Anda di halaman 1dari 15

VIDEO

A. Pengertian Editing
Editing dalam bahasa Indonesia adalah serapan dari Inggris.
Editing berasal dari bahasa Latin editus yang artinya ‘menyajikan kembali’. Editing
dalam bahasa Indonesia bersinonim dengan kata editing.
Dalam bidang audio-visual, termasuk film, editing adalah usaha merapikan dan
membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Tentunya
editing film ini dapat dilakukan jika bahan dasarnya berupa shot (stock shot) dan unsur
pendukung seperti voice, sound effect, dan musik sudah mencukupi. Selain itu, dalam
kegiatan editing seorang editor harus betul-betul mampu merekontruksi (menata ulang)
potongan-potongan gambar yang diambil oleh juru kamera. Editing berasal dari bahasa
Latin editus yang artinya ‘menyajikan kembali’. Editing dalam bahasa Indonesia
bersinonim dengan kata editing.
Leo Nardi berpendapat editing film adalah merencanakan dan memilih serta menyusun
kembali potongan gambar yang diambil oleh juru kamera untuk disiarkan kepada
masyarakat. (Nardi, 1977: 47).
Pertunjukan film di bioskop ataupun televisi di rumah-rumah apabila belum melalui
proses editing bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal, penonton cenderung merasa
bosan dan jenuh. Padahal, tayangan film ataupun video begitu ekonomis. Artinya,
penayangannya sangat bergantung pada aspek waktu. Waktu begitu mahal dan
menentukan dalam proses penayangan film. Jika sebuah tayangan berdurasi 60 menit, itu
artinya selama waktu itu pencipta film harus menjamin tidak membuat penonton bosan
apalagi meninggalkan bioskop, atau kalau di televisi memindahkan saluran. Begitu
berartinya sebuah hasil editing sampai ada pengamat film yang menyatakan bahwa ruh
tayangan film adalah proses editing.
Selain itu, J.M. Peters menyatakan bahwa yang dimaksud dengan editing film adalah
mengkombinasikan atau memisah-misahkan rangkaian film sehingga tercapai sintesis
atau analisis dari bahan yang diambil (Peters, 1980: 9). Di sini, Peters mengungkapkan,
dengan editing, film sintesis atau sutradara televisi dapat menghidupkan cerita,
menjernihkan suatu keterangan, menyatakan ide-ide atau menimbulkan rasa haru pada
penonton. Nyata sekali Peters menekankan pada aspek ‘pemberian’ suasana dan nuansa
sebuah film setelah melalui proses editing.
Pada saat editing berlangsung, tentunya tugas editor tidak hanya menyambung-
nyambung belaka. Karena selain unsur visualisasi, unsur pikturisasi (penceritaan lewat
rangkaian gambar) juga penting. Unsur inilah yang membedakan kegiatan sambung
menyambung dengan editing. Selain itu, keindahan sebuah film tidak melulu
disampaikan lewat rangkaian gambar, tetapi juga tingkahan musik dan sound effect yang
menjadikan sebuah film bernuansa. Di zaman film bisu, rangkaian gambar diupayakan
semaksimal mungkin membangun cerita film, tetapi setelah era film bersuara, kolaborasi
antara film dan musik begitu menyatu.
Sementara itu, D.W. Griffith berpendapat bahwa editing film merupakan suatu hal yang
terpenting dalam film karena editing film itu merupakan suatu seni yang tinggi. Seni
sendiri merupakan pondasi dari film. Menyunting film adalah menyusun gambar-gambar
film untuk menimbulkan tekanan dramatik dari cerita film itu sendiri. Sutradara dan
editor harus pandai dalam selection of shot, selection of action ( scene demi scene yang
harus dirangkaikan) (Griffith, 1972: 20-25).
Dari penjelasan Griffith tersebut, terkandung pengertian bahwa di samping pentingnya
penyusunan film, perlu adanya penyisipan-penyisipan potongan film untuk membuat
film itu bercerita. Ini penting sekali diungkapkan dalam pembuatan film pada televisi
karena televisi sangat singkat, tetapi bagaimana caranya supaya masyarakat tertarik
untuk menyaksikan secara keseluruhan.

B. Jenis - Jenis Editing


1) Editing continuitas (continuity cutting)
Yaitu menyambungkan potongan yang sesuai, dimana aksi yang berkesinambungan dan
mengalir dari shot yang satu ke shot yang lainnya, dimana aksi yang diperlihatkan bukan
merupakan bagian dari shot sebelumnya. Suatu sekuen yang berkesinambungan atau
rangkaian dari sambungan yang sesuai boleh terdiri dari berbagai angle yang berbeda,
namun gambar harus memperlihatkan kesinambungan pergerakan gambar, ketika subjek
berpindah posisi maupun arah harus disambung bersama. Jika suatu shot tidak sesuai
atau berurutan maka akan

2) Editing kompilasi (compilation cutting)


Film berita dan film jenis dokumenter mengenai survey, laporan, analisa dokumentasi,
sejarah atau laporan perjalanan, umumnya menggunakan editing kompilasi karena sifat
snapshot yang mengasyikan dari informasi visual, ini semua dihubungkan oleh narasi
yang berkesinambungan. Narasi suara menggerakkan gambar dan akan sedikit
maknanya jika gambar tanpa penjelasan suara. Editing kompilasi ini akan sedikit
menemui masalah karena semua semua shot menggambarkan apa yang terdengar/narasi.

