUCI RAMADANI
NPM.1702080024

Jurusan Bimbingan Konseling

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal, shalawat dan salam tak luput tercurah untuk Nabi besar Muhammad

SAW beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman.

Sebagai insani yang tak lepas dari ketidak sempurnaan, penulis menyadari

proposal berjudul “PENERAPAN TEKNIK INTERPRESTASI DAN

MENGEMBANGAN POLA PIKIR SISWA KELAS X SMA

MUHAMMDIYAH 01 MEDAN”. Ini masih banyak kekurangan, dikarena kan

keterbatasan ilmu serta pengalaman yang penulis miliki. Dalam penyusunan

proposal ini, penulis banyak mendapatkan saran, bimbingan serta bantuan baik

langsung maupun tidak langsung dalam berbagai penyusunan proposal ini.Pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Muhammad Qorib MA selaku Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara.

2. Ibu Hj. Siti Mujiatun, SE, MM selaku Ketua Program Studi Perbankan

Syariah, Ibu H.Maya selaku Sekretaris Program Studi Perbankan Syariah.

3. Bapak Drs. Lissanudin M.Pd yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis hingga selesai proposal ini.

4. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan UMSU, terimakasih atas penyediaan

fasilitas kepustakaan sehingga membantu penulis untuk melakukan studi

kepustakaan.

5. Orang tua penulis (Ayah Supriatin dan Mama Minah Sulastri) yang selalu

mendoakan secara tulus, memberikan semangat kasih saying dan

i
dukungannya baik moril maupun materil.

6. Sahabat kuliah penulis Devi Ardianti, Adi Kurniawan, Dwi Frasturi, Fadlan,

Intan Prawesti dan teman-teman jurusan Perbankan Syariah angkatan 2014

khususnya kelas A yang selalu memberikan saran, mensuport, dan membantu

penulis hingga penulisan ini rampung.

7. Rekan- rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah

memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus

menjalani perkuliahan di UMSU hingga akhir.

Akhirnya penulis dengan segala kerendahan hati, berharap apa yang

merupakan kekurangan terdapat dalam penulisan ini, baik itu yang menyangkut

penataan kalimat, penelusuran data serta penyajian data secara tuntutan teoritis

dan praktis, itu adalah merupakan gambaran kelemahan dan keterbatasan dari

pihak penulis.

Penulis berharap semoga proposal ini berguna di kemudian hari dan

memberikan manfaat bagi semua pihak serta rekan-rekan yang membacanya

,semoga yang telah penulis lakukan mendapat Ridho Allah SWT. Amin

Medan,31 Januari 2021

Suci Ramadani

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................................i

Daftar Isi .................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................................1

A. Latar Belakang ......................................................................................1


B. Identifikasi Masalah ..............................................................................7
C. Batasan Masalah ....................................................................................8
D. Rumusan Masalah .................................................................................8
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................9
F. Manfaat Penelitian .................................................................................9

BAB II : LANDASAN TEORITIS .....................................................................11

A. Kerangka Teoritis ..........................................................................11


1. Teknik Interprestasi .................................................................11
1.1 Pengertian Teknik Interprestasi..............................................
1.2 Tujuan Teknik Interprestasi...............................................11
1.3 Langkah –langkah penggunaan teknik interprestasi..........12
2. Pola Pikir ................................................................................30
2.1 Pengertian Berpikir positif dan pola pikir................................
2.2 Macam-Macam Berpikir Positif...............................................
2.3 Prinsip Berpikir Positif.............................................................
2.4 Ciri-Ciri Orang Berpikiran Positif............................................
2.5 Cara Berpikir Positif.................................................................
3. Layanan Konseling Individual.......................................................
3.1 Pengertian Layanan Kons. Individual......................................
3.2 Tujuan Layanan Kons. Individual............................................
4.
B. Kerangka Teoritis .........................................................................31

iii
BAB III : METODE PENELITIAN ..................................................................34

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ..............................................................34


1. Lokasi Penelitian................................................................................
2. Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................34
B. Subjek Dan Objek Penelitian ..............................................................34
1. Subjek Penelitian
2. Objek Penelitian.............................................................................36
C. Defenisi Operasional Variabel.............................................................37
D. Pendekatan Dan ..................................................................................38
E. ..............................................................................................................41
F. Instrumen Penelitian.................................................................................
1. Observasi............................................................................................
2. Wawancara.........................................................................................
G. Teknik Analisis Data
a. Reduksi Data......................................................................................
b. Penyajian Data....................................................................................
c. Penarikan Kesimpulan........................................................................

Daftar Pustaka .......................................................................................................49

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

menyebutkan “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

susasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.

Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan dengan sangat sempurna

oleh Allah SWT., yang diberikan bentuk sempurna serta akal pikiran agar dapat

dibedakan dengan makhluk hidup yang lainnya. Manusia diberikan akal agar

digunakan untuk berpikir, memikirkan seperti apa seharusnya sikap seorang

manusia dalam berinteraksi dengan makhluk hidup lainnya maupun dengan

sesama manusia dan untuk memikirkan keberlangsungan hidupnya di dunia.

Perkembangan pola pikir manusia yang berkembang dengan baik akan

memengaruhi zaman. Seperti zaman sekarang ini, di mana pada abad ke 21 ini

teknologi berkembang dengan sangat pesat. Itu adalah hasil dari pemikiran

manusia yang belajar.

