RCM Pompa
RCM Pompa
SKRIPSI
AULIA WINANDI
0806454651
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM SARJANA
DEPOK
JULI 2012
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik
AULIA WINANDI
0806454651
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM SARJANA
DEPOK
JULI 2012
Proposal skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber yang
saya kutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
NPM : 0806454651
Tanda Tangan :
ii
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal :
iii
iv
NPM : 0806454651
Fakultas : Teknik
beserta perangkat yang ada (jika dieprlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia /
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 16 Juli 2012
Yang menyatakan
(Aulia Winandi)
vi Universitas Indonesia
ABSTRAK …………………………………………………………………….vi
ABSTRACT …………………………………………………………………....vii
ix Universitas Indonesia
LAMPIRAN ………………………………………………………....…………81
x Universitas Indonesia
Gambar 4.8 Shaft seal dengan rotating seal ring dan stationary seat (kanan)…. 57
Gambar 4.10 Susunan double mechanical seal, tandem (kiri) dan back to back
(kanan)…………………………………...…………………….…..59
xi Universitas Indonesia
xii
*λ adalah constant failure rate dan MTBF adalah mean time between failure.
Keuntungan dari periode lama tanpa kegagalan akan meningkatkan kapasitas
produksi. Di saat yang bersamaan, sedikitnya kegagalan juga menjadi
penghematan biaya karena berkurangnya penggunaan sumber daya serta waktu
kerja untuk pemeliharaan. Peningkatan reliability terjadi dengan penambahan
biaya kapital, namun dengan harapan bahwa akan terjadi pengurangai downtime
1 Universitas Indonesia
serta biaya maintenance yang lebih rendah, sehingga biaya-biaya awal akan
tertutupi dari peningkatan pemasukan karena peningkatan reliability.
Dalam perhitungan reliability seperti pada rumusan diatas, failure rate dapat
dianggap konstan, namun dalam perhitungan lebih lanjut failure rate dapat tidak
konstan sesuai dengan pertimbangan failure mode, antara lain infant mortality
(pengurangan failure rate seiring dengan waktu), chance failure (failure rate
constant) atau wear out (peningkatan failure rate seiring dengan waktu).
dimana μ adalah constant maintenance rate dan MTTR adalah mean time to
repair. Beberapa faktor yang mempengaruhi maintainability adalah 1) active
repair time (fungsi dari desain, pelatihan, dan skill dari teknisi pemeliharaan), 2)
logistic time (waktu yang hilang untuk proses supply), serta 3) administrative time
(fungsi dari struktur operasi dari organisasi yang bersangkutan).
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
3
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
4
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
5
dinamakan means (cara) di dalam tree yang tercantum sebelumnya. Means secara
garis besar antara lain 1) fault prevention, 2) fault removal, 3) fault forecasting,
dan 4) fault tolerance. Fault prevention adalah proses pencegahan agar fault tidak
tertanam dalam sistem. Hal ini dicapai dengan metodologi pengembangan dan
implementasi teknik yang baik. Fault removal dibagi menjadi dua, yaitu
penghilangan saat pengembangan dan penghilangan saat penggunaan. Fault dapat
dihilangkan dengan memastikan bahwa fault tersebut terdeteksi dan dihilangkan
sebelum sistem diproduksi, lalu saat pengoperasian fault yang timbul dicatat
untuk kemudian dapat dihilangkan saat pemeliharaan. Fault forecasting
memperkirakan fault yang mungkin timbul dan menghilangkan fault tersebut.
Fault tolerance menambahkan suatu mekanisme agar sistem dapat tetap memberi
kinerja meskipun adanya fault, walaupun kinerja pada tingkat yang lebih rendah.
Dependability penting dalam industri manapun, terutama bagi industri
proses seperti kilang gas alam karena proses pengolahan gas agar efisien waktu
dan biaya harus dilakukan secara kontinyu selama 24 jam, terkadang sampai 356
hari dalam setahun. Kejadian apapun yang menyebabkan kegiatan pengolahan
tidak optimal bahkan sampai terhenti akan membawa kerugian dalam skala yang
cukup signifikan bagi industri tersebut, bahkan bagi industri yang mengoperasikan
lebih dari satu lini produksi.
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
6
membutuhkan suku cadang, personil, dan waktu shut down peralatan. Oleh karena
itu, pemeliharaan ini dilakukan dengan batasan waktu (time constrain) untuk
mendapatkan rasio terbaik antara kegiatan pemeliharaan dan produktivitas mesin.
Condition monitoring merupakan metode pemantauan kondisi peralatan untuk
memutuskan apakah peralatan bekerja normal atau tidak. Proses ini dilakukan
baik secara obyektif (mengumpulkan data dengan peralatan lainnya) maupun
subyektif (menggunakan panca indera pelaku pemeliharaan).
Salah satu peralatan yang sangat umum dijumpai dalam industri manapun
merupakan rotating equipment. Rotating equipment merupakan peralatan yang
memindahkan cairan, padatan atau gas melalui suatu sistem penggerak
(turbin,motor,mesin), sistem yang digerakkan (kompresor, pompa), sistem
transmisi(gir, kopling, sambungan) dan peralatan penunjang (lube and seal
system, sistem pendinginan, buffer gas system)[5]. Contoh rotating equipment
antara lain pompa. Rotating equipment sangat umum di industri mana pun, karena
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
7
hampir semua industri melakukan proses perpindahan fluida, padatan, maupun gas
– baik itu termasuk proses produksi utama maupun itu sebagai penunjang proses
produksi. Rotating equipment merupakan salah satu zona dimana kejadian
kegagalan akan terjadi. Hal ini karena ada banyak komponen, baik stasioner
maupun bergerak, dan proses perpindahan energi. Selain itu, pada sistem ini
peralatan dan benda yang dikerjakan bersentuhan langsung. Rotating equipment
dipergunakan dalam berbagai ukuran dan kapasitas, dan masing-masing memiliki
aplikasinya tersendiri. Karena rotating equipment merupakan sistem yang sangat
work and condition dependent, proses pemeliharaan yang bersifat sangat umum
tidak akan dapat menghasilkan reliability yang baik-perlu dilakukan peningkatan.
Tujuan Penulisan
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
8
1. Studi Literatur.
2. Site Visit.
Site visit dilakukan untuk membantu memberikan gambaran utuh
perihal keadaan lapangan, pengenalan proses kerja, overview kondisi
mesin dan pengenalan medan secara umum.
