net/publication/330111413
CITATIONS READS
0 1,064
3 authors, including:
All content following this page was uploaded by Ratna Illahi on 15 August 2020.
* Corresponding author Muhammad Ihsan, Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Jalan Veteran Malang 65145, Telp: +62-341-551611,
Fax: +62-341-565420. E-mail: ihsudn@gmail.com
Ihsan et al: Hubungan antara Waktu Tunggu Pelayanan Resep…………………………………………….………………….………………………...…61
60
Responden yang membawa resep berisi lebih dari 5 Jenis Pekerjaan Mahasiswa / 26 17,33
item obat untuk ditebus, serta membawa resep yang berasal Pelajar
dari lebih dari 1 poli di IFRS Rumah Sakit Universitas Wiraswasta 13 8,67
Muhammadiyah Malang, dan responden yang dalam 1 Pegawai Negeri 12 8,00
lembar resep terdapat obat racik dan jadi pada saat yang
Pegawai Swasta 33 22,00
sama.
Ibu Rumah 43 28,67
Analisis Data Tangga
Pada penelitian ini, data secara keseluruhan data
Lain-lain 14 9,33
terbagi menjadi 2 macam, yaitu untuk pelayanan resep obat
jadi dan obat racik. Analisis data deskriptif dilakukan untuk Jumlah Pertama kali 23 15,33
masing-masing data waktu tunggu pelayanan resep dan Kunjungan
kepuasan pasien. Pada data waktu tunggu pelayanan resep, 2 – 5 kali 46 30,67
data terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu lebih dan > 5 kali 72 48,00
kurang dari 30 menit untuk pelayanan resep obat jadi serta
lebih dan kurang dari 60 menit untuk pelayanan resep obat Berdasarkan hasil perhitungan nilai Likert, secara
racik Sedangkan pada data kepuasan pasien, data terbagi umum responden sebagian besar merasa sangat puas
sesuai dengan skala Likert yang digunakan, yaitu sangat terhadap pelayanan resep yang diberikan oleh petugas
tidak puas, tidak puas, puas, dan sangat puas. farmasi. Hasil dapat dilihat pada Gambar 1.
Setelah itu, dilakukan uji distribusi data
Tingkat Kepuasan Pasien
menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov, yang
95
selanjutnya dilakukan menggunakan metode Pearson atau 100
Jumlah Responden
46
Spearman sebagai analisis korelasional, yang masing- 50
0 0 0 0 3 6
masing dilakukan menggunakan IBM SPSS 21.
(Orang)
0 Obat Racik
Pengambilan hipotesis didasarkan pada tingkat signifikansi, Sangat Tidak Puas Sangat
di mana jika nilai sig < 0.05, maka terdapat hubungan yang Tidak Puas Puas Obat Jadi
signifikan antara waktu tunggu pelayanan resep dengan Puas
tingkat kepuasan pasien. Kategori Kepuasan
Ihsan et al: Hubungan antara Waktu Tunggu Pelayanan Resep…………………………………………….………………….………………………...…62
No Aspek Jumlah (Orang) Total Tabel 2. Penyebab Ketidakpuasan Terbesar pada Pelayanan IFRS
Tidak Sangat (Orang) Pada penelitian ini, dilakukan uji korelasi antara
Puas Tidak waktu tunggu pelayanan resep dengan tingkat kepuasan
Puas pasien menggunakan 2 metode yang berbeda, yaitu metode
1. Waktu Tunggu 36 3 39
Pearson untuk pelayanan resep obat racik dan metode
Spearman untuk pelayanan resep obat jadi. Hasil dapat
Pelayanan Resep
dilihat pada Tabel 4.
2. Memberikan harapan 14 3 17
Tabel 3. Waktu Tunggu Pelayanan Resep
agar cepat sembuh
Jenis Waktu Jumlah (%) Jumlah Rata-rata
3. Mengingatkan agar 16 1 17
Pelayanan Tunggu (Orang) Waktu Waktu
patuh minum obat
Resep Tunggu Tunggu
4. Tanggap terhadap 14 1 15
Pelayanan Pelayanan
keluhan / komplain
Resep Resep
5. Kemampuan 12 0 12
memberikan informasi Obat Jadi < 30 81 57,45 4089 29 menit 0
8. Keramahan dalam 5 2 7 Tabel 4. Hubungan antara Waktu Tunggu Pelayanan Resep dengan
melayani pasien Tingkat Kepuasan Pasien
9. Kenyamanan ruang 7 0 7 Jenis Hasil Uji Metode Kekuatan Nilai p
tunggu pelayanan Pelayanan Distribusi Korelasi
10. Ketersediaan obat di 7 0 7 Resep
IFRS Obat Jadi 0,000 Spearman -0,166 0,049
11. Kesopanan dalam 7 0 7 Obat Racik 0,825 Pearson 0,250 0,516
melayani pasien
Gambar 1. Tingkat Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Resep
4. Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada
Tabel 1, didapatkan sebagian besar responden merupakan
Namun, ketika ditinjau dari nilai Likert dari wanita berusia 20 – 29 tahun, dengan profesi sebagai ibu
masing-masing pertanyaan, terdapat sebagian responden rumah tangga, memiliki tingkat pendidikan tinggi, dan
yang merasa sangat tidak puas, bahkan tidak puas terhadap pernah mengunjungi IFRS sebelumnya sebanyak lebih dari
pelayanan IFRS di Rumah Sakit Universitas 5 kali. Dari hasil tersebut, secara umum responden memiliki
Muhammadiyah Malang. Dari jumlah responden yang tidak tuntutan yang besar terhadap pelayanan IFRS yang
puas dan sangat tidak puas terhadap sebagian aspek diberikan. Hal ini ditinjau dari usia, tingkat pendidikan, dan
kepuasan, didapatkan 11 indikator ketidakpuasan terhadap jumlah kunjungan ke IFRS. Meskipun melalui data jenis
pelayanan IFRS seperti pada Tabel 2. Sedangkan pada kelamin dan jenis pekerjaan menunjukkan bahwa tuntutan
waktu tunggu pelayanan resep, sebagian besar responden terhadap pelayanan IFRS tidak sebesar 3 data demografi
tidak memerlukan waktu lebih dari 30 menit untuk yang lainnya, tetapi responden tetap akan menuntut
melakukan pengambilan obat jadi dan tidak lebih dari 60 pelayanan IFRS untuk memberikan pelayanan yang lebih
menit untuk melakukan pengambilan obat racik. Kemudian baik setiap waktunya.
hasil pengukuran waktu tunggu pelayanan responden Dalam hubungannya dengan kepuasan pasien, usia
dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah responden. Data mempengaruhi tingkat pengetahuan, pola pikir, dan
waktu tunggu pelayanan resep dapat dilihat pada Tabel 3. tindakan terhadap pelayanan yang diberikan. Selain itu,
Ihsan et al: Hubungan antara Waktu Tunggu Pelayanan Resep…………………………………………….………………….………………………...…63
secara emosional seseorang akan semakin terbuka terhadap obat racik. Berdasarkan SPM RS, waktu tunggu disyaratkan
hal-hal yang diterima dari lingkungan seiring bertambahnya tidak lebih dari 30 menit untuk pelayanan resep obat jadi dan
usia.10 Pada penelitian ini, sebagian besar responden berusia 60 menit untuk pelayanan resep obat racik. Dari hasil
20-29 tahun (45,33%), di mana responden pada rentang usia tersebut, waktu tunggu pelayanan IFRS pada penelitian ini
tersebut dianggap memiliki tingkat pengetahuan yang relatif sebenarnya telah memenuhi SPM RS. Namun, terdapat
tinggi, tetapi secara emosional cenderung belum dapat sebagian responden yang memerlukan waktu melebihi
menerima pelayanan yang diberikan. standar yang telah ditentukan untuk melakukan
Pada penelitian ini, sebagian besar responden pengambilan obat, baik pada pelayanan resep obat racik
memiliki tingkat pendidikan tinggi, yaitu SMA dan Sarjana maupun jadi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3, di mana 61
(57,34%). Dalam kaitannya dengan tingkat kepuasan, dari 150 orang responden (60 orang yang mendapatkan
tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan resep obat jadi dan 1 orang yang mendapatkan resep obat
terhadap pelayanan yang diberikan.7 Hal ini juga akan racik) memerlukan waktu yang lebih lama untuk melakukan
mempengaruhi kemampuan seorang individu dalam pengambilan obat. Lamanya waktu tunggu pelayanan resep
menerima informasi. Berdasarkan pengetahuan akan umumnya terjadi pada jam ramai klinik spesialis rawat jalan,
pelayanan IFRS, maka responden akan memiliki permintaan yaitu pada pagi hari (09.00 – 12.00) dan malam hari (18.00
yang tinggi terhadap pelayanan yang akan diberikan sesuai – 21.00).
dengan tingkat pendidikannya.13 Tingkat pendidikan secara Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
tidak langsung juga ikut mempengaruhi karakter berpikir lamanya waktu tunggu pelayanan resep. Dari hasil
dan bertindak responden terhadap pelayanan, tidak wawancara dengan petugas farmasi pada penelitian ini,
terkecuali pelayanan IFRS.8,12 kurangnya jumlah petugas farmasi menjadi penyebab
Sedangkan dari jumlah kunjungan pelayanan, lamanya waktu tunggu yang diperlukan oleh responden
sebagian besar responden pernah mengunjungi unit IFRS untuk mengambil obat ditambah dengan beban kerja
sebanyak lebih dari 5 kali (48%). Dalam kaitannya dengan masing-masing petugas farmasi yang cukup banyak. Peneliti
kepuasan pasien, semakin sering responden mendapatkan menemui bahwa dalam 1 shift kerja, loket KIE dan
pelayanan dari fasilitas pemberi layanan, maka penilaian penyerahan resep terkadang hanya dilayani oleh 1 orang,
responden akan terhindar dari bias.8 Hal ini dikarenakan dan hal ini terjadi pada jam ramai klinik seperti yang telah
responden telah mendapatkan gambaran atau pola pelayanan dijelaskan sebelumnya. Idealnya satu apoteker melayani 50
yang diberikan, sehingga responden selanjutnya dapat resep per hari (rasio 1 apoteker untuk 50 orang pasien rawat
menilai pelayanan yang telah diberikan. jalan).1 Meskipun tidak didukung oleh data jumlah resep
Dari hasil perhitungan dari seluruh pertanyaan yang masuk ke pelayanan IFRS, tetapi terjadinya
kuesioner, didapatkan bahwa secara umum responden penumpukan berkas BPJS dan kemasan obat
merasa puas akan pelayanan IFRS yang diberikan. Hal ini mengindikasikan terjadinya kekurangan tenaga kerja
dapat dilihat pada gambar 1, di mana secara umum farmasi. Selain itu, dari hasil wawancara dengan responden
responden pada penelitian ini merasa puas dan sangat puas juga ditemukan bahwa petugas farmasi tidak segera
terhadap pelayanan IFRS yang diberikan. Meski demikian, memproses berkas BPJS dan kemasan obat. Hal ini ikut
jika ditinjau lebih rinci dari nilai yang diberikan responden menambah waktu tunggu yang diperlukan oleh responden
pada setiap pertanyaan yang tertera pada kuesioner, terdapat untuk melakukan pengambilan obat. Penumpukan kemasan
sebagian responden yang merasa tidak puas dan sangat tidak obat di satu tempat juga akan menghambat kerja petugas
puas pada sebagian aspek kepuasan pasien. Hasil dapat farmasi pada bagian yang lainnya.
dilihat pada Tabel 2, yang didapatkan dari hasil akumulasi Pada penelitian ini, analisis korelasional dilakukan
responden yang hanya merasa tidak puas dan sangat tidak dengan 2 metode berbeda dikarenakan adanya perbedaan
puas terhadap sebagian aspek pelayanan IFRS. Dari Tabel hasil uji distribusi data antara pelayanan resep obat jadi dan
tersebut, waktu tunggu pelayanan resep yang lama menjadi racik. Dari Tabel 4, didapatkan hasil uji distribusi sebesar
salah satu penyebab ketidakpuasan terbesar terhadap 0,000 pada pelayanan resep obat jadi dan 0,825 pada
pelayanan IFRS Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah pelayanan resep obat racik. Hal ini menunjukkan bahwa data
Malang, dengan 36 orang merasa tidak puas dan 3 orang terdistribusi tidak normal pada pelayanan resep obat jadi,
merasa sangat tidak puas terhadap pelayanan IFRS. sehingga analisis korelasional harus dilakukan dengan
Waktu tunggu pelayanan resep menggambarkan metode yang berbeda. Berdasarkan hasil uji distribusi,
tingkat efisiensi dan efektivitas petugas farmasi dalam analisis korelasional dilakukan menggunakan metode
pengerjaan resep, serta kesinambungan pelayanan IFRS.3 Pearson pada pelayanan resep obat racik dan Spearman
Dari hasil perhitungan rata-rata waktu tunggu pelayanan pada pelayanan resep obat jadi. Kemudian didapatkan nilai
resep pada Tabel 3, didapatkan rata-rata waktu tunggu p sebesar 0,516 pada pelayanan resep obat racik dan 0,049
pelayanan resep sebesar 29 menit 0 detik pada pelayanan pada pelayanan resep obat jadi. Pada pelayanan resep obat
resep obat jadi dan 39 menit 34 detik pada pelayanan resep jadi di penelitian ini, terdapat hubungan antara waktu tunggu
Ihsan et al: Hubungan antara Waktu Tunggu Pelayanan Resep…………………………………………….………………….………………………...…64
pelayanan resep dengan kepuasan pasien. Kekuatan korelasi 5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
antara kedua variabel didapatkan sebesar -0,166 pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 tahun 2013
pelayanan resep obat jadi, di mana hubungan bersifat lemah tentang Pelayanan Kesehatan pada JKN. Kementerian
dan negatif. Dari hasil tersebut, semakin lama waktu tunggu Kesehatan. Jakarta ; 2013.
pelayanan resep yang diberikan maka kepuasan pasien akan 6. Megawati, Lukman Hakim dan Dolly Irbantoro.
berkurang. Sebaliknya, pada pelayanan resep obat racik, Penurunan Waktu Tunggu Pelayanan Obat Rawat
tidak terdapat hubungan antara waktu tunggu pelayanan Jalan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Baptis Batu.
resep dengan kepuasan pasien, sehingga juga tidak Jurnal Kedokteran Brawijaya, 2015; 28 (2): 163-168.
didapatkan kekuatan korelasi antara kedua variabel. 7. Sumartono. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan :
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, Dasar-dasar Pengertian dan Penerapan. Jakarta :
petugas farmasi telah menyampaikan terlebih dahulu kepada EGC ; 2007.
responden yang hanya mendapatkan resep obat racik bahwa 8. Aryani, Fina, Husnawati, Septi Muharni, Mutia
pengerjaan resep akan memerlukan waktu yang lama, Liasari, dan Richa Afrianti. Analisa Kepuasan Pasien
sehingga responden tetap merasa puas terhadap Rawat Jalan terhadap Kualitas Pelayanan di Instalasi
pelayanannya meskipun harus menunggu dalam waktu yang Farmasi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru.
lama untuk melakukan pengambilan obat. Hal ini tidak PHARMACY, 2015; 12 (1): 101-112.
dilakukan pada pelayanan resep obat jadi, sehingga waktu 9. Lintang, Marfilia G., Franckie R.R. Maramis dan
tunggu pelayanan resep tetap memiliki pengaruh terhadap Rumayar Adisti A., 2017. Hubungan antara Waktu
tingkat kepuasan pasien. Hal ini ikut menyebabkan Tunggu Pelayanan Resep dengan Kepuasan Pasien di
perbedaan signifikansi antara kedua variabel. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pancaran
Dari penelitian yang berhubungan dengan waktu Kasih GMIM Manado. Public Health Journal, 2017; 9
tunggu pelayanan resep dan tingkat kepuasan pasien, hasil (3) : 1 – 8.
pada penelitian ini berkebalikan dengan penelitian yang 10. Oroh, M. E., S. Rompas, & L. Pondaag, 2014. Faktor-
dilakukan oleh Lintang et. al. pada tahun 2017, di mana faktor yang berhubungan dengan tingkat kepuasan
terdapat hubungan antara waktu tunggu pelayanan resep pasien rawat inap terhadap pelayanan keperawatan di
dengan kepuasan pasien pada pelayanan resep obat racik, ruang interna RSUD Noongan. Jurnal Keperawatan, 2
tetapi tidak terdapat hubungan antar keduanya pada (2).
pelayanan resep obat jadi.9 Dari analisis korelasional yang 11. Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor
dilakukan menggunakan metode chi-square, didapatkan 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
nilai p sebesar 0,228 pada pelayanan resep obat jadi dan Sosial. Jakarta ; 2011.
0,026 pada pelayanan resep obat racik. Secara umum, tidak 12. Ruditya, Ade Nurma dan Djazuly Chalidyanto, 2015.
terdapat hubungan antara kedua variabel pada penelitan Hubungan Karakteristik Individu terhadap Penilaian
tersebut.9 Sampai saat ini, belum terdapat penelitian serupa Kualitas Produk Apotek Rawat Jalan. Jurnal
yang terdokumentasikan dan sejalan dengan penelitian ini, Administrasi Kesehatan Indonesia, 2015; 3 (2) : 108 –
sehingga diperlukan referensi penelitian yang baru, 117.
khususnya mengenai waktu tunggu pelayanan resep dan 13. Ruditya, D. N., 2014. Faktor yang Berhubungan
kepuasan pasien. dengan Kepatuan Penderita Tuberkulosis untuk
Memeriksakan Dahak Selama Pengobatan (Studi di
5. Daftar Pustaka Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Kalikedinding Kota
Surabaya). Skripsi. Surabaya : Universitas Airlangga ;
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit. Kementerian Kesehatan. Jakarta ; 2014.
2. Siregar, Charles J. P. dan Amalia L. Farmasi Rumah
Sakit : Teori dan Penerapan. Jakarta : EGC ; 2004.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan
NO.129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Kementerian
Kesehatan. Jakarta ; 2008.
4. Pohan, Imbalo. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan :
Dasar-dasar Pengertian dan Penerapan. Jakarta :
EGC ; 2007.