Manusia memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Hal itu terlihat ketika

manusia masih berusia dini. Dengan rasa ingin tahu itulah yang mendorong untuk

mengenal, memahami, dan menjelaskan berbagai hal yang ada dan juga berusaha

untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Manusia juga akan melakukan

1
2

apasaja untuk memenuhi keinginannya, dan tentu saja hal itu dilakukan dengan

cara berpikir.

Namun, tidak semua manusia dapat berpikir dengan cara yang tepat. Di

zaman sekarang ini, di mana teknologi berkembang dengan sangat pesat, manusia

menjadi makhluk yang instan. Yang menginginkan segalanya dengan cara yang

cepat dan mudah, tanpa harus berpikir panjang dan matang. Demikian juga anak

sekolah saat ini, sebagian, memiliki pemikiran yang sangat mudah. Sehingga

ketika memiliki permasalahan, baik masalah belajar, masalah pertemanan, atau

sebagainya, untuk pencarian solusi dan pemecahan masalahnya, mereka hanya

memikirkan solusi tanpa memecahkan masalah tersebut agar tidak muncul lagi.

Mereka berpikir instan, tidak memikirkan bagaimana ke depannya jika mereka

memilih jalan keluar yang salah.

Guru-guru maupun guru bimbingan dan konseling yang ada di sekolah

memiliki tanggung jawab untuk membantu siswa-siswi yang bermasalah. Hanya

saja, masih ada siswa-siswi yang enggan untuk berbagi cerita dengan guru-guru

atau guru bimbingan dan konseling sekolah. Ketika siswa diajak untuk

melakukan konseling, kebanyakan dari siswa tersebut merasa canggung untuk

bercerita sehingga mereka tidak dapat meluapkan emosi dan tidak dapat membuka

pikirannya dengan baik. Di sinilah peran seorang guru bimbingan dan konseling

sangat diperlukan untuk membantu siswa dengan menerapkan teknik interpretasi

untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya agar dapat menceritakan segala

keluh kesah yang dirasakan.


3

Berdasarkan observasi sementara yang dilakukan peneliti di SMA

Muhammdiyah 01 Medan, terdapat sebagian siswa yang masih mengalami

kesulitan untuk mengemukakan perasaan dan pikirannya, termasuk siswa di kelas

X. Saat melakukan konseling dengan beberapa siswa kelas X terlihat dari cara

mereka mengungkapkan masalahnya.

Untuk membantu siswa mengatasi masalahnya tersebut, guru bimbingan

dan konseling dapat menggunakan teknik interpretasi agar siswa dapat

mengembangkan pola pemikirannya terhadap masalah yang tengah dihadapinya

agar menemukan solusi dan mengentaskan masalahnya.

Dari permasalahan yang dibahas di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Penerapan Teknik Interpretasi Untuk Mengembangkan

Pola Pikir Siswa Kelas X SMA MUHAMMDIYAH 01 Medan Tahun

Pembelajaran 2021/2022”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Siswa masih memiliki pemikiran yang tertutup.

2. Siswa masih berpikir dengan instan dan mudah.

3. Siswa tidak bisa mengentaskan masalah dengan baik.

4. Sebagian siswa tidak mampu mengungkapkan perasaan dengan baik.

5. Kurangnya penerapan Teknik interpretasi untuk mengembangkan pola pikir

terhadap siswa di SMA MUHAMMADIYAH 01 MEDAN.


4

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka perlu

adanya pembatasan masalah yang diteliti. Adapun batasan masalah dalam

penelitian ini adalah Kurangnya Teknik Interpretasi untuk mengembangkan Pola

Pikir pada siswa dengan menggunakan Layanan Konseling Individual pada Siswa

Kelas X SMA Muhammdiyah 01 Medan Tahun Pembelajaran 2021/2022.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka peneliti

merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

“Bagaimana penerapan teknik interpretasi untuk mengembangkan pola

pikir siswa kelas X SMA Muhammdiyah 01 Medan tahun pembelajaran

2021/2022.?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui penerapan teknik interpretasi untuk mengembangkan

pola pikir yang dilakukan pada siswa kelas X SMA Muhammdiyah 01

Medan tahun pembelajaran 2021/2022”.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai berikut:


5

1. Manfaat secara teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi jurusan bimbingan dan

konseling dan mahasiswa dalam menambah ilmu pengetahuan dan

pengembangan studi tentang pengembangan pola pikir manusia.

2. Manfaat secara praktis:

a. Sebagai bahan masukan bagi guru bimbingan dan konseling di SMA

Muhammdiyah 01 Medan, untuk dapat membantu siswa dalam

mengembangkan pola pikir manusia.

b. Penelitian ini membantu/membimbing siswa untuk dapat

mengembangkan pola pikirnya

c. Bagi penulis sebagai suatu wacana untuk menambah wawasan,

pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan dan proses penelitian.


BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Kerangka Teoritis

1. Teknik Interpretasi

1.1 Pengertian Teknik Interpretasi

Interpretasi merupakan suatu teknik yang digunakan konselor (guru

bimbingan dan konseling) untuk menyampaikan arti dari pesan yang disampaikan

oleh konseli (klien/siswa), agar konseling lebih memahami makna dari setiap

perkataannya, mampu untuk mengulas pemikirannya, perasaan, dan

pengalamannya saat proses konseling.