4. Pengembangan database
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
9
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini berisi latar belakang yang melandasi penulisan skripsi, tujuan
penelitian, pembatasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab ini memuat data-data contoh proses tinjauna RCM kepada data contoh
yang dimiliki penulis, lalu berikut analisa penetapan keputusan-keputusan
yang diambil.
Pada bagian ini akan diambil beberapa kesimpulan dari seluruh analisa
yang telah dilakukan dengan disertai saran terhadap pengembangan
selanjutnya.
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Criteria minimal melakukan suatu analisis RCM secara umum, menurut standar
SAE JA1011[6], menjawab tujuh pertanyaan berikut:
1. Apa fungsi dan standar performa yang diharapkan dari asset dalam
pengoperasiannya (fungsi) ?
2. Dalam wujud apa saja dapat asset tersebut tidak memenuhi fungsinya
(kegagalan fungsi)?
3. Apa yang menyebabkan kegagalan (moda kegagalan)?
4. Apa yang terjadi saat terjadi kegagalan (efek kegagalan)?
5. Apa akibat dari masing-masing kegagalan (konsekuensi kegagalan)?
6. Apa yang sebaiknya dilakukan untuk meramalkan atau mencegah kegagalan
(tindakan preventif dan intervalnya)?
7. Apa yang sebaiknya dilakukan apabila tidak ditemukan tindakan preventif
yang cocok (tindakan standar)?
Pekerjaan awal untuk persiapan untuk analysis RCM. Di antara lain seperti
definisi fungsi, definisi kegagalan, mengumpulkan dan mengkaji ulang
dokumentasi awal, dan lain sebagainya.
10 Universitas Indonesia
Fungsi perlu ditentukan dan ditetapkan agar menjadi jelas fokus proses
analisis RCM. Menjaga fungsi dari peralatan dan fasilitas adalah target dari proses
RCM. Selain itu, dengan menetapkan fungsi, maka dapat ditentukan bagian-
bagian peralatan dan fasilitas yang kritis terhadap menjaga fungsi. Dengan
pengetahuan tersebut lalu dapat ditentukan bentuk-bentuk kegagalan potensial
yang dapat terjadi berdasarkan 1)pengetahuan akan peralatan (mendapatkan
bentuk-bentuk kegagalan umum untuk peralatan tersebut), 2)sejarah kerusakan
peralatan tersebut (mendapatkan bentuk-bentuk kegagalan yang spesifik pada
peralatan tersebut).
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
12
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
13
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
14
4) ketersediaan.
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
15
Harus ada pengetahuan jelas mengenai komponen apa saja yang termasuk
dan tidak termasuk dalam sistem sehingga fungsi-fungsi penting potensial
tidak secara tidak sengaja terlupakan, atau tumpang tindih dengan sistem
yang berdekatan.
Batasan juga membantu menentukan input (IN Interface), output (OUT
Interface) serta fungsi dari sistem. input dan output dapat berupa daya,
sinyal, aliran, kalor, dsb.
Pendefinisian sistem, yaitu sistem terdiri dari bagian apa saja, dan
bagaimana bagian satu sama lain behubungan dalam proses kerja. Diagram blok
fungsi menunjukkan input dan output dari sistem dan masing-masing bagiannya.
Pengetahuan akan sistem, cara kerja sistem, serta input dan output memiliki
andil yang sangat besar dalam mensukseskan analisa RCM yang dilakukan,
karena pengetahuan umum mengenai sistem yang dikaji hanya sebatas panduan
kasar. Pengetahuan tersebut harus disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di
lapangan.
“Mengalirkan fluida kerja „a‟ dari lokasi „x‟ ke „y‟ dengan debit „M‟ dan head
„H‟“
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
16
“Mengalirkan fluida kerja „a‟ dari lokasi „x‟ ke „y‟ dengan debit „M‟ dan head
„H‟“
3) pompa memenuhi spesifikasi kinerja, namun tidak memindahkan dari „x‟ dan
„y‟.
Poin pertama adalah kegagalan untuk memenuhi fungsi primer. Poin kedua
adalah kegagalan untuk memenuhi fungsi sekunder. Selain dari kedua kegagalan
tersebut juga ada yang dinamakan kegagalan tersembunyi (hidden failure).
Kegagalan tersembunyi adalah kegagalan yang dalam kondisi kerja normal tidak
tampak. Contohnya kegagalan pompa cadangan. Kegagalan pompa cadangan
tidak tampak karena pompa cadangan baru dioperasikan saat terjadi kegagalan
pompa utama. Parameter performa peralatan juga penting untuk dicantumkan
dalam definisi fungsi. Pompa beroperasi dengan nilai debit dan head. Apabila
kedua nilai tersebut tidak terpenuhi, proses (produksi) juga tidak berjalan
dengan semestinya. Parameter performa yang dapat diberikan adalah
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
17
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
18
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
19
Salah satu hasil dari proses RCM adalah tindak pemeliharaan yang baru
dan sesuai dengan kondisi kekritisan peralatan yang dikaji. Tindakan
pemeliharaan yang baru didasarkan atas tingkat kekritisan peralatan, serta
kerusakan-kerusakan yang pernah terjadi.
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
20
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
21
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
22
lain sebagainya sesuai dengan komponen tersebut, dan parameter tersebut akan
menunjukkan rentang nilai. Rentang awal ini yang dijadikan sebagai patokan
(threshold) dimana apabila parameter terukur mulai berdeviasi dari patokan,
failure finding task yang kemudian dilanjutkan tindakan preventif/korektif harus
dilakukan untuk mencegah terjadinya kegagalan komponen.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, default task antara lain
scheduled failure finding task, redesign of the process or asset,dan no scheduled
maintenance. Terlepas dari tiga yang sudah disinggung, proses pelumasan
(lubrication) dan proses inspeksi zona dan pemeriksanaan juga termasuk default
actions. Bagaimana memilih antara masing-masing default action sudah pula
disinggung sebelumnya. Scheduled failure finding task (proses mencari kegagalan
secara periodik) juga penting dan efektif dilakukan apabila kegagalan dalam
kondisi operasi normal menjadi tidak nampak (hidden failure), selain apabila tidak
dapat ditentukan preventive task yang sesuai. Proses desain ulang bertujuan untuk
1)menghilangkan penyebab kegagalan, atau 2) membuat kegagalan lebih mudah
nampak, sehingga lebih mudah untuk dilakukan tindakan korektif. Proses desain
ulang harus mempertimbangkan aspek kehandalan inheren (inherent reliability)
dan performa yang diharapkan (desired performance). Inherent
reliability/capability merupakan kemampuan komponen/peralatan untuk mencapai
performa yang diharapkan. Seharusnya, perfoma yang diharapkan dari mesin
berada di bawah inherent capability mesin tersebut, sehingga performa yang
diharapkan dapat tercapai, dan proses pemeliharaan dapat memastikan bahwa
performa tersebut tercapai. Namun, seiring dengan perubahan proses dan
permintaan, performa yang diharapkan dapat meningkat melampaui kemampuan
mesin tersebut. Untuk dapat memenuhi performa tersebut, harus dilakukan 1)
modifikasi dari mesin, 2) mengubah prosedur operasi, atau 3)menurunkan
ekspektasi dari performa yang diharapkan. Harus diingat, proses pemeliharaan
hanya dapat memastikan ketersediaan keandalan dari suatu mesin, namun tidak
dapat meningkatkan performa mesin tersebut.
