Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN MOLARITAS

SODIUM HIDROKSIDA PADA MORTAR GEOPOLIMER


MENGGUNAKAN LIMBAH RECLAIMED ASPHALT
PAVEMENT (RAP)

ANALYSIS EFFECT OF THE USE MOLARITY SODIUM


HYDROXIDE ON GEOPOLYMER MORTAR USING THE
RECHLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) WASTE

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Oleh:
MOHAMMAD TOFA
NIM: 161230000127

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Murtadho, (1988). limbah didefinisikan sebagai bahan yang terbuang
atau dibuang akibat kegiatan manusia yang tidak atau belum memiliki nilai
ekonomi dan nilai positif bahkan dapat memiliki nilai ekonomi negatif. Seiring
perkembangan zaman limbah atau sampah yang dihasilkan manusia semakin
meningkat jumlahnya. Maka pemanfaatan limbah pemanfaatan limbah sangat
penting untuk mengurangi dampak dari meningkatnya jumlah limbah. Sehingga
pemanfaatan limbah tersebut dapat menghasilkan nilai tambah bagi produk
yang dihasilkan dari limbah tersebut. Ada bebarapa jenis limbah yang
dihasilkan oleh akifitas manusia yaitu limbah padat, cair, gas dan limbah bahan
berbahaya beracun (B3).
Pada era sekarang pemanfaatan limbah sebagai bahan bangunan atau
material bangunan sudah banyak digunakan. Dan jenis limbah yang sering
dipakai untuk bangunan merupakan limbah padat serta dalam penggunaannya
harus ada kajian sesuai dengan fungsinya. Seperti pemanfaatan limbah
Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP) dan Fly Ash sebagai campuran pembuatan
mortar geopolimer.
Limbah Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP) hasil dari pekerjaan Cold
Milling sebagai pengganti dari agregat halus atau pasir yang digunakan sebagai
campuran mortar. Limbah Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP) merupakan
limbah padat yang terdiri dari campuran batu dan aspal. Proses Cold Milling
dilakukan karena danya kerusakan jalan yang diakibatkan oleh beban berlebih
atau penurunan kualitas jalan tersebut. Limbah Rechlaimed Asphalt Pavement
sering dijadikan sebagai bahan urugan dipinggir jalan sehingga perlunya
pemanfaatan limbah tersebut. Perlunya pemikiran, ide atau kreativitas bagi
masyarakat untuk menghasilkan limbah yang bisa diolah dan dimanfaatkan agar

1
bisa dirasakan oleh masyarakat tersebut salah satunya pembuatan mortar. Selain
Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP) juga ada Fly Ash yang merupakan limbah
abu dari hasil pembakaran batu bara yang terdapat pada PLTU. Fly Ash juga
dapat digunakan sebagai pengganti semen sebagai unsur pengikat. Fly Ash
adalah material serbuk yang sangat kecil dan ringan berwarna abu abu. Fly Ash
terdiri dari material oksida anorganik yang mengandung silica.
Nuruddin, (2009). Geopolimer adalah reaksi antara polymer dan material
geologi yang dijadikan pengganti semen seluruhnya yang bertindak sebagai
binder utamanya. Paramitha, (2014). Beton Geopolimer merupakan beton yang
tidak menggunakan semen portland sebagai zat pengikatnya dimana Fly Ash
sebagai pengganti alternatif zat pengikat tersebut. Untuk aktifator menggunakan
sodium silikat yang berfungsi mempercepat proses reaksi polimerisasi.
Sedangkan larutan alkalinya menggunakan sodium hidroksida yang berfungsi
untuk membantu proses pengikatan antar partikel.
Menutut (Tjokrodimuljo,K. 1996, dalam M. Tri Wibowo (2007) mortar
merupakan campuaran antara agregat halus, air dan bahan pengikat yang
dicampur atau diaduk secara homogen. Bahan mortar sering digunakan pada
pekerjaan plesteran, pemasangan batu bata dan masih banyak lagi. Bahan
perekat yang sering digunakan antara lain tanah liat, kapur, semen merah dan
semen Portland. Mortar harus memenuhi kriteria pada bahan bangunan,
menurut Djokrodimuljo. (2007:80). Mortar harus memiliki sifat sifat sebagai
berikut murah, tahan terhadap cuaca dan keadaan lingkungan, mudah
dikerjakan, melekat dengan baik pada material (batu bata, batako dan batu),
cepat kering serta keras, bersifat tahan terhadap air, dan tidak menimbulkan
retak retak saat dipasang.
Pemanfaatan limbah sebagai bahan utama mortar belum banyak
dilakukan. Dalam tahap ini masih dalam penelitian dan kajian untuk
menghasilkan mortar yang berkualitas bahkan ramah lingkungan. Perlunya
inovasi dan kreativitas agar pengelolaan limbah dapat berkembang dan
mengurangi dampak yang diakibatkan oleh menumpuknya jumlah sampah.

2
1.2. Rumusan Masalah
Dalam pembuatan mortar geopolimer dengan memanfaatkan limbah
Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP) dan Fly Ash mempunyai rumusan
permasalahan sebagai berikut:
1. Berapakah nilai kuat tekan mortar geopolimer dengan menggunakan limbah
Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP)?
2. Bagaimana pengaruh kuat tekan mortar geopolimer pada umur 7 hari, 14
hari, 28 hari, dan 56 hari?
3. Bagaimana pengaruh kuat lentur mortar geopolimer pada umur 28 hari?
4. Bagaimana perbandingan kuat tekan mortar geopolimer pada molaritas 4
mol, 6 mol, 8 mol, 10 mol, 12 mol, 14 mol dan 16 mol?

1.3. Tujuan Penelitian


Dalam pembuatan mortar geopolimer dengan memanfaatkan limbah
Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP) dan Fly Ash mempunyai tujuan sebagai
berikut:
1. Mengetahui nilai kuat tekan mortar geopolimer dengan menggunakan
limbah Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP).
2. Mengetahui pengaruh kuat tekan mortar geopolimer pada umur 7 hari, 14
hari, 28 hari dan 56 hari.
3. Mengetahui pengaruh kuat lentur mortar geopolimer pada umur 28 hari.
4. Mengetahui perbandingan kuat tekan mortar geopolimer pada molaritas 4
mol, 6 mol, 8 mol, 10 mol, 12 mol, 14 mol, 16 mol.

1.4. Manfaat Penelitian


Penggunaan limbah Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP) pada pembuatan
beton geopollimer diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memanfaatkan limbah Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP) sebagai bahan
pembuatan mortar geopolimer. Mengurangi limbah Rechlaimed Asphalt

3
Pavement (RAP) yang selama ini jadi urugan dipinggir jalan dan menumpuk
di bahu jalan.
2. Memanfaatkan limbah Fly Ash sebagai penganti semen pada pembuatan
mortar geopolimer. Dan mengurangi limbah Fly Ash yang terdapat di PLTU
khususnya di Jepara yang selama ini menjadi permasalahan utama di PLTU.
3. Memberikan pemahaman dalam memanfaatkan limbah Rechlaimed Asphatl
Pavement (RAP) dan Fly Ash dalam pembuatan mortar geopolimer.
4. Menciptakan mortar yang berkualitas dan ramah lingkungan.

