ID Perhitungan Struktur Jembatan Lengkung R
ID Perhitungan Struktur Jembatan Lengkung R
Abstrak
Jembatan merupakan suatu struktur bangunan yang berfungsi untuk menyatukan jalan yang
terputus oleh rintangan, misalnya sungai, rawa, dll. Dalam penyusunan Tugas akhir ini di
rencanakan jembatan rangka busur dengan bentang 120 meter.
Peraturan pembebanan yang dipakai untuk merencanakan jembatan ini mengacu pada RSNI 2005
yang merupakan pedoman peraturan untuk merencanakan sebuah jembatan. Adanya peraturan
pembebanan dimaksudkan untuk memberikan saran dalam perencanaan jembatan di Indonesia
yang dapat menjamin tingkat keamanan, dan tingkat penghematan yang dapat diterima struktur
jembatan. Sedangkan perencanaan struktur atas jembatan mengacu pada peraturan AISC – LRFD.
Tahap awal perencanaan adalah perhitungan lantai kendaraan dan trotoar. Kemudian dilakukan
perencanaan gelagar memanjang dan melintang, sekaligus perhitungan shear connector. Memasuki
tahap konstruksi pemikul utama, dilakukan perhitungan beban – beban yang bekerja, kemudian
dianalisa dengan menggunakan program SAP 2000. Setelah didapatkan gaya – gaya dalam yang
bekerja dilakukan perhitungan kontrol tegangan dan perhitungan sambungan. Bersamaan
dilakukan perhitungan konstruksi pemikul utama juga dilakukan perhitungan konstruksi sekunder
yang meliputi ikatan angin atas, bawah, dan portal akhir. Kemudian memasuki tahap akhir dari
perencanaan struktur atas dilakukan perhitungan dimensi perletakan.
Kata kunci : Jembatan rangka, Baja, Gelegar, Sambungan
1
Perhitungan Struktur Jembatan Lengkung Rangka Baja Dua Tumpuan Bentang 120 Meter
(Razi Faisal, Bambang Soewarto, M. Yusuf)
2. TINJAUAN PUSTAKA
1. PENDAHULUAN
2
1
2.1 Definisi Jembatan
1.1 Latar Belakang
Jembatan adalah suatu bangunan yang
Jalan merupakan alat perhubungan
memungkinkan suatu jalan menyilang
antar daerah yang sangat penting
saluran air, lembah, atau menyilang
sekali dalam penyelenggaraan
jalan lainnya yang tidak sama tinggi
pemerintahan serta untuk menunjang
permukaannya dan lalu-lintas jalan itu
dan mempercepat pelaksanaan
tidak terputus karenanya (Imam
pembangunan di segala bidang, baik
Subarkah, 1979).
bidang ekonomi, sosial, budaya,
maupun pertahanan dan keamanan. 2.2 Pembebanan Pada Jembatan
Oleh karena itu maka pelaksanaan
pembangunan khususnya di sektor Standar acuan yang dipakai pada
perhubungan sangat perlu perencanaan adalah RSNI T-02-2005
diperhatikan. Pembebanan Jembatan, beban dan
gaya yang digunakan dalam
1.2 Permasalahan perhitungan tegangan – tegangan
Dalam penulisan proposal tugas akhir dalam konstruksi adalah beban
primer, beban sekunder dan beban
ini akan dipilih perhitungan struktur
jembatan busur. Konstruksi jembatan khusus.
ini menggunakan penampang rangka 2.2.1 Beban Mati
yang memiliki nilai lebih pada
kemudahan pelaksanaan karena baja Beban mati terdiri dari dua jenis
bisa dibuat terlebih dahulu melalui beban, yaitu :
proses pabrikasi tanpa harus dibuat a. Berat Sendiri
langsung di lapangan.
Berat bahan dan bagian jembatan
1.3 Pembatasan Masalah yang merupakan elemen struktural
ditambah dengan elemen non
Mengingat permasalahan yang cukup
struktural yang dianggap tetap.
luas, maka perlu adanya pembatasan
masalah , antara lain : b. Beban mati tambahan
(Superimposed Dead Load)
1. Analisa struktur jembatan
menggunakan metode Beban Mati Tambahan adalah berat
Perencanaan Beban dan seluruh bahan, yang merupakan
Kekuatan Terfaktor (PBKT) elemen non struktural dan merupakan
atau Load and Resistance beban pada jembatan, seperti :
Factor Design (LRFD) i. Beban aspal
2. Menganalisa sistem lantai ii. Beban air hujan
kendaraan, rangka baja,
sambungan dan perletakan. 2.2.2 Beban Hidup
3. Perhitungan gaya dalam
Yang dimaksud dengan beban hidup
struktur menggunakan program
dalam hal ini adalah beban lalu lintas.
bantu komputer.
Beban lalu lintas untuk perencanaan
jembatan terdiri dari beban "D" dan
beban truk "T".
a. Beban lajur "D"
2
Perhitungan Struktur Jembatan Lengkung Rangka Baja Dua Tumpuan Bentang 120 Meter
(Razi Faisal, Bambang Soewarto, M. Yusuf)
Beban lajur ―D‖ terdiri dari beban LE Lev Lmax ............................. (2.1)
terbagi rata Uniformly Distributed
Load (UDL) yang digabung dengan Dengan :
beban garis Knife Edge Load (KEL).
Lev = panjang bentang rata-rata
Gambar 2.1 Beban Lajur ―D‖ Gambar 2.3 Faktor Beban Dinamis
untuk KEL pada Beban Lajur D
b. Pembebanan Truk "T"
Pembebanan truk "T" terdiri dari 2.2.4 Beban Angin
kendaraan truk semi trailer yang
mempunyai susunan dan berat as Gaya angin nominal ultimit pada
seperti yang terlihat pada Gambar 2.5. jembatan tergantung pada kecepatan
angin rencana sebagai berikut:
Tew 0,0006CW (Vw ) 2 Ab (kN) ... (2.2)
Dimana :
Vw = kecepatan angin rencana (m/det)
Cw = koefisien seret
Ab = luas ekuivalen bagian samping
jembatan (m2)
Tew 0,0012CW (Vw ) 2 (kN) ....... (2.3)
Gambar 2.2 Beban Truk ―T‖
Dengan : Cw = 1,2
2.2.3 Beban Kejut
2.2.5 Gaya Rem
Faktor Beban Dinamis merupakan
interaksi antara kendaraan yang Pengaruh percepatan dan pengereman
bergerak dengan jembatan. dari lalu lintas harus diperhitungkan
Untuk bentang menerus panjang sebagai gaya dalam arah memanjang
bentang ekuivalen LE diberikan dan dianggap bekerja pada
dengan rumus: permukaan lantai jembatan.
3
Perhitungan Struktur Jembatan Lengkung Rangka Baja Dua Tumpuan Bentang 120 Meter
(Razi Faisal, Bambang Soewarto, M. Yusuf)
PERHITUNGAN PEMBEBANAN
Mty = - 1512244,13 Nmm
PERHITUNGAN PLAT LANTAI KENDARAAN,
TROTOAR, SANDARAN
35 cm
PERHITUNGAN SAMBUNGAN
PERHITUNGAN PERLETAKAN
5 cm
KONTROL
18 cm
YA
b
GAMBAR RENCANA
SELESAI
14 cm
5 cm
4
Perhitungan Struktur Jembatan Lengkung Rangka Baja Dua Tumpuan Bentang 120 Meter
(Razi Faisal, Bambang Soewarto, M. Yusuf)
5
Perhitungan Struktur Jembatan Lengkung Rangka Baja Dua Tumpuan Bentang 120 Meter
(Razi Faisal, Bambang Soewarto, M. Yusuf)
6
Perhitungan Struktur Jembatan Lengkung Rangka Baja Dua Tumpuan Bentang 120 Meter
(Razi Faisal, Bambang Soewarto, M. Yusuf)
Tarik/ Aksial
Posisi
Tekan (kN)
Tarik Angin Bawah 421,479
R28 mm
Angin Tepi
302 mm
Atas 213,475
Angin Tepi
Bawah 175,708
3.4.2.1 Perhitungan Momen Nominal
Diagonal 6013,601
Momen total Penggantung 474,663
M = 1875,313 kNm Tegak 424,7
Tepi Bawah 2050
a. Menghitung momen nominal
penampang Tekan Angin Bawah 191,783
Angin Tepi
1
Z x 300 34(912 34) 18(912 2 34) 2 Atas 344,991
4
12220816 mm3 Angin Tepi
Bawah 158,443
Mn = Zx fy = 12220816 mm3 × 410 Tegak 6340,616
MPa = 5,0105 × 109 Nmm = 5010,5
Tepi Atas 11017,754
kNm
Tepi Bawah 5613,389
b M n M u
0,9 × 5010,5 kNm > 1875,313 kNm
4509,48 kNm > 1875,313 kNm →
Batang Tepi Atas
Batang Tepi Bawah
Profil aman
Batang Tegak
Batang Diagonal
L 9000 mm
9 mm Gelegar Melintang
Gelegar Memanjang
Batang Penggantung
1000 1000
Lendutan total yang terjadi pada Gambar 3.4 Rangka Jembatan
gelegar melintang :
Δ = 0,2406 + 0,227 + 0,548 + 0,675 +
0,548 + 0,227 + 1,235 + 1,796 +
1,235 + 1,796
Δ = 8,528 mm < 9 mm → Profil aman
7
Perhitungan Struktur Jembatan Lengkung Rangka Baja Dua Tumpuan Bentang 120 Meter
(Razi Faisal, Bambang Soewarto, M. Yusuf)
Tekan
tf = 42.70 mm
tw = 11 mm d = 440 mm
tw = 24 mm 933 mm
b = 300 mm
4. PERHITUNGAN SAMBUNGAN
Maka : 4
Tarik
8
Perhitungan Struktur Jembatan Lengkung Rangka Baja Dua Tumpuan Bentang 120 Meter
(Razi Faisal, Bambang Soewarto, M. Yusuf)
9
Perhitungan Struktur Jembatan Lengkung Rangka Baja Dua Tumpuan Bentang 120 Meter
(Razi Faisal, Bambang Soewarto, M. Yusuf)
BAUT d =1"
10
Perhitungan Struktur Jembatan Lengkung Rangka Baja Dua Tumpuan Bentang 120 Meter
(Razi Faisal, Bambang Soewarto, M. Yusuf)
11