Untuk lebih jelas dalam proses pemilihan default action, dapat mengikuti
Gambar 2.4 Flowchart Penentuan Default Actions
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
23
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
24
Proses RCM yang akan dilakukan penulis akan mengikuti alur yang
ditetapkan dalam Gambar 2.5 Flowchart Tujuh Langkah RCM. Alur ini
merupakan “Tujuh Langkah RCM”, yang merupakan garis besar dari proses ini.
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
25
dari kebutuhan energi dalam suatu industri adalah untuk sistem pompa[13].
Penggunaan sistem pemompaan juga tersebar luas; dari pemenuhan kebutuhan
domestik, pertanian, pengolahan air bersih serta industri proses. Dalam industri
proses pompa memiliki andil yang besar dalam industri pengolahan makanan,
kimia, petrokimia, farmasi dan mekanikal. Total biaya yang ditanggung oleh suatu
perusahaan untuk memiliki, menjalankan, dan membuang suatu peralatan
dinamakan beban biaya hidup (life cycle cost). Komponen dari beban biaya hidup
adalah biaya awal, biaya instalasi dan commissioning, biaya energi, biaya operasi,
biaya pemeliharaan dan perawatan, biaya down time, biaya dampak lingkungan,
serta biaya decommisioning dan pembuangan. Dari biaya-biaya yang telah
disinggung sebelumnya, biaya-biaya yang selalu ada selama masa hidup pompa
tersebut adalah biaya energi, biaya operasi, biaya pemeliharaan dan perawatan,
biaya down time, biaya dampak lingkungan. Kelima biaya ini dapat dijaga agar
tidak terlalu tinggi dengan menerapkan proses pemeliharaan yang baik dan up to
date (relevan) dengan kondisi operasional pompa. Salah satu metode yang dapat
diterapkan untuk membaharui tindakan-tindakan pemeliharaan pompa tersebut
adalah dengan melakukan tinjauan RCM. Beberapa studi telah menunjukkan
bahwa 30% sampai 50% dari energi yang dipergunakan dapat dihemat dengan
melakukan perubahan peralatan atau sistem control[13]. Analisa sistematik dari
RCM membantu memandu proses perubahan kearah yang benar dengan
menunjukkan bagian-bagian mana yang kritis, serta bagian-bagian mana yang
sebenarnya memerlukan tindakan lanjut atau dapat dibiarkan. Seluruh keputusan
yang diambil dari hasil tinjauan RCM juga lantas harus dapat dibenarkan dalam
aspek ekonomi, keselamatan dan keamanan, serta aspek dampak lingkungan.
Relevansi penerapan proses tinjauan RCM bagi pompa di sebagian besar
perusahaan pengolahan minyak dan gas alam (salah satu industri pengguna pompa
terbesar) sangat masuk akal. Umumnya umur pompa adalah sekitar 15-20 tahun
[13]. Kebanyakan kilang minyak telah beroperasi sejak awal tahun 1900, dan
sebagian besar dari kilang-kilang tersebut diakusisi oleh pemerintah pada tahun
1960, dengan perusahaan minyak asing masih dapat beroperasi sebagai kontraktor
dengan sistem bagi hasil dan membayar royalti[17]. Produksi minyak di Indonesia
sendiri mengalami peak production terakhir pada rentang tahun 1991, dengan
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
26
periode dari 1991 hingga tahun 1998[18], semenjak itu produksi terus menurun.
Di saat yang bersamaan, kebutuhan energi di Indonesia meningkat. Oleh karena
itu, sudah harus dimulai suatu proses untuk menekan biaya produksi dan di saat
yang bersamaan meningkatkan keandalan dari kilang minyak. Salah satunya
dengan melakukan tinjauan RCM pada beberapa peralatan kritis, di antaranya
adalah pompa.
Power transmission
Pump unit
Control and monitoring
Lubrication
Miscellanous
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
27
Failure modes pompa menurut OREDA-2002 pada tabel 2.2 Failure modes
pompa.
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
28
Kategorisasi dari masing-masing failure mode dilakukan sebagai pada Tabel 2.3
list tingkat kekritisan kegagalan menurut OREDA
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
29
unknown
leakage - leakage - leakage -
other
process process process
medium medium medium
external external external
leakage - leakage - leakage -
unknown
utility utility utility
medium medium medium
fail to start fail to stop internal
vibration
on demand on demand leakage
degraded
fail to stop
incipient
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
30
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
BAB III
METODE PENELITIAN
Power transmission
Pump unit
Control and monitoring
Lubrication
Miscellanous
Bentuk batasan fisik sistem diilustrasikan pada gambar 2.3. Komponen yang dapat
dipelihara seperti pada tabel 2.1, Maintainable Items pompa menurut OREDA
Karena mesin yang hendak dilakukan pengkajian dibatasi hanya pompa, maka
penulis akan mencantumkan fungsi primer dari pompa secara menyeluruh. Fungsi
primer sebuah pompa adalah
“Mengalirkan fluida kerja „a‟ dari lokasi „x‟ ke „y‟ dengan debit „M‟ dan head
„h‟“
31 Universitas Indonesia
Untuk isian huruf „a‟, „x‟, „y‟, „M‟, dan „h‟ disesuaikan untuk tiap-tiap pompa
yang terdapat dalam daftar pompa yang hendak di tinjau.
3) pompa memenuhi spesifikasi kinerja, namun tidak memindahkan dari „x‟ dan
„y‟
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
33
kegagalan ini yang dilakukan criticality ranking sesuai dengan Risk matrix yang
telah ditentukan. Daftar kegagalan komponen didapat dari maintenance record
(dalam kasus ini dari file SAP). Risk matrix yang dipergunakan merupakan Risk
matrix yang sudah diadaptasi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lapangan di
perusahaan P. Risk matrix dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan masing-
masing.
- Occurrence, parameter jumlah kejadian per suatu satuan waktu yang tetap.
- Severity, parameter pengaruh kegagalan terhadap suatu aspek tertentu. Aspek
– aspek tersebut adalah : - economy,
- health & safety
- environment
- Detection, parameter tingkat kemudahan kegagalan dapat dideteksi; semakin
sulit dideteksi, semakin kritis.
Nilai-nilai parameter didapat dari hasil perundingan antara pihak plant P dan
pihak peninjau. Hal ini memastikan bahwa ada kesinanmbungan antara hasil nilai
RPN dengan kondisi aktual di plant P. Adapun hasil-hasil nilai parameter RPN
yang didapat sebagai berikut.
Tabel 3.1 Economic Parameter
Economic Parameter
poin Occurence Severity Detection
1 1 0 Tangible (Mudah dirasakan panca indra)
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
34
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
35
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
36
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
37
apabila dapat apabila ada suatu usia yang apabila ada suatu usia yang apabila mungkin
ditentukan dengan menunjukkan tanda-tanda menunjukkan tanda-tanda dilaksanakan
Kelayakan
jelas kondisi kegagalan peningkatan kemungkinan peningkatan kemungkinan
Teknis
potensial kegagalan kegagalan
P-F interval yang agak sebagian besar peralatan sebagian besar peralatan apabila tindakan tidak
konstan bertahan sampai dengan usia bertahan sampai dengan meningkatkan risiko
tersebut. (seluruh peralatan usia tersebut. (seluruh terjadinya beberapa
apabila ada akibat kepada peralatan apabila ada akibat kegagalan (multiple
keselamatan atau lingkungan) kepada keselamatan atau failure)
lingkungan)
apabila mengurangi
Dapat
kemungkinan dari
Dibenarkan apabila tindakan yang diajukan lebih efektif biaya daripada tindakan yang sedang
kegagalan (multiple
(worth berjalan
failure) hingga batas
doing)
toleransi
Interval
1/2 P-F Interval 1/2 P-F Interval 1/2 P-F Interval FFI = 2 x Utive x Mtive
Inspeksi
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
38
Selain proses pengkajian RCM ini sendiri, penulis (atas masukan dari
dosen pembimbing) juga membuat suatu database dengan menggunakan software
Microsoft AccessTM. Konten database ini adalah 1) hierarchy tree dari peralatan,
2) form pengisian untuk proses FMEA. Form input hierarchy tree ditunjukkan
pada gambar 3.1. Mengingat kompleksitas dari proses RCM, dimana untuk
melakukan pengkajian dengan menyeluruh dibutuhkan ketersediaan banyak data,
seperti hirarki peralatan, datasheet peralatan, data P&ID, data PFD, data
parameter kerja normal peralatan, dan lain sebagainya. Selain itu juga tidak boleh
dilupakan bahwa jumlah peralatan dalam suatu plant dapat mencapai ratusan
bahkan ribuan unit. Seluruh data dari seluruh peralatan harus dibuatkan indexing
agar mudah dicari. Bayangkan apabila untuk mencari suatu data harus dilakukan
tanpa bantuan software, akan tidak efektif waktu. Pencarian secara manual (walau
dibantu indexing yang baik), hanya dapat diselesaikan dengan cepat oleh orang
yang sudah paham akan cara membaca index tersebut; orang yang masing awam
akan cukup kesulitan. Dalam hierarchy tree peralatan di dalam database,
dilakukan indexing juga. Perbedaannya, dalam indexing juga dilakukan linking
terhadap file yang dituju. Misalnya, apabila pengguna ingin mencari P&ID
diagram dari pompa dengan kode CD-N03 (nama contoh), pengguna cukup
memasukkan kode pompa, maka semua detail penting, termasuk link P&ID
diagramnya akan ditampilkan. P&ID diagramnya dapat di akses dengan men-click
link untuk P&IDnya, lalu file P&ID yang bersangkutan akan ditampilkan. Hal ini
sangat memudahkan dan menghemat waktu bagi siapapun pengguna database ini.
Konten dari database ini apabila dibutuhkan kemudian dapat dicetak dalam bentuk
report1, sehingga mudah untuk membuat hardcopy dari hierarchy tree yang sudah
terstruktur dan siap untuk dimasukkan dalam arsip plant.
Form pengisian untuk FMEA (gambar 3.2) terintegrasi dengan data dari
hierarchy tree, sehingga form FMEA dapat dipergunakan untuk melakukan
pemilahan dari seluruh aset peralatan, sesuai dengan nilai RPNnya aset mana saja
yang memiliki tingkat kekritisan tinggi. Setelah aset dipilah, analisa FMEA
1
Salah satu format tampilan dalam Microsoft Access TM, secara khusus digunakan sebagai
tampilan yang dapat dicetak.
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
39
dilakukan kembali untuk masing-masing aset terpilih, namun yang dikaji adalah
komponen-komponen yang mengalami kerusakan. Langkah ini adalah langkah
penentuan kekritisan dari masing-masing kegagalan yang terjadi.
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
40
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
BAB IV
PEMBAHASAN
Data yang didapat dari P&ID dipergunakan untuk membuat batasan fisik
dari peralatan, menentukan instrumentasi apa saja yang terdapat pada masing-
masing unit pompa, serta untuk mencocokan data lapangan (P&ID) dengan data
teori (data maintainable items OREDA) mengenai komponen apa saja yang dapat
dipelihara. Process flow diagram penulis pergunakan untuk mendapatkan suatu
“tingkat kepentingan” dari masing-masing pompa. Yang penulis maksud adalah
apakah pompa tersebut merupakan bagian dari proses produksi utama, atau bagian
dari penunjang proses produksi. Hal ini membantu dalam menentukan tingkat
kekritisan dari peralatan.
41 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
43
Telah mengetahui sistem yang akan dikaji, yaitu pompa, penulis merujuk
pada buku OREDA-2002 untuk menentukan batasan sistem. Penggunaan buku
OREDA-2002 sebagai rujukan diharapkan penulis memberi keabsahan akan
pemilihan batasan sistem. Batasan sistem yang diberikan oleh OREDA-2002 yaitu
power transmission, pump, control and monitoring, lubrication system,
miscellaneous. Batasan yang diberikan OREDA-2002 mengisolasi unit pompa
dari motor penggerak dan katup inlet dan outlet. Dengan mengasumsikan bahwa
peletakan instrumentasi monitoring proses berada sebelum katup inlet dan outlet,
maka dapat dibenarkan merujuk pada logsheet untuk melihat kinerja pompa (flow,
pressure). Adapun contoh batasan fisik yang diberikan adalah sesuai dengan
gambar 4.1,
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
44
Untuk unit pompa lainnya juga dibuatkan batasan fisik tersebut. Secara umum,
penulis memberikan batasan fisik bagi unit pompa adalah flange atau valve
sebelum inlet dan flange atau valve setelah outlet.