Menurut Sofyan (2013:191) “Teknik interpretasi yaitu konselor mengulas

atau menafsirkan pemikiran, perasaan, dan pengalaman klien secara objektif,

ilmiah, dan atas dasar teori-teori”.

Menurut Fauzan Lutfi dkk (2008:35) “Interpretasi yakni pernyataan

konselor yang mengkomunikasikan penjelasan makna, tafsiran makna, atau

dugaan pesan dari sikap dan perilaku konseli”.

Saat menggunakan teknik interpretasi, konselor akan membuka suatu

pandangan baru atau penjelasan mengenai tingkah laku dan pikiran interpretasi

seperti mengajukan pertanyaan mengenai hipotesa mengenai hubungan atau

mengenai arti suatu tingkah laku yang harus dipikirkan oleh konseli.

Sebaiknya konselor mengemukakan lebih dahulu kata-kata atau tindakan

konseli yang melandasi pemberian interpretasi baru kemudian konselor

6
7

menawarkan interpretasinya sebagai kemungkinan dengan disertai permintaan

umpan balik, sehingga konseli bebas untuk menerima atau menolaknya.

1.2 Tujuan Teknik Interpretasi

Tujuan penggunaan teknik interpretasi menurut Sofyan (2013:192),

adalah:

a. Agar calon konselor mampu mengulas pemikiran, perasaan, dan pengalaman

klien secara ilmiah.

b. Membantu klien lebih memahami diri sendiri bilamana klien bersedia

mempertimbangkan dengan pikiran terbuka agar dapat membuat alternatif lain

yang lebih objektif.

c. Mengidentifikasi hubungan antara pernyataan dan tingkah laku klien yang

eksplisit maupun implisit.

d. Membantu klien memeriksa kembali tingkah laku mereka.

1.3 Langkah-langkah Penggunaan Teknik Interpretasi

Menurut Fauzan Lutfi dkk (2008:57) berikut adalah aturan yang harus

diperhatikan dalam menggunakan teknik interpretasi:

a. Memperhatikan dengan cermat kesiapan klien. Konselor harus yakin bahwa

klien telah siap untuk mengeksplorasi dirinya sebelum menggunakan

interpretasi. Pada umumnya respon interpretasi diberikan pada akhir sesi

bukan pada awal proses konseling, karena konselor harus terlebih dahulu

memperoleh banyak data sebagai dasar untuk membuat interpretasi dan klien

membutuhkan beberapa sesi pertemuan untuk mempersiapkan dirinya

mengambil resiko dalam proses bantuan.


8

b. Interpretasi hendaknya didasarkan pada pesan-pesan aktual klien dan bukan

bias dan nilai-nilai konselor sendiri yang diproyeksikan kepada klien. Jangan

memproyeksikan pengalaman diri kepada klien sebagai dasar untuk membuat

materi interpretasi. Bekerjalah menggunakan kerangka kerja yang dapat

dipertanggungjawabkan.

c. Gunakan kata-kata atau frase yang tepat dalam respon interpretasi. Setelah

memberikan respon interpretasi, periksalah keefektifan respon tersebut

dengan cara menanyakan kepada klien. Kembali kepada respon klarifikasi

senantiasa dapat membantu untuk memastikan apakah respon interpretasi

tersebut akurat atau tidak.

2. Pola Pikir

2.1 Pengertian Berpikir, Berpikir Positif, dan Pola Pikir

Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila

mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan.

Berpikir dapat juga dikatakan sebagai suatu aktivitas mental untuk membantu

memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan,

atau memenuhi hasrat keingintahuan.

Menurut Sumadi (2004:54) “Berpikir adalah kelangsungan tanggapan-

tanggapan di mana subjek yang berpikir pasif”.

Menurut Bigot (dalam Sumadi, 2004:54) mengatakan :

“Berpikir itu adalah meletakkan hubungan antara bagian-


bagian pengetahuan kita. Bagian-bagian pengetahuan kita
yaitu segala sesuatu yang telah kita miliki, yang berupa
pengertian-pengertian dan dalam batas tertentu juga
9

tanggapan-tanggapan. Berpikir adalah proses yang dinamis


yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya.
Proses atau jalannya berpikir itu pada pembentukan
pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan
kesimpulan”.

Sementara, berpikir positif menurut Elfiky (2014:207) :

“Berpikir positif adalah sumber kekuatan dan sumber


kebebasan. Disebut sumber kekuatan karena ia membantu
memikirkan solusi sampai mendapatkannya. Dengan begitu
pribadi bertambah mahir, percaya, dan kuat. Disebut
sumber kebebasan karena dengannya akan terbebas dari
penderitaan dan kungkungan pikiran negatif serta
pengaruhnya pada fisik”.

Berpikir dapat membentuk kebiasan terhadap diri setiap individu, hal ini

dikarenakan dengan berpikir individu menjadi berkonsentrasi terhadap hal yang

dipikirkannya sehingga berpengaruhi di dalam kehidupannya. Berpikir yang telah

menciptakan kebiasaan tentu akan melahirkan mindset (pola pikir).

Menurut Elfiky (2014:18-20) “Mindset adalah sekumpulan pikiran yang

terjadi berkali-kali di berbagai tempat dan waktu serta diperkuat dengan

keyakinan dan proyeksi sehingga menjadi kenyataan dan dapat dipastikan di

setiap tempat dan waktu yang sama”.

