Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Penambangan dan pengelolaan marmer di Indonesia tersebar di

beberapa pulau. Beberapa tempat di Indonesia yang menjadi pusat tambang

marmer antara lain Tulungagung, Lampung, Jawa Tengah, Bandung,

Yogyakarta, Kalimantan, Bangka, Papua, Kupang, Poso, Sumatra Barat, dan

Sulawesi Selatan. Tulungagung adalah salah satu daerah penghasil marmer

terlama di Indonesia. Penambangan batu marmer di Kabupaten Tulungagung

telah dilakukan sejak tahun 1934 yang berpusat di Kecamatan Campurdarat.

Kegiatan penambangan batu marmer yang terbesar dilakukan oleh PT.

Industri Marmer Indonesia Tulungagung dengan wilayah penambangan seluas

5,93 Ha dan produksi 9,9 juta ton/tahun. Selain itu terdapat sekitar 150 unit

usaha kecil dan menengah yang bergerak dibidang pengolahan batu marmer

dengan produksinya yang mencapai 2.250 ton/hari (Herman, 2005).

Kegiatan penambangan dan pengolahan marmer ini menimbulkan

permasalahan pada limbah yang dihasilkan dalam proses produksinya.

Pengolahan marmer yang memproduksi ubin marmer atau kerajinan marmer

seperti patung, meja, fandel dan sebagainya dalam proses menghasilkan limbah

yang berupa pecahan batu marmer dan serbuk marmer sekitar 40% (Shirule,

dkk. 2012).

Berdasarkan pengamatan limbah serbuk marmer yang dihasilkan

umumnya dibuang pada penampungan–penampungan yang sengaja dibuat

pada lahan terbuka disekitar lokasi pengolahan. Kegiatan produksi yang

berlangsung setiap hari dan terus–menerus menyebabkan besarnya kebutuhan

1
2

lahan untuk pembuangan limbah. Sistem penampungan limbah ini kurang efektif

dan kurang memperhatikan konservasi lahan. Seharusnya lahan tersebut dapat

digunakan untuk lahan pertanian atau pemukiman. Karenanya diperlukan

penanganan masalah limbah ini.

Teknologi beton lanjut bertujuan untuk menghemat penggunaan sumber

daya alam dan sumber energi serta mengurangi beban polutan pada lingkungan.

Jika dilihat dari proses terbentuknya batu marmer yang berasal dari proses

metamorfosa atau malihan dari batu gamping, mengindikasikan bahwa serbuk

marmer mempunyai kandungan zat kapur yang tinggi sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada beton. Penggunaan limbah serbuk

marmer pada beton memberikan beberapa keuntungan antara lain

memanfaatkan limbah sehingga dapat mengatasi permasalahan pada

lingkungan juga sebagai alternatif bahan pengganti sebagian semen pada beton

untuk mengurangi penggunaan semen.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan serbuk marmer

digunakan sebagai bahan pengganti sebagian semen pada beton. Pengaruh

penggunaan serbuk marmer terhadap kinerja beton segar dan sifat mekanik

beton diperhitungkan dalam penelitian ini. Dan juga untuk menentukan komposisi

penggunaan serbuk marmer dan variasi silica fume pada beton untuk

memperoleh sifat beton yang paling menguntungkan.

1. 2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah serbuk marmer dapat digunakan sebagai bahan pengganti sebagian

semen pada beton?

2. Bagaimanakah pengaruh penggunaan serbuk marmer dan silica fume pada

beton?
3

3. Berapakah prosentase penggunaan serbuk marmer dan silica fume untuk

memperoleh sifat beton yang paling menguntungkan?

4. Bagaimanakah pengaruh penggunaan serbuk marmer dan silica fume

terhadap harga satuan beton?

1. 3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah:

1. Mengetahui kemungkinan serbuk marmer digunakan sebagai bahan

pengganti sebagian semen pada beton.

2. Mengetahui pengaruh penggunaan serbuk marmer dan silica fume terhadap

sifat mekanik beton.

3. Mengetahui prosentase penggunaan serbuk marmer dan silica fume untuk

memperoleh sifat beton yang paling menguntungkan.

4. Mengetahui pengaruh penggunaan serbuk marmer dan silica fume terhadap

harga satuan beton.

1. 4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Serbuk marmer yang digunakan berasal dari Kecamatan Campurdarat,

Kabupaten Tulungagung.

2. Semen yang digunakan adalah Semen Porland Pozzolan tipe IP-U produksi

PT. Semen Gresik.

3. Agregat halus yang digunakan pasir sungai berasal dari Lumajang.

4. Agregat kasar yang digunakan batu pecah dengan ukuran maksimum 20 mm

berasal dari Lumajang.

5. Air PDAM di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang.

6. Benda uji beton berbentuk silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300

mm dengan faktor air semen 0,5.


4

1.5 Variabel Penelitian


Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (independent variable), variabel yang perubahannya

ditentukan oleh peneliti. Variabel bebas pada penelitian ini adalah komposisi

penggunaan limbah serbuk marmer dan silica fume.

2. Variabel terikat (dependent variable), variabel yang tergantung dan

dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya yaitu

kuat tekan, modulus elatisitas dan angka Poisson.

1.6 Hipotesis Penelitian


Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Ada pengaruh penggunaan serbuk marmer sebagai bahan pengganti

sebagian semen dan silica fume terhadap kuat tekan.

2. Ada pengaruh penggunaan serbuk marmer sebagai bahan pengganti

sebagian semen dan silica fume terhadap modulus elastisitas.

3. Ada pengaruh penggunaan serbuk marmer sebagai bahan pengganti

sebagian semen dan silica fume terhadap angka Poisson.

1.7 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa salah satu

solusi penanganan masalah limbah sehingga tidak menimbulkan permasalahan

pada lingkungan. Di samping itu diharapkan serbuk marmer dapat digunakan

sebagai bahan alternatif pengganti sebagian semen pada beton.

Anda mungkin juga menyukai