Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran: Overdose (OD) Ketersediaan Glutation Transferase
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran: Overdose (OD) Ketersediaan Glutation Transferase
ABSTRAK
Parasetamol (acetaminophen) adalah salah satu jenis obat yang memiliki efek analgesik-antipiretik dan
sangat mudah diperoleh dipasaran. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis senyawa
parasetamol (acetaminophen) pada urin dan rambut secara kualitatif dengan menggunakan kromatografi gas –
spektrometri massa (GC-MS). Sampel urin dan rambut diperoleh dari pasien (sukarelawan) yang mengkonsumsi
parasetamol dalam dosis terapi tanpa mengubah pola konsumsi. Ekstraksi parasetamol pada sampel urin dilakukan
dengan menggunakan etil asetat, sedangkan sampel rambut menggunakan metanol, yang selanjutnya hasil ekstraksi
diderivatisasi menggunakan BSTFA yang mengandung TMCS 1 % dan dianalisis menggunakan kromatografi gas –
spektrometri massa (GC-MS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel urine pada 1, 2, dan 3 jam setelah
mengkonsumsi parasetamol memberikan hasil positif acetaminophen-TMS sedangkan pada 24, 168, dan 720 jam
setelah konsumsi. Pada sampel rambut, hasil positif acetaminophen-TMS ditunjukkan pada 1, 2, 3, 24, 168, dan 720
jam setelah mengkonsumsi parasetamol.
ABSTRACT
257
JURNAL KIMIA 8 (2), JULI 2014: 257-262
glukoronida menjadi jenuh sehingga metabolit sehingga perlu dilakukan kembali analisis
reaktif yang dihasilkan dari metabolisme parasetamol pada rambut pasien yang
parasetamol yakni NAPQI akan berikatan dan mendapatkan terapi parasetamol dalam dosis
membentuk ikatan kovalen dengan protein atau terapi.
asam nukleat dan menghambat metabolisme Berdasarkan uraian diatas maka penulis
oksidatif dan penurunan produksi Adenosin kembali melakukan observasi secara kimiawi pada
trifosfat atau ATP (Forte, 2002). urin dan rambut pasien yang mendapatkan terapi
Keberadaan beberapa jenis obat-obatan parasetamol dalam dosis terapi (berdasarkan resep
dalam tubuh dapat dianalisis melalui cairan tubuh dokter) tanpa mengubah pola konsumsi obat yang
seperti urin dan darah, maupun non cairan tubuh diberikan oleh dokter sesuai dengan kode etik yang
seperti rambut. Kelebihan penggunaan sampel berlaku serta tanpa adanya intervensi dari peneliti.
rambut dibandingkan urin dan darah untuk
menganalisis obat adalah rambut memiliki
informasi keberadaan obat yang lebih lama dengan MATERI DAN METODE
rentang waktu minggu hingga bulan dibandingkan
pada urin atau darah yang hanya mendeteksi Bahan
dengan kisaran waktu beberapa jam hingga Sampel yang digunakan dalam penelitian
beberapa hari (Kintz, 2000). ini adalah sampel rambut dan sampel urin. Bahan
Gas Chromatography - Mass Spectrometry kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah
(GC-MS) mampu mendeteksi kadar obat dengan bahan kimia dalam derajat pro analisis (p.a) yang
konsentrasi kurang dari 1µg/L dan membutuhkan terdiri dari diklorometana (CH2Cl2), metanol
waktu pengerjaan yang relatif singkat (Wirasuta, (CH3OH), etil asetat (CH3COOC2H5), aquades, air
2007). Syarat suatu senyawa dapat dianalisis hangat, gas helium, gas nitrogen, pH indicator-
menggunakan GC-MS adalah memiliki sifat yang strips, Solid Phase Extraction (SPE), dan N,O-bis
volatile (mudah menguap), jika suatu senyawa (trimetilsilil) trifluoroasetamida (BSTFA) yang
sulit menguap maka sebelum dianalisis mengandung trimetilklorosilan (TMCS) 1%
menggunakan GC-MS maka dilakukan derivatisasi diperoleh dari Sigma Aldrich Chemical Hongkong.
terlebih dahulu.