Orang yang merasa pusing ketika bangun tidur di pagi hari, itu karena ia

selalu berpikir dan membuat gambaran internal tentang kepusingannya itu.

Akibatnya, pikiran dan gambaran internal itu benar-benar membuat ia merasa

pusing setiap kali bangun pagi.

Pada dasarnya, semua manusia tercipta dengan memiliki mindset

tersendiri dalam dirinya. Mindset yang dimiliki setiap manusia berbeda dengan
10

manusia yang lainnya. Hal ini karena manusia berpikir dan mempunyai kebiasaan

terhadap sesuatu hal.

2.2 Macam-macam Berpikir Positif

Menurut Elfiky (2014:210-219), ada 5 macam jenis dalam berpikir positif,

di antaranya:

1. Berpikir positif untuk menguatkan cara pandang

Berpikir positif jenis ini digunakan seseorang untuk mengukuhkan cara

pandangnya tentang sesuatu. Dengan demikian, ia akan merasa pandangannya

benar walau hasilnya negatif. Contoh: perokok yang membenarkan

pendapatnya tentang merokok. Menurutnya, rokok bias menenangkan saraf

dan membuatnya stabil dalam bekerja atau berinteraksi dengan anak-anaknya.

Karena itu ia merokok agar tetap stabil.

2. Berpikir positif karena berpengaruh orang lain

Seseorang dapat berpikir positif karena pengaruh orang lain. Contoh: ketika

menonton acara binaraga dan olahragawan, Anda tiba-tiba ingin berolahraga.

Bisa jadi Anda benar-benar memulainya kemudian selalu berlatih sampai

mendapatkan berat badan dan kesehatan yang diinginkan.

3. Berpikir positif karena momen tertentu

Contoh: perilaku manusia menjadi lebih baik di bulan Ramadhan, hal itu

dikarenakan tak seorangpun mau membuat Allah murka dan semua orang

tentu ingin mendapatkan kebaikan yang banyak di bulan suci. Tetapi setelah

bulan Ramadhan berlalu, ia kembali seperti sedia kala, bahkan bisa lebih
11

buruk. Ini dikarenakan pikiran dan perilaku positifnya bergantung pada

momen tertentu, bukan pada nilai-nilai yang berlaku sepanjang masa.

4. Berpikir positif saat menghadapi kesulitan

Sebagian orang, ketika menghadapi musibah, semakin dekat kepada Allah.

Selanjutnya, ia memikirkan bagaimana menyikapi masalah yang sedang ia

hadapi, berusaha mengambil manfaatnya, dan mengubahnya menjadi sebuah

keahlian.

5. Selalu berpikir positif

Inilah jenis berpikir positif yang paling baik dan paling kuat karena tidak

terpengaruh oleh ruang, waktu, dan pengaruh lainnya. Ia telah menjadi

kebiasaan. Ada masalah atau tidak, ia selalu bersyukur pada Allah.

Selanjutnya, ia berpikir mencari solusi dari segala kemungkinan hingga

pikiran itu menjadi kebiasaan hidupnya. Orang yang memiliki kepribadian

seperti ini akan menjalani hidupnya dengan damai, tenang, dan bahagia.

2.3 Prinsip Berpikir Positif

Menurut Elfiky (2014:237-260), untuk berpikir secara positif ada beberapa

prinsip yang harus diperhatikan, di antaranya:

1. Masalah dan kesengsaraan hanya ada dalam persepsi. Jika Anda mengubah

persepsi Anda tentang masalah, memikirkannya sebagai hadiah terindah dari

Allah, lalu berkonsentrasi pada upaya mencari solusi, maka Anda akan

menemukan pintu harapan terbuka lebar di hadapan Anda. Ubahlah persepsi

Anda niscaya kehidupan Anda juga akan berubah.


12

2. Masalah tidak akan membiarkan Anda dalam kondisi yang ada: ia akan

membawa Anda pada kondisi yang lebih baik atau lebih buruk. Setiap masalah

yang datang kepada kita dalam hidup ini membuat kita keluar dari rasa tenang,

damai, dan nyaman. Masalah juga mempengaruhi pikiran, konsentrasi, dan

perasaan kita sampai kita dapat melepaskan diri darinya dengan cara-cara

tertentu.

3. Jangan jadi masalah, pisahkan dirimu dari masalah. Masalah hanya romantika

hidup yang dapat kita pelajari agar lebih bijaksana, lebih ahli, dan lebih

berpengalaman. Masalah hanya salah satu kondisi aktivitas hidup yang harus

dihadapi secara wajar dan disikap dengan tenang hingga kita menemukan

solusinya. Kuasailah masalah dan jangan sampai masalah yang menguasai

Anda.

4. Belajarlah dari masa lalu, hiduplah pada masa kini, dan rencanakanlah masa

depan. Banyak orang yang mengeluhkan masa lalu dan masa depan. Keduanya

tidak ada saat ini. Masa lalu dan segala peristiwa yang ada di dalamnya telah

berlalu sebagai pengalaman. Tentang masa kini, hadapilah dengan segenap

makna positif. Hadapilah dengan makna cinta kepada Allah.