1.5. Batasan Masalah


Dalam melakukan penelitian ini memiliki beberapa batasan permasalahan
sebagai berikut:
1. Material Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP) didapatkan hasil Cold
Milling yang disimpan di Dinas Bina Marga Jepara
2. Material Fly Ash didapatkan di PLTU Tanjung Jati B Unit 3 dan 4 Jepara
3. Molaritas sodium silikat yang dipakai 4 mol, 6 mol, 8 mol, 10 mol, 12 mol,
14 mol dan 16 mol.
4. Untuk perbandingan aktifator sodium silikat dengan sodium hidroksida
sebesar 1 : 2.
5. Satu mix design membutuhkan sampel uji 30 buah. Cetakan benda uji yang
dipakai berdimensi 5x5x5 cm.
6. Satu mix design membutuhkan sampel uji 6 buah. Cetakan benda uji yang
dipakai berdimensi 4x4x16 cm.
7. Pengujian kuat tekan mortar geopolimer pada umur 7 hari, 14 hari, 28 hari
dan 56 hari.
8. Pengujian kuat lentur mortar geopolimer pada umur 28 hari.
9. Tidak meneliti jenis jenis aspal yang terkandung pada Rechlaimed Asphalt
Pavement (RAP) tapi meneliti kadar aspal yang terkandung pada
Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP) tersebut.

4
1.6. Sistematika Penulisan
Pada penulisan penelitian ini terdapat bab bab yang saling berhubungan satu
sama lain. Sistematika penulisan dapat diuraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN LITERATUR
Pada bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang berhubungan dengan
penelitian dan teori atau data penelitian sebelumnya. Data teknis yang meliputi
langkah langkah dan mengidentifikasi bahan material yang digunakan pada
pembuatan mortar geopolimer.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan tentang alur penelitian dari tahap persiapan,
penyiapan alat dan bahan, pembuatan benda uji, pengujian benda uji dan
pengamatannya. Dalam alur penelitian merupakan langkah langkah dalam
melakukan penelitian agar mendapatkan hasil yang maksimal.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan tentang proses penyiapan alat dan bahan, pembuatan
benda uji dan hasil pengujian benda uji dalam bentuk tabel maupun grafik agar
mempermudah dalam pemahamani hasil penelitian tersebut.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran. Dalam hal ini
kesimpulan menjelaskan hasil dari penelitian secara singkat dan jelas.
Sedangkan saran berisi tentang himbauan agar tidak terjadi permasalahan atau
hambatan pada penelitian.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Limbah


Limbah merupakan bahan sisa atau bekas dari suatu kegiatan atau proses
produksi yang fungsinya sudah berubah dari aslinya berdasarkan keputusan
Menperindag RI No 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal 1. Adanya limbah sering kali
tidak diinginkan bagi masyarakat karena dapat mengakibatkan dampak negatif
bagi manusia maupun lingkungan sekitar limbah tersebut. Limbah juga
dibedakan dari beberapa jenis berdasarkan bentuk, sumber dan sifatnya.
2.1.1. Jenis Limbah Berdasarkan Bentuknya
Pada dasarnya limbah terdiri dari berbagai macam dan jenis, untuk
memudahkan dalam pengelompokkannya limbah dapat dibedakan
berdasarkan bentuknya. Jenis limbah berdasarkan bentuknya dapat
dibagi seperti berikut:
a. Limbah cair merupakan limbah yang berbentuk cairan yang
dihasilkan oleh aktifitas manusia yang dapat mencemari lingkungan.
b. Limbah gas adalah limbah yang bentuk gas yang dihasilkan dari
proses pembakaran atau kegiatan manusia yang mencemari udara di
sekitar lingkungan
c. Limbah padat dapat dikatakan limbah yang berbentuk padat yang
berasal dari sisa sisa proses pengelolaan bahan produksi.

2.1.2. Jenis Limbah Berdasarkan Sumbernya


Perlunya dalam pengelompokkan limbah berdasarkan sumbernya guna
untuk memudahkan dalam pemisahan atau pengelompokkan limbah
tersebut. Jenis limbah berdasarkan sumbernya dapat dibedakan seperti
berikut:

6
a. Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
rumah tangga yang biasa disebut limbah domestik.
b. Limbah pertanian adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
pertanian yang berupa daun, ranting pohon dan lain lain.
c. Limbah konstruksi adalah limbah yang dihasilkan oleh sisa sisa
konstruksi yang tidak digunakan seperti tahap pembangunan,
perbaikan maupun perubahan.
d. Limbah industri adalah limbah yang dihasilkan oleh sisa sisa bahan
pada proses pabrik atau industri yang sudah tidak dipakai.
e. Limbah rumah sakit adalah limbah yng dihasilkan oleh sisa sisa
bahan medis berupa jarum suntik, infus dan bahan bahan medis
lainnya yang sudah tidak terpakai.
f. Limbah radioaktif adalah limbah yang dihasilkan oleh sisa sisa hasil
penggunaan pemanfaatan teknologi nuklir.

2.1.3. Jenis Limbah Berdasarkan Sifatnya


Pada limbah terdapat banyak jenis dan macam limbah untuk
mempermudah diperlukan dalam pengelompokkan limbah berdasarkan
sifatnya. Jenis limbah berdasarkan sifatnya dapat dibedakan sebagai
berikut:
a. Limbah relative adalah limbah yang bersifat mudah bereaksi
dengan oksigen dan limbah organaik perosida yang tidak stabil
dalam suhu tinggi yang akan mengakibatkan kebakaran.
b. Limbah korosi adalah limbah yang berasal dari logam yang mudah
membuat logam berkarat atau korosi.
c. Limbah beracun adalah limbah yang mengakibatkan kematian jika
masuk ke dalam tubuh makluk hidup dan berbahaya bagi
lingkungan sekitar.
d. Limbah mudah terbakar adalah limbah yang mudah terbakar jika
terkena percikan api bahan yang dapat membuat kebakaran.

7
e. Limbah mudah meledak adalah limbah yang dapat bereaksi yang
menghasilkan gas dengan suhu tekanan tinggi yang dapat merusak
lingkungan sekitar.
Adapun karakteristik limbah antara lain berukuran kecil, bersifat
dinamis, berdampak luas penyebarannya, dan berdampak jangka panjang.

2.2. Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP)


Aspal merupakan bahan hidrokarbon yang bersifat adhesive (melekat),
berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, visoelastis dan juga disebut
sebagai bitumen yang merupakan bahan pengikat yang dimanfaatkan sebagai
lapis permukaan lapis perkerasan lentur atau flexsible pavement. Sulistyorini, D.
(2018). Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP) merupakan sisa sisa kerukan lapis
perkerasan jalan yang tidak dipergunakan karena dengan laju perkembangan
jalan nasional yang perlu diberi perbaikan dan pemeliharaan saat mengalami
kerusakan akibat beban lalu lintas yang.
Kerusakan yang terjadi pada lapis permukaan aspal akan dikelupas dan
dibuang setelah itu dikasih pelapisan baru. Hasil dari pengelupasan permukaan
aspal yang rusak akan menjadi limbah dan dijadikan sebagai urugan. Maka dari
itu perlunya ide dan inovasi untuk mengubah bahan tersebuat agar menjadi
produk yang bernilai. Kiswara. (2007). Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP)
sebagai agregat halus dengan kadar 40% sehingga dapat meningkatkan kuat
tekan beton 15.85%.

Sumber : Dokumentasi, 2019


Gambar 2.1 Limbah Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP)

8
2.3. Fly Ash
Fly Ash (abu terbang) dapat didefinisikan sebagai butiran halus hasil dari
pembakaran batubara menurut ASTM C618 (ASTM, 1995:304). Fly Ash yang
berupa serbuk atau butiran halus yang sangat ringan dan berwarna keabu abuan
merupakan material oksida anorganik yang mengandung silika sebanyak
58,2%. Himawan, & Darma. (2000). Fly Ash merupakan mineral admixture
yang berasal dari limbah hasil pembakaran batubara yang sudah tidak
digunakan. Dalam material ini mempunyai kadar yang merupakan bahan semen
yang cukup tinggi dan mempunyai sifat pozzolanik. Fly Ash dikelompokkan
menjadi 3 kelas menurut ASTM C 618-03 sebagai berikut:
2.3.1. Fly Ash Tipe Kelas C
Pada kelas tipe C mengandung CaO lebih dari 10% yang dihasilkan dari
pembakaran lignite, untuk kadar SiO2 + Al2 O3 +Fe2 O3 lebih dari 50%,
serta kandungan Na2 O mencapai 10% dan untuk digunakan pada
campuran beton digunakan 15% - 35% dari semua total berat binder.

2.3.2. Fly Ash Tipe Kelas F


Pada kelas tipe F mengandung CaO kurang dari 10% yang dihasilkan
dari pembakaran anthrachite, untuk kadar SiO2 + Al2 O3 +Fe2 O3 lebih
dari 70%, serta kandungan Na2 O kurang dari 5% dan untuk digunkan
pada campuran beton digunakan 15% - 25% dari semua total berat
binder.

2.3.3. Fly Ash Tipe Kelas N


Nandia. (2017). Pada kelas tipe N merupakan hasil dari pembakaran
yang digolongkan sebagai berikut tanah diatomic, opaline chertz, shales,
tuff dan abu vulkanik. Dari hasil pembakaran tersebut mempunyai sifat
pozzolan yang cukup baik.
Dari penjelasan dari ketiga jenis Fly Ash diatas maka diambil jenis kelas
yang cocok untuk digunakan sebagai campuran mortar geopolimer yaitu jenis

9
kelas tipe C dan jenis kelas tipe F. untuk perbandingan campuran geopolimer
kelas tipe C dapat menghasilkan kuat tekan lebih besar dari pada jenis kelas tipe
F.

Sumber : Dokumentasi, 2019


Gambar 2.2 Limbah Fly Ash

2.4. Alkali Aktivator


Pada penggunaan alkali aktivator sangat penting dalam campuran
geopolimer karena memiliki peranan penting dalam unsur pengikatan dengan
Fly Ash sehingga menimbulkan reaksi yang disebut dengan polimerisasi untuk
mempercepat proses reaksi antara Alkali Aktivator dengan Fly Ash. Bahan
pembentuk alkali aktivator sebagai berikut:
2.4.1. Sodium Hidroksida
Hardjito. (2005). Sodium Hidroksida berfungsi sebagai
mereaksikan unsur Al dan Si yang terdapat pada Fly Ash sehingga
mendapatkan ikatan polimer yang kuat. Sodium hidroksida harus
dilarutkan dengan air sesuai molaritas yang diinginkan dan larutan harus
didinginkan dan didiamkan selama 24 jam sebelum digunakan. Nandia.
(2017). Sodium hidroksida berbentuk putih padat, serpihan dan larutan
jenuh 50% yang bersifat lembab cair dan menyerap karbondioksida.
NaOH yang larut dalam air akan melepaskan panas jika dilarutkan.

10
Sumber : Dokumentasi, 2019
Gambar 2.3 Soda Api (Sodium Hidroksida)

2.4.2. Sodium Silikat


Sodium silikat bisa dibuat dengan dua cara yaitu dengan proses
kering dan basah. Pada proses kering SiO2 (pasir) dicampur dengan
sodium carbonate dengan potassium carbonate pada suhu hingga 1100°
- 1200° C. Nandia. (2017). Dari hasil reaksi tersebut menghasilkan
cutlets (kaca) yang akan dilarutkan ke dalam air pada tekanan tinggi
sehingga menjadi cairan bening dan kental. Pada proses basah SiO2
(pasir) akan dicampur dengan sodium hidroksida melalui proses filtrasi
yang akan menghasilkan silikat yang murni.
Pada sodium silikat dibagi menjadi dua yaitu padat dan larutan,
pada penggunaan campuran mortar biasanya dipakai sodium silikat yang
berbentuk larutan. Sodium silikat juga mempunyai peranan atau fungsi
penting dalam proses polimerisasi sebab sodium silikat berfungsi untuk
mempercepar reaksi pada polimerisasi tersebut.

11
Sumber : Dokumentasi, 2019
Gambar 2.4 Sodium Silikat

2.5. Mortar
Menutut (Tjokrodimuljo,K. 1996, dalam M. Tri Wibowo (2007) mortar
merupakan campuaran antara agregat halus, air dan bahan pengikat yang
dicampur atau diaduk secara homogen. Bahan mortar sering digunakan pada
pekerjaan plesteran, pemasangan batu bata dan masih banyak lagi. Bahan
perekat yang sering digunakan antara lain tanah liat, kapur, semen merah dan
semen Portland.
2.5.1. Jenis Mortar
Jenis mortar menjadi 4 jenis menurut Tjokrodimulyo. (2017). Antara
lain:
a. Mortar Lumpur
Pada jenis ini biasanya dipakai dalam pembuatan bahan tungku api
dan sebagai bahan tembok. Campuran yang digunakan yaitu
campuran pasir, tanah liat atau tanah lumpur dan air.
b. Mortar Kapur
Pada jenis ini biasanya dipakai pada pembuatan bahan tembok bata.
Campuran yang digunakan yaitu campuran pasir, kapur dan air.

12
c. Mortar Semen
Pada jenis ini biasanya dipakai untuk pembuatan kolom, pilar,
tembok, dan bagian lainya yang menahan beban. Campuran yang
digunakan yaitu campuran pasir, semen Portland dan air.
d. Mortar Khusus
Pada jenis ini biasanya dipakai untuk bahan isolasi panas dan
peredam suara. Pada mortar ini dibuat dengan menambahkan bahan
khusus pada mortar kapur maupun mortar semen untuk tujuan
tertentu.

2.5.2. Jenis Mortar Berdasarkan Kekuatan


Adapun standart mortar berdasarkan kekuatanya menurut ASTM C 270
sebagai berikut:
a. Mortar tipe M
Pada tipe ini biasanya dipakai pada pekerjaan dinding (penahan dan
batu bata) , pasangan pondasi, pasangan pipa dan adukan untuk jalan.
Jenis mortar ini memiliki kuat tekan minimum sebesar 175 kg/𝑐𝑚2 .
b. Mortar tipe N
Pada tipe ini memiliki kuat tekan sedang. Dan kuat tekan minimum
sebesar 124 kg/𝑐𝑚2 . Biasanya jika tipe M tidak diisyaratkan dipakai
tipe N.
c. Mortar tipe S
Pada jenis ini memiliki kuat tekan sedang dan biasanya dipakai untuk
pasangan terbuka diatas tanah. Jenis mortar ini memiliki kuat tekan
minimum sebesar 52,5 kg/𝑐𝑚2 .
d. Mortar tipe O
Pada jenis ini memiliki kuat tekan rendah, biasanya dipakai untuk
pekerjaan dinding yang tidak menahan beban lebih dari 7
kg/𝑐𝑚2 serta gangguan terhadap cuaca dan keadaan sekitar. Jenis
mortar ini memiliki kuat tekan minimum sebesar 24,5 kg/𝑐𝑚2 .

13
e. Mortar tipe K
Pada jenis ini memiliki kekuatan rendah, biasanya dipakai untuk
pekerjaan yang tidak menahan beban serta pemasangan dinding
terlindung. Pada jenis ini memiliki kuat tekan minimum sebesar 5,25
kg/𝑐𝑚2 .
Mortar harus memenuhi kriteria pada bahan bangunan, menurut Djokrodimuljo.
(2007:80). Mortar harus memiliki sifat sifat sebagai berikut:
a. Murah
b. Tahan lama terhadap cuaca maupun keadaan lingkungan
c. Mudah dikerjakan
d. Melekat dengan baik pada batu bata, maupun batu
e. Cepat kering dan keras
f. Bersifat kedap air
g. Tidak menimbulkan retak retak sesudah dipasang

2.6. Geopolimer

Pujianto, (2013). Geopolimer merupakan suatu bahan sintetis seperti Fly


Ash dan lainnya dimana banyak mengandung silika dan lumunia yang
membentuk senyawa silika aluminia asnorganik. Rangan, (2014). Untuk
melarutkan unsur alumina dan silika yang digunakan pada geopolimerisasi
merupakan kombinasi dari gabungan sodium hidroksida dan sodium silikat.
2.6.1. Kelebihan Penggunaan Geopolimer
Berikut merupakan kelebihan dari penggunaan geopolimer:
a. Pada penggunaan geopolimer lebih tahan terhadap reaksi alkali
silika.
b. Penggunaan geopolimer juga sebagai pengganti penggunaan semen
sebagai bahan pengikat dan mengurangi polusi udara sekitar.
c. Penggunaan geopolimer juga tahan terhadap lingkungan korosif yang
sangat bagus untuk penggunaan di pinggir pantai atau sebagai
bangunan break water.

14
2.6.2. Kelemahan Penggunaan Geopolimer
Dan berikut juga kelemahan dari penggunaan geopolimer:
a. Pada pembuatan beton geopolimer lebih rumit dari pada beton
konfensional karena membutuhkan bahan alkaline sebagai aktifator.
b. Belum ada peraturan tentang campuran yang sesuai dalam pembuatan
beton geopolimer.
c. Untuk penyerapan air beton geopolimer mampu menyerap kurang
dari 3% air.

2.7. Kuat Tekan


Kuat tekan mortar merupakan kemampuan mortar dalam menahan gaya luar
yang searah. Mortar yang akan digunakan dalam bahan bangunan harus
mempunyai kekuatan terutama pada pasangan batu bata, batako maupun
pasangan dinding lainnya. (Susilowati,A.dkk. 1999,dalam M.Ibnu. 2007). Tata
cara pengujian kuat tekan mortar biasanya menggunakan ASTM C 2001.
Dibawah ini merupakan rumus yang sering digunakan untuk menghitung kuat
tekan pada mortar yaitu:

P
Kuat Tekan Mortar = ……………………………………………………... 2.1
A

Keterangan:
P = Beban Maksimum (N)
A= Luas Penampang (𝑚𝑚2 )
Kuat tekan akan menjadi penentu untuk mementukan mutu dan kualitas mortar
yang ditentukan oleh penggunaan agregat seperti perbandingan dalam campuran
antara agregat halus dengan binder menurut Gambhir, (1986).

2.8. Kuat Lentur


Menurut SNI 03-4431-2011 mengakatan kuat lentur merupakan seberapa kuat
beton pada dua perletakan dalam menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu

15
benda uji yang diuji patah dan dinyatakan dalam satuan Mega Pascal (Mpa).
Rumus kuat lentur dengan menggunakan satu titik pembebanan menurut ASTM
C 78-84 yaitu

3. 𝑃. 𝐿
Fr = ………………………………………………….………….. 2.2
2 . 𝑏 . 𝑑2

Keterangan:
Fr = Kuat Lentur (kg/𝑐𝑚2 )
P = Beban Maksimum (N)
L = Panjang Balok (cm)
b = Lebar Balok (cm)
d = Tinggi Balok (cm)

2.9. Standart Deviasi


Standart deviasi merupakan analisa tingkat kualitas dalam mengukur nilai
penyimpangan (deviasi) pada nilai kuat tekan mortar. Jika nilai penyimpangan
pada mortar lebih besar maka nilai kuat tekan mortar akan semakin kecil.
Standart deviasi dipengaruhi oleh tingkat pengawasan jika tingkat
pengawasanya semakin baik maka tingkat standart deviasinya semakin kecil
dan begitu sebaliknya menurut Yogi.K dan Priyanto.S (2012). Dibawah ini
rumus untuk menghitung standart deviasi antara lain:

∑(𝑥𝑖− 𝑥̅ )2
S= √ ……………………………………………………………... 2.3
𝑛−1

Dimana:
S = Standart Deviasi
xi = data kuat tekan dari setiap benda uji
𝑥̅ = data kuat tekan rata rata dari setiap benda uji
𝑛 = jumlah benda uji

16
2.10. Penelitian Terdahulu
Sebelumnya penelitian tentang limbah Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP)
digunakan sebagai campuran beton geopolimer dengan fly ash pernah
dilakukan.
2.10.1. Agnieszka Woszuk, Lidia Bandura, dan Wojciech Franus (2019)
Dalam penelitian tersebut dikatakan penambahan abu terbang, void
udara berkisar antara 1,2% sampai 1. 6% dalam kasus kelas F
dan dari 1,3% menjadi 2,8% dalam kasus kelas C fly ash. Air
dan embun beku perlawanan adalah 96% E104% dan 102%
E104%, masing-masing untuk sampel dengan penambahan kelas
F dan kelas C fly ash. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kedua kelas fly ash dapat diterapkan sebagai alternatif mineral
pengisi, karena rongga udara serta ketahanan terhadap air dan
embun beku dari campuran aspal yang diperoleh memenuhi
standar.

2.10.2. S Horpibulsuk, M Hoy, P Witchayaphong, R Rachan dan A


Arulrajah (2017)
Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa hasil dari TCLP
menunjukkan bahwa tidak ada risiko lingkungan untuk bahan-bahan
stabil. Selain itu, FA geopolimer dapat mengurangi pelindian logam
berat dalam campuran RAP-FA. Hasil dari penelitian ini menegaskan
kelangsungan hidup menggunakan campuran RAP-FA dan geopolimer
RAP-FA sebagai bahan perkerasan berkelanjutan alternatif.

2.10.3. Mahesh Babu Jallu dan Sireesh Saride (2019)


Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa untuk menguji perilaku
tangguh dari bahan dasar trotoar distabilkan dengan alkali diaktifkan
kalsium abu terbang Indian rendah, yang diperoleh dari wilayah
selatan India. Efek aditif pada struktur mikro RAP: campuran VA +
FA yang diverifikasi untuk satu hari dan 28 hari sembuh sampel
17
menggunakan difraksi sinar-X (XRD) studi. Karena UCS dan Mr nilai
memenuhi persyaratan kekuatan fikasi tertentu, campuran stabil dapat
digunakan sebagai bahan dasar trotoar.

2.10.4. Apichat Suddeepong, Artit Intra, Suksun Horpibulsuk, Cherdsak


Suksiripattanapong, Arul Arulrajah, dan Jack Shuilong Shen
(2017)
Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa penggantian CR juga
menghasilkan peningkatan kadar semen, w / [C (1 + kCRc)]
diusulkan sebagai parameter kritis untuk mengembangkan qu0 dan
qu (wd) persamaan prediksi di mana w adalah kadar air pada kadar
air optimum , C adalah konten semen, k adalah pengganti e FFI
efisiensi, dan CRC adalah konten CR. Berdasarkan qu (wd)
persamaan prediksi dikembangkan di sini, prosedur desain untuk
pencampuran laboratorium semen-stabil RAP / campuran CR
diusulkan,

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Deskriptif Penelitian


Dalam percobaan penelitian menggunakan bahan bahan seperti
Rechlaimed Asphlat Pavement sebagai agregat halus dan Fly Ash serta
Aktivator (sodium silikat dan sodium hidroksida). Pada studi penelitian
digunakan percobaan mix design atau yang disebut trial mix design dilakukan
selama tiga kali. Fungsi dari trial mix design adalah untuk menentukan dasar
pembuatan benda uji yang sesuai yang diinginkan dan sesuai dengan penelitian.
Pada trial mix design menggunakan begisting yang berukuran 5x5x5 cm,
dengan jumlah benda yang bermacam macam.
Penelitian ini menggunakan 7 macam mix design yaitu dari 4 mol, 6 mol,
8 mol, 10 mol, 12 mol, 14 mol dan 16 mol untuk aktivator, penggunaan bahan
pengikat menggunakan Fly Ash sebagai pengganti semen dan menggunakan
agregat halus dari limbah Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP). Dengan waktu
pengujian bervariasi dari umur 7 hari, 14 hari, 28 hari dan 56 hari.
Tahapan dalam melakukan penelitian antara lain mempersiapkan alat dan
bahan yang nantinya akan digunakan, pengujian bahan yang nantinya sebagai
campuran pembuatan mortar, pembuatan mix design, pembuatan bahan, dan
pengujian bahan sesuai waktu yang telah ditentukan.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan
Februari 2019. Tempat untuk melaksanakan penelitian di Laboratorium Teknik
Sipil Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara.
Untuk pengujian aspal bertempat di Laboratorium PT Deltamarga Adyatama.
Dan untuk pengujian kuat tekan mortar dilaksanakan di Laboratorium Teknik
Sipil Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Nahdlatul Ulama Jepara.

19
3.3. Persiapan Alat Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian harus mempersiapkan alat alat yang akan
digunakan agar pada saat melaksanakan penelitian berjalan dengan lancer dan
tidak terganggu akan alat alat yang kurang.
3.3.1. Cetakan Kubus
Cetakan atau begesting yang nantinya menjadi tempat mencetak dari
campuran bahan yang berdimensi 5x5x5 cm.

Sumber : Dokumentasi, 2019


Gambar 3.1 Cetakan Kubus

3.3.2. Cetakan Balok


Cetakan atau begisting yang nantinya menjadi tempat mencetak dari
campuran bahan yang berukuran 4x4x16 cm

Sumber : Dokumentasi, 2019


Gambar 3.2 Catakan Balok

20
3.3.3. Timbangan Digital
Alat yang digunakan untuk menimbang kapasitas material yang
digunakan nantinya.

Sumber : Dokumentasi, 2019


Gambar 3.3 Timbangan Digital

3.3.4. Saringan
Alat yang digunakan untuk membedakan gradasi antara agregat halus dan
agregat kasar. Dan untuk memisahkan material yang tidak digunakan
dalam material yang dipakai. Untuk material Rechlaimed Asphalt
Pavement (RAP) menggunakan saringan dengan mesh 200 sedangkan
material Fly Ash menggunakan saringan dengan mesh 4.

Sumber : Dokumentasi, 2019


Gambar 3.4 Saringan

21
3.3.5. Loyang Mix Concrete
Alat yang digunakan untuk mencampur semua bahan yang nantinya
menjadi mortar geopolimer.

Sumber : Dokumentasi, 2019


Gambar 3.5 Loyang Mix Concrete

3.3.6. Ember
Alat yang digunakan untuk mencampur sodium silikat dan sodium
hidroksida yang berfungsi sebagai aktivator pada pembuatan mortar
geopolimer.

Sumber : Dokumentasi, 2019


Gambar 3.6 Ember

22
3.3.7. Cetok
Alat yang digunakan untuk mengambil material dan alat untuk mengaduk
material.

Sumber : Dokumentasi, 2019


Gambar 3.7 Cetok

3.3.8. Gelas Ukur


Alat yang berfungsi untuk menakar air atau cairan yang lainya agar lebih
mudah untuk menentukan kebutuhan nantinya.

Sumber : Dokumentasi, 2019


Gambar 3.8 Gelas Ukur

3.3.9. Alat Uji Kadar Lumpur dan Alat Uji Kadar Organis
Alat yang digunakan untuk mengetahui kandungan lumpur dan
kandungan organis yang terdapat pada material Rechlaimed Asphalt
Pavement (RAP).

23
Sumber : Dokumentasi, 2019
Gambar 3.9 Alat Uji Kadar Lumpur dan Alat Uji Kadar Lumpur

3.3.10. Alat Uji Vicat


Alat yang digunakan untik mengtahui waktu ikat pada binder (fly ash
dan alkali activator) dan mengetahui waktu pengerasan pada mortar.

Sumber : Dokumentasi, 2019


Gambar 3.10 Alat Uji Vicat

24
3.3.11. Alat Uji Ekstraksi Aspal
Alat yang digunakan untuk mengetahui kandungan aspal yang
terkandung dalam limbah Rech;aimed Asphlat Pavement (RAP).

Sumber : Dokumentasi, 2019


Gambar 3.11 Alat Uji Extraksi Aspal

3.3.12. Alat Uji Kuat Tekan


Alat yang digunakan untuk mengetahui nilai kuat tekan maksimum
pada mortar geopolimer dan yang lainnya.

Sumber : Dokumentasi, 2019


Gambar 3.12 Alat Uji Kuat Tekan

25
3.4. Persiapan Bahan Penelitian
Dalam penelitian juga mempersiapkan bahan bahan yang nantinya diguankan
pada pembuatan mortar geopolimer antara lain sebagai berikut:
3.4.1. Limbah Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP)
Limbah Rechlaimed Asphlat Pavement (RAP) merupakan limbah yang
berasal dari proses cold milling pada permukaan jalan akibat rusak karena
beban kendaraan berlebih. Bahan limbah Rechlaimed Asphalt Pavement
sebagai Pengganti pasir dalam pembuatan mortar geoplimer.

Sumber : Dokumentasi, 2019


Gambar 3.13 Limbah Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP)

3.4.2. Limbah Fly Ash


Fly Ash merupakan limbah abu yang berasal dari sisa pembakaran
batubara di PLTU. Fly Ash berwarna abu abu, ringan dan berbentuk
serbuk yang berguna sebagai pengganti semen pada pembuatan mortar
geopolimer.

Sumber : Dokumentasi, 2019


Gambar 3.14 Limbah Fly Ash

26
3.4.3. Sodium Hidroksida (NaOH 4 M, 6 M, 8 M, 10 M, dan 12 M)
Sodium Hidroksida atau NaOH yang berbentuk Kristal yang nanti
dilarutkan menggunakan air bersih sesuai dengan molaritas yang
direncanakan dari 4 mol, 6 mol, 8 mol, 10 mol, 12 mol, 14 mol, dan 16
mol. Yang nantinya sodium hidroksida akan bereaksi dengan sodium
silika untuk mengikat fly ash pada pembuatan mortar geopolimer. Cara
menghitung kebutuhan sodium hidroksida yang nantinya digunakan pada
pembuatan mortar geopolimer:
N =MxV
= 1 liter x 8 mol/liter
= 8 mol
Keterangan:
N = Jumlah Mol Zat Terlarut
M = Kemolaran Larutan
V = Volume Larutan
Dengan:
Ar = Massa Atom Relatif
NaOH = Ar Na = 23 gram/mol
Ar O = 16 gram/mol
1 gram/mol
Ar H = 40 gram/mol

Mr = Massa Relatif NaOH


Nmol = Jumlah mol zat terlarut

a. Untuk Molaritas 4 Mol


Massa NaOH = Nmol x Mr
= 4 mol x 40 gram/mol
= 160 gram/liter

27
b. Untuk Molaritas 6 Mol
Massa NaOH = Nmol x Mr
= 6 mol x 40 gram/mol
= 240 gram/liter
c. Untuk Molaritas 8 Mol
Massa NaOH = Nmol x Mr
= 8 mol x 40 gram/mol
= 320 gram/liter
d. Untuk Molaritas 10 Mol
Massa NaOH = Nmol x Mr
= 10 mol x 40 gram/mol
= 400 gram/liter
e. Untuk Molaritas 12 Mol
Massa NaOH = Nmol x Mr
= 12 mol x 40 gram/mol
= 480 gram/liter
f. Untuk Molaritas 14 Mol
Massa NaOH = Nmol x Mr
= 14 mol x 40 gram/mol
= 560 gram/liter
g. Untuk Molaritas 16 Mol
Massa NaOH = Nmol x Mr
= 16 mol x Mr
= 640 gram/liter

28
Sumber : Dokumentasi, 2019
Gambar 3.15 Soda Api (Sodium Hidroksida)

3.4.4. Sodium Silika (𝑵𝒂𝟐 𝑺𝒊𝑶𝟑 )


Sodium silika berwarna bening kehitaman dan berupa larutan kental yang
berfungsi sebagai katalisator sodium hidroksida.

Sumber : Dokumentasi, 2019


Gambar 3.16 Sodium Silikat

3.4.5. Air Bersih


Air bersih digunakan untuk melarutkan Kristal sodium hidroksida dan
untuk menetralkan alat alat yang nantinya digunakan.

29
Sumber : Dokumentasi, 2019
Gambar 3.17 Air Bersih

3.5. Pengujian Karakteristik Bahan


Sebelum penelitian dilaksanakan bahan yang akan digunakan diuji terlebih
dahulu agar mengetahui karakteristik bahan yang akan digunakan nantinya.
Berikut pengujian yang dilakukan sebagai berikut:
3.5.1 Limbah Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP)
Bahan limbah Rechlaimed Asphalt Pavement akan diuji beberapa uji
yaitu:
a. Uji Saringan
Sebelum melakukan penelitian bahan akan diuji saringan terlebih
dahulu, bahan yang digunakan adalah Rechlaimed Asphalt Pavement
(RAP). Dengan alat yang digunakan untuk menyaring bahan
berukuran dari 9.52, 4.76, 2.36, 1.18, 0.6, 0.25, 0.15, dan 0.074 mm.
langkah langkah dalam melakukan uji saringan antara lain:
1. Menyiapkan bahan Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP) yang
akan disaring.
2. Menyiapkan saringan dan diurutkan dari yang berukuran kecil
dibawah sampai yang terbesar diatas.
3. Timbang bahan yang akan disaring sebesar 1.5 kg.

30
4. Masukkan Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP) ke dalam
saringan paling atas dan ditutup.
5. Setelah dimasukkan dan ditutup goyangkan saringan selama 30
menit.
6. Diamkan saringan sampai material mengendap selama 15 menit.
7. Buka dan timbang saringan sesuai ukuran yang tertahan.
b. Uji Kadar Organik
Sebelum melakukan penelitian bahan harus diuji dengan uji kadar
organic dengan mempersiapkan bahan Rechlaimed Asphalt
Pavement (RAP), sodium silika dan sodium hidroksida. Berikut
merupakan langkah langkah dalam melakukan uji kadar organik
sebagai berikut:
1. Siapkan bahan Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP).
2. Campur sodium silika dan sodium hidroksida sampai rata.
3. Siapkan gelas ukur yang akan dilakukan pengujian.
4. Masukkan material Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP) ke
dalam gelas ukur setinggi 130 mm, setelah itu masukkan
campuran sodium silika dan sodium hidroksida yang telah rata ke
dalam gelas ukur setinggi 200 mm.
5. Tutup rapat gelas ukur dengan plastic atau bahan lainnya.
6. Kocok gelas ukur selama 30 menit agar bahan material yang ada
di gelas ukur tercampur.
7. Diamkan selama 24 jam agar mengendap partikel partikel yang
ada di dalam gelas ukur.
8. Amati hasil dari warna bahan bahan yang tercampur pada gelas
ukur dan disimpulkan.
c. Uji Kadar Lumpur
Sebelum melakukan penelitian bahan harus diuji dengan uji kadar
lumpur dengan mempersiapkan bahan antara lain seperti Rechlaimed

31
Asphalt Pavement (RAP) dan air bersih. Berikut merupakan langkah
langkah dalam melakukan uji kadar lumpur sebagai berikut:
1. Siapkan bahan Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP) dan air
bersih.
2. Siapkan Siapkan gelas ukur yang akan dilakukan pengujian.
3. Masukkan material Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP)
setinggi 130 ml dengan air bersih setinggi 200 mm.
4. Tutup rapat gelas ukur dengan plastic atau bahan lainnya.
5. Kocok gelas ukur selama 30 menit agar bahan yang ada dalam
gelas ukur tercampur dengan rata.
6. Diamkan selama 24 jam agar material di dalam gelas ukur
mengendap.
7. Amati dan catat hasil dari pengendapan yang terjadi dan
disimpulkan.
d. Uji Nilai Kadar Aspal
Sebelum melakukan penelitian bahan harus diuji kadar aspal untuk
mengetahui berapa kadar yang terkandung dalam material
Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP). Berikut langkah langkah
dalam melakukan uji kadar aspal (uji ekstraksi aspal) yaitu:
1. Siapkan bahan Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP) seberat 500
gram.
2. Siapkan pelarut TCE sebanyak 500 ml dan kertas filter.
3. Letakkan mesin centrifuge extractor pada lantai dasar yang
keras.
4. Lepaskan penutup centrifuge extractor lalu masukkan
Rechlaimed Asphalt Pavement sebanyak 500 gram dan tuangkan
bensin sebanyak 500 ml kemudian memasang saringan ekstraksi
dan memasang penutup centrifuge extractor.
5. Nyalakan mesin pemanas dan biarkan sampai tetes extraksi
menjadi bening.

32
6. Setelah jernih keluarkan Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP)
yang sudah diextrak dan masukkan kedalam oven.
7. Setelah kering keluarkan dan timbang hasil dari Rechlaimed
Asphalt Pavement (RAP) yang sudah kering tadi.
8. Catat hasil dari pengamatan dan disimpulkan.

3.5.2 Limbah Fly Ash


Sebelum penelitian dilakukan bahan harus dilakukan pengujian agar
mengetahui karakeristik bahan yang nantinya digunakan pada
pembuatan mortar geopolimer. Berikut pengujian antar lain:
a. Uji Vicat (waktu ikat)
Sebelum melakukan pengujian bahan harus diuji vicat agar
mengetahui waktu ikat yang akan terjadi pada proses pembuatan
mortar geopolimer. Berikut langkah langkah yang harus dilakukan
dalam uji vicat antara lain:
1. Siapkan bahan Fly Ash dan campuran aktivator (sodium silika
dan sodium hidroksida).
2. Siapkan alat vicat yang nantinya akan digunakan serta
thermometer untuk mengetahui suhu sekitar alat vicat.
3. Timbang dan Campur bahan fly ash dengan aktivator (sodium
silika dan sodium hidroksida).
4. Masukkan kedalam cetakan vicat sampai penuh dan normalkan
alat vicat dengan cara jarum letakkan pada bibir atas cetakan dan
kunci pada titik 0.
5. Amati sampai terjadi penurunan pada alat vicat dan amati juga
suhu disekitar vicat. Catat hasil dan simpulkan.

3.6. Mix Design dan Trial Mix Design


Sebelum melaksanakan penelitian harus memikirkan ukuran pembuatan mortar
geopolimer yang bertujuan untuk menghindari kegagalan atau kesalahan pada

33
pembuatan mortar geopolimer. Dibawah ini merupakan percobaan yang telah
dilakukan:
3.6.1 Trial Mix Design Ke-1 Mortar Geopolimer 8 Mol
Pada percobaan pertama dilakukan pembuatan sempel dan direncanakan
berat per mortar geopolimer seberat 300 gram. Berikut merupakan
diagram campuran yang digunakan:

MORTAR

Agregat Halus Binder+Aktivator


(55%) (45%)

RAP FA Aktivator
(100%) (65%) (35%)

NaOH (1) Na₂SiO₃ (2)

Sumber : Analisis, 2019


Gambar 3.18 Contoh trial mix design pertama

Berikut merupakan perhitungan kebutuhan material:


Tabel 3.1 Perhitungan trial mix design pertama
Agregat Halus Binder Aktivator
No Mix Design RAP FA NaOH Na2SiO3
gram gram gram gram
1 8 Mol 495 264 47 95
Sumber : Analisis, 2019

34
Dari pencampuran trial mix design pada tabel 3.1 menghasilkan
campuran yang agak encer dan gak terlalu padat saat dimasukkan ke
dalam cetakan. Untuk pencampuran harus aktifator dan fly ash dicampur
terlebih dahulu setelah itu masukkan Rechlaimed Asphalt Pavement
(RAP), agar waktu pencampuran tidak menggumpal.

3.6.2 Trial Mix Design Ke–2 Mortar Geopolimer 8 Mol


Pada percobaan pertama dilakukan pembuatan sempel dan direncanakan
berat per mortar geopolimer seberat 300 gram. Berikut merupakan
diagram campuran yang digunakan:

MORTAR

Agregat Halus Binder+Aktivator


(60%) (40%)

RAP FA Aktivator
(100%) (65%) (35%)

NaOH (1) Na₂SiO₃ (2)

Sumber : Analisis, 2019


Gambar 3.19 Contoh trial mix design kedua

35
Berikut merupakan perhitungan kebutuhan material:
Tabel 3.2 Perhitungan trial mix design kedua
Agregat Halus Binder Aktivator
No Mix Design RAP FA NaOH Na2SiO3
gram gram gram gram
1 8 Mol 540 234 42 84
Sumber : Analisis, 2019

Dari pencampuran trial mix design pada tabel 3.2 menghasilkan


campuran yang agak padat dan agak sulit saat material dimasukkan ke
dalam begisting. Untuk pencampuran harus aktifator dan fly ash
dicampur terlebih dahulu setelah itu masukkan Rechlaimed Asphalt
Pavement (RAP). Agar waktu pencampuran tidak menggumpal.

3.7. Real Mix Design


Sesudah melakukan percobaan sampai dua kali maka akan diambil mix design
yang lebih mudah dan tidak mrnghambat dalam melakukan penelitian. Berikut
adalah real mix design yang diambil sebagai berikut:

36
MORTAR

Agregat Halus Binder+Aktivator


(45%)
(55%)

FA Aktivator
RAP (65%) (35%)
(100%)

NaOH (1) Na₂SiO₃ (2)

Sumber : Analisis, 2019


Gambar 3.20 Real Mix Design

Berikut merupakan perhitungan kebutuhan material:


Tabel 3.3 Perhitungan Real Mix Design
Agregat Halus Binder Aktivator
No Mix Design RAP FA NaOH Na2SiO3
gram gram gram gram
1 4 Mol 4950 2632.5 472,5 945
2 6 Mol 4950 2632.5 472,5 945
3 8 Mol 4950 2632.5 472,5 945
4 10 Mol 4950 2632.5 472,5 945
5 12 Mol 4950 2632.5 472,5 945
6 14 Mol 4950 2632.5 472,5 945
7 16 Mol 4950 2632.5 472,5 945
Sumber : Analisis, 2019

37
3.8. Pembuatan Mortar Geopolimer
Sesudah melakukan mix design real dan perhitungan kebutuhan material maka
akan dilanjutkan ke pembuatan benda uji. Berkut langkah langkah dalam
pembuatan mortar geopolimer antara lain:
1. Menyiapkan material bahan seperti Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP),
fly ash, sodium silika dan sodium hidroksida. Dan menyiapkan alat alat yang
nantinya akan digunakan.
2. Timbang material sesuai dengan mix design dari molaritas 4 mol, 6 mol, 8
mol, 10 mol, 12 mol, 14 mol dan 16 mol.
3. Campurkan sodium silika dengan sodium hidroksida sesui timbangan yang
telah ditentukan sampai mencair dan rata.
4. Siapkan fly ash sesuai timbangan dan masukkan ke dalam Loyang
selanjutnya tuangkan campuran sodium silika dengan sodium hidroksida ke
dalam Loyang. Aduk bahan tersebut sampai homogen.
5. Selanjutnya masukkan material Rechlaimed Asphalt Pavement (RAP) ke
dalam Loyang campuran tadi, aduk sampai homogen dan rata.
6. Siapkan begisting atau cetakan mortar ukuran 5x5x5 cm, masukkan material
yang sudah homogen ke dalam cetakan.
7. Biarkan cetakan yang sudah diberi adukan selama 24 jam agar menjadi
keras dan saat dibuka tidak hancur.
8. Buka cetakan dan simpan hasil sempel mortar yang telah dibuat.

3.9. Uji Kuat Tekan Mortar Geopolimer


Jika benda uji sudah dibuat maka akan dilakukan uji kuat tekan pada umur yang
telah ditentukan yaitu pada umur 7 hari, 14 hari, 28 hari dan 56 hari. Pengujian
kuat tekan akan dilaksankan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Nahdlatul Ulama Jepara. Berikut cara melakukan
pengujian kuat tekan mortar geopolimer yaitu:

38
1. Siapkan benda uji mortar yang akan diuji.
2. Siapkan alat kuat tekan yang akan digunakan. Kunci 0 pada angka yang
menunjukkan nilai kuat tekan.
3. Masukkan mortar pada alat tekan, dan pompa hidrolik sampai kuat tekan
maksimum tercapai.
4. Baca angka kuat tekan yang menunjukkan nilai maksimum, catat dan
simpulkan hasil uji kuat tekan tersebut.

3.10. Uji Kuat Lentur Mortar Geopolimer


Jika benda uji sudah dibuat maka akan dilakukan uji kuat lentur pada umur yang
telah ditentukan yaitu pada umur 7 hari, 14 hari, 28 hari dan 56 hari. Pengujian
kuat lentur akan dilaksankan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Nahdlatul Ulama Jepara. Berikut cara melakukan
pengujian kuat lentur mortar geopolimer yaitu:
1. Siapkan benda uji morar yang akan diuji sesuai dengan umur yang
direncanakan.
2. Siapkan alat kuat lentur dan kunci 0 pada angka yang menunjukkan nilai
kuat lentur maksimal.
3. Masukkan mortar pada alat uji kuat lentur dan pompa hidrolik sampai kuat
lentur maksimal tercapai.
4. Catat angka hasil kuat lentur maksimal dan catat.

3.11. Diagram Alur Penelitian


dalam penelitian ini mengacu pada alur yang telah dibuat. Dibawah ini
merupakan alur diagram penelitian:

39
Mulai
iiiii

Studi Literatur Rumusan Masalah

Persiapan Bahan dan Alat

Bahan : Alat :
• Limbah RAP • Cetakan kubus 5x5x5 cm
• Fly Ash • Cetakan Balok 4x4x16 cm
• NaOH (4, 6, 8,10, 12, • Timbangan Digital
14, 16) Mol • Saringan
• Na₂SiO₃ • Ember
• Cetok
• Gelas Ukur, Loyang

Pengujian material

RAP Fly Ash

• Kandungan • EDX
organis • Vicat
• Kandungan
Lumpur
• Saringan
• Kadar Aspal

40
A

Perencanaan Mix Design

Pembuatan Benda Uji • Kubus 5x5x5 cm


• Balok 4x4x16 cm

Perawatan

Pengujian Kuat Tekan


• Kuat Tekan
(7 hari, 14 hari, 28 hari, dan 56 hari) • Kuat Lentur

Analisis Hasil Data

Kesimpulan

Selesai

Sumber : Analisis, 2019


Gambar 3.21 Diagram Alur Penelitian

41
3.12. Jadwal Penelitian
Pada penelitian ini perlunya dibuat jadwal pelaksanaan yang berguna untuk
mengatur waktu dan jadwal agar sesuai dengan waktu yang ditentukan pada
penelitian ini. Dibawah ini merupakan waktu yang akan dilaksanakan dalam
penelitian:

Tabel 3.4 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian


Nama November Desember Januari Februari
No
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi
1
Literatur
Penyusunan
2
Proposal
Pengumpulan
3
Data
Analisis
4
Data
Penulisan
5
Laporan
Sumber : Analisis, 2019

42

Anda mungkin juga menyukai