Anda di halaman 1dari 4

Paradox Perekonomian Global, Ekonomi Islam & Perpsektif Perekenomian Nasional - Prof. Didin S.

Damanhuri

1. PARADOX PEREKONOMIAN GLOBAL, EKONOMI ISLAM & PERSPEKTIF PEREKONOMIAN NASIONAL


Oleh : Didin S. Damanhuri* *)antara lain Guru Besar Ilmu Ekonomi Politik, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen (FEM) IPB, dan beberapa PT lain (UI, Unpad), salah seorang Pendiri INDEF (Istitute for
development Economics and Finance), Jakarta, Ketua L-KEN (Lingkar Kajian Ekonomi Nusantara),
Pengamat Ekonomi, Staf Ahli LEMHANNAS (Lembaga Ketahanan Nasional) RI, dll.

2. PARADOX EKONOMI GLOBAL ModelJepang Model Negara Konsensus (MNK) Model Negara
Sejahtera (MNS) Model Sosialisme Pasar (MSP) Laissez- faire ala USA : (Model Neo-Liberalisme)
Mekanisme Pasar yang melayani “ Wants”= bias terhadap pemilik modal) Koreksi Sosialisme
Demokrat: Kontrol terhadap wants karena peran negara yang melakukan “kebijakan pemihakan”
dan Perlindungan terhadap kaum “dhuafa” Model Komunisme (Sistem ekonomi komando) bangkrut
karena inefisiensi negara sebagai pelaku tunggal yang sentralistik Negara Sedang berkembang (NSB)
(pasca kolonialisme). Termasuk : negara2 Islam & Mayoritas berpenduduk Muslim masih dalam
kondisi Ketertinggalan Double Standard ( Exploitasi terhad ap NSB: - Low Equibilirium ekonomi -
Oligarkhi (Politik ) • Pengaruh partai komunis belum punah • Secara model, China dianggap lebih
unggul • Kesenjangan menjadi makin tajam yang sebelumnya relatif merata • Negara sebagai
Regulator sosial yang efesien • Swasta sebagai agen pertumbuhan yang perform karena mekanisme
pasar yang fair & efesien • Sistem politik “check&balance” dan peran serikat buruh yang determinan
• Sistem Jaminan Sosial, pajak progesif. • Negara & Swasta kerjasama • Ada peran agama sebagai
nilai kultural untuk manajemen makro/mikro • Consensus scenario in democratization process S E K
U L A R I S M E USA Third way (post materialist): • Kemakmuran Tinggi • Kemerataan terbaik • Tetap
dengan sekuralisme meski wacana agama tengah mengemuka • Islam riil –Tauhid ? Forth way:
belajar dari NIM, keuangan syariah, spiritualisasi dunia, nilai-nilai lokal NEGARA MAJU -Timpang
-Menciptakan Ketimpangan Global

3. DC: G to G Multilateral MNC FDI PI (Portofolio Investment) • Demokrasi • HAM • Sustainble


Dev.Paradigma Ekonomi Hegemonik (laissez-faire): Neo-Klasik; Keynesian; Neo-Liberal Revolusi
IPTEK Gel. I: Pertanian (SDA) Gel.II : Industri (Market) Gel.III: Informasi (Pasar Finansial) Gel.IV:
Eko.Digital SEKULARISME Konglomerasi + Marginalisasi Ekonomi Rakyat di DC SDM : Labour surplus
Eksploitasi SDM (buruh murah ) Eksploitasi SDA (Hutan,dll) ISI SDA: Darat: Hutan Laut: Net Transfer
Hegemoni Ekonomi & Politik Global di bawah AS Net Transfer IPE Reformasi: UDC ?

4. Hayatan Thayyibah (kehidupan yang Baik) • Good Governance (public, Corporate Society): Good
life (high quality of life) Kholifatul fil Ard: • Solidaritas Universal • Pengelolaan SDM/SDA yang
amanah (good management) • Kreatif, inovatif & Inventif • Kesederhanaan • Kreatif-Inovatif (ijtihad)
Adalah (struktur yang adil) • Anti Eksploitasi (sinergi) • Anti Penindasan (Solidaritas, keadlian) • Anti
Hegemoni (demokratis) Tauhid (individu & sosial) • Peningkatan iman (S+EQ) • Peningkatan quality
of life • Peningkatan akal (IQ) • Sistem reproduksi (keturunanyang baik) • Harta/Materi dengan basis
“felt needs” • Keadilan Ekonomi (Mikro-Makro Ekonomi sebagai basis “Felt-Needs” • Keuangan
syariah yang progesif (Dekonstruksi bubble economy, erzatz/crony capitalism) • Extended Family
sebagai basis pengembangan model negara kesejahteraan yang mementingkan peran nilai & materi
secara seimbang • State Dengan prinsip Tauhid, Adalah Kholifatul fil Ard. FALAH (Kesejahteraan
Umum): (Material,Spiritual) & (Kemakmuran, Keadilan Sosial)Maqasyid As-Syariah : • Tauhid •
Adalah • Kholifatul fil Ard EKONOMI ISLAM (Forth Way)