3) Editing kontinuitas dan kompilasi (continuity and compilation)


Film-film cerita yang menggunakan editing kontinuitas boleh juga sesekali
menggunakan editing kompilasi, seperti serangkaian long-shot introduksi, sebuah sekuen
editing dengan waktu dan ruang yang diringkaskan, atau serangkaian shot yang tidak
saling berkaitan untuk memberikan impresi, bukannya suatu reproduksi dari suatu
peristiwa. (Joseph V. Mascelli, 1998: 149)
oleh: unguceria

C. Syarat Editor
Penulis pada dasarnya ada tiga, yaitu : penulis profesional, penulis semi profesional dan
penulis amatir.
Syarat menjadi penyunting naskah / editor :
1. Menguasai Ejaan
Seseorang uang ingin menjadi penyunting naskah pada penerbitan tentu perlu
menguasai kaidah ejaan bahasa Indonesia, ia harus paham penggunaan huruf kecil,
huruf kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan tanda-tanda baca (titik, koma, dll)
2. Mengusai Tata Bahasa
Seorang penyunting naskah harus tahu mana kalimat yang baik dan benar, dan mana
kalimat yang salah dan tidak benar. Menguasai bahasa Indonesia tentu tidak lain dan
tidak bukan adalah menguasai tata bahasa Indonesia
3. Bersahabat dengan Kamus
Seorang penyunting naskah perlu akrab dengan kamus, entah itu kamus satu bahasa
maupun kamus dua bahasa. dalam hal ini, tentu termasuk pula istilah, leksikon, dan
ensiklopedia.
4. Memiliki Kepekaan Bahasa
Seorang penyunting naskah pun dituntut untuk memiliki kepekaan bahasa. Dia harus
tahu mana kalimat yang kasar dan mana kalimat yang halus, mana kata yang perlu
dihindari dan mana kata yang sebaiknya dipakai.
5. Memiliki Pengetahuan Luas
Seorang penyunting harus memiliki pengetahuan luas, artinya ia harus banyak
membaca buku, membaca majalah dan koran, dan menyerap informasi melalui
media audiovisual. Jelas penyunting tidak ketinggalan informasi.
6. Memiliki Ketelitian dan Kesabaran
seorang penyunting naskah dituntut untuk tetap teliti dan sabar dalam menyunting
naskah.
7. Memiliki Kepekaan terhadap SARA dan Pornografi
Seorang penyunting naskah harus peka terhadap hal-hal yang berbau suku, agama,
ras, dan antargolongan.
8. Memiliki Keluwesan
Seorang penyunting naskah sering berhubungan dengan orang lain maka dia harus
dapat bersikap dan berlaku luwes (supel)
9. Memiliki Kemampuan Menulis
seorang penyunting juga perlu memiliki kemampuan menulis, minimal mampu
menyusun tulisan yang elementer.
10. Menguasai Bidang Tertentu
Alangkah baiknya seorang penyuntung menguasai satu bidang keilmuan tertentu.
11. Memahami Kode Etik Penyuntingan Naskah
Seorang penyunting naskah perlu menguasai dan memahami kode etik penyuntingan
naskah, dengan kata lain penyuntingan naskah harus tahu mana yang boleh dan
mana yang tidak boleh dilakukan dalam penyuntingan naskah.

MATERI VIDEO

1. Pengertian editing (Roy Thompson and Christopher J. Bowen, 2009: 1) menyebutkan:


“Editing for motion pictures is the process of organizing, reviewing, selecting, and
assembling the picture and sound “ footage ” captured during production. The result of these
editing efforts should be a coherent and meaningful story or visual presentation that comes as
close as possible to achieving the goals behind the original intent of the work — to entertain,
to inform, to inspire, etc.”
(Editing adalah proses mengorganisir, reviewing, memilih, dan menyusun gambar dan suara
hasil rekaman produksi. Editing harus menghasilkan tayangan gambar yang padu dan cerita
yang penuh makna sesuai apa yang telah direncanakan sebelumnya yaitu untuk menghibur,
menginformasikan, memberi inspirasi dan lainnya)
2. Editing yaitu kegiatan memotong-motong gambar yang panjang, menyambung potongan-
potongan gambar yang bercerita (memiliki sekuen) dalam durasi yang ditentukan, dan siap
ditayangkan pada waktunya. (B Wahyudi: 2004)
B. Elemen dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam editing
Editing dibangun oleh beberapa elemen. Hasil dari sebuah editing tergantung pada
bagaimana elemen tersebut digunakan, bagus tidaknya dan apakah gambar mengganggu atau
tidak saat ditonton. Pada prinsipnya editing bukan hanya memotong dan menyambung shot,
namun yang perlu diperhatikan bahwa setiap shot memiliki aspek ruang dan waktu. Maka
perhitungkan bagaimana susunan shot tersebut efisien dan tidak bertentangan dengan logika
penonton. Hal tersebut bisa dicapai dengan cara sebagai berikut dan elemen-elemen itu
adalah:
1. Motivasi
Dalam mengedit harus selalu ada motivasi atau alasan yang jelas pada saat memindah,
menyambung, atau saat menggunakan perpindahan serta fade. Motivasi ini bisa dalam
gambar, suara maupun kombinasi gambar dengan suara.
2. Informasi
Gambar yang memiliki informasi adalah dasar dari sebuah editing. Setiap shot baru berarti
mempunyai informasi yang baru pula dan susunan harus ideal agar gambar menarik. Karena
semakin penonton mendapatkan banyak informasi dan mengerti maka ia akan semakin
menikmati dan seperti terlibat dalam cerita sebuah tayangan. Tugas seorang editor untuk
mendapatkan gambar yang penuh informasi dalam sebuah program, namun tanpa kesan
menggurui penonton.
3. Komposisi
Meskipun editor tidak bisa menciptakan suatu komposisi gambar, namun salah satu tugas
editor adalah memilih dan menyusun shot yang ada dengan komposisi menjadi dapat
diterima. Karena komposisi shot yang buruk adalah hasil dari proses shooting yang buruk.
4. Suara
Suara adalah elemen penting dalam editing, suara bukan hanyalebih langsung dari gambar
namun juga lebih abstrak. Suara dapat membangun suasana dan emosi yang menjadi suatu
daya tarik serta dapat digunakan untuk menyiapkan penonton dalam pergantian scene
ataupun cerita.
5. Angle kamera
Adalah elemen paling penting dalam editing, pada prinsipnya saat perpindahan shot yang
satu dengan yang lain harusnya berbeda angle. Perbedaan angle satu objek/subjek adalah
kurang dari 45o, sedangkan untuk garis khayal antara dua objek adalah tidak lebih dari 180o,
jika melebihi ini maka akan terjadi jumping gambar.
6. Kontinuitas (continuity action)
Kontinuitas atau kesinambungan gambar dimana setiap perpindahan shot baru dengan agle
dan komposisi baru merupakan kelanjutan dari shot sebelumnya. Kesinambungan ini
mencakup kontiniti konten, pergerakan, posisi dan suara. (Roy Thompson and Christopher J.
Bowen, 2009: 58). Aksi yang terdapat pada suatu shot dengan shot berikutnya tidak
mengalami perubahan mendadak dalam kecepatan gerakan dan arah gerakan.
7. Arah layar (screen direction)
Objek/subjek yang sama pada setiap shot harus mempertahankan arah gerakan yang sama.
8. Garis mata
Garis mata subjek yang melihat ke suatu arah haruslah sesuai dengan arah yang dipercaya
penonton merupakan tempat apa yang dilihat subjek.
C. Pedoman Editor
Agar hasil edit memiliki cerita menarik, memiliki taste dan bisa membawa penonton
menikmatinya, ada beberapa pedoman editor yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Memahami konsep cerita/naskah.
2. Melihat terlebih dahulu (preview) seluruh gambar dan mencatat shot yang penting dan
menarik
3. Selalu gunakan gambar terbaik sebagai gambar pembuka.
4. Mengatur komposisi dan durasi shot baik shot statis dan shot bergerak (pan,zoom,dll)
5. Hindari perpindahan gambar dan suara secara mendadak, tambahkan efek jika diperlukan.
Setiap efek yang digunakan selain memberi makna tertentu juga akan memberi kesan
tersendiri.
6. Memberikan jeda gambar dan suara sejenak dengan atmosfer, untuk memberi kesempatan
penonton untuk menikmati.
7. Untuk program yang memakai narasi dan wawancara jangan meletakkan terlalu rapat biarkan
ada jeda, ini membantu penonton untuk memahami bahwa ada pergantian pembicara.
8. Jika program memakai narasi, ingatkan narator untuk membaca narasi tidak terlalu cepat
maupun lamban.
D. Tujuan editing
Ada banyak alasan kita melakukan pengeditan dan pendekatan editing sangat bergantung dari
hasil yang kita inginkan, yang terpenting adalah ketika kita melakukan pengeditan, pertama
adalah menetapkan tujuan kita melakukan editing. Namun, secara umum, tujuan editing
adalah sebagai berikut:
1. Memindahkan klip video yang tak dikehendaki.
2. Memilih gambar dan klip yang terbaik.
3. Menciptakan arus.
4. Menambahkan efek, grafik, musik dll.
5. Mengubah gaya dan suasana hati dan langkah dari gambar.
6. Memberikan sudut yang menarik bagi hasil rekaman.
E. Tentang Video
Video merupakan gabungan gambar-gambar mati yang dibaca berurutan dalam suatu waktu
dengan kecepatan tertentu. gambar-gambar yang digabung tersebut dinamakan frame dan
kecepatan pembacaan gambar disebut dengan frame rate, dengan satuan fps (frame per
second). karena dimainkan dalam kecepatan yang tinggi maka tercipta ilusi gerak yang halus,
semakin besar nilai frame rate maka akan semakin halus pergerakan yang ditampilkan. Lebih
jauh mengenal frame rate. ketika serangkaian gambar mati yang bersambung dilihat oleh
mata manusia, maka suatu keajaiban terjadi. jika gambar-gambar tersebut dimainkan dengan
cepat maka akan terlihat sebuah pergerakan yang halus, inilah prinsip dasar film, video dan
animasi.
Negara yang memakai format standar NTSC (national television standards comitte) yaitu
amerika serikat, jepang, kanada, meksiko dan korea memiliki frame rate sebesar 30 fps
(tepatnya 29.97 fps)
Untuk negara Indonesia, Inggris, Australia, Eropa dan China format video standar yang
digunakan adalah format PAL (phase alternate line) dengan frame rate sebesar 25 fps.
Sedangkan negara perancis, timur tengah dan afrika menggunakan format video standar
SECAM (sequential couleur avec memoire) dengan frame rate sebesar 25 fps.
F. Beberapa istilah dalam video editing
1. Capture device : adalah alat atau perangkat keras yang mengubah atau
mengkonversi video analog ke video digital
2. Compressors and codec : adalah perangkat lunak atau program yang memadatkan
atau menghilangkan. compress atau pemadatan untuk membuat ukuran video menjadi
lebih kecil
3. Editing : proses mengubah dan memanipulasi serta mengumpulkan klip video,
audio track, grafik dan material lain menjadi suatu paket tayangan yang menarik dan
baik. Editing juga membuat transisi antar klip. Editing menjadi bagian dari proses post
production atau pasca produksi.
4. Edit decision list (edl) : daftar keputusan mengenai hal-hal yang dimasukan atau
dikeluarkan dalam proses editing.
5. Encoding adalah proses mengubah klip video dalam format tertentu. misalnya
format 3gp menjadi format avi, wmv, mpeg, dat.
6. Linear editing : juga dikenal sebagai tape to tape editing. adalah suatu metode
editing yang mengubah video klip dari tape satu ke tape yang lain sesuai hasil yang
diharapkan.
7. Non linear editing adalah suatu metode editing yang menggunakan perangkat
lunak komputer untuk mengubah klip video.
8. Transisi adalah jalan atau cara mengubah/memadukan satu shot ke shot
berikutnya
9. Post production adalah segala sesuatu yang terjadi pada klip video atau audio
setelah produksi atau setelah klip video atau audio direkam atau dishooting. Post
production atau pasca produksi meliputi pekerjaan mengedit video dan audio,
memberikan judul, membuat grafik dan efek serta menyesuaikan atau mengoreksi warna.
G. Metode Editing
Ada beberapa metode dalam pengeditan video dan masing-masing metode ini mempunyai
proses yang berbeda. Meski saat ini, metode non linear editing paling banyak digunakan,
utamanya para editor profesional, ada baiknya bagi kita mempelajari berbagai metode editing
ini.
1. Film splicing/penyambungan film
Secara teknis ini bukanlah video editing, tapi film editing. Namun, amat penting bagi kita
untuk mengetahui metode ini karena, metode ini adalah metode edit pertama yang mengedit
gambar-gambar bergerak atau hidup dan secara konseptual, metode ini adalah dasar dari
semua editing video.
Secara tradisi, metode ini dilakukan dengan memotong bagian film, mengolahnya dan
membuang bagian yang tak diperlukan. Proses sangat langsung dan mekanikal. Secara teori,
penyambungan film dilakukan dengan gunting dan tape peyambung, namun kenyataannya,
menggunakan mesin penyambung banyak dilakukan dan menjadi solusi praktis.
2. Tape to tape (linear)
Metode linear adalah metode origin elektronik sebelum penggunaan komputer dikenal pada
sekitar tahun 1990. Meski saat metode ini tidak mejadi pilihan favorit, tapi dalam hal-hal
tertentu motode ini masih banyak digunakan. Ketrampilan dalam metode editing ini diyakini
akan sangat bermanfaat dalam jangka waktu yang panjang. Dalam metode linear adalah
mengcopy secara selektive dari satu tape ke tape yang lain. Dalam metode ini setidaknya
digunakan dua tape, satu sebagai sumber dan satu sebagai perekam/recorder.
3. Digital/komputer (non linear)
Dalam metode ini, gambar atau clip ditangkap dan disimpan dalam hardrive/harddisk dan
diedit dengan menggunakan perangkat lunak/program atau software tertentu. Namun, setelah
editing selesai, gambar kembali dipindahkan ke kaset tape atau ke optikal disk/cd. Metode ini
mempunyai keuntungan yang signifikan dari linear editing. Khususnya, karena metode ini
sangat flexibel. Editor dapat mengedit gambar sesuka hati dan tidak perlu dilakukan secara
linear-inilah sebabnya metode disebut non linear.
Kekurangan dari metode ini, adalah amat bergantung pada perangkat keras/hardware dan
perangkat lunak/software yang kita miliki.
4. Live Editing
Dalam situasi tertentu, misal dalam kondisi siaran langsung, beberapa kamera dan video
disambungkan dengan sentral mixing dan control, dan diedit dalam saat itu juga. Contoh
paling real dari live editing ini adalah dalam siaran langsung yang kita lihat ditelevisi.
H. Peralatan Untuk Editing Video
Sejumlah peralatan berikut ini harus dipersiapkan untuk membuat sistem editing video :
1. Perangkat sumber video sebagai player kaset video, ini dapat berupa VCR, camcorder,
atau player khusus yang dirancang khusus untuk kebutuhan tersebut.
2. Satu unit komputer dengan spek tertentu tergantung software yang digunakan untuk
editing video. Software yang sederhana memerlukan komputer dengan spesifikasi yang
relatif minimal, sementara software editing video profesional mempersyaratkan komputer
berkinerja tinggi agar software tersebut dapat berjalan dengan baik. Secara umum
memang kita dapat mengharapkan kelancaran program dan kecepatan proses editing
seiring dengan makin tingginya spesifikasi komputer yang digunakan, terutama dalam
komponen prosesor, besar memori RAM, dan kapasitas hard disk.
3. Peralatan capture video. Untuk dapat meng-capture video dari sumber analog (seperti
kaset VHS dan Video8), kita memerlukan peralatan yang dapat mengkonversi kaset
analog tersebut ke format digital. Ini dapat berupa peralatan tambahan khusus yang
kemudian ditancapkan ke slot khusus di motherboard komputer, disebut dengan video
capture card. Pada masa tahun-tahun terakhir ini kaset analog sudah jarang dipakai dan
berganti dengan kaset digital (Video8 digital, atau MiniDV), maka peralatan capture yang
kita butuhkan ialah IEEE-1394 Card atau yang lebih dikenal dengan istilah firewire. Port
USB yang sudah amat lazim tersedia pada komputer juga bisa digunakan tapi resolusi
gambar yang dihasilkannya kurang cocok untuk proyek DV editing video yang lazim
digunakan.
4. Kabel dan jack penghubung yang menghubungkan player dan komputer (yang sudah
dilengkapi dengan perangkat capture video). Untuk diingat bahwa untuk beberapa kasus
mungkin terjadi bahwa jack-nya tidak cocok sehingga masih memerlukan konektor
penyesuai (adapter), baik firewire adapter atau USB adapter.
5. Software untuk meng-capture, meng-edit, dan menghasilkan output video.
Banyak jenis produk dan merk yang tersedia di pasaran baik software maupun hardware,
yang dapat membuat kita bingung dalam menentukan pilihan produk mana yang akan
dibeli untuk dipakai. Saran sederhana : pertimbangkan sejumlah ulasan yang bisa Anda
temukan di sejumlah sumber (majalah komputer, suratkabar, situs internet), lalu temukan
sumber penjual hardware yang bisa Anda percayai, lalu silakan bertanya dan berdiskusi
dengannya tentang kebutuhan khusus Anda dalam soal editing video ini.
I. Menghubungkan Player Video dengan Komputer
Dianggap Anda telah mempersiapkan semua peralatan seperti dijelaskan di atas. Kini Anda
dapat menghubungkan player video dengan komputer. Ini dapat berarti salahsatu dari
sejumlah alternatif berikut ini :
– Sebuah VCR (sebagai player kaset analog) dihubungkan ke komputer yang memiliki
port Audio Video yang bersesuaian.
– Sebuah camcorder tipe analog (sebagai player) dihubungkan ke komputer serupa dengan
kondisi di atas.
– Sebuah VCR atau camcorder tipe digital (yang dengan demikian memiliki port firewire
atau USB) dihubungkan dengan komputer yang juga memiliki port firewire/USB.
Hidupkan kedua peralatan yang terhubung tersebut, yaitu player video dan unit
komputer. Jika koneksi player dengan komputer ini berjalan baik, komputer biasanya
akan melakukan deteksi otomatis disertai pemunculan suara lembut (ding). Tergantung
sistem operasi yang digunakan, kita juga dapat mengharapkan tampilnya pop-up berupa
pilihan menu untuk tindakan selanjutnya, salahsatunya ialah tawaran untuk meng-
capture lalu meng-edit video menggunakan software tertentu yang sudah ter-install di
sistem komputer kita.
J. Tahap – Tahap Video Editing :
1. Logging
Mencatatat dan memilih gambar yang kita pilih berdasarkan timecode dalam masing-
masing kaset berdasarkan script continuity report (catata timecode).
2. Capturing
Proses pemindahan (transfer ) gambar yang terdapat dalam kaset video (tape) kedalam
komputer.
3. Online Editing
Proses penambahan efek-efek tertentu seperti efek transisi, efek warna, efek gerak,
caption dan efek-efek lainnya sesuai dengan kebutuhan cerita.
4. Offline Editing
Proses pemilihan (selection) dan penyusunan shot sesuai dengan susunan skenario tanpa
menerapkan efek-efek tertentu.
5. Sound Scoring
Proses pemilihan materi audio seperti ilustrasi musik, atmosfir, dan sound efek sesuai
dengan kebutuhan cerita.
6. Mixing
Proses pencampuran dan pengaturn materi audio mulai dari pengaturan level suara
hingga pengaturan filter ilustrasi musik untuk menekankan kondisi emosi tertentu.
7. Rendering
Proses penyatuan seluruh format file yang ada dalam timeline menjadi satu kesatuan file
yang utuh.
8. Export
Proses pemindahan (transfer) hasil penyuntingan kedalam bentuk yang sesuia dengan
kebutuhan seperti VCD, DVD, maupun kaset video (tape).
K. Tahapan Prosedur Kerja Editing Video
Pada pekerjaan editing video, secara umum pola berpikir tahapan kerjanya, hampir sam
dengan langkah-langkah pada prosedur kerja editing film, yang berbeda hanya teknologi
pada pekerjaan video menuntut Editor harus mengikuti proses kerjanya, dimana umumnya
pada pekerjaan program video, perekamanan suara dilakukan secara langsung dan direkam
pada pita video itu. Secara umum editing video dapat dilakukan dengan dua cara, sesuai
dengan pola teknologi mana yang akan dipakai oleh seorang Editor.
Pola teknologi dapat dibagi menjadi :
1. Linear Editing
2. Analog
3. Digital
4. Non Linear Editing
5. Analog
Pengertian umum Analog dari teknologi media audio visual adalah, cara merekam yang
dilakukan baik ketika shooting video ataupun saat mentransfer dari pita satu ke pita yang lain
dengan perangkat kerjanya, merupakan proses perekaman gelombang cahaya secara
berkesinambungan (kontinyu) menjadi satu bentuk kurva garis melengkung, seperti garis
grafik yang lengkungannya tergantung tinggi rendahnya cahaya itu sendiri.
2. Digital
Sedangkan pengertian dari Digital merupakan proses perekaman gelombang cahaya dengan
pola terputus-putus On-Off lalu On-Off begitu seterusnya, sesuai dengan karakternya dari
teknologi komputer, yang pada akhirnya menjadi satu bentuk kurva garis kotak-kota yang
juga membentuk grafik terdiri dari banyak kotak-kotak kecil.
3. Linear Editing
Pengertian dari “Linear Editing” adalah pola editing yang dalam pelaksanaannya harus
dilakukan secara beruntun (berurutan) satu-persatu dari shot pertama hingga shot terakhir,
dari adegan pertama hingga adegan terakhir secara berkesinambungan. Artinya ketika
seorang Editor melakukan kesalahan penyambungan diawal film atau bahkan di tengah-
tengah film, maka untuk melakukan perubahan atau perbaikan ia harus mengulanginya sekali
lagi dari titik dimana kesalahan itu berada hingga akhir filmnya.
Pada sistem “Analog” pekerjaan editing tidak ada pilihan lain kecuali mengulanginya secara
keseluruhan, apabila ingin dicapai hasil gambar yang prima. Sedangkan pada sistem
“Digital” pekerjaan editingnya memakai perangkat yang serba digital, sehingga apabila
terjadi kesalahan, seorang Editor cukup mengkopi (mentransfer) bagian yang ingin
dibetulkannya karena dengan sistem digital, kualitas gambar yang dikopi atau ditransfer ke
kaset atau pita lain tidaklah mengalami penurunan seperti yang terjadi pada sistem analog.
Perbedaan yang paling mendasar pada sistem analog dan digital adalah pada jenis pita video,
peralatan rekam maupun perangkat pendukungnya termasuk seluruh fasilitas alat yang
dibutuhkan pada studio editing. Pada saat sekarang ini pola kerja linear editing yang
menggunakan sistem analog dengan single track maupun A and B Roll yang dimaksudkan
langsung jadi (final edit) sudah jarang digunakan, kecuali hanya pada produksi dengan biaya
rendah (low budget) atau hanya digunakan untuk off line pada produksi yang umum.
Pelaksanaan pekerjaan dengan pola linear editing, baik sistem analog maupun digital pada
umumnya melalui dua tahap pengerjaan, yaitu tahap “Off Line” dan tahap “On Line”. Tahap
off line adalah tahap dimana seorang Editor mulai mengedit membuat kerangka secara
keseluruhan dari sebuah program video. Kalau kita bandingkan dengan prosedur kerja editing
film yang sudah kita bahas lebih dulu, kurang lebih sama pada langkah keenam yang kita
sebut “Rough Cut”. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan diuraikan satu persatu tahapan
dari kerja linear editing.
Langkah pertama pada pola kerja linear editing adalah mempelajari dahulu skenario dari
program video yang akan kita but. Kemudian kita juga mempelajari laporan shooting, dimana
pada umumnya laporan shooting (shooting script) dari sebuah program video dilengkapi
dengan nomer Time Code yang selalu berubah dari shot ke shot lainnya.
Laporan shooting yang baik akan tercatat lebih detail lagi, yang mana disana terdapat time
code in dan time code out dari sebuah shot, serta berada di kaset (pita) nomer berapa, juga
tentu deskripsi dari shot itu menerangkan apa yang terjadi, dan terakhir sudah diberi tanda
dari take (pengambilan) yang dinyatakan baik (oke) oleh sutradara, hanya saja letak catatan
itu belum beraturan sesuai nomer urut adegan pada skenario, karena seperti sudah kita
ketahui, bahwa sebuah shot ketika waktu shooting tidak dibuat dengan berurutan mengingat
sistem kerja (shooting) dari film maupun video, sering kali jumping atau lompat-lompat
sesuai kebutuhannya. Oleh sebab itu langkah pertama yang harus kita lakukan adalah
mengurutkan tiap-tiap shot dari sebuah adegan di laporan shooting, kemudian melihat dan
mempelajarinya sehingga kita dapat memutuskan bagaimana juxtaposisi yang baik dari
sebuah adegan.
Langkah kedua adalah dimulainya “Off Line” editing itu sendiri, dimana hal yang terpenting
pada tahap ini adalah membuat pemotongan sementara kerangka program secara
keseluruhan. Pengertian diatas penting karena seorang Editor video tetap akan melalui satu
tahap lagi berikutnya yaitu on line, dimana kedua tahap itu saling berkaitan secara langsung,
artinya segala sesuatu yang direncanakan pada tahap off line akan disempurnakan di tahap on
line.
Pada tahap off line, time code dari setiap potongan gambar dimunculkan pada layar gambar
dan ditempatkan pada bagian bawah layar. Hal ini penting untuk digunakan pada saat on line
nanti dijadikan patokan. Pada umumnya tahap off line editing belum nampak efek-efek
khusus sebagai transisi, dimana seorang Editor hanya memberikan catatan pada kertas
logging nantinya ketika mulai mencatat time code hasil off line. Sering juga terjadi pada
umumnya sebuah produksi menggunakan off line editing dengan mengedit terlebih dahulu
memakai editing VHS.
Langkah ketiga adalah pencatatan time code dari hasil off line yang sering disebut dengan
istilah “Logging”. Pada tahapan ini Editor hanya mencatat time code in dan time code out
dari setiap potongan atau sambungan antar shot yang diinginkan untuk editingnya. Beberapa
hal yang ingin dikoreksi serta ingin ditambahkan pada sebuah adegan, termasuk efek khusus
yang merupakan transisi dari adegan satu ke adegan yang lain juga diberikan tanda pada
catatan logging itu, agar nantinya bisa diperbaiki dan ditambahkan pada langkah atau tahapan
berikutnya
Langkah keempat adalah tahapan “”On Line” editing itu sendiri, dimana seorang Editor akan
bekerja sama dengan seorang operator dari mesin editing on line yang dipakainya. Pada tahap
ini Editor akan mengawasi proses pemotongan dan penyambungan kembali dari gambar-
gambar yang sudah pernah dieditnya saat off line dahulu, hanya saja kali ini ia harus betul-
betul teliti memperhatikan tiap-tiap cutting point, karena pada saat on line ini adalah
merupakan kesempatan terakhir seorang Editor melakukan koreksi editingnya, yang tidak
mungkin ia lakukan sempurna ketika off line dulu, termasuk pembuatan efek khusus dan juga
title awal maupun ending title serta peletakkan bumper.
Mengenai masalah suara, seorang Editor juga sudah harus memperhatikan kualitas maupun
balance (kesamaan level) dari volume suara tiap-tiap sambungan shot, maupun dari adegan
satu ke adegan yang lain, agar nanti ketika sampai pada tahapan berikutnya akan lebih
mempermudah pekerjaannya.
Langkah kelima adalah “Mixing”, dimana pada tahapan ini Editor membantu proses kerja
menyatukan beberapa unsur suara seperti dialog, suara efek dan musik terutama untuk
kepentingan tercapainya konsep penggunaan unsur suara pada editingnya.
4. Non Linear Editing
Sementara pengertian dari “Non Linear Editing” adalah pola kerja editing yang tidak harus
berurutan ketika mengeditnya, artinya seorang Editor bisa saja memulai pekerjaannya dari
tengah-tengah film atau bahkan dari akhir (ending) film, apabila disesuaikan dengan jadwal
(schedulle) dari shooting sebuah film, dimana pada saat yang bersamaan seorang Editor juga
harus mulai bekerja. Pada pekerjaan sinetron serial panjang, seringkali terjadi penundaan
shooting pada adegan-adegan tertentu karena pertimbangan sistem produksi yang
menggunakan sistem “polling” (penggabungan) suatu lokasi, sehingga pekerjaan editing
harus menyesuaikan dengan jadwal shooting, maka pola kerja non linear editing sangat tepat
karena Editor bisa melewati bagian adegan yang belum di shooting.
Artinya Editor bisa bekerja secara melompat-lompat dari adegan satu ke adegan yang lain,
tanpa harus beurutan seperti yang terjadi pada pola kerja linear editing.
Pada pola kerja non linear editing, dapat kita jumpai bermacam-macam jenis mesin yang
masing-masing punya karakter yang secara prinsip memiliki pola kerja yang sama satu
dengan lainnya.
Sebut saja mesin Avid, mesin Cube atau Adobe Primer yang saat ini merupakan satu-satunya
mesin non linear editing yang dimiliki oleh jurusan FFTV – IKJ. Ketiga msin itu memiliki
proses urutan kerja yang kurang lebih mirip, hanya saja kemampuan ketiga mesin itu masing-
masing memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Pada pola kerja non linear editing terdapat beberapa perbedaan tahapan kerja bila
dibandingkan dengan pola kerja linear editing, berikut di bawah ini akan diuraikan.
Langkah pertama adalah “Logging”, dimana pada sistem non linear editing yang dicatat
adalah time code in dan time code out dari sebuah shot secara utuh, dari klep awal hingga
Sutradara memutuskan Cut pada sebuah shot. Pada umumnya mesin non linear editing jenis
apapun memiliki keterbatasan dari hard disc yang sangat berhubungan erat dengan
banyaknya gambar yang bisa disimpan dalam memorynya. Dengan keterbatasan ini maka
seorang Editor harus betul-betul memilih shot baik yang sudah pasti akan dipakai dalam
pekerjaannya, artinya proses selection of shot dan selection of action sudah dilakukan pada
tahap logging ini, apabila ada kesempatan bagi Editor untuk melihat lebih dahulu materi shot
yang akan di logging.
Pada tahapan ini, hal yang tidak kalah penting adalah membuat sistem pengadministrasian
yang efektif, dimana ada hal-hal yang prinsip yang harus dilakukan dalam menuliskan
deskripsi dari shot-shot itu. Pertama adalah harusnya menulis terlebih dahulu nomer scene
pada awal kalimat, kemudian disusul masing-masing menjadi nomer shot dan nomer take,
baru disusul dengan nama tokoh (karakter) yang akan muncul pada gambar itu dan setelah itu
keterangan peristiwa apa yang dialami atau terjadi dengan tokoh itu, baru ditutup dengan
jenis shot (type of shot) seperti LS, MS ataupun CU, sebagai contoh : “Sc 16 / 3 / 2 Tjoet
Nya’ Dhien berjalan menuju lapangan FS”. Hal ini penting karena pada sistem sortir dalam
mesin editing itu akan mengacu pada abjad ataupun urutan angka, sehingga dengan
melakukan hal tersebut diatas akan mempermudah Editor dalam mengedit filmnya. Demikian
pula cara menempatkan data-data dari shot itu bisa dijadikan satu saja, ataupun dipisahkan
kedalam laci-laci yang biasa disebut dengan “Bin”. Hal ini penting diperhatikan karena
dalam plor kerja non linear editing, seorang Editor tidak dapat melihat gambar secara
langsung melainkan data-data dari deskripsi yang sudah dimasukkan pada tahap logging,
sehingga dengan memperhatikan hal tersebut, Editor dapat bekerja dengan efisien efektif.
Langkah kedua adalah saat dimana Editor mulai mengedit filmnya, dimana seperti biasa pada
tahap awal harus dilakukan “Off Line” dahulu untuk mendapatkan gambaran keseluruhan
dari program yang kita edit. Pada pola kerja non linear editing, yang membedakan antara off
line dan on line adalah tingkat kaulitas gambar yang dipakai, karena pada mesin-mesin
tertentu seperti Avid yang memiliki kapasitas hard disc yang banyak, memungkinkan
merekam seluruh materi dengan kualtias AVR yang baik, sehingga Editor mungkin pada saat
yang bersamaan melakukan off line sekaligus on line.
Apabila kita berbicara mengenai pengunaan mesin yang memiliki kemampuan terbatas, baik
dari segi hard disc maupun segi keterbatasan dalam melakukan efek-efek khusus, maka kita
harus melakukan langkah keempat yang merupakan penghapusan kembali materi yang sudah
di off line, untuk dilakukan “Redigitize”, baik dengan menggunakan mesin yang sama
ataupun mesin yang lain, dengan cara menggunakan EDL dari time line yang sudah ada
ketika membuat off line editing. Hal ini penting agar tidak terjadi perbedaan AVR di dalam
satu time line, yang bisa mengakibatkan komputer tidak bisa berfungsi sebagaimana
mestinya. Pada pekerjaan yang menggunakan mesin off line EDL adalah singkatan dari “Edit
Decition List”.
Pada produksi dengan low budget, sering kali langkah keempat merupakan langkah yang
paling panjang masa kerjanya, karena disamping melakukan tahapan “On Line” pada tahap
ini akan dilakukan pula “Track Laying Sound”, yaitu menempatkan seluruh unsur usara pada
track-track di mesin, kemudian sekaligus mengatur level volume masing-masing suara itu
sesuai kebutuhan, atau dengan kata lain ia melakukan pekerjaan mixing.
Demikian langkah-langkah standar prosedur kerja editing diatas merupakan pola kerja non
linear editing dengan mesin Avid, akan tetapi seperti telah disebutkan diatas bahwa secara
umum standar prosedur kerja dari macam-macam mesin editing itu sama, hanya saja teknik
dan istilah nama kerjanya yang berbeda.
Seperti pada umumnya para seniman yang kreatif dari produk media audio visual, selalu
melakukan berbagai macam cara untuk mencapai hasil yang maksimal, dimana pertama-tama
membangun dahulu semua materi, kemudian memfokuskan permasalahan dan mulai
memotong, mempertajam dan akhirnya memoles bentuknya hingga memunculkan seluruh
gagasan pekerjaannya.
Pada pekerjaan editing, karena shot tidak dibuat dengan berurutan ketika shooting, maka
selain langkah-langkah yang sudah dijelaskan diatas, segala sesuatunya harus dikembalikan
kepada teori-teori yang ada dan Editor harus dapat berpikir obyektif dalam
menginterpretasikan sebuah film, walaupun pandangan subyektifnya terus melekat dalam
benaknya dan itulah merupakan tantangan terbesar untuk menentukan hasil akhir dari
pekerjaan Editing.

Seorang Editor harus:


 Memahami ide dari keseluruhan cerita yang disajikan, sebelum dia melakukan proses editing,
dia harus mengerti/memahami:
 Tema dasar cerita
 Plot/ alur cerita
 Memilih apa yang penting dan membuang apa yang tidak penting
 Apa pesan utama dari program yang disajikan
6 Elemen Editing
Dalam ilmu editing ada 6 elemen dasar yang menjadi hal penting untuk diperhatikan. Untuk
menghasilkan sebuah karya editing yang indah, seorang editor harus mampu
mengkombinasikan ke enam elemen ini sebab ke enam elemen tersebut memiliki keterkaitan
satu sama lainnya. Ke enam elemen tersebut adalah:
1. Motivation (Motivasi)
2. Information (Informasi)
3. Composition (Komposisi)
4. Sound (Suara)
5. Camera Angle (Sudut pengambilan gambar)
6. Continuity (Kesinambungan)

1. Motivation (Motivasi)
Editor harus memiliki alasan kuat untuk menentukan pilihan gambar mana yag akan
dimasukkan ke dalam scene editingnya. Selalu ada alasan atau motivasi yang tepat untuk
melakukan penyambungan gambar sesuai dengan transisi yang dibutuhkan. Pada elemen ini
juga termasuk berapa lama durasi yang kita inginkan untuk setiap klip editing.
Elemen ini juga berkaitan dengan pergerakan kamera (camera movement). Masing-masing
pergerakan kamera ini memiliki maksud dan tujuan tertentu. Beberapa jenis pergerakan
kamera, yaitu:
 Panning
 Zoom
 Tilt
 Track
 Crab
 Traveling shot
 Moving

2. Information (Informasi)
Master liputan yang berisi materi dasar kumpulan adegan atau scene, pada hakekatnya
memiliki pesan informasi pada tiap kliping videonya. Masing-masing shot akan dipilih oleh
editor dan idealnya shot tersebut akan menyuguhkan suguhan visual informatif. Sehingga
informasi-informasi tersebut jika dirangkai melalui proses editing akan menjadi sebuah
bangunan informasi visual yang baik dan kuat.

3. Composition (Komposisi)
Komposisi video adalah pengaturan letak obyek dalam sebuah fame ketika kamerawan
mengambil gambar di lokasi. Walaupun editor tidak menciptakan komposisi video, namun
menjadi bagiandari pekerjaan editor untuk memastikan bahwa komposisi yang dipilih layak
atau tidak. Contoh komposisi video (Extreme Long Shot, Long shot, medium shot, Close up)

4. Sound (Suara)
Suara tidak sekedar mendahului visual tetapi juga lebih abstrak. Pemilihan suara sebagai
natural sound terkadang dapat menciptakan suasana dramatis dalam sequence editing.

5. Camera Angle (Sudut pengambilan gambar)


Pengambilan gambar adalah salah satu unsur paling utama dalam editing. Masing-masing
gambar memiliki maksud dan tujuannya sendiri-sendiri. Beberapa angle camera ang lazim
kita temui adalah
 Eye level
 High angle
 Low angle
 Top down
6. Continuity (kesinambungan)
Continuity merupakan unsur penting dalam penyampaian pesan dari awal hingga akhir.
Komponen kesinambungan editing, adalah:
 Kesinambungan isi
 Kesinambungan pergerakan dan
 Kesinambungan komposisi
 Kesinambungan suara
 Kesinambungan garis imajiner

Jenis Perpindahan Gambar:


1. Cut : perpindahan langsung dari gambar ke gambar secara tajam
Fungsi Cut menunjukkan:
 Kesinambungan action
 Detail obyek
 Peningkatan/ penurunan irama kejadian (progresi)
 Perubahan tempat dan waktu
2. Dissolve: perpindahan gambar secara berangsur-angsur, akhir dari suatu shot (gambar) sedikit
demi sedikit bercampur dengan gambar/ visual/ shot berikutnya kemudian shot kedua muncul
dan semakin jelas.
Dissolve digunakan untuk:
1. jembatan penghubung atau transisi dari shot action
2. pergantian tempat dan waktu
3. menunjukkan hubungan yang erat antara 2 hot atau gerakan.
Jangan sering menggunakan dissolve karena akan menjadi monoton dan cenderung
memperlambat irama dramatis, sehingga membosankan penonton.

3. Fade: fading biasanya digunakan pada awal atau akhir adegan


Penggunaan fade in atau fade out (fade to black) yang terlalu sering akan mengganggu
perkembangan cerita.

4. Efek transisi lainnya:


 Wipe : efek sapuan
 Split screen: efek dimana layar dibagi menjadi 2 atau lebih yang masing-masing
menampilkan gambar yang berbeda
 Superimpose: 2 gambar yang saling tumpang tindih pada saat bersamaan
 Chroma key: efek dimana suatu obyek ditempatkan di depan dari latar belakang dengan
warna tertentu
Ruang Edit
Ruang edit adalah ruang dimana gambar video disatukan dalam urutan dan panjang yang
dibutuhkan serta suara reporter dimasukkan dan diselaraskan dengan gambar.

Media Video Recorder


Media perekaman video dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Pita Kaset
2. CD/DVD
3. P2/ Memory Card (Harddisk)

Selain itu, media video dapat dibagi dalam 3 elemen kunci utama, yaitu:
1. Sistem televisi: PAL, NTSC, SECAM
2. Metode perekaman: Digital dan analog
3. Format pita kaset: DV, Betacam, DVC Pro, DVCAM, dsb.

Pita kaset mempunyai 3 track, yaitu:


1. Video (visual)
2. Audio (2 track audio)
3. Time code
Media Tapeless
Sekarang ini media perekaman video sudah beralih dari yang menggunakan pita kaset
menuju tanpa kaset. Media perekaman dapat berupa:
1. Harddisk camcoder/ portable
2. Media card: P2, SxS, Memory Card
Dalam penggunaan media tapeless, perlu diperhatikan:
1. Penamaan file
2. Penyimpanan file
3. Kapasitas media card dan harddisk
4. Setting format file pada camcoder (misal Standard Definition dan High Definition)

Anda mungkin juga menyukai