Abstrak
Bank XYZ merupakan perusahaan perbankan yang memiliki kantor pusat di Kota Jakarta. Proses bisnis
layanan kepegawaian untuk cuti, lembur, dan update data pegawai pada Bank XYZ masih
mengandalkan paper based, sehingga bagian unit HC area (Human Capital) harus menginputkan secara
manual data rekap kedalam SAP (Sistem Administrasi Pegawai). Pegawai unit HC area akan sangat
rentan untuk melakukan kesalahan input yang dapat berakibat fatal bagi perhitungan gaji pegawai.
Penerapan paper based pada sebagian aktivitas cuti, lembur, dan update data juga menyebabkan proses
berjalan kurang efisien dan efektif sehingga waktu proses menjadi lebih lama. Metode yang digunakan
dalam melakukan perbaikan proses bisnis mengacu pada framework ITIL v3 domain service design.
Hasil perbaikan proses bisnis layanan kepegawaian Bank XYZ untuk cuti yaitu percepatan waktu rata-
rata sebesar 58.11 menit karena hilangnya aktivitas PIC (Person in Charge) dalam meminta dan
menyampaikan formulir izin cuti, serta pemerataan pemanfaatan pada atasan, pegawai, dan HC area
karena hilangnya peran PIC dan kurir. Pada proses bisnis lembur pegawai, percepatan waktu rata-rata
sebesar 370.98 menit karena hilangnya peran PIC dalam melakukan perekapan secara manual, serta
pemerataan pemanfaatan pada atasan, pegawai, dan HC area karena hilangnya peran PIC dan kurir. Pada
proses bisnis update data pegawai terdapat percepatan sebesar 22.6 menit karena hilangnya aktivitas
memberikan formulir serta input data pegawai, serta terdapat perubahan persentase pemanfaatan
resource karena berkurangnya aktivitas HC area.
Kata kunci: proses bisnis, process business improvement, metode ITIL V3, domain service design.
Abstract
XYZ Bank is a banking company with head office in Jakarta. The employment service business process
for leave, overtime, and update of employee data at Bank XYZ still rely on paper based, so that the HC
area unit (Human Capital) must manually input recap data into SAP (Employee Administration System).
HC area unit employees will be particularly vulnerable to input errors that can be fatal for employee
salary calculations. The implementation of paper based on some activities of leave, overtime, and data
update also cause the process runs less efficient and effective so that the processing time becomes
longer. The method used in doing business process improvement refers to the framework of ITIL v3
domain service design. The result of the business process improvement of XYZ staffing service business
for leave is an average time acceleration of 58.11 minutes due to loss of PIC (Person in Charge) activity
in requesting and submitting the leave leave form, as well as equalization of utilization to superiors,
employees and HC area due to loss of role PIC and courier. In the employee overtime business process,
the average acceleration time of 370.98 minutes due to loss of PIC's role in manual recording, as well
as equitable distribution of employers, officers, and HC areas due to loss of PIC and messenger role. In
the business process update employee data there is an acceleration of 22.6 minutes due to loss of activity
provide the form and input employee data, and there is a change in resource utilization percentage due
to reduced HC area activity.
Keywords: business process, business improvement process, ITIL V3 method, domain service design.
jenis Model Proses Bisnis yang utama menurut serta kebijakan dan dokumen yang berguna
Alan Chapman, yaitu (Chapman, 2017): untuk memenuhi kebutuhan bisnis saat ini dan
1. Model dasar 'as-is', yang menggambarkan masa depan (Bernard, 2011). Proses-proses
situasi saat ini. dalam service design ada tujuh, antara lain
2. Model 'to-be', yaitu model proses bisnis baru (UCISA, n.d.) :
yang memiliki tujuan dan harapan
1. Service Level Management.
kedepan yang difungsikan untuk
2. Capacity management.
menganalisis, menguji, menerapkan dan
3. Availability management.
meningkatkan proses.
4. IT Service Continuity management.
2.3 Business Process Improvement (BPI) 5. Information Security management.
6. Service Catalogue management.
Business Process Improvement atau
7. Supplier management.
perbaikan proses bisnis dicapai dengan
memeriksa dan memahami mengapa, apa, serta 2.6 Maturity Level
bagaimana proses dan interaksi antara orang-
IT Maturity Model merupakan model yang
orang, proses, dan teknologi (Attong & Metz,
digunakan untuk mengukur tingkat kematangan
2013). Pada penelitiain ini, perbaikan proses
pengelolaan teknologi informasi dalam suatu
bisnis didasarkan atas pedoman dari framework
organisasi. IT Maturity Model terdiri dari lima
ITIL v3 pada domain service design.
tingkat kematangan pengelolaan IT, meliputi :
Peningkatan dilakukan dengan terlebih dahulu
tingkat 0 (non-existent), tingkat 1 (initial),
memodelkan proses bisnis as-is pada aktivitas
tingkat 2 (repeateable), tingkat 3 (defined),
cuti, lembur, dan update data. Kemudian
tingkat 4 (managed) dan tingkat 5 (optimised).
membuat proses bisnis to-be berdasarkan dari
Semakin tinggi maturity level akan semakin baik
hasil analisa dengan framework ITIL v3 domain
proses pengelolaan teknologi informasi, yang
service design untuk mengetahui proses apa saja
secara tidak langsung bermakna semakin reliable
yang perlu ditingkatkan.
dukungan teknologi informasi dalam proses
2.4 Information Technology Infrastructure pencapaian tujuan organisasi (Limited, 2013).
Library (ITIL) Tabel 1 Skala pembulatan maturity level
ITIL (Information Technology
Infrastucture Library) adalah framework ITSM Skala pembulatan Tingkat model maturity
IT Service Management) yang paling banyak
4.51 -5.00 5 – dioptimalisasi (optimized)
digunakan di dunia saat ini. ITIL berfungsi untuk
memberikan arahan kepada organisasi untuk 3.51 – 4.50 4 – diatur (managed)
memanfaatkan TI sebagai alat dalam mendorong 2.31 – 3.50 3 – ditetapkan (defined)
pembangunan, perubahan bisnis, serta
1.31 – 2.50 2 – dapat diulang (repeatable)
transformasi. ITIL bertujuan dalam
meningkatkan efisiensi dan mencapai tujuan 0.51 – 1.50 1 – inisialisasi (initial)
peningkatan layanan. (OpenCampus, n.d.). 0.00 – 0.50 0 – tidak ada (nun-existent)
3. METODOLOGI
Penelitian pada penelitian ini merupakan
jenis penelitian non-implementatif. Penelitian
dilakukan pada unit Area Bank XYZ mulai
bulan Januari 2017. Dalam melakukan
pengumpulan data dilakukan teknik wawancara
Gambar 1 Service lifecyle dan kuesioner, kuesioner dibagikan kepada 13
Sumber : Bernard (2011) orang responden dari 16 orang populasi
berdasarkan rumus slovin dengan toleransi eror
2.5 Service Design 10%. Empat orang diantaranya dipilih
Service design merupakan tahap merancang berdasarkan teknik purposive sampling Terdapat
dan mengembangkan layanan TI. Layanan TI langkah-langkah atau tahapan untuk
yang dimaksud termasuk arsitektur, sistem, menyelesaikan proyek penelitian ini. Alur
proses, ukuran dan metric, alat untuk ITSM, penelitian jelasnya dapat dilihat pada flowchart
diaplikasikan untuk proses cuti, lembur, dan monitoring cuti lembur, dan
update data yang masih berjalan manual update data pegawai.
Program SAP memiliki sistem
tersebut. Sm
keamanan berlapis dan terus
aP0 4
Setelah dilakukan wawancara untuk diawasi dan dikelola oleh unit IT
9
security dan IT operation.
mencocokkan nilai maturity level menurut
responden dengan fakta di lapangan, ternyata
ada perbedaan hasil. Rata-rata maturity level Rendahnya nilai pada poin pertanyaan 8
current bernilai 3.88 yang berada pada level 4 karena program SAP sudah fleksibel (dapat
(manage). Peningkatan yang cukup signifikan dirubah maupun ditambahan namun belum
itu karena perusahaan sebenarnya sudah memenuhi tuntutan peningkatan bisnis karena
mempersiapkan layanan TI untuk mendukung fungsinya masih terbatas untuk melakukan
proses-proses yang berjalan kurang efektif dan perekapan, pencatatan, dan monitoring cuti
butuh perbaikan tersebut, namun belum ada lembur, dan update data pegawai.
tindak lanjut untuk dapat mengaplikasikannya.
4.3.2 Analisa Maturity Level
Untuk lebih jelasnya pada tabel 4 berikut
deskripsi proses-proses yang ada di perusahaan Service Management as a Practice
saat ini untuk setiap poin pertanyaan terdapat : Tabel 5 Gap service management as a practice
Tabel 4 Maturity level current service management
No Kode Maturity level Current Gap
as a practice
1 SMaP01 4 0
Maturit 2 SMaP02 4 0
Kod
y level Deskripsi proses 3 SMaP03 4 0
e
Current 4 SMaP04 4 0
Terdapat unit Human Capital yang
5 SMaP05 4 0
mengelola kepegawaian dan sudah
terdapat aplikasi untuk 6 SMaP06 4 0
kepegawaian dengan nama SAP 7 SMaP07 4 0
SM 4 (Sistem Administrasi Pegawai) 8 SMaP08 3 1
aP0 yang di dalamnya juga mencakup 9 SmaP09 4 0
1 proses pencatatan, perekapan, dan Score 3.88
monitoring cuti, lembur, dan
update data pegawai. Nilai rata-rata maturity level Service
Pegawai sudah mengetahui Management as a Practice pada saat ini
kemana mereka harus bertanya jika
SM terdapat hal-hal terkait layanan (current) yaitu 3.88 yang berada pada level 4.
4 Untuk memperoleh nilai maturity level yang
aP0 kepegawaiaan, termasuk proses
2 cuti, lembur, dan update data (ke diharapkan, solusi yang harus diterapkan yaitu
unit Human Capital). dengan meningkatkan sistem SAP yang sudah
SM
aP0 4
Ada output atau laporan yang bisa ada untuk fungsi cuti, lembur dan update data
disampaikan kepada atasan. pegawai agar memenuhi tuntutan peningkatan
3
SM
Terdapat unit pengembangan TI di bisnis. Peningkatan bisnis dapat dilakukan
kantor pusat yang secara intensif dengan perbaikan proses bisnis yang ada pada
aP0 4
mengelola desain untuk layanan aktivitas cuti, lembur, dan update data pegawai.
4
baru atau perubahan layanan.
Terdapat unit pengembangan TI di
SM 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
kantor pusat yang secara intensif
aP0 4
mengelola desain portofolio dan
5
layanan katalog. 5.1 Simulasi Proses Bisnis As-Is
SM Simulasi ini digunakan untuk mengetahui
Sudah ada sistem SAP dan dikelola
aP0 4
6
oleh unit TI pengembangan. apakah proses bisnis yang berjalan saat ini sudah
SM sesuai dengan harapan yang ingin dicapai
Sudah ada sistem SAP dan dikelola
aP0 4
oleh unit TI pengembangan. perusahaan atau masih perlu adanya perbaikan
7 untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas.
Program SAP sudah fleksibel
(dapat dirubah maupun 5.1.1 Proses Bisnis Cuti Pegawai
SM ditambahan) namun belum
aP0 3 memenuhi tuntutan peningkatan Tabel 6 Hasil simulasi proses bisnis as-is cuti
8 bisnis karena fungsinya masih pegawai
terbatas untuk melakukan
Min. Avg. Total
Instan Instance Max
perekapan, pencatatan, dan Name Type
ces s started
time
.
time time
(m) (m) (m)
n surat izin
= (22/62) * 100 cuti
Memberi
Task 6 6 0.5 0.5 0.5 3
persetujuan
= 35 % penerbitan
surat izin
cuti Task 6 6 0.5 0.5 0.5 3
Menerima
Hasil Persentase Gap = (Jumlah Gap / Jumlah pesan cuti
ditolak Task 11 11 0 0 0 0
Requirement) * 100 Memberi
laporan
cuti ditolak Task 11 11 0.5 0.5 0.5 5.5
= (21/62) * 100 Memberi
pesan surat
izin cuti
= 34 % ditolak
Menerima
Task 23 23 0.5 0.5 0.5 11.5
pesan cuti
ditolak Task 23 23 0.5 0.5 0.5 11.5
Dari hasil diatas diketahui bahwa aktivitas yang Menerima
surat izin
sudah berjalan baik sehingga tidak diperlukan cuti Task 6 6 0.5 0.5 0.5 3
Akses SAP
adanya perbaikan sebesar 31%, kegiatan yang halaman
cuti Task 1 1
0.08333
3333
0.08333
3333
0.08333
3333
0.08333
3333
sudah berjalan baik namun masih perlu Membatalk
an cuti Task 1 1 0.5 0.5 0.5 0.5
dilakukan perbaikan sebesar 35%, dan kegiatan Menyetujui
pembatalan
yang berjalan kurang baik sebesar 31% sehingga cuti
pegawai Task 1 1 0.5 0.5 0.5 0.5
masih perlu menjadi fokus perhatian. Revisi data
cuti
pegawai Task 1 1 5 5 5 5
us/itil-foundation/what-is-itil
[Accessed 4 June 2017].
UCISA, n.d. UCISA. [Online]
Available at: https://www.ucisa.ac.uk
[Accessed 7 May 2017].