5. Setiap masalah ada solusi spiritualnya. Ketika kita tawakal kepada Allah,

masalah sesulit apapun bisa diatasi. Allah berfirman, ”Barang siapa tawakal

pada Allah, niscaya Dia akan mencukupkan (keperluan)nya” (Al-Thalaq: 3).

6. Mengubah pikiran berarti mengubah kenyataan. Pikiran baru menciptakan

kenyataan baru.
13

7. Ketika Allah menutup satu pintu, pasti Dia membuka pintu lain yang lebih

baik.

2.4 Ciri-ciri Orang Berpikiran Positif

Adapun ciri-ciri orang yang berpikiran positif, dapat dilihat sebagai

berikut, menurut Elfiky (2014:220) :

1. Orang yang berpikir positif mengakui bahwa ada unsur-unsur negatif dalam

kehidupan setiap individu, akan tetapi ia yakin bahwa semua masalah dapat

diselesaikan.

2. Orang yang berpikir positif tidak mau kalah oleh berbagai kesulitan dan

rintangan.

3. Orang yang berpikir positif memiliki jiwa yang kuat dan konsisten.

4. Orang yang berpikir positif percaya pada kemampuannya, keterampilannya,

bakatnya, ia tidak pernah meremehkan itu semua.

5. Orang yang berpikir positif selalu membicarakan hal-hal yang positif dan

selalu menginginkan kehidupan yang positif.

6. Orang yang berpikiran positif selalu bertawakkal kepada Tuhan.

7. Orang yang berpikiran positif yakin bahwa semua orang memiliki daya

kreatif.

2.5 Cara Berpikir Positif

Menurut Sofyan (2011:83-95), ada beberapa cara yang dapat dilakukan

untuk terbiasa berpikir positif, antara lain:


14

1. Menerima diri sendiri bukan berarti pasrah pada keadaan diri. Menerima diri

sendiri berarti bersyukur dengan segala yang dimiliki, seperti kondisi fisik,

potensi, dan kelemahan dalam diri.

2. Meneladani orang-orang yang telah sukses karena pikiran dan sikap positif

mereka.

3. Mengubah cara pandang.

4. Melihat dari sudut pandang/posisi orang lain.

5. Fokus pada tujuan.

6. Selalu berbaik sangka.

7. Menjauhkan diri dari hal-hal yang mendatangkan pikiran negatif.

3. Layanan Konseling Individual

3.1 Pengertian Layanan Konseling Individual

Konseling individual merupakan layanan konseling yang diselenggarakan

oleh seorang konselor terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah

pribadi klien. Pembahasan masalah klien di dalam layanan ini bersifat mendalam,

menyentuh hal-hal yang penting tentang diri klien (bahkan sangat penting yang

boleh jadi menyangkut rahasia pribadi klien), bersifat meluas, meliputi berbagai

sisi yang menyangkut permasalahan klien, namun juga bersifat spesifik menuju ke

arah pengentasan masalah.

Menurut Abu Bakar M. Luddin (2011:156) “Konseling individual adalah

konseling dalam rangka membantu individu membahas dan mengentaskan


15

masalah yang dialaminya dengan bertatap muka secara langsung dengan

pembimbing”.

Menurut Tohirin (2013:157) “Konseling individual adalah layanan

konseling yang diselenggarakan oleh seorang pembimbing (konselor) terhadap

seorang klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien”.

Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008:62), mengatakan:

“Layanan konseling individual (perorangan) yaitu


pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik (klien/konseli) mendapatkan pelayanan
langsung tatap muka (secara perorangan) dan guru
pembimbing (konselor) dalam membahas dan mengentasi
permasalahan yang dihadapi peserta didik”.

Berdasarkan uraian pengertian konseling individual di atas, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa, konseling individual adalah layanan bimbingan dan

konseling yang dilakukan oleh konselor (guru bimbingan dan konseling) dalam

upaya untuk membantu konseli (siswa) mengentaskan permasalahannya dengan

bertatap muka secara langsung tanpa ada perantara di antara keduanya.

3.2 Tujuan Layanan Konseling Individual

Adapun menurut Prayitno (2004:89), tujuan konseling individual adalah

sebagai berikut:

a. Membantu siswa menjadi lebih matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya,

membantu siswa maju dengan cara positif, membantu dalam sosialisasi

dengan memanfaatkan sumber-sumber dan potensinya sendiri, presepsi

wawasan berubah, dan akibat dari wawasan baru yang diperoleh, maka
16

timbullah pada diri siswa reorientasi siswa yang positif terhadap kepribadian

dan kehidupannya.

b. Memelihara mencapai kesehatan moral yang positif. Jika hal ini tercapai maka

individu mencapai integrasi, penyesuaian dan identifikasi positif dengan yang

lainnya.

c. Penyelesaian masalah. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa individu-

individu yang mempunyai masalah tidak mampu menyelesaikan sendiri

masalah yang dihadapinya. Di samping itu dia datang ke konselor karena ia

percaya konselor dapat membantu pemecahan masalahnya.

d. Mencapai keefektifan pribadi. Pribadi yang efektif adalah pribadi yang

sanggup memperhitungkan diri, waktu, dan tenaganya serta bersedia memikul

resiko-resiko ekonomis, psikologis, dan fisik.

e. Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya.

Di sini jelas bahwa pekerjaan konselor bukan menentukan keputusan yang

harus diambil oleh klien atau memilih alternatif dan tindakannya.

1) Tujuan Umum

Tujuan umum layanan konseling individual adalah terentasnya masalah

yang sedang dihadapi oleh klien. Apabila masalah klien itu dicirikan sebagai (a)

sesuatu yang tidak disukai adanya, (b) sesuatu yang ingin dihilangkan, dan (c)

sesuatu yang dapat menghambat atau menimbulkan kerugian, maka upaya

pengentasan masalah klien melalui layanan konseling individual akan mengurangi

intensitas ketidaksukaan atas keberadaan sesuatu yang dimaksud; atau

meniadakan keberadaan sesuatu yang dimaksud; dan mengurangi intensitas


17

hambatan atau kerugian yang ditimbulkan oleh sesuatu yang dimaksudkan itu.

Dengan layanan konseling individual, beban klien diringankan, kemampuan klien

ditingkatkan, dan potensi klien dikembangkan.

2) Tujuan Khusus

Dalam kerangka tujuan umum itu, tujuan khusus layanan konseling

individual dapat dirinci dan secara langsung dikaitkan dengan fungsi-fungsi

konseling yang secara menyeluruh diembannya.

Pertama, melalui layanan konseling individual, klien akan memahami

seluk-beluk yang dialami secara mendalam dan komprehensif, serta positif, dan

dinamis (fungsi pemahaman). Kedua, pemahaman itu mengarah kepada

dikembangkannya persepsi dan sikap serta kegiatan demi terentaskannya secara

spesifik masalah yang dialami oleh klien (fungsi pengentasan). Pemahaman dan

pengentasan masalah merupakan fokus yang sangat khas, konkrit, dan langsung

ditangani dalam layanan konseling individual.

Ketiga, pengembangan dan pemeliharaan potensi klien dan berbagai unsur

positif yang ada pada dirinya merupakan latar belakang pemahaman dan

pengentasan masalah klien dapat dicapai (fungsi pengembangan dan

pemeliharaan). Bahkan secara tidak langsung, layanan konseling individual

sering kali menjadikan pengembangan dan pemeliharaan potensi dan unsur-unsur

positif klien sebagai fokus dan sasaran layanan. Di samping itu, keempat,

pengembangan dan pemeliharaan potensi dan unsur-unsur positif yang ada pada

diri klien, diperkuat oleh terentaskannya masalah, akan merupakan kekuatan

bagitercegah menjalannya masalah yang sekarang sedang dialami, serta


18

(diharapkan) tercegah pula masalah-masalah baru yang mungkin timbul (fungsi

pencegahan).

Lebih jauh, kelima, apabila masalah yang dialami klien menyangkut

dilanggarnya hak-hak klien sehingga klien teraniaya dalam kadar waktu tertentu,

layanan konseling individual dapat menangani sasaran yang bersifat advokasi

(fungsi advokasi). Melalui layanan konseling individual klien memiliki

kemampuan untuk membela diri sendiri menghadapi keteraniayaan itu. Kelima

sasaran yang merupakan wujud dari keseluruhuan fungsi konseling itu, secara

langsung mengarah kepada dipenuhinya kualitas untuk keperikehidupan sehari-

hari yang efektif.

Gabungan capaian tujuan umum dan tujuan khusus yang dapat diraih

melalui layanan konseling individual memperlihatkan betapa layanan konseling

individual dapat disebut sebagai “jantung hatinya” seluruh pelayanan konseling.

Dengan kemampuan layanan konseling individual, konselor dapat menjangkau

keseluruhan daerah pelayanan konseling.

3.3 Tahap Pelaksanaan Layanan Konseling Individual

Menurut Sofyan S. Willis (2013:38), tahapan konseling adalah sebagai

berikut:: (1) tahap awal (tahap mendefenisiskan masalah); (2) tahap inti (tahap

kerja); dan tahap akhir (tahap perubahan dan tindakan).

1) Tahap Awal

Tahap ini dimulai sejak klien menemui konselor hingga berjalan sampai

konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal yang

perlu dilakukan, di antaranya:


19

 Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport). Kunci

keberhasilan membangun hubungan terletak pada terpenuhinya azas-azas

bimbingan dan konseling, terutama azas kerahasiaan, kesukarelaan,

keterbukaan, dan kegiatan.

 Memperjelas dan mendefenisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah

terjalin dengan baik dan klien telah melibatkan diri, maka konselor harus

dapat membantu memperjelas masalah klien.

 Membuat penaksiran dan penjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau

menaksir kemungkinan masalah dan merancang bantuan yang mungkin

dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien, dan menentukan

berbagai alternatif yang sesuai, untuk mengantisipasi masalah yang dihadapi

oleh klien.

 Menegosiasikan kontrak. Membangun perjanjian antara konselor dengan

klien, berisi: (1) kontrak waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan yang

diinginkan oleh klien dan konselor tidak berkebaratan; (2) kontrak tugas, yaitu

berbagi tugas antara konselor dan klien; dan (3) kontrak kerjasama dalam

proses konseling, yaitu terbinanya peran dan tanggung jawab bersama antara

konselor dan klien dalam seluruh rangkaian kegiatan konseling.

2) Tahap Inti

Setelah tahap awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling selanjutnya

adalah memasuki tahap inti atau tahap kerja.

Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, di antaranya:
20

 Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam. Penjelajahan

masalah dimaksudkan agar klien mempunyai perspektif dan alternatif baru

terhadap masalah yang sedang dialaminya.

 Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-sama klien

meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien.

 Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara.

3) Tahap Akhir

Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:

 Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses

konseling.

 Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan

yang telah terbangun dari proses konseling sebelumnya.

 Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).

 Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.

Pada tahap akhir ditandai dengan beberapa hal, yaitu: (1) menurunnya

kecemasan klien; (2) perubahan tingkah laku klien ke arah yang lebih positif,

sehat, dan dinamis; (3) pemahaman baru dari klien tentang masalah yang

dihadapinya; dan (4) adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan

program yang jelas.

B. Kerangka Konseptual

Dalam proses pelaksanaan kegiataan bimbingan dan konseling, guru

bimbingan dan konseling harus memiliki keahlian dalam menggunakan beberapa


21

teknik pemecahan masalah. Teknik interpretasi merupakan satu dari beberapa

teknik di dalam bimbingan dan konseling. Teknik interpretasi digunakan oleh

guru bimbingan dan konseling untuk menyampaikan arti dari pesan yang

disampaikan oleh siswa, agar siswa lebih memahami makna dari setiap

perkataannya, mampu untuk mengulas pemikirannya, perasaan, dan

pengalamannya saat proses konseling.

Dewasa ini, pemikiran siswa cenderung berpikir secara instan.

Permasalahan yang dihadapi siswa dientaskan dengan solusi yang tidak matang.

Sehingga seringkali masalah mereka tidak terpecahkan, namun berlanjutkan ke

masalah yang lainnya. Setiap individu memiliki potensi untuk berpikir secara

positif dan mengembangkan pola pikirnya. Tinggal lagi bagaimana individu

tersebut melakukannya.

Permasalahan di atas dapat diselesaikan dengan menggunakan layanan

konseling individual. Di mana seorang siswa akan berkonseling langsung dengan

seorang guru bimbingan dan konseling yang akan membantu untuk menemukan

solusi yang tepat terhadap masalahnya.

Gambar 2.1

menggunakan LAYANAN
TEKNIK INTERPRETASI
KONSELI

untuk

POLA mengembang
PIKIR kan
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA MUHAMMDIYAH 01 Medan, yang


berlokasi di Jalan Utama No.170 Kota Matsum II Medan area.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini adalah

tiga bulan. Dimulai sejak bulan Juni 2018 dan berakhir pada bulan Agustus 2019.

Tabel 3.1

Bulan / Minggu
N Oktobe Februar
Jenis Kegiatan November Desember Januari
o r i
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan Judul

2 ACC Judul
Pembuatan
3
Proposal
Bimbingan
4
Proposal
Seminar
5
Proposal
6 Revisi Proposal

7 Penelitian
Bimbingan
8
Skripsi
Sidang Meja
9
Hijau

22
23

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini kualitatif sama dengan populasi dalam

penelitian kuantitatif. Populasi adalah jumlah keseluruhan objek penelitian yang

menjadi sumber data.

Menurut Suharsimi Arikunto (2013:172) mengatakan “Populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen

yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian

populasi”.

Adapun yang menjadi subjek di dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
dan guru bimbingan dan konseling SMA MUHAMMDIYAH 01 Medan, Jalan
Utama No.170, Kota Matsum II, Medan Area

Tabel 3.2

No. Kelas Jumlah Siswa


1 X – AV 1 33
2 X – AV 2 33
3 X – AV 3 33
4 X – KR 1 34
5 X – KR 2 33
6 X – KR 3 33
7 X – KR 4 34
8 X – TSM 1 34
9 X – TSM 2 32
10 X – PL 22
Jumlah 321
24

2. Objek Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2013:174) mengatakan bahwa “purposive

sample adalah bagian atau waktu populasi yang diteliti”. Objek dalam penelitian

ini adalah siswa kelas X SMA MUHAMMDIYAH 01 Medan yang memiliki

masalah dalam berpikir.

Tabel 3.3

No
Kelas Subjek Objek
.
1 X – AV 1 33 2
2 X – AV 2 33 2
3 X – AV 3 33 -
4 X – KR 1 34 2
5 X – KR 2 33 -
6 X – KR 3 33 -
7 X – KR 4 34 -
8 X – TSM 1 34 -
9 X – TSM 2 32 -
10 X – PL 22 2

Jumlah 321 8

C. Defenisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah penerapan teknik interpretasi untuk

mengembangkan pola pikir dengan menggunakan layanan konseling individual.

Adapun defenisi dari teknik interpretasi adalah suatu teknik yang

digunakan guru bimbingan dan konseling untuk menyampaikan arti dari pesan

yang disampaikan oleh siswa, agar siswa lebih memahami makna dari setiap
25

perkataannya, mampu untuk mengulas pemikirannya, perasaan, dan

pengalamannya saat proses konseling.

Berpikir dapat membentuk kebiasan terhadap diri setiap individu, hal ini

dikarenakan dengan berpikir individu menjadi berkonsentrasi terhadap hal yang

dipikirkannya sehingga berpengaruhi di dalam kehidupannya. Berpikir yang telah

menciptakan kebiasaan tentu akan melahirkan mindset (pola pikir).

Mindset adalah sekumpulan pikiran yang terjadi berkali-kali di berbagai

tempat dan waktu serta diperkuat dengan keyakinan dan proyeksi sehingga

menjadi kenyataan dan dapat dipastikan di setiap tempat dan waktu yang sama.

Konseling individual merupakan layanan konseling yang diselenggarakan

oleh seorang guru bimbingan dan konseling terhadap seorang siswa dalam rangka

pengentasan masalah pribadi siswa. Pembahasan masalah siswa di dalam layanan

ini bersifat mendalam, menyentuh hal-hal yang penting tentang diri siswa (bahkan

sangat penting yang boleh jadi menyangkut rahasia pribadi siswa), bersifat

meluas, meliputi berbagai sisi yang menyangkut permasalahan siswa, namun juga

bersifat spesifik menuju ke arah pengentasan masalah.

D. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Berdasarkan pendekatannya penelitian ini menggunakan Penelitian

Tindakan BK. Data yang dikumpulkan adalah berupa penjelasan kata-kata atau

gambar bukan penjelasan dengan menggunakan angka-angka.

Menurut Moleong (Dewa Komang Tantra, 2005.) “Sumber data penelitian

Tindakan BK adalah sebuah proses investigasi, terkendali yang berdaur ulang dan
26

bersifat relative mandiri yang memiliki tujuan melakukan perbaikan terhadap

sistem cara kerja proses isi kompetensi atau situasi”.

Karena data yang diperoleh suatu pengumpulan, mengolah ,menganalisis,

menafsirkan dan menyimpulkan data yang diperoleh dari suatu tindakan atau

perbuatan yang sengaja dirancang dan dilakukan dalam rangka merumuskan

metode atau sistem yang lebih baik

E. Langkah-langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah penelitian ini menggunakan penelitian tindakan

bimbingan dan konseling (PTBK), dengan model siklus sepreti yang dikemukakan

oleh Kemmis dan Mc Taggart dalam Hidayat dan Badrujaman (2012). Setiap

siklus terdiri atas empat tahap yaitu perencenaan, tindakan, observasi, dan

refleksi. Keempat tersebut disajikan dalam gambar berikut:

Gambar 3.1

Proses Penenlitian Tindakan

Perencanaa

Tindakan I

Evaluasi Observasi

Refleksi
27

Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengembangkan pola pikir

dengan menggunakan teknik interpretasi melalui layanan konseling individual

pada siswa kelas X SMA MUHAMMDIYAH 01 Medan.

Peneliti mengadakan kegiatan konseling per individu dengan siswa yang

memiliki masalah kecakapan dalam berpikir. Proses konseling dilakukan bertahap

sampai dengan selesai apabila siswa sudah memiliki pola pikir yang positif dan

matang.

F. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan penelitian ini digunakan alat

atau disebut juga dengan instrumen penelitian. Alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah observasi dan wawancara.

1. Observasi

Menurut Pauline V. Young (dalam Bimo Walgito, 2010:63) “Observasi

merupakan suatu penelitian yang dijalankan secara sistematis dan sengaja

diadakan dengan menggunakan alat indra, atau bantuan benda perekam atas

kejadian yang langsung dapat ditangkap pada waktu kejadian langsung”.

Dalam penelitian ini yang diobservasi adalah siswa kelas X yang memiliki

masalah dalam berpikir dan guru bimbingan dan konseling.

2. Wawancara
28

Munandir (2001 : 380) menyatakan bahwa “wawancara merupakan suatu

teknik untuk mengumpulkan data tentang diri pribadi, tentang pribadi siswa pada

latar sekolah dengan maksud mengenal dan memahami siswa.

Yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang

memiliki masalah dalam berpikir dan guru bimbingan dan konseling.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dipakai untuk memberikan arti data-data yang telah

dikumpulkan. Analisis data merupakan proses mengatur urutan data,

mengorganisasikan dalam suatu pola dan ukuran untuk dijadikan suatu

kesimpulan.

Untuk memperoleh informasi yang valid dan reliabel dari pelaksanaan

penelitian tindakan ini, maka perlu kelengkapan data, kualitas alat pengumpul

data dan ketepatan alat analisisnya Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:

a. Redukasi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah diredukasi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

b. Penyajian Data
29

Dengan penyajian data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami

tersebut.

c. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan

masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Hal ini

karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif bersifat

sementara dan akan berkembang setelah penelitian di lapangan.

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dianalisis dengan cara mencatat

yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal ini diberi kode agar sumber

datanya tetap ditelusuri. Sehingga diperoleh gambaran secara lengkap

bagaimana penerapan teknik interpretasi untuk mengembangkan pola pikir

siswa kelas X SMA MUHAMMDIYAH 01 Medan.


DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, Tomy.2014.Interpretasi Dan Teknik Pemandu Wisata. UPT Politeknik


Negri Bandung.

Asita,2017 (Sumber : Situs Resmi) website:www.Asitaindonesia org. diakses 19


Maret 2017.

Ahmadi,Abu dkk.2005.Strategi Belajar Mengajar. Bandung : cv Pustaka.Setia.

Effendi,Ujang Herli,2012.Pengaruh Penerapan Metode Diskusi Terhadap


Kemampuan Berpikir.Kritis Siswa.

Hasibuan j.j dan Moedjiono,2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan


Pendekatan Sistem, Jakarta : Bumi Aksara.

Syahbana,Ali.2012. Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis Matemis Siswa.


Journal:Universitas Muhammadiyah Bengkulu.

30

Anda mungkin juga menyukai