Anda di halaman 1dari 24

Majas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian
Majas atau gaya bahasa yaitu pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam
tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah
karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan
cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun
tertulis.[1] Majas digunakan dalam penulisan karya sastra, termasuk di
dalamnya puisi dan prosa. Umumnya puisi dapat mempergunakan lebih banyak majas
dibandingkan dengan prosa. Majas adalah bahasa kiasan yang dapat menghidupkan
sebuah karya sastra dan menimbulkan konotasi tertentu. Penggunaan majas yang tepat
akan membantu pembaca untuk memahami makna dalam sebuah karya sastra. [2]
Menurut penjelasan Harimurti Kridalaksana, gaya bahasa (style) mempunyai tiga
pengertian, yaitu:[3]
1. pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis;
2. pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu; dan
3. keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra.
Dengan demikian, majas bisa juga dikatakan sebagai bahasa indah yang digunakan
untuk mempercantik susunan kalimat. Tujuannya yaitu untuk memperoleh efek tertentu
agar tercipta sebuah kesan imajinatif bagi penyimak atau pendengarnya, baik secara
lisan maupun tertulis.[4]

Daftar isi

 1Jenis-jenis majas
o 1.1Majas perbandingan
o 1.2Majas sindiran
o 1.3Majas penegasan
o 1.4Majas pertentangan
 2Referensi

Jenis-jenis majas[sunting | sunting sumber]


Majas perbandingan[sunting | sunting sumber]

 Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.


Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri
tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela
menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu
dengan laut.
 Alusio: Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki
kesamaan dengan yang telah terjadi sebelumnya.
Contoh: Megawati berhasil menjadi Kartini modern karena menjadi presiden
wanita pertama di Indonesia.

 Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang


dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya,
bagaikan, umpama, ibarat, dll.
Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang
dimabuk cinta berkorban apa saja.

 Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda


dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau
hampir sama.
Contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri.
Totok itu seperti ananta.

 Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau


bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang
bukan manusia.
 Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu
indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
Contoh: Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan
memilih yang berbau manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera
pengecapan)

Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau


nama diri lain sebagai nama jenis.
 Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau
pekerjaan orang.
 Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama
untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau
atribut.
Contoh: Karena sering mengisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok
merek Djarum)


Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata
yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
Contoh: Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang
membuat Otok kian terkesima.


Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu
fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-
lebihkan kenyataan sehingga kenyataan
tersebut menjadi tidak masuk akal.
Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.

 Personifikasi: Pengungkapan dengan


menggunakan perilaku manusia yang
diberikan kepada sesuatu yang bukan
manusia.
Contoh: Embusan angin di tepi pantai membelai rambutku.

Depersonifikasi: Pengungkapan dengan


membuat manusia menjadi memiliki sifat-
sifat sesuatu bukan manusia.
Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha
menasihatinya.

 Pars pro toto: Pengungkapan


sebagian dari objek untuk
menunjukkan keseluruhan objek.
Contoh: Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.

Totem pro parte: Pengungkapan


keseluruhan objek padahal yang
dimaksud hanya sebagian.
Contoh: Indonesia bertanding voli melawan Thailand.


Eufimisme: Pengungkapan
kata-kata yang dipandang
tabu atau dirasa kasar dengan
kata-kata lain yang lebih
pantas atau dianggap halus.
Contoh: Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?

Disfemisme:
Pengungkapan
pernyataan tabu atau yang
dirasa kurang pantas
sebagaimana adanya.
Contoh: Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)

 Fabel: Menyatakan
perilaku binatang
sebagai manusia yang
dapat berpikir dan
bertutur kata.
Contoh: Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus
di depannya.

 Parabel: Ungkapan
pelajaran atau nilai
tetapi dikiaskan
atau disamarkan
dalam cerita.
 Perifrasa:
Ungkapan yang
panjang sebagai
pengganti
ungkapan yang
lebih pendek.
 Eponim:
Menyebutkan nama
seseorang yang
memiliki hubungan
dengan sifat
tertentu yang ingin
diungkapkan.
Contoh: Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.

 Simbolik:
Melukiskan
sesuatu dengan
menggunakan
simbol atau
lambang untuk
menyatakan
maksud.
 Asosiasi:
perbandingan
terhadap dua
hal yang
berbeda,
namun
dinyatakan
sama.
Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
Majas
sindiran[sunting | su
nting sumber]
Artikel utama: Majas
sindiran

 Ironi:
Sindiran
dengan
menyembun
yikan fakta
yang
sebenarnya
dan
mengatakan
kebalikan
dari fakta
tersebut.
Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.

 Sarkasm
e:
Sindiran
langsun
g dan
kasar.
Contoh: Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar otak
udang, isi kepalamu!

 Sinis
me:
Ungk
apan
yang
bersi
fat
men
cem
ooh
pikira
n
atau
ide
bahw
a
kebai
kan
terda
pat
pada
man
usia
(lebi
h
kasa
r dari
ironi)
.
Contoh: Kamu kan sudah pintar? Mengapa harus bertanya kepadaku?

 S
a
ti
r
e
:
U
n
g
k
a
p
a
n
y
a
n
g
m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n
s
a
r
k
a
s
m
e
,
ir
o
ni
,
a
t
a
u
p
a
r
o
di
,
u
n
t
u
k
m
e
n
g
e
c
a
m

a
t
a
u
m
e
n
e
rt
a
w
a
k
a
n
g
a
g
a
s
a
n
,
k
e
bi
a
s
a
a
n
,
d
a
n
la
in
-
la
in
.
 I
n
n
u
e
n
d
o
:
S
in
di
r
a
n
y
a
n
g
b
e
r
si
f
a
t
m
e
n
g
e
ci
lk
a
n
f
a
kt
a
s
e
s
u
n
g
g
u
h
n
y
a
.
Majas
penegas
an[sunting 
| sunting
sumber]

 A
p
o
f
a
si
s:
P
e
n
e
g
a
s
a
n
d
e
n
g
a
n
c
a
r
a
s
e
ol
a
h
-
ol
a
h
m
e
n
y
a
n
g
k
al
y
a
n
g
di
t
e
g
a
s
k
a
n
.
 P
le
o
n
a
s
m
e
:
M
e
n
a
m
b
a
h
k
a
n
k
e
t
e
r
a
n
g
a
n
p
a
d
a
p
e
r
n
y
a
t
a
a
n
y
a
n
g
s
u
d
a
h
je
la
s
a
t
a
u
m
e
n
a
m
b
a
h
k
a
n
k
e
t
e
r
a
n
g
a
n
y
a
n
g
s
e
b
e
n
a
r
n
y
a
ti
d
a
k
di
p
e
rl
u
k
a
n
.
Contoh: Saya naik tangga ke atas.

 R
e
p
e
ti
s
i:
P
e
r
u
l
a
n
g
a
n
k
a
t
a
,
fr
a
s
a
,
d
a
n
k
l
a
u
s
a
y
a
n
g
s
a
m
a
d
a
l
a
m

s
u
a
t
u
k
a
li
m
a
t.
Contoh: Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.

 P
ar
ar
im
a:
P
e
n
g
ul
a
n
g
a
n
ko
ns
o
n
a
n
a
w
al
d
a
n
ak
hi
r
d
al
a
m
ka
ta
at
a
u
b
a
gi
a
n
ka
ta
ya
n
g
b
er
lai
n
a
n.
 Al
ite
ra
si:
R
e
p
eti
si
ko
ns
o
n
a
n
p
a
d
a
a
w
al
ka
ta
se
ca
ra
b
er
ur
ut
a
n.
Contoh: Dengar daku. Dadaku disapu.

 P
ar
al
eli
s
m
e:
P
en
gu
ng
ka
pa
n
de
ng
an
m
en
gg
un
ak
an
ka
ta,
fra
sa
,
at
au
kl
au
sa
ya
ng
se
jaj
ar.
 Ta
ut
ol
og
i:
P
en
gu
la
ng
an
ka
ta
de
ng
an
m
en
gg
un
ak
an
si
no
ni
m
ny
a.
 Si
g
m
ati
s
m
e:
P
en
gu
la
ng
an
bu
ny
i
"s
"
un
tu
k
ef
ek
ter
te
nt
u.
Contoh: Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S.
Rendra)

 Antan
aklasi
s:
Meng
gunak
an
perula
ngan
kata
yang
sama,
tetapi
denga
n
makn
a
yang
berlai
nan.
 Klima
ks:
Pema
paran
pikira
n atau
hal
secar
a
bertur
ut-
turut
dari
yang
seder
hana/
kuran
g
pentin
g
menin
gkat
kepad
a hal
yang
kompl
eks/le
bih
pentin
g.
Contoh: Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas
berbondong-bondong menuju ke TPS untuk memenuhi hak suara mereka.

 Antiklima
ks:
Pemapar
an pikiran
atau hal
secara
berturut-
turut dari
yang
kompleks
/lebih
penting
menurun
kepada
hal yang
sederhan
a/kurang
penting.
 Inversi:
Menyebu
tkan
terlebih
dahulu
predikat
dalam
suatu
kalimat
sebelum
subjekny
a.
Contoh: Dikejar oleh Anna kupu-kupu itu dengan begitu gembira.

 Retoris:
Ungkapan
pertanyaan
yang
jawabanny
telah
terkandung
di dalam
pertanyaan
tersebut.
 Elipsis:
Penghilang
n satu atau
beberapa
unsur
kalimat, ya
dalam
susunan
normal uns
tersebut
seharusny
ada.
 Koreksio:
Ungkapan
dengan
menyebutk
n hal-hal
yang
dianggap
keliru atau
kurang tep
kemudian
disebutkan
maksud ya
sesungguh
a.
 Polisinden
n:
Pengungka
an suatu
kalimat ata
wacana,
dihubungk
dengan ka
penghubun
 Asindeton:
Pengungka
an suatu
kalimat ata
wacana
tanpa kata
penghubun
 Interupsi:
Ungkapan
berupa
penyisipan
keterangan
tambahan
antara uns
unsur
kalimat.
 Eksklamas
Ungkapan
dengan
mengguna
n kata-kata
seru.
 Enumerasi
Ungkapan
penegasan
berupa
penguraian
bagian dem
bagian sua
keseluruha
 Preterito:
Ungkapan
penegasan
dengan ca
menyembu
yikan
maksud ya
sebenarny
 Alonim:
Penggunaa
varian dari
nama untu
menegask
.
 Kolokasi:
Asosiasi
tetap antar
suatu kata
dengan ka
lain yang
berdampin
n dalam
kalimat.
 Silepsis:
Penggunaa
satu kata
yang
mempunya
lebih dari
satu makn
dan yang
berfungsi
dalam lebih
dari satu
konstruksi
sintaksis.
 Zeugma:
Silepsi
dengan
mengguna
n kata yan
tidak logis
dan tidak
gramatis
untuk
konstruksi
sintaksis
yang kedu
sehingga
menjadi
kalimat yan
rancu.
Contoh: Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.
Majas
pertentan
gan[sunting 
| sunting
sumber]
Artikel
utama: Maja
s
pertentangan

 Paradoks:
Pengungka
dengan
menyataka
hal yang se
olah
bertentang
namun
sebenarny
keduanya
 Oksimoron
Paradoks d
satu frasa.
Contoh: Hal
yang tetap
dalam dunia
ini adalah
perubahan.

 Antitesis:
Pengungka
dengan
mengguna
kata-kata y
berlawana
satu denga
yang lainny
 Kontradiks
interminus
Pernyataan
bersifat
menyangk
yang telah
disebutkan
bagian
sebelumny
 Anakronism
Ungkapan
mengandu
ketidakses
dengan an
peristiwa d
waktunya

Anda mungkin juga menyukai