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
45
Batasan Sistem serta FORM 4 Diagram Blok Fungsi. Contoh FORM 1 (gambar
4.2) yang terisi:
RCM ANALYSIS SHEET
FORM 1 SELEKSI SISTEM plant rev. halaman
description analyst tanggal remarks
reviewed tanggal
System yang termasuk dalam analisis
System ID Name Fungsi Alasan Ditinjau Comment
memasok crude masuk ke dalam reboiling intensitas breakdown komponen yang sudah
REBOILING column. Spesifikasi kerja Q= 228 m3; H=120 m, diluar ambang batas standar. Di saat yang
COLUMN 1 Cast Iron/Carbon Steel bersamaan peralatan merupakan peralatan
CD3-PM-001/00 yang kritis terhadap operasi.
PUMP
MOTOR
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
46
3. Catatan Penting
referensi batasan primer pada data P&ID untuk pompa
yang bersangkutan
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
47
Jenis
Interface Batasan Sistem Lokasi Interface Referensi
fluida proses masuk
IN katup 8" EN 25 CD-III-PL-83-10-09
(dari column 1-1)
1. Jenis Interface, yaitu apakah proses berjalan keluar atau masuk ke sistem.
2. Batasan Sistem, yaitu penjelasan proses interface yang terjadi.
3. Lokasi Interface, yaitu batasan fisik dari sistem dimana interface terjadi.
4. Referensi, yaitu referensi P&ID yang diberikan dari peralatan tersebut
Contoh untuk FORM 4 yang terisi pada gambar 4.5. Data yang diisi adalah wujud
batasan sistem yang diberikan untuk sistem yang bersangkutan. Selain itu juga
sebaiknya dimasukkan alur-alur dari proses-proses yang terjadi pada sistem
tersebut. Form ini dibuatkan untuk masing-masing sistem yang ditinjau.
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
48
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
49
1. Cari kegagalan yang pernah terjadi, untuk kasus penulis kegagalan yang
terjadi didapat dari record SAP
2. Lakukan pencocokan antara kegagalan dengan list failure modes dari
OREDA, misal untuk kegagalan bearing disamakan dengan failure mode
breakdown.
3. Tentukan nilai occurrence, severity, dan detection dari kegagalan tersebut,
dapatkan nilai RPN.
4. Nilai RPN dicocokkan dengan tabel task selection.
Dari data tersebut, yang memiliki nilai informasi yang sesuai untuk
proses FMEA yang hendak dilakukan adalah kolom “Equipment”, “description”
dan “short text”. Meskipun begitu, kolom “Actual Start” dan “Actual Finish” tetap
memberikan nilai informasi penting. Nilai untuk occurrence dapat ditentukan dari
kedua kolom tersebut. Namun untuk kasus ini, karena data SAP sudah
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
50
menunjukkan periode yang relative singkat, kejadian untuk kegagalan yang sama
dapat dikatakan memiliki nilai MTBF yang singkat. Dari kolom “Equipment”
didapat bahwa data diatas merupakan data dari tiga pompa yang berbeda, yaitu
CD3-P-001/00, CD3-P-015/00, dan CD3-P-028/00 (masing-masing nanti akan
disebut sebagai pompa “001”, “015” dan “028” sesuai urutan).
Berikutnya dilakukan proses pencocokan kegagalan dengan failure modes
OREDA (tabel 2.1 failure modes pompa)
Tabel 4.2 Penetapan failure mode
Tag Kegagalan
Failure Mode Failure Effect
Code Fungsi
Terlihat pada tabel 4.2 bahwa bearing, mechanical seal, dan coupling
penulis masukkan dalam failure mode VIB (vibration, getaran) karena dampak
langsung serta tanda-tanda kegagalan ketiga komponen tersebut akan terlihat dari
monitoring getaran. Untuk kejadian yang penulis kategorikan UNK (unknown)
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
51
perlu diperjelas lebih lanjut menggunakan datasheet lain, atau pengalaman dari
pihak yang menekuni bidang-bidang tersebut. Untuk sementara, karena penulis
tidak memiliki sumber referensi data lainnya maka akan di kategorikan UNK dan
tidak penulis kaji kerusakannya. Di sisi lain, kejadian dengan label UNK sangat
harus dihindarkan, dan sebenarnya dapat dengan mudah dihindarkan. Alasan
mengapa penulis memberi label UNK karena penulis tidak dapat menemukan nilai
informasi yang berguna dalam kolom “short text” yang bersangkutan.
Dengan data yang dimiliki, dapat ditentukan nilai RPN-nya untuk masing-
masing pompa 001, 015, dan 028. Dengan mengetahui masing-masing fungsi
pompa, fungsi menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan pengisian parameter
severity (economic, health and safety, enviroment)
Tabel 4.3 RPN pompa 001, 015 dan 028
Severit Severit Severit RPN
RPN RPN Risk
Tag Kegagalan Occur Detec y y y Health Task Classificati
Failure Mode Econo Enviro Priority
Code Fungsi ence tion Econo Health Enviro and Master on
my nment Number
my and nment Safety
Tindakan
CD3-P- terjadi
Bearing 5 3 9 1 6 135 15 90 135 Ringan (atau L
001/00 overheat
RTF)
Tindakan
CD3-P- Mechanical kebocoran
3 7 8 2 8 168 42 168 168 Ringan (atau L
001/00 Seal fluida proses
RTF)
kerusakan
CD3-P- coupling Tindakan
peralatan/ko 5 7 8 2 4 280 70 140 280 M
028/00 gagal Secukupnya
mponen
CD3-P- kebocoran kebocoran Tindakan
8 7 8 2 4 448 112 224 448 MH
028/00 seal fluida proses Agresif
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
52
tekankan adalah walaupun proses ini dapat dilakukan seorang diri selama
diberikan cukup banyak referensi (referensi spec sheet, P&ID, definisi fungsi, dan
lain sebagainya) mengenai aset yang dikaji, namun karena penulis merupakan
pihak luar, ada pengetahuan-pengetahuan yang penulis tidak ketahui karena bukan
pihak yang setiap hari berinteraksi dengan aset tersebut. Selain itu, karena
kecenderungan pihak operator untuk mengisi form SAP “apa adanya” terkadang
sulit untuk dapat mengekstrak nilai-nilai informasi yang berguna. Pada tabel 4.3,
occurrences penulis berikan nilai sesuai dengan jumlah kejadian yang terjadi per
periode SAP tersebut. Dengan kata lain, untuk contoh mechanical seal pompa
001, penulis isi nilai 3 (tiga) yang berarti terjadi 3 (tiga) kali kejadian penggantian
selama periode 2007-2009.
Nilai severity economy penulis patok pada nilai 8, yang sesuai tabel 3.1
Economic Parameter memberi value kerugian Rp. 1-5 Milyar. Nilai kerugian ini
dapat dikatakan cukup tinggi, karena kerugian yang ditinjau bukan hanya kerugian
material namun juga menyertakan kerugian akibat terhentinya produksi. Untuk
pompa 001 fakta ini sudah dibuktikan pada saat studi yang penulis lakukan
sebelumnya, dari pihak plant P mengatakan bahwa akibat dari shutdown pompa
001 bisa mengakibatkan kerugian produksi harian hingga Rp. 2 Milyar. Namun
menurut penulis merupakan skenario terburuk (worst case scenario), karena tidak
mungkin apabila suatu proses yang kritikal tidak memiliki opsi cadangan (dalam
kasus ini pompa cadangan). Untuk hal ini penulis harus lakukan tinjauan ulang
dengan review dari data P&ID. Meskipun begitu, kejadian kegagalan komponen
pada apapun pompa harus tetap diminimalisir, bahkan apabila mungkin direduksi
menjadi sebatas kegagalan akibat deteriorasi komponen akibat pemakaian.
Nilai severity health & safety penulis berikan nilai 2 (dua) yang sesuai
dengan tabel 3.2 health&safety Parameter adalah “slight injury”. Alasan penulis
memberi nilai yang relative rendah karena menurut penulis efek langsung kepada
personil apabila kejadian kegagalan ini terjadi sebenarnya cukup tidak
membahayakan nyawa. Kegagalan paling umum bearing adalah seizure (bearing
macet), mechanical seal adalah kebocoran dan untuk coupling adalah putus pada
sambungannya. Bahkan untuk pompa 001 yang memindahkan fluida yang cukup
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
53
berbahaya (crude yang akan dididihkan ulang), menurut nalar penulis akan ada
pembatasan area kerja personil (safe work zone) yang menghindari personil
berada pada tempat yang sangat dekat (0 m s/d 5 m) dengan pompa tersebut saat
pompa dioperasikan.
Nilai detection penulis berikan nilai 3 (tiga) untuk mechanical seal dan
bearing dan nilai 7(tujuh) untuk coupling. Sesuai dengan tabel 3.1 RPN Economic
(dan tabel 3.2 serta 3.3, karena nilai detection disamakan), nilai 3 adalah “bisa
diukur”, nilai 7 adalah “tidak ada monitor”. Penilaian ini didasari data P&ID dan
logsheet dimana dapat ditemukan nilai pengukuran untuk vibrasi bearing dari
pompa. Dengan memiliki data spectrum vibrasi bearing selama operasi normal,
asumsinya adalah seorang operator seharusnya mampu untuk mendeteksi apakah
kinerja bearing mulai menyimpang dari ambang batas, lalu memutuskan untuk
melakukan tindakan preventif yang sesuai. Namun yang patut diwaspadai adalah
frekuensi kejadian kegagalan komponen. Kejadian penggantian bearing dan
mechanical seal sampai dengan 3 kali dalam periode 3 tahun sudah tidak
memenuhi standar API 610, yang menyatakan bahwa “…pompa harus dapat
beroperasi tanpa jeda selama minimal 3 (tiga) tahun…” [12]. Hal ini patut
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
54
Dengan memasukkan nilai RPN yang didapat terhadap tabel 3.4 task
selection berdasarkan RPN, didapat maintenance task seperti pada tabel 4.4:
Mechanical
CD3-P-001/00 168 Tindakan Ringan (atau RTF) L
Seal
Mechanical
CD3-P-001/00 280 Tindakan Secukupnya M
Seal
coupling
CD3-P-028/00 280 Tindakan Secukupnya M
gagal
kebocoran
CD3-P-028/00 448 Tindakan Agresif MH
seal
Sebagian besar hasil nilai RPN menunjukkan kebutuhan dilakukan redesign pada
peralatan. Redesign (desain ulang) didefinisikan sebagai seluruh proses yang
melakukan tindakan yang mengubah spesifikasi peralatan. Spesifikasi yang
dimaksud seperti spesifikas kinerja, prosedur operasi, dan sebagainya. Menurut
penulis, hal ini berkesesuaian dengan umur peralatanan yang sudah berumur.
Plant P sudah mulai commisioning sejak tahun 1917. Walaupun telah dilakukan
rekondisi peralatan, kemungkinan bahwa terjadi perubahan pada struktur dan
ketinggian tanah akan mengakibatkan perubahan alignment dari peralatan,
khususnya yang memiliki base di tanah. Memastikan dan melakukan penyetelan
ulang alignment termasuk dalam proses desain ulang peralatan.
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
55
Hasil dari FMEA “kedua” ini dapat dipergunakan dalam dua hal, pertama
adalah untuk penentu tingkat kekritisan antara aset-aset tersebut. Kedua, hasil
RPN serta parameternya akan menunjukkan komponen aset mana saja yang
memiliki tingkat kerusakan tertinggi berikut akibat dari kerusakannya. Dengan
mengetahui komoponen mana saja yang mengalami kegagalan berikut akibat-
akibatnya untuk masing-masing komponen, tindakan korektif yang hendak dipilih
dapat sangat tepat sasaran.
Keluaran dari lamgkah kelima ini adalah FORM 5 FORM 5 Failure mode
and Effect Analysis. Contoh form yang terisi pada gambar 4.6.
1. Fungsi,
- ID, yaitu ID yang diberikan bagi fungsi peralatan tersebut. Apabila ada lebih
dari satu fungsi maka dimasukkan secara berurutan.
- Descripton, yaitu penjelasan dari masing-masing fungsi.
2. Kegagalan Fungsi
-ID, yaitu ID yang diberikan bagi masing-masing kegagalan fungsi untuk tiap
kegagalan
-Description, penjelasan dari masing-masing kegagalan fungsi.
3. Failure mode
-ID, yaitu ID yang diberikan bagi masing-masing bentuk kegagalan
-description, penjelasan bagi masing-masing bentuk kegagalan
4. OREDA name, nama OREDA dari bentuk kegagalan. Isian ini tidak perlu
dimasukkan kecuali menggunakan panduan OREDA seperti pada kasus
penulis.
5. Failure Effect, adalah penjabaran akibat yang mungkin dari masing-masing
kegagalan.
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
56
B Kerusakan mechanical 1 terjadi getaran diluar VIB The pump will unable
seal toleransi to transfer process
fluid as
required,external/inte
rnal leak will be
2 terjadi kebocoran ELU expected. Low or no
transfer. Low
Consequences.
External leak will be
analysed under RBI.
D Kerusakan coupling 1 terjadi getaran diluar VIB The pump will unable
toleransi, proses continue running and
terhenti mendadak transfer process fluid
as required. Low or no
2 proses terhenti UST
transfer.it will damage
inner part. Low
Consequences.
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
57
kegagalan dan penyebabnya. Bagan ini berisi data persentase failure rate dari
failure descriptor/failure mode yang pernah terjadi. Dapat diasumsikan bahwa
kejadian kegagalan di plant P akan sesuai kepada bagan ini.
Mengacu pada output dari proses FMEA, ada tiga komponen pompa yang
mengalami kegagalan, yaitu mechanical seal, bearing, dan coupling. Untuk dapat
melakukan penentuan penyebab kegagalan yang paling benar (untuk plant P)
harus dilakukan tinjauan ke lapangan dan studi prosedur pengerjaan.
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
58
Tipe pertama dengan stepped shaft menghasilkan seal dari dua permukaan aksial
yang ditekan satu sama lain. Permukaan tersebut adalah permukaan aksial shaft
dan pump housing. Agar seal yang tercipta baik, kedua permukaan harus benar-
benar datar , terbuat dari material dengan wear resistance tinggi dan memiliki
alignment yang baik. Untuk jenis mechanical seal dengan seal ring berputar dan
dudukan stasioner dapat dibuat lebih mendetail pada gambar 4.9.
Mengacu pada daftar jenis mechanical seal yang penulis lihat dalam referensi
[10], ada dua jenis sealing system yang mungkin dipergunakan dalam industri
seperti plant P, yaitu
1. double mechanical seal with barrier fluid.
2. single mechanical seal with air cooled top.
1. pump housing
2. stationary secondary rubber seal
3. stationary seat
4. rotating seal ring
5. torque transmission ring
6. spring
7. torque transmission ring
8. rubber bellow (rotating secondary
seal)
9. shaft
10. seal gap yang memiliki
lubricating film di antaranya.
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
59
Jrnis nomor 1 (double mechanical seal with barrier fluid) mungkin dipergunakan
karena fluida proses terpisah dari atmosfer selain karena ada mechanical seal,
namun juga terhalang oleh barrier fluid yang bekerja sebagai pendingin dari
mechanical seal itu sendiri. Hal ini membuat resiko kebocoran fluida proses (dari
pompa) keluar ke atmosfir sangat kecil. Poin nomor 2 (single mechanical seal
with air cooled top) cocok juga karena dari referensi [10] dikatakan bahwa jenis
ini merupakan jenis yang dipergunakan untuk proses perpindahan fluida yang
panas (contoh yang diberikan adalah air panas dan thermal oil). Jenis mana yang
dipergunakan pada plant P tidak dapat disebutkan secara pasti.
Gambar 4.10 Susunan double mechanical seal, tandem (kiri) dan back to back (kanan). Arsiran
rapat menunjukkan zona tekanan tinggi, dan yang arsiran jarang adalah yang zona tekanan rendah.
Jenis fluida yang dipompa. Ketahanan kimia material shaft seal terhadap
fluida proses harus dipertimbangkan. Viskositas dari fluida proses
mempengaruhi pelumasan dan kebocoran dari shaft seal. Single shaft seal
dapat dipergunakan untuk fluida dibawa 2500 cP (centipoises). Diatas itu,
harus mempergunakan jenis double seal.
Temperatur. Komponen elastomer (seperti rubber seal) harus mampu
menahan temperatur kerja di sekitar primary dan secondary seal ring.
Sealing pressure. Adalah tekanan antara kedua seal. Untuk tekanan tinggi,
jenis seal yang balans harus dipergunakan.
Kecepatan putar shaft. Untuk kecepatan putar rendah, ada kemungkinan
timbul suara dari jenis seal pasangan material hard/hard karena lapisan
pelumasnya tipis. Untuk kecepatan tinggi (diatas 15m/sec), harus
dipergunakan jenis seal balans dengan dudukan berputar untuk
kmengurangi getaran seal.
Ketidak mampuan untuk memenuhi kriteria-kriteria diatas akan berakibat
kegagalan prematur dari mechanical seal yang dipergunakan. Umumnya saat
desain dan commissioning awal criteria terpenuhi, namun seiring dengan
berjalannya waktu dan proses, serta proses pemeliharaan yang dilakukan, ada
kecenderungan untuk semakin keluar dari nilai (dan toleransi) kriteria-
kriteriaawal. Permasalahan ini akan ditandai dengan intensitas kegagalan yang
tinggi, serta MTBF yang pendek.
Dalam prakteknya, untuk penentuan kegagalan bearing paling utama adalah dapat
dilakukan analisa getaran dari bearing tersebut. Salah satu aspek yang dimonitor
pada proses adalah getaran, getaran tersebut diukur pada bearing. Umumnya, ada
suatu sensor yang diletakkan pada bearing housing dan dipergunakan untuk
melakukan monitoring. Atas dasar kekurangann informasi mengenai hal ini,
penulis mengasumsikan bahwa bearing tidak memiliki sensor getaran pada
bearing housing (worst case scenario). Dengan kata lain, proses monitoring harus
dilakukan manual, dengan mengirim personil untuk melakukan pengukuran
vibrasi pada titik-titik yang ditentukan. Pada saat yang bersamaan, personil juga
dapat melakukan pengukuran untuk nilai suara (noise).
a. Misalignment
b.Improper fit or assembly
c.Overload
d.Torsional vibrations
pencegahan, kejadian ini dapat dideteksi dengan memonitor kondisi kerja, serta
dapat dilihat dari vibrasi yang terjadi.
Torsional vibration adalah getaran angular yang terjadi pada arah putaran
dari poros. Penyebab dari kejadian ini adalah ketidakseimbangan beban poros,
lalu panjang poros. Akibat dari getaran ini adalah terjadi tegangan geser yang
apabila terjadi secara konstan dapat menyebabkan kegagalan komponen berputar
akibat fatigue. Efek yang terasa dan dapat diukur adalah getaran.
Lalu hasil dari proses LTA dicatat ke dalam FORM 6 Logic Tree Analysis.
Contoh hasil yang sudah dicatat pada gambar 4.12:
4. Evaluasi Akibat,
- H, atau health, yaitu akibat kepada kesehatan,
- S, atau safety, yaitu akibat kepada keamanan dan keselamatan,
- E, atau environment, yaitu akibat kepada lingkungan,
- O, atau operational capability, yaitu akibat pada kemampuan operasional dari
peralatan.
5. Failure Management Strategy, yaitu isian untuk masing-masing nilai HSEO
yang diberikan dalam decision tree. Tiap tingkat memberi hasil tindak
pemeliharaan yang sesuai.
6. Default Action, yaitu tindak default yang harus ditempuh, apakah tidak
dilakukan tindak pemeliharaan berkala atau desain ulang.
7. Proposed Maintenance Task, adalah tindak pemeliharaan yang disarankan
apabila mengikuti alur dari LTA. Tindak pemeliharaan yang diisikan
berkesesuaian dengan hasil yang didapat dari kolom Failure Management
Strategy.
8. Interval, yaitu interval dari tindak pemeliharaan dilakukan.
9. Dapat Dilakukan Oleh, mengacu pada individual yang saat penerapan tindak
pemeliharaan ini akan melakukan tindak pemeliharaan tersebut.
4.3 Database
akan memiliki software ini karena merupakan bagian dari paket standar Microsoft
Office. Hal ini mempermudah apabila database ini hendak dipergunakan oleh
pihak selain penulis. Alasan kedua adalah karena Microsoft Access memiliki
kompatibilitas tinggi dengan Microsoft Excel. Baik Excel dan Access
menyimpang data dalam bentul tabel, sehingga data yang dimasukkan ke software
Excel dapat dengan mudah di import ke dalam Access.
Cara kerja Microsoft Access adalah sebagai berikut. Data yang diinginkan
di masukkan ke dalam table. Table ini merupakan format tampilan dimana data
disimpan dalam bentuk baris dan kolom. Kolom berisi tipe data dan informasinya,
barisnya merupakan repetisi datanya. Apabila dimiliki lebih dari satu tabel, dan
informasi di dalam kedua tabel tersebut berhubungan, harus dibuat query untuk
menciptakan hubungan tersebut. Data serta hubungan antar data dapat ditampilkan
dalam dua bentuk, yaitu dengan form dan/atau report. Form merupakan bentuk
penyajian berupa graphical user interface (GUI) sedangkan report merupakan
bentuk penyajian berupa suatu lembar laporan yang dapat dicetak menjadi
hardcopy. Fitur Form ini yang menjadi kelebihan dari Microsoft Access. GUI dari
Form dapat dibuat sesuai kebutuhan pembuat/pengguna. Selain itu, Form juga
dapat dipergunakan untuk melakukan input data. Hal ini memudahkan seseorang
yang hendak menggunakan database ini. Bila dibuat susunan kerjanya:
1. Form dapat bekerja dengan adanya data yang disimpan dalam tables.
2. Kerangka kerja Form diatur oleh query dan relationship yang mengatur
hubungan antara satu table dengan table lainnya.
Ada dua form yang penulis buat sebagai penyajian data, yaitu form hierarchy tree
input dan form FMEA input. Data dari form hierarchy tree input memiliki field
(kolom) :
Ca Risk
Tag Failure Eff Occur Dete Severi Severit Severity
us Priority
Code mode ect ence ction ty eco y H&S Environ
e Number
Konsep dari database ini adalah, hierarchy tree input (atau table hierarchy
tree input) akan diisi dengan seluruh tag no peralatan yang ada pada plant P. Field
Reference adalah referensi pada P&ID dari kode peralatan tersebut. System Name
berisi nama peralatan. Plant berisi informasi posisi peralatan dalam plant tersebut.
Type adalah jenis peralatan, description menjelaskan kerja spesifik peralatan
tersebut, dan function adalah spesifikasi kerjanya. Terlihat bahwa untuk table data
hierarchy tree dan FMEA form memiliki heading sama. Hal ini karena list
peralatan yang hendak di FMEA memang merupakan bagian dari daftar
keseluruhan peralatan di plant yang bersangkutan. Perbedaannya, untuk jumlah
konten dari FMEA form akan lebih sedikit, karena merupakan hasil dari seleksi
kekritisan yang dilakukan untuk seluruh peralatan. Proses seleksi dilakukan
dengan proses FMEA (yang tidak ditunjukkan dalam database).
perhitungan, dan penentuan task master sesuai dengan nilai RPN FMEA yang
didapat.
2. Pilih Menu yang hendak diisi. Apabila mengikuti 7 langkah RCM maka
pertama pilih Hierarchy Input
Akan keluar tampilan untuk seperti pada gambar 4.14 . pilihlah pertama pilihan
Hierarchy Input
Pada tampilan ini pengguna dapat menjelajah isi dari hierarchy plant atau
menambahkan hierarchy baru dalam database. Tampilan menu ini adalah pada
gambar 4.15. Navigasi cepat dari database dilakukan dengan memilih dari
dropdown Navigasi Tag No (gambar 4.16)
Apabila selesai dapat menekan tombol “keluar” pada kanan bawah tampilan.
Pengguna akan dikembalikan kepada tampilan Menu Hierarchy Input (gambar
4.14). Kini pilih Report Hierarchy. Akan keluar tampilan pada gambar 4.17
Tampilan ini apabila pengguna berkehendak untuk membuat salinan cetak dari isi
hierarchy tree. Apabila berkehendak keluar dapat menutup jendela ini dengan
menekan tombol “x” pada title bar. Akan kembali ke Menu Hierarchy Input
(gambar 4.14).
3. Tekan Kembali ke Menu Utama (gambar 4.13). Lalu pada Menu Utama tekan
pilihan FMEA Input. Akan tampil tampilan seperti pada gambar 4.18.
Pada tampilan ini, pengguna dapat menjelajah input FMEA yang diberikan bagi
masing-masing komponen. Namun terpenting, pengguna dapat melakukan input
FMEA dan mendapatkan RPN dari inputan. Bagian atas dipergunakan untuk
memilih sistem yang akan di FMEA, lalu input dilakukan pada tabel (bagian
bawah)
Semua nilai diberi skala sampai 10. Masing-masing nilai severity akan
mengembalikan nilai RPN sesuai dengan akibat mereka masing-masing, sehingga
ada 3 kolom RPN. Kolom berikutnya menunjukkan nilai Risk Priority Number
tertinggi bagi komponen tersebut.
Dari hasil Risk Priority Number akan secara otomatis dipilih Task Master dan
klasifikasi sesuai dengan tabel task selection.( Gambar 4.22)
Apