Anda di halaman 1dari 11

DINAMIKA EKONOMI

POLITIK DI
INDONESIA
PENGERTIAN EKONOMI POLITIK

 Political economy is most commonly used to refer to interdisciplinary studies that


draw on economics, law, and political science in order to understand how
political institutions, the political environment and capitalism influence each
other.

 Tidak sama dengan ekonomi konvesional atau ekonomi Orthodox, Ekonomi


Politik mempelajari hal hal yang tak hanya berkaitan dengan proses produksi dan
pengelolaan sumber daya alam, namun ia adalah hal hal yang lebih luas, semisal
mempelajari peran hukum negara dan ideologi politik terhadap ekonomi
bangsa.
POLITIK DAN EKONOMI

BIDANG BIDANG
EKONOMI POLITIK

KEMAKMURAN KEADILAN
TUJUAN UTAMA
(Prosperity) (Justice)

WILAYAH PASAR PEMERINTAH


KELEMBAGAAN (Market) (Government)

INDIVIDU MASYARAKAT
PELAKU UTAMA
(Individual) (Community)

Di modifikasi dari:
Clark, Berry (1991), Political Economy: A Comparative Approach
ILMU SOSIAL YANG MEMPELAJARI TENTANG
ECONOMICS PRODUKSI, DISTRIBUSI DAN KONSUMSI
BARANG/JASA

ILMU SOSIAL YANG MEMPELAJARI HUBUNGAN


POLITICAL ANTARA EKONOMI DENGAN POLITIK DENGAN
TEKANAN PADA PERAN KEKUASAAN
ECONOMICS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
BIDANG EKONOMI

ILMU SOSIAL YANG MEMPELAJARI TENTANG


POLITICS STRUKTUR DAN PROSES DALAM
PEMERINTAHAN
INTERVENSI ASING TERHADAP
EKONOMI POLITIK DI INDONESIA
 Saat Perang Dingin antara Blok Barat melawan Blok Timur. Amerika Serikat, sebagai kiblat blok
Barat, sedang gencar menjalankan politik anti-Kiri, sekaligus meluaskan pengaruhnya dalam
geopolitik dunia.

 David Harvey dalam bukunya “Imperialisme Baru” menyebutkan AS menyediakan perlindungan


ekonomi dan militer terhadap elit-elit politik/militer di manapun. Sebagai imbalannya elit-elit ini
menjadi sangat pro-Amerika dalam sikap dan tindakan politiknya di negeri mereka sendiri.

 Penguasa Indonesia pasca 1965 merupakan bagian dari elit-elit yang dengan senang hati telah
mengikuti anjuran-anjuran dari modal internasional untuk membuka potensi ekonominya untuk
dimasuki (baca: dieksploitasi) oleh modal asing. Prinsip-prinsip perekonomian yang bercirikan
sosialisme Indonesia ditinggalkan dan digantikan dengan prinsip yang kapitalistik.
INTERVENSI ASING TERHADAP
EKONOMI POLITIK DI INDONESIA
 Di tahun 1967, pada bulan November, sebuah pertemuan antara perwakilan
perusahaan-perusahaan asing raksasa dengan perwakilan pemerintah RI untuk
merancang perubahan haluan ekonomi Indonesia diadakan.
 Kwik Kian Gie, menyebut pertemuan tersebut sebagai tonggak kembali
terjajahnya Republik Indonesia. Di sana hadir bos-bos perusahaan
Rocklefeller, General Motors, Imperial Chemical Industries, British Leyland,
Goodyears, dan lain-lain. Sementara pemerintah Indonesia diwakili oleh sejumlah
pejabat dan ekonom.
KRISIS MONETER 1997-1998

 Perkembangan selanjutnya, Perusahaan-perusahaan asing mulai masuk ke Indonesia,


terutama menguasai sektor pertambangan. Pinjaman dari luar negeri pun meningkat
signifikan. Dalam beberapa dekade pembangunan ekonomi Indonesia nyaris sepenuhnya
bergantung pada asing. 
 Ketergantungan terhadap asing dan kerentanan ekonomi yang dibangun orde baru terbukti
sangat beresiko saat terjadi krisis antara tahun 1997-1998. Nilai mata uang rupiah anjlok
dari Rp. 2.400 sampai menembus 13.000 per dolar AS.
 Inflasi mencapai 7 persen di bulan Juli 1998. Banyak perusahaan yang dipaksa tutup
sehingga terjadi PHK massal. Angka pengangguran terbuka naik dari sekitar 2-3% menjadi
10%. Sementara pengangguran tertutup melonjak di angka 70%.
BANTUAN
INTERNATIONAL MONETARY
FUNDS
Mengatasi persoalan ini, International Monetary Funds (IMF) datang dengan
rancangan ekonomi berupa liberalisasi besar-besaran di seluruh sektor ekonomi
Indonesia. Indikasinya yakni adanya kebijakan pencabutan subsidi, privatisasi,
dan deregulasi merupakan elemen pokok dari liberalisasi tersebut.

 Pada masa ini, liberalisasi ekonomi dan politik dengan mengikuti Amerika Serikat
sebagai kiblatnya tengah menjadi model yang ditiru hampir di sentero bumi,
terutama sejak Uni Soviet runtuh.
AMANDEMEN KEEMPAT
UUD 1945
 Tim ahli bidang ekonomi yang membantu Badan Kerja MPR Amandemen Konstitusi
 Penambahan pasal 4 dalam pasal 33 UUD 1945. Pasal 4 berbunyi “perekonomian nasional
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional
 Dalam putusan uji UU Penanaman Modal, MK menjabarkan prinsip-prinsip dasar ekonomi
tersebut. Pasal 33 ayat 4 menempatkan efisiensi dan kompetisi sebagai prioritas. Bukan
perekonomian kooperatif yang memprioritaskan rakyat kecil
Undang-Undang Pasca Orde Baru

 Watak UU yang lahir pasca Orde Baru, terutama berkaitan dengan SDA,
cenderung mendukung privatisasi atau swastanisasi sektor publik yang
semestinya menjadi tanggung jawab langsung dari negara
 Penguasaan asing di bidang telekomunikasi: Telkomsel (35%), XL Axiata (65%),
Indosat (65%), Hutchison Tri (60%). Di Sektor perbankan, 50,6% aset perbankan
nasional telah dimiliki asing.
 Penguasaan asing di sektor SDA: minyak bumi (85%), gas alam (85%), batu bara
(85%), emas (90%), tembaga (80%), nikel (79%), timah (75%), mutiara (90%),
kopra (80%), ikan (75%), kakao (68%), garam (60%), kelapa sawit (55%)
DAMPAK LIBERALISASI
 Pertama, perusahaan-perusahaan raksasa asing  yang lebih kuat modalnya dan lebih
berpengalaman dalam persaingan global mulai menguasai sebagian besar sektor strategis
perekonomian nasional. 
 Kedua, sistem ini tidak membatasi perambahan modal untuk terus berekspansi,
melipatgandakan kekuatannya, dan menaklukkan kelompok-kelompok yang lebih lemah.
 Ketiga, komersialisasi di sektor pendidikan dan kesehatan membuat kebutuhan dasar
manusia ini menjadi cenderung eksklusif  dengan klasifikasi kualitas seturut biayanya. 
 Keempat, fondasi perekonomian nasional menjadi rapuh karena ketergantungan yang besar
pada modal asing, sementara jalannya perekonomian tidak sesuai dengan kebutuhan
obyektif dari Bangsa Indonesia untuk memajukan negerinya.

Anda mungkin juga menyukai