Anda di halaman 1dari 5

Analisis Contoh Kasus Hak Cipta dan Regulasi di Bidang Telekomunikasi

oleh:

Nama : Agus Estepen Nanda

NIM : 19210032

Universitas Negeri Manado

Fakultas Teknik

Program Studi Teknik Informatika


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Contoh Kasus Hak Cipta dan Regulasi di
Bidang Telekomunikasi” tepat waktu. Makalah “Analisis Contoh Kasus Hak Cipta dan
Regulasi di Bidang Telekomunikasi” ini disusun guna memenuhi tugas “Hukum dan Etika
Profesi”. Selain itu, saya juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Hak Cipta dan Regulasi di Bidang Telekomunikasi

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu selaku dosen mata
kuliah matematika diskrit. Tugas yang telah telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 22 Mei 2021

Agus Estepen Nanda


A. Dasar Teori

1. Hak Cipta

Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan
prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hak Terkait itu adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta yang merupakan hak
eksklusif bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram, atau lembaga penyiaran.
Ciptaan yang dapat dilindungi antara lain buku, program komputer, pamflet,
perwajahan (layout) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain. Ceramah,
kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu. Alat peraga yang dibuat untuk
kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks.
Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim. Seni rupa dalam
segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung,
kolase, dan seni terapan. Arsitektur. Peta. Seni Batik. Fotografi. Terjemahan, tafsir, saduran,
bunga rampai, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.

 Perlindungan Hak Cipta : Seumur Hidup Pencipta + 70 Tahun.


 Program Komputer : 50 tahun Sejak pertama kali dipublikasikan.
 Pelaku : 50 tahun sejak pertama kali di pertunjukkan.
 Produser Rekaman : 50 tahun sejak Ciptaan di fiksasikan.
 Lembaga Penyiaran : 20 tahun sejak pertama kali di siarkan.

2. Regulasi di bidang Telekomunikasi


Regulasi adalah konsep abstrak pengelolaan sistem yang kompleks sesuai dengan
seperangkat aturan dan tren. Dalam pemerintahan, biasanya peraturan berarti ketentuan
perundang-undangan yang didelegasikan yang dirancang oleh para ahli masalah untuk
menegakkan peraturan utama.
Telekomunikasi adalah teknik pengiriman atau penyampaian informasi jarak jauh,
dari suatu tempat ke tempat lain. Informasi tersebut bisa berupa tulisan, suara, gambar,
ataupun objek lainnya.
Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) adalah sebuah lembaga yang
berfungsi sebagai badan regulator telekomunikasi di Indonesia. BRTI dibentuk melalui UU
36 tahun 1999 tentang telekomunikasi. BRTI terdiri dari Kementrian Komunikasi dan
Informatika sebagai unsur pemerintah dan Komite Regulasi Telekomuunikasi sebagai unsur
masyarakat. Dirjen Penyelenggaran Pos dan Informatika, Kementrian Kominfo sekaligus
menjabat sebagai Ketua BRTI.

B. Analisis Contoh Kasus Hak Cipta


Contoh kasus JAKARTA, KOMPAS.com
Pelanggaran hak cipta. Single  lagu “Ya Ya Ya” milik grup band GIGI digunakan
sebagai theme song  dalam film horor komedi  Toilet 105 tanpa meminta izin. Kebetulan saya
sudah melihat sendiri kalau di film itu ada karya GIGI yang dipakai di  scene pertama, ujar
pimpinan Pos Manajemen GIGI, Dani Pete, saat ditemui di kawasan Tebet, Jakarta Selatan,
Senin (1/2/2010). Dani mengaku kecewa begitu mengetahui film garapan rumah produksi
Multivision tersebut yang memakai  single  “Ya Ya Ya” tanpa izin. Saya dari label
menyatakan kalau lagu tersebut dipakai tanpa izin, tegasnya. Tak hanya Dani yang mengaku
kecewa. Grup band yang digawangi Armand (vokal), Dewa Budjana (gitar), Thomas
Ramadhan (bas), dan Hendy (drum) juga ikut menyayangkan hal tersebut. Mereka
menyesalkan saja ini bisa terjadi. Tadinya konflik itu ada di kami karena awalnya dikira saya
yang mengizinkan. Padahal setiap penggunaan lagu, saya sangat hati-hati dan saya
kembalikan ke mereka (GIGI) karena mereka yang punya karya, ujar Dani. Karena itu, tanpa
membuang waktu, Pos Manajemen GIGI langsung menunjuk kuasa hukum untuk
menyelesaikan kasus tersebut. Kami dari manajemen menguasakan penuh kepada Mada R
Mardanus, SH, untuk masalah itu, imbuh Dani.   Dani berharap, kuasa hukum mereka bisa
menempuh jalur hukum yang semestinya. Saya belum mengetahui aturannya, tapi saya bilang
ke Mada untuk menyelesaikannya sesuai dengan aturan yang ada tanpa mengada-ada,
ungkapnya.  Kalau Mada sih akan sesuai aturan yang ada saja. Kalau enggak ada suatu
kesalahan, ya enggak usah (menuntut) yang aneh-aneh. Yang semestinya saja, tandasnya.

Analisis Kasus
Lagu “Ya Ya Ya” yang diciptakan serta di populerkan oleh band “GIGI” merupakan
sebuah karya seni dalam sebuah lagu yang telah memiliki hak cipta (Pasal 12 ayat 1, UUHC
Tahun 2002). Pemegang hak cipta lagu tersebut pastilah di pegang oleh “GIGI” beserta
managementnya yang telah di beri hak cipta oleh si pencipta lagu (sesuai dengan UUHC
tahun 2002, Pasal 1). Film “Toilet 105” jelas telah melanggar hak cipta karena menggunakan
lagu “Ya Ya Ya” secara komersial sebagai theme song tanpa izin penggunaan dari pemegang
hak cipta. (sesuai dengan UUHC tahun 2002, Pasal 2 ,point 2). Oleh Karena hal tersebut
hendaknya selaku pihak multivision haruslah meminta maaf kepada pihak management
“GIGI” serta mengurus izin penggunaan lagu tersebut kepada pemegang hak cipta. Jika tidak
ada niat baik dari pihak multivision, pastilah pihak “GIGI” melalui label rekamannya akan
menuntut hukuman pidana sesuai dengan undang- undang yang berlaku.
C. Analisis Contoh Kasus Regulasi di bidang Telekomunikasi
Contoh kasus Hilangnya Pulsa Telepon Seluler
(Studi Kasus Putusan No.485/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Sel).
Pada bulan Juli sampai Oktober tahun 2011, ada suatu peristiwa hukum yang
berkaitan dengan telekomunikasi dan teknologi informasi yang membutuhkan penyelesaian
sengketa oleh hukum. Konsumen atau pengguna jasa telekomunikasi (handphone)
mengeluhkan adanya pulsa yang dimiliki pengguna mengalami “Penyedotan” dan berkurang
secara tiba-tiba tanpa diketahui oleh pengguna.

Analisis Kasus
Pengguna adalah pelanggan dan pemakai (Pasal 1 Ayat (11) UU No. 36 tahun 1999 tentang
Telekomunikasi). Sedangkan pelanggan adalah perseorangan, badan hukum, instansi
pemerintah yang menggunakan jaringan telekomunikasi atau jasa telekomunikasi
berdasarkan kontrak (Pasal 1 Ayat (9) UU No. 36 tahun 1999).
Beberapa bentuk penyelesaian sengketa yang ditempuh oleh pihak penyedia jasa
telekomunikasi untuk menyelesaikan masalah, antara lain yaitu melakukan deaktivasi
langganan layanan konten premium, pembayaran ganti rugi berupa pulsa kepada pelanggan
yang dirugikan akibat penyedotan pulsa melalui langganan konten premium dari pihak
operator telekomunikasi, maupun tindakan penyelidikan kasus penyedotan pulsa yang
dilakukan oleh pihak Kepolisian Negara Kesatuan Republik Indonesia (POLRI).

D. Referensi
https://www.dgip.go.id/
https://id.m.wikipedia.org/
https://www.kompas.com/

Anda mungkin juga menyukai