Ipung (2008) yang menganalisis Peralatan
parasetamol dalam sampel urin dengan metode Alat yang digunakan meliputi alat-alat
TLC-Spektrofotodensitometer diketahui bahwa gelas yang umum digunakan dalam laboratorium
urin yang dianalisis kandungan parasetamolnya analisis, es box, pipet mikro 1000 μL dan 20 μL,
adalah urin dari individu yang tidak neraca analitik, gunting stainless steel, Cartridge,
mengkonsumsi parasetamol (urin blanko) yang wadah plastik bertutup, cup urine (steril) 100 mL,
ditambahkan larutan standar parasetamol (adisi Gas Chromatography (GC) tipe Agilent 6890N
standar). Penelitian ini belum dapat dengan kolom kapiler HP-5ms (30 m x 0,25 mm x
menggambarkan keberadaan parasetamol dalam 0,25 μm), dan detektor Mass Spectrometry (MS)
urin pada kondisi yang sesungguhnya sehingga tipe Agilent 5973.
perlu dilakukan kembali analisis kualitatif pada
urine seseorang yang mendapat terapi parasetamol. Cara Kerja
Saito (2008) telah berhasil melakukan analisis Subjek Penelitian
parasetamol dalam sampel rambut pada kasus Penelitian dilakukan setelah mendapatkan
keracunan dalam kondisi overdose. Dari penelitian surat kelaikan etik penelitian dengan nomor
ini diketahui juga bahwa limit deteksi GC-MS protocol yaitu 20.01.1.2014 dari Komite Etik
adalah 0,1 ng/mg. Bila analisis dilakukan dalam Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas
kondisi overdose maka masih memungkinkan Udayana, Denpasar. Subjek penelitian merupakan
untuk memperoleh hasil positif parasetamol pada pasien yang mendapatkan terapi parasetamol dan
rambut namun tidak demikian bila parasetamol bersedia secara sukarela mengikuti serangkaian
hanya dikonsumsi beberapa kali bila diperlukan penelitian yang dilakukan dan telah menandatangi
dalam dosis terapi (berdasarkan resep dokter)
258
ISSN 1907-9850
lembar persetujuan responden (informed consent) SPE yang telah disiapkan dan dibiarkan hingga
dengan disaksikan oleh dr. Putu Asri Wirya. mencapai batas bawah kolom SPE.
Pengambilan sampel urine dan rambut Setelah sampel mencapai batas bawah,
Pengambilan sampel dilakukan pada 1, 2, kemudian dielusi dengan eluen etil asetat sebanyak
3, 24m, 168, dan 720 jam setelah konsumsi tablet 8 mL sebanyak 2 kali, eluat hasil elusi diuapkan
parasetamol dengan dosis terapi tanpa mengubah dibawah blower lemari asam. 1 mL eluat
pola konsumsi obat yang telah diberikan. Selama disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan
penelitian ini dilakukan, sukarelawan hanya 5000 rpm. Supernatan yang diperoleh ditampung
mengkonsumsi obat pada hari Selasa, 22 April dalam tabung reaksi lalu dialiri nitrogen pada suhu
2014 atau saat pengambilan sampel dimulai tanpa ruang hingga seluruh pelarutnya menguap
mengubah pola konsumsi yang telah diberikan kemudian residu yang diperoleh diderivatisasi.
dokter, disebabkan kesehatan ke-3 sukarelawan Ekstraksi sampel rambut
yang telah kembali semula sehingga ke-3 Analisis pada rambut dilakukan pada 3
sukarelawan tidak mengkonsumsi obat kembali orang sukarelawan yang mendapatkan terapi tablet
pada hari berikutnya dan hal tersebut berlanjut parasetamol yang sama pada dosis terapi. Rambut
selama 1 bulan karena sukarelawan dalam kondisi dikumpulkan pada 1, 2, 3, 168, dan 720 jam
sehat atau tidak mengkonsumsi obat kembali setelah mengkonsumsi tablet parasetamol tanpa
selama penelitian ini. mengubah pola konsumsi obat yang telah
Preparasi Larutan Standar Parasetamol diberikan oleh dokter yang berwenang atas
Tablet obat campuran dengan keterangan diagnosa pasien.
obat yakni mengandung 500 mg parasetamol dan Setiap helai rambut diperoleh dengan cara
250 mg senyawa obat lainnya (pseudoephedrine, rambut digunting menggunakan gunting stainless
malaet, klorfeniramine) digerus hingga halus. steel pada jarak sedekat mungkin dengan kulit
Sebanyak 0,15 mg serbuk obat ditimbang dan kepala pada bagian depan, atas, samping kanan,
dilarutkan dalam labu ukur 100 mL dengan samping kiri, dan bagian belakang. Kemudian
aquades hingga tanda batas, sehingga diperoleh dimasukkan ke dalam wadah plastik dan disimpan
larutan standar parasetamol 1 ppm. Larutan standar pada suhu kamar (Wijayaputra, 2011).
parasetamol 1 ppm kemudian diberi perlakuan Sampel rambut didekontaminasi dengan 5
yang sama seperti sampel. mL diklorometana selama 2 menit pada suhu
Preparasi kolom ruang, 5 mL air hangat selama 2 menit, dan 5 mL
Cartridge yang telah disiapkan ditutup diklorometana selama 2 menit. Sampel rambut
dengan kertas saring sesuai ukuran lingkar yang telah didekontaminasi kemudian digunting
cartridge pada bagian terdalam cartridge. menjadi kecil-kecil. Sebanyak 20 mg sampel
Exterlute dimasukkan kedalam cartridge sebanyak diinkubasi pada 450C selama 2 jam dalam 1 mL
¾ bagian cartridge untuk 8 mL sampel. Setelah methanol (Wijayaputra, 2011). Lapisan air
exterlute dimasukkan, kemudian ditutup kembali ditampung dan disentrifugasi dengan kecepatan
dengan kertas saring sesuai ukuran lingkar 5000 rpm selama 5 menit. Supernatan yang
cartridge dan kolom siap digunakan. diperoleh diambil dan dialiri nitrogen pada suhu
Ekstraksi Sampel urin ruang.
Sampel urin diperoleh dari 3 orang Derivatisasi
sukarelawan yang memperoleh terapi tablet Sebanyak 50 μL BSTFA dengan TMCS 1
parasetamol yang sama pada dosis terapi. Urin % ditambahkan ke residu (sampel urin dan
ditampung pada 1, 2, 3, 168, dan 720 jam setelah rambut). Tabung disegel dan dipanaskan pada
mengkonsumsi tablet parasetamol tanpa mengubah 60oC selama 30 menit. Setelah derivatisasi, sampel
pola konsumsi obat yang telah diberikan oleh didinginkan sampai suhu kamar dan siap
dokter yang berwenang atas diagnosa pasien. pH diinjeksikan pada sistem GC-MS.
sampel urin diukur menggunakan pH indicator- Kondisi GC-MS
strips. Sebanyak 8 mL urin yang telah disesuaikan Analisis GC dilakukan dengan Agilent
pHnya kemudian dimasukkan ke dalam kolom 6890N kromatografi gas dilengkapi dengan
Agilent 5973 detektor massa selektif. Helium
259
JURNAL KIMIA 8 (2), JULI 2014: 257-262
(99%) digunakan sebagai gas pembawa pada laju yang mengandung TMCS 1% sehingga terjadi
alir 1 mL/menit, 1μL ekstrak disuntikkan dengan pergantian gugus hidrogen aktif dengan
suhu injektor 250oC, suhu interface 270oC, suhu trimetilsilil (Si(CH3)3). Ion fragmen yang dipilih
detektor 230oC dan split rasio 1:20. Program ketika menggunakan metode SIM untuk
temperatur pada kolom adalah suhu awal kolom menganalisis senyawa acetaminophen-TMS adalah
70oC ditahan selama 5 menit, dinaikkan ion fragmen yang memiliki kelimpahan tinggi
10oC/menit hingga suhu 270oC dan ditahan 5 menit yakni 223, 181, dan 166. Tabel 2 menunjukkan
sehingga diperoleh total waktu 30 menit. hasil analisis acetaminophen pada semua sampel
urin.
260
ISSN 1907-9850
juga relatif panjang berkisar antara 5 cm hingga 21 parasetamol, hasil yang diperoleh merupakan
cm, jika dihubungkan dengan pertumbuhan rambut parasetamol yang tersimpan dalam rambut dalam
maka dapat diketahui bahwa rata-rata rambut jangka waktu yang lama atau hasil konsumsi
sukarelawan telah berusia 12 bulan sehingga secara berkala.
memungkinkan bila senyawa obat yang pernah
dikonsumsi masih tersimpan dalam rambut Saran
sukarelawan namun dengan konsentrasi yang Penelitian ini telah dapat menunjukkan
sangat kecil sehingga hanya dapat terbaca dengan bahwa senyawa parasetamol (acetaminophen)
GC-MS dengan metode SIM. dapat terdeteksi dalam sampel urin dan rambut
Menurut Kintz (2000) kelebihan uji pada individu yang mendapatkan terapi
rambut dibandingkan urin adalah rambut memiliki parasetamol tanpa mengubah pola konsumsi yang
informasi keberadaan obat yang lebih lama dengan telah diberikan oleh dokter, namun perlu dilakukan
rentang waktu minggu hingga bulan dibandingkan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan
pada urin atau darah yang hanya mendeteksi metode ekstraksi khsususnya pada sampel rambut
dengan kisaran waktu beberapa jam hingga serta mengukur konsentrasi senyawa parasetamol
beberapa hari. Hal ini juga mendukung temuan (acetaminophen) dalam sampel urin dan rambut
yang diperoleh dari penelitian ini. Dengan pada individu yang mendapatkan terapi
demikian dapat dipastikan bahwa hasil yang parasetamol.
diperoleh merupakan parasetamol yang tersimpan
dalam rambut dalam jangka waktu yang lama atau
hasil konsumsi secara berkala. Hasil analisis UCAPAN TERIMA KASIH
acetaminophen-TMS pada sampel rambut
menggunakan metode SIM ditunjukkan pada Tabel Melalui kesempatan ini penulis
3. menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pusat
Laboratorium Forensik (Puslabfor) Bareskrim
Tabel 3. Hasil analisis acetaminophen-TMS pada Polri Cabang Denpasar, Komisi Etik Penelitian
sampel rambut menggunakan metode Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bapak I
SIM Wayan Gede Gunawan dan Bapak I Nengah
Pengam- Hasil Analisis Keterangan Simpen serta semua pihak atas saran dan kritiknya
bilan Acetaminophen sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
sampel (+)/(-)
A B C
I (+) (+) (+) Acetaminophen-TMS DAFTAR PUSTAKA
II (+) (+) (+) Acetaminophen-TMS
III (+) (+) (+) Acetaminophen-TMS Drozd, J., 1985, Chemical Derivatization in Gas
IV (+) (+) (+) Acetaminophen-TMS Chromatography, Journal of
V (+) (+) (+) Acetaminophen-TMS Chromatography Library, 19
VI (+) (+) (+) Acetaminophen-TMS Forte, J.S., 2002, Paracetamol : Safety Versus
Toxicity, (2)
Ganiswara, S.G., 1995, Farmakologi dan Terapi,
SIMPULAN DAN SARAN Bagian Farmakologi dan Kedokteran,
Edisi 4, Universitas Indonesia, Jakarta
Simpulan Ipung, K., 2008, Analisis Parasetamol Dalam Urin
Hasil positif acetaminophen-TMS Dengan Teknik KLT Spektrodensitometri,
diperoleh pada sampel urin dari 1 jam hingga Skripsi, Jurusan Kimia, Fakultas
sehari setelah mengkonsumsi tablet parasetamol Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
namun diperoleh hasil negatif setelah lebih dari 1 Universitas Udayana, Bukit-Jimbaran
hari mengkonsumsi tablet, sedangkan pada sampel Kintz, P., 2000, Hair, In: Jay A. S. editors.
rambut, hasil positif telah ditunjukkan pada 1 jam Encyclopedia of Forensic Sciences, Vol II,
hingga 720 jam setelah mengkonsumsi tablet Academic Press, UK, p. 598-640
261
JURNAL KIMIA 8 (2), JULI 2014: 257-262
262