5. Mencari Akar Penyebab “Krisis Ekonomi Global” “Krisis Keuangan Global” menuju “KRISIS
KAPITALISME” ? Ambisi pengusaan industri Pangan dan Migas Global Paradigma Pembangunan
material berbasis Sempit (berpusat di AS) : Mengedalikan Bursa2 Saham, & Bank2 Besar Dunia, MNC
serta Lembaga Multirateral (WTO,IMF,WB). Oligarki finansial global (juga menjadi Oligopolis srt
kartel Pangan & energi) Krisis Pangan & Energi Krisis Perumahan AS Krisis anggaran AS Aneksaksi
Afganistan, Irak , dll Akar Penyebab

6. Paradigma Baru Pembangunan Resource Based Industrialization ( China, India, Thailand,


Malaysia). Indonesia? Asian Way • Agama menjadi landasan dalam proses Pembangunan • Full
employment oriented • Extented FamIly based Social Security System Welfare State Model ( Eropa)
• Social Security System • Gerakan Koperasi • Civil Society • Serikat Buruh Dari “ Branch Banking
System” Menuju prinsip Perbankan yang beorientasi pembangunan sektor ril di unit ( cabang &
daerah) Paradigma Pembangunan berpusat kepada manusia Perombakan Aksitektur Keuangan
Global Paradigm Shift Manufactured based Industry ( Jepang, korsel )

7. KONSEP EKONOMI DASAR ( Grand Theory ) •Efisiensi & Efektivitas •Pareto Optimality •Good
Governance Asumsi : Pelaku Ekonomi Homogen PERTUMBUHAN DAN PEMERATAN EKONOMI

8. KONSEP EKONOMI DASAR ( Grand Theory ) Landasan Teori Asumsi Dasar Teori Tak Terpenuhi :
Pelaku Ekonomi di Indonesia Tak Homogen KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI ORDE BARU
PERTUMBUHAN EKONOMI DINIKMATI SEGELINTIR ELIT › Absen Terhadap Permberdayaan Langsung
Ekonomi Rakyat ›Globalisasi Bias Terhadap Kepentingan Negara Maju

9. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI ORDE BARU (1970 – 1998) Konsentrasi dan Konglomerasi
( Mengusai sekitar 76 % aset atau 62% omzet ekonomi nasional ) MARJINALISASI EKONOMI RAKYAT
(JAUH DARI : SILA KEADILAN SOSIAL ; ADALAH DAN ESENSI SURAT AL’MAUN)

10. 1984 1999 Bocor 30% idem idem SDA: •Politik Perbesaran •HPH •Dst •Sentralisme •Partai
Dominan •Floating mass ISI+IPEISI Politik: Ekonomi: Era Orde Baru ( 1969 – 1999) Bocor 50%

11. EKONOMI NASIONAL : Konstruksi Kebijakan Pembangunan ORBA Swasembada beras / pangan
nasional (1983) Bagian dari Strategi pemenuhan kebutuhan pokok, untuk mencapai stabilitas harga2,
stabilitas ekonomi & stabilitas politik dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi
lewat Industrialisasi manufaktur Ditegakan dengan sistem pemerintahan yang otoriter (partai
dominan & oligarki politik), dibiayai Utang & petro $ Akhir 1980an: liberalisasi perekonomian
(perbankan,pasar modal, prdagangan, dst.) yang tdk selektif (buka-bukaan) Pergerakan Moneter
jauh lebih besar dari pergerakan barang & jasa (Decoupling): BUBBLE ECONOMY : -Content impor
industri makin mendekati 100% - Impor Barang & Jasa termasuk bahan pangan kebutuhan pokok
(beras, kedelai, jagung, gula, daging, dst.), buah2an, sayur2an makin besar SUMBER KRISIS
EKONOMI’98 Big Bang Politik: • Sistem Multipartai • Otonomi daerah • Kebebasan Pers
Demokratisasi ( 1998 ) Penanganan Krisis lewat LoI IMF (diteruskan dengan White Paper = IMF)
Demoktratisasi Politik dengan Politisasi & penggunaan Kebebasan yang Over Dosis Pengelolaan
konflik yang makin sulit, meski terdapat pelbagai sukses ( aceh, maluku, dll.) tapi muncul berbagai
konflik baru (pilkada, tanah, ruang usaha, dst.) “Asingisasi” dalam penguasaan asset publik dan
ketergantungan impor dari banyak barang kebutuhan pokok (kedelai, jagung, gula, daging, garam,
beras, gandum, buah-buahan, sayur-sayuran, dst) & Menyusutnya sumber dana Migas (net-
Importir) SEMENTARA, PRODUKSI DALAM NEGERI : Produktivitas Stagnan, Teknologi tertinggal, dan
makin lack of Vision terhadap kemandirian & Kedaulatan (Financial, Teknologi, pangan, Energi,dll)
Pemerintah, khususnya dari otoritas ekonomi & kondisi Ketimpangan yang makin buruk (keadilan
Sosial / “Adalah” msh jauh)

12. Kebijakan Pemerintah Era Reformasi : “Jebakan Masa lalu” & Perkembangan menghadapi
Globalisasi & Deglob.. • Tetap berkutat pada ukuran sukses yang mengacu semata kepada Stabilitas
ekonomi makro (pertumbuhan, inflasi, kurs rupiah, suku bunga, dst.) • Tak ada Blue Print Reformasi
ekonomi menyeluruh atas dasar : (1) Assesment kebutuhan nyata ( felt need ) rakyat dan keragaman
daerah ; (2) Market Intellegence dari perkembangan ekonomi global. • Tidak adanya Grand Design
beserta road map-nya dalam mewujudkan Kedaulatan, Kemandirian dan Keadilan Sosial (“adalah”)
sehingga sulit unggul dalam peta perekonomian dunia…

13. Ekonomi Gelembung (Bubble Economy) Tahun arus financial GDP(Sek Riil) 2000 10913991,75
1.290.684,31 2001 11741527,00 1.467.654,94 2002 13191950,00 1.821.834,12 2003 16313405,00
2.013.674,60 2004 18974211,00 2.273.141,48 2005 21247638,00 2.729.708,19 2006 27764036,00
3.338.015,70 2017 > Rp. 16 T l.k. Rp. 1,1 T

14. 0,00 5000000,00 10000000,00 15000000,00 20000000,00 25000000,00 30000000,00 1 2 3 4 5 6


7 tahun Series1 Series2

15. PERSPEKTIF PEREKONOMIAN NASIONAL: (1) Pemikiran Ekonomi UUD ’45 / Pancasila Pasal 27
Ayat 2 : Tiap-tiap warganegara berhak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Dalam banyak studi (a.l.Syahrir, 1986 ; Damanhuri, 1990, Mubyarto, 2001, Swasono,
2005, dll.) Pemikiran Ekonomi dalam pasal-pasal Ekonomi UUD’45 (sebelum Amandemen), yakni
yang termaktub dalam : *** Prinsip-Prinsip ini sangat dekat dengan gagasan “Negara Kesejahteraan”
(Welfare state) dimana peran negara yang efisien & efektif seimbang dengan peran pasar yang non-
distortif. Dalam masa studi tahun 30an bung Hatta di Belanda bersama Belgia dan negara
Skandinavia (Swedia, Finlandia, Denmark dan Norwegia) dikenal penganut faham “Negara
Kesejahteraan” yang paling konsisten (Damanhuri, 1990). Namun karena Indonesia menolak prinsip
Sekularisme, maka modelnya lebih dalam dekat dengan “Asian Ways”... Pasal 33 Ayat 1 :
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas Kekeluargaan Ayat 2 : Cabang-
cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai
oleh negara Ayat 3 : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebasar-besarnya kemakmuran rakyat (bukan kemakmuran orang
per orang). Pasal 34Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara negara.

16. Pada masa 1950-59 (“demokrasi parlementer”), berdasar UUD’50, tapi prinsip-prinsip ekonomi
Hatta dalam UUD’45 tetap berlaku. Karena seringnya berganti pemerintahan serta terbatasnya
anggaran, tak terlihat realisasi serius spt dituntut ps 27, 33 & 34. Masa itu terdapat “politik benteng”
yang memberikan lisensi kepada pengusaha pribumi untuk menjadi importir besar. Karena
banyaknya korupsi dan penyalahgunaan kebijakan (pengusaha “ali-baba”) secara umum dinilai
kebijakan ekonomi “benteng” itupun tersebut kurang berhasil. Pada masa 1959-65 (“demokrasi
terpimpin”), berdasar UUD’45, tapi prakteknya justru banyak penyimpangan: Soekarno diangkat
Presiden seumur hidup, tak ada program dan realisasi kebijakan ekonomi yang serius, Indonesia
menurut Benyamin Higin menjadi negara termiskin di dunia, keluar dari PBB, bergabung dengan
negara komunis, dst yang berahir dengan pristiwa G-30-S/PKI. Pada masa 1965-1988 (Orde Baru
Soeharto), berdasar UUD’45, namun selama 32 tahun memerintah juga kurang mampu
mengkongkritkan pelaksanaan Ps.27, 33 dan 34 UUD’45. Memang terdapat GBHN, Repelita2,
kemiskinan absolut dapat ditekan dari 56% (’70) menjadi 13% (1998), pengangguran terbuka
dibawah 5% (namun pangangguran keseluruhannya di atas 30%), pertumbuhan ekonomi rata-rata
7%, inflasi rata2 sekitar 9%, dst. Namun dengan ongkos sosial yang sangat besar: Ketimpangan
sangat buruk (200 konglomerat menguasai 76% PDB, PDBI-1996), 90% uang beredar di Jakarta. Luar
Jawa, Pertanian dalam arti luas serta UKM & pedesaan sangat termarginalisasi. SDA sangat rusak dan
dkuasai oleh grup2 bisnis konglomerasi, utang luar negeri 150 milyar US$ (ke 3 tertinggi di dunia)
“bubble economy”, dst. Sehingga terjadi KRISMON (dus, juga gagal dalam pelaksanaan ps.27, 33 dan
34 UUD’45). Pada masa pasca Orde Baru, terjadi amandemen UUD’45 yang bertendensi makin ke
arah neoliberalisme dan makin jauh dari prinsip-prinsip ekonomi bung Hatta/UUD’45 asli; Kemskinan
16-18%, pengangguran terbuka 9-11% (keseluruhan diatas 40%), sektor riil tak bergerak, “asingisasi
aset-aset negara, dst. (menganut minimum state).... (2) Upaya Pelaksanaan prinsip-prinsip Ekonomi
yang sesuai dengan UUD’45 dari masa ke masa..

17. Terdapat 4 pasal ekonomi UUD’45 yang hampir semuanya masih jauh dari kemampuan
pemerintah untuk mengimplementasikannnya, bahkan terdapat UU-UU yang bertentangan
dengannya: upaya membuat “Undang-Undang Perekonomian” yang bisa menjadi payung UU
Ekonomi lain sesuai dengan psl2 UUD’45 adalah mendesak dan amat strategis. Dilakukan “kontrak
politik” terhadap para Pemenang Pemilu (Presiden & Wakil Presiden, DPR, DPD, Pilkada dan DPRD
baik tk I maupun tk II) agar platformnya tidak boleh bertentangan dengan UUD’45. Kemudian
platform tersebut diwajibkan untuk dijabarkan ke dalam pelbagai regulasi dan kebijakan yang
konsisten. Untuk itu pengawasan oleh lembaga legislatif maupun masyarakat termasuk media massa
hendaknya dijadikan gerakan nasional dan daerah dalam rangka mewujudkan dan melaksanakan
secara kongkrit dan efektif kandungan UUD’45 tersebut. Pengembangan Ekonomi Islam yang
Universal & progesif dimana Keuangan Syariah dan ZISWAF sebagai instrumen (bkn tujuan) untuk
mencapai Tujuan bagi seluruh Rakyat & kemanusiaan: Kesejahteraan & Keadilan Sosial/ FALLAH,
Good Governanve/HAYATAN THAYIBAH (bebas Korupsi), pengembangan SQ+EQ+IQ dengan
Keturunan yang baik, Struktur yang adil, Amanah, Solidaritas (Nasional & global), Sederhana (felt
needs), masuk dalam “STRUKTUR PEREKONOMIAN NASIONAL”… Terhadap UU ekonomi yang
diperkirakan telah berjumlah lebih 200 yang bertentangan dengan UUD’45, segera dilakukan upaya
hukum dengan mengajukan “judicial riview” ke MK PROSPEK KE DEPAN, a.l. ;

18. TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai