Anda di halaman 1dari 5

PETUNJUK PENGERJAAN TUGAS

Assalamuallaikum warohmatullahi wabarokatuh, selamat pagi.

Dalam mengerjakan tugas Pendahuluan Penelitian, Anda harus mengikuti aturan


berikut:
1) Pendahuluan dibuat dalam ketentuan berikut:
a) bahasa baku;
b) ditik dalam Times New Roman;
c) spasi tunggal (single space);
d) ukuran huruf 12;
e) minimal satu halaman (belum termasuk judul dan identitas lainnya)
2) Pendahuluan harus merujuk pada judul penelitian yang telah dibuat dan
membahas masalah faktual dan urgen.
3) Dalam pendahuluan harus terdapat kutipan dalam setiap paragraf.
4) Anda dapat mengutip ke berbagai sumber, misalnya: buku; artikel jurnal; media
massa; dll. yang informasinya terpercaya.
5) Kutipan yang digunakan harus dicantumkan sumbernya dalam REFERENSI.

Catatan:
Cara mengutip dapat dilihat dalam pedoman pengutipan karya tulis ilmiah yang telah
diunggah. Contoh PENDAHULUAN disediakan di halaman selanjutnya. Tugas yang
dikerjakan sesuai aturan akan diakui sebagai pengganti kehadiran.
Perilaku Sunda sebagai Entitas Karakter Kebangsaan
yang Terancam Hilang
Rama Wijaya Abdul Rozak
Departemen Pendidikan Umum, Universitas Pendidikan Indonesia
ramawijaya@upi.edu

PENDAHULUAN
Perkembangan ipteks menyebabkan kemudahan akses ke berbagai informasi yang
sering tanpa filter (Kulap, dkk., 2017). Hal tersebut berdampak pada perubahan tatanan
etika dan moral masyarakat (Sulistyarini, 2015; Martoredjo, 2016). Masyarakat
terkadang mengikuti perkembangan hingga kehilangan identitas kebangsaan yang
menjadi ciri khas suatu komunitas/masyarakat (Sunarni, 2017; Tulus, 2012; Fusnika &
Tyas, 2018; Diantama, 2017; Gilang, dkk., 2019). Hal tersebut mengakibatkan
lunturnya/lemahnya generasi yang memegang etika dan moral yang berwawasan
kebangsaan (Totok, 2020). Lebih dari itu, para pelajar lebih menggemari budaya luar
daripada budaya lokalnya (Rahayu, dkk., 2018). Menjadikan budaya asing sebagai role
model kehidupan sehingga dianggap tidak berkarakter.
Pendidikan karakter sudah didaulat menjadi solusi atas permasalahan dekadensi
etika dan moral (Inanna, 2018). Tetapi, hasilnya belum tampak signifikan, karena
minimnya implementasi dalam keseharian siswa di masyarakat (Mustika, 2016;
Mulyasa, 2013). Pendidikan karakter seharusnya tidak terbatas pada pengetahuan,
tetapi harus mampu diterjemahkan dalam sikap dan perbuatan (Lickona, 2006). Nilai-
nilai karakter dapat dipelajari bahkan dapat menjadi penelitian berkelanjutan di
masyarakat. Artinya, masyakarat dapat mendapatkan nilai karakter dalam budaya
masyarakat itu sendiri, misalnya masyarakat Sunda (Sukmayadi, 2016; Belladonna &
Rohmat, 2018). Masyarakat Sunda sangat menjunjung nilai-nilai kesundaan secara
turun-temurun, yaitu silih asah (saling memperbaiki), silih asih (saling mengasihi),
silih asuh (saling menjaga) (Ekadjati, 1993). Bukan hanya itu, masyarakat Sunda
menghormati alam dalam pola interaksinya (Indrawardana, 2012). Karakter inilah yang
mulai bergeser/hilang dari masyarakat Sunda.
Nilai-nilai karakter kebangsaan tersebut akan menjadi maujud ciri khas
masyarakat atau penggunanya (Tulolli, 2003; Sugiyo & Purwastuti, 2017). Tetapi,
gencarnya perkembangan zaman membuat nilai-nilai kesundaan mengalami
pergeseran dan melemah (Madjid, 2016). Misalnya dalam aspek bahasa, semakin
banyak generasi yang tidak menguasai dan memahami bahasa Sunda (ragam halus)
karena minimnya pembelajaran di masyarakat. Orang tua memegang peran sentral
dalam melestarikan budaya kepada anak-anaknya (Mustikasari, 2016; Fitriyani, dkk.,
2015). Hal tersebut harus menjadi bagian dalam pola asuh orang tua (Supanto, dkk.,
1990; Samrin, 2016).
Ketika seseorang berkata baik (ragam halus), maka ia sedang memperlihatkan
karakter yang dimilikinya (Budimansyah, 2010). Hal seperti ini yang menjadi
kenyataan bahwa banyak remaja yang memilih untuk berkata kasar dalam setiap
kesempatan. Mengacu pada hal tersebut, tampaknya pembelajaran karakter di sekolah,
di rumah, dan di masyarakat tidak berjalan baik (Miftahuddin & Kuncorowati, 2018).
Karena nilai-nilai karakter akan melekat pada personal masyarakat. Transfer-transfer
nilai kesundaan seharusnya menjadi bagian dari pola berinteraksi di masyarakat.
Pembentukan nilai-nilai karakter harus didukung oleh penciptaan suasana yang
memang selaras dengan karakter yang ingin dikembangkan. Nilai-nilai kearifan lokal
merupakan hal yang fundamental untuk mengembangkan karakter masyarakat,
terutama etika dan moral (Toharudin & Kurniawan, 2018).
Berperilaku kesundaan merupakan upaya pembelajaran dan representasi dari nilai-
nilai kearifannya (Hasanah, dkk., 2016). Misalnya, sopan-santun, ramah (someah),
gotong-royong, lemah-lembut, dan toleran (Rahman, dkk., 2018). Implementasi hal
tersebut dapat berupa cara berjalan ketika melalui orang yang lebih tua/dihormati.
Terdapat adab dalam berkomunikasi ketika berinteraksi dengan orang yang lebih tua.
Hal seperti ini kian memudar karena hegemoni perkembangan ipteks, sehingga budaya-
budaya asing semakin gencar menyerang budaya lokal yang sering kali dianggap kuno.
Transfer nilai kesundaan yang lemah juga semakin memprovokasi keadaan tendensius
terhadap budaya asing.

REFERENSI

Belladonna, A. P. & Rohmat, E. (2018). Studies on Indigenous Ceremony Values in


Strengthening the Character of the Nation. Proceedings International Annual Civic
Education Conference (ACEC). DOI:https:// doi.org/10.2991/acec18.2018.99
Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Diantama, S. (2017). Permainan Tradisional Sunda dalam Membangun Karakter
Warga Negara. Citizenship Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, 6 (1), 30-40.
Ekadjati, E. (1993). Kebudayaan Sunda. suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta: Pustaka
Jaya.
Fitriyani, A., Suryadi, K., & Syam, S. (2015). Peran Keluarga dalam Mengembangkan
Nilai Budaya Sunda. Sosietas: Jurnal Pendidikan Sosiologi, 5 (2), 1-9. DOI:
https://doi.org/10.17509/sosietas.v5i2.1521
Fusnika, F., & Tyas, D. K. (2018). Nilai Pembentuk Karakter Kebangsaan pada Budaya
Lokal Kee’rja Banyau. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, 3 (2), 126-131.
DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um019v3i2p126-131.
Hasanah, A., Gustini, N., & Rohaniawati, D. (2016). Cultivating Character Education
Based on Sundanese Culture Local Wisdom. Jurnal Pendidikan Islam, 2 (2), 231-
253. DOI: http://dx.doi.org/10.15575/ jpi.v2i2.788
Inanna, I. (2018). Peran Pendidikan dalam Membangun Karakter Bangsa yang
Bermoral. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, 1 (1), 27-33. DOI: https:// 10.26858/
jekpend.v1i1.5057
Indrawardana, I. (2012). Kearifan Lokal Adat Masyarakat Sunda dalam Hubungan
dengan Lingkungan Alam. Jurnal Komunitas, 4 (1), 1-8.
Kulap, M, Warto, Joebagio, H. (2017). Nationalism of Nani Wartabone: Nation
Character Building Foundation of Indonesia. International Journal of
Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU), 4 (3), 12-21.
DOI:http://dx.doi.org/10.18415/ijmmu.v4i3.69
Lickona, T. (2006). Eleven Principles of Effective Character Education: Character
Education Partnership. Journal of Moral Education, 25 (1), 93-
100. https://doi.org/ 10.1080/0305724960250110.
Madjid, M. A. S. R. (2016). Peran Nilai Budaya Sunda dalam Pola Asuh Orang Tua
bagi Pembentukan Karakter Sosial Anak. Jurnal Pedagogy of Social Studies, 1 (1),
1-7. DOI: https://doi.org/10.17509/ijposs.v1i1.4956.
Martoredjo, N. T. (2016). Building Character through Pancasila Values to Sovereign
Nation. Jurnal Humaniora, 7 (1), 116-121.
Miftahuddin, M., & Kuncorowati, P. W. (2018). Pengembangan Modul Pendidikan
Karakter Kebangsaan Pancasila di Sekolah Menengah Pertama Berbasis
Pesantren. Jurnal Civics:Media Kajian Kewarganegaraan, 10 (10), 134-140.
Mulyasa, E. (2013). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Mustika, K. (2016). National Character Education in Teaching Balinese for Grade
Seven of SMP Negeri 1 Singaraja. Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan,
5 (2), 1-13.
Mustikasari, J. (2016). Pengembangan Pendidikan Karakter dalam Masyarakat melalui
Budaya untuk Menguatkan Sikap Spiritual dan Sikap Sosial. Jurnal Global
Citizen, 1 (1), 62-72.
Nur Alam, G., Nurhasan Affandi, R., & Sudirman, A. (2019). Strategi Budaya Sunda
Menghadapi Globalisasi Budaya Populer. Indonesian Journal of International
Relations, 3(1), 102-118. https://doi.org/10.32787/ijir.v3i1.88
Rahayu, P., dkk. (2018). Penguatan Karakter Kebangsaan dan Kompetensi Pedagogik
Berorientasi pada Keterampilan Abad 21. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Dasar, 10 (2), 83-95.
Rahman, A. A., dkk. (2018). Studi Eksploratif Mengenai Karakteristik dan Faktor
Pembentuk Identitas Etnik Sunda. Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, 1 (1), 1-8.
DOI : 10.15575/jpib.v1i1.2072
Samrin, S. (2016). Pendidikan Karakter: Sebuah Pendekatan Nilai. Jurnal Al-Ta’dib, 9
(1), 120-143.
Sugiyo, R. & Purwastuti, L. A. (2017). Local Wisdom-Based Character Education
Model in Elementary School in Bantul Yogyakarta Indonesia. Jurnal Local
Wisdom , 14 (5), 299-308. http://doi:10.17265/1539-8072/20 17.05.003
Sukmayadi, T. (2016). Kajian tentang Karakter Berbasis Nilai-nilai Kearifan Lokal
pada Masyarakat Adat Kampung Kuta. Jurnal Civics:Media Kajian
Kewarganegaraan, 13 (1), 96-112.
Sulistyarini, S. (2015). Pengembangan Karakter Berbasis Pancasila melalui
Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Bhinneka Tunggal Ika, 2 (1), 1-8.
Sunarni, N. (2017). Komparasi Kearifan Lokal Sunda dan Jepang: Pembentuk Karakter
Anak. Jentera: Jurnal Kajian Sastra. 6 (1), 83-101. DOI: https://doi.org/10.26499/
jentera.v6i1.327.
Supanto, et al. (1990). Pola Pengasuhan Anak Secara Tradisional Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Toharudin, U. & Kurniawan, I. S. (2018). Learning models based Sundanese local
wisdom: Is it effective to improve student’s learning outcomes?. Proceeding
International Conference on Mathematics and Science Education.
DOI:10.1088/1742-6596/1157/2/022069.
Totok, T. (2018). Aktualisasi Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai Peneguh Karakter Kebangsaan. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan, 8 (2), 1-20.
Tulolli, N. (2003). Dialog Budaya Wahana Pelestarian dan Pengembangan
Kebudayaan Bangsa. Jakarta: Mitra Sari.
Tulus, M. (2012). Konfigurasi Pendidikan Karakter Berparadigma Kebangsaan: Usaha
Meneguhkan Identitas Diri Bangsa dari Kungkungan Arus Globalisasi. Jurnal El-
Hikmah, 9 (1), 257-279.

Anda mungkin juga menyukai