Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

Selain metode 5W + 1H, pada media televisi ada tambahan suatu formula yang disebut Easy
Listening Formula (ELF), yang lebih kurang berarti “berita yang mudah dan enak didengar”.
Formula tersebut tercermin pada suatu konsep yang dikemukakan oleh Soren H.Munhoff yang
disebutnya Five Star Approach to News Writing. Rumusan konsep tersebut tersusun sebagai
suatu akronim ABC-SS :

A : Accuracy (tepat/akurat)

B : Brevity (ringkas)

C : Clarity (jelas/jernih)

S : Sincerity (hormat/tulus)

S : Simplicity (sederhana

Suatu hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam penulisan naskah berita di media televisi
adalah prinsip sinkronisasi. Pengertian sinkronisasi disini adalah keselarasan antara gambar
dengan suara sebagai suatu sajian/tayangan yang padu, agar pesan dapat cepat dan mudah
diterima sekaligus dicerna oleh khalayak penonton.

Dalam penulisan berita televisi, sinkronisasi diperlukan antara naskah berita (kata-kata) dengan
film berita (visualnya). Penyuntingan (editing) yang dilakukan pada kedua elemen ini haruslah
saling menyesuaikan.

Dengan memperhatikan prinsip sinkronisasi tersebut, penulisan naskah berita televisi dapat
dibagi dalam dua cara :

1. Penulisan secara selaras penuh (Synchronized Scripting).

2. Penulisan secara selaras garis besar (Block Scripting).

Sincerety ..... bisa dipahami sebagai "kejujuran, ketulusan"....

Perlu diingat, berita tv disampaikan secara audio-visual, bahkan ada tampilan news presenter
atau reporter. Disitulah secara "kasat mata" bisa tercermin apakah penyampaian berita itu
"dibuat-buat" atau tulus (apa adanya).

Untuk mencapai keselarasan penuh, pembuatan naskah berita dilakukan setelah film berita
selesai diedit. Dalam hal ini dapatlah dikatakan bahwa narasi mengikuti gambar. Sebaliknya,
dapat pula dilakukan cara film berita diedit setelah naskah berita selesai dibuat, sehingga yang
terjadi adalah gambar mengikuti narasi.

Sedangkan penulisan secara selaras garis besar (Block Scripting) :

Naskah hanya melukiskan situasi peristiwa seperti yang tergambar dalam film, atau
sebaliknya gambar-gambar dalam film hanya memberikan dukungan secara umum pada
naskah berita. Penulisan secara blok ini biasanya digunakan untuk berita-berita yang sangat
pendek.

BAB 2

Struktur apa yang sesuai untuk berita televisi ?

Pada dasarnya, seperti halnya di media lain penulisan berita umumnya menggunakan struktur
Piramida Terbalik. Namun Soewardi Idris mengemuka- kan bahwa struktur Piramida Terbalik
kurang sesuai untuk media televisi.

Menurut Soewardi Idris dalam “Perihal Berita Televisi” (1999) :

“Lead pada surat kabar merupakan alinea atau paragraf pertama (kadang- kadang dua
paragraf) yang berisikan intisari atau esensi sebuah berita. Kadang-kadang dengan membaca
lead saja orang mampu menangkap seluruh isi berita walaupun tidak secara rinci. Akan tetapi,
dalam berita TV hal-hal yang esensial dan paling penting justru berada dalam rentetan gambar-
gambar atau aktualitas. Dan aktualitas itu ditampilkan sesudah penyiar berita membacakan
pengantar.”

Untuk itu, Soewardi Idris dengan mengutip Ivor York (1978) menyebut bagian awal berita
televisi sebagai Vision Story, yaitu pengantar untuk menyiapkan penonton menyaksikan
aktualitas (visual, film berita).

Dengan demikian, struktur berita televisi menjadi berurutan sebagai berikut :

Vision Story sebagai pengantar atau pembukaan

Isi berita

Penutup (klimaks)

Dengan kata lain, strukturnya adalah Piramida Tegak yang diawali dengan

Vision Story. Struktur seperti ini ternyata memang sesuai untuk berita televisi.

Namun ditambahkan catatan, struktur Piramida Terbalik tetaplah dapat digunakan pada berita
televisi, yaitu untuk berita-berita aktual yang sangat pendek dan lugas (straight news).

FORMAT NASKAH BERITA TELEVISI

Naskah yang dibuat untuk berita televisi memang agak berbeda dengan naskah berita media
cetak dan radio. Tentunya ini mengingat sifat audio visual pada media televisi. Dalam
penerapannya, ada cara penulisan yang menggunakan pemisahan kolom audio dan video.
Bentuk lainnya adalah tanpa pemisahan kolom, tetapi langsung menuliskannya menjadi satu
kesatuan. Kedua cara ini sama-sama memuat petunjuk atau keterangan – bisa pula berarti
perintah – tentang elemen audio dan visualnya.
Dalam penulisan naskah berita televisi, khusus untuk keterangan, kode, petunjuk (cue) atau
perintah, digunakan huruf kapital (HURUF BESAR). Misalnya judul berita, tanggal, durasi,
perintah membuka suara, dll. Sedangkan isi beritanya ditulis seperti biasa, yaitu menggunakan
kombinasi huruf besar dan kecil.

Disamping itu ada pula cara penulisan isi berita maupun cue yang seluruhnya menggunakan
huruf kapital, sehingga rangkaian huruf yang terlihat oleh penyiar/reporter mempunyai karakter
dan ukuran yang sama. Ini dimaksudkan untuk memudahkan penulisan serta
pembacaan/pengucapannya.

Perhatikan contoh-contoh berikut ini

GAMBAR JPG

Pemisahan kolom dimaksudkan untuk memperjelas aspek audio dan video. Aspek audio
(suara) meliputi narasi penyiar atau laporan reporter, cuplikan narasumber, dll. Aspek video :
segala hal berkaitan gambar.

Cara/sistem ini (berkolom atau tanpa kolom) bisa dipilih oleh stasiun TV sesuai selera &
kebutuhannya.

Berikut ada contoh-contoh dalam praktek siaran

GAMBAR JPG

Anda mungkin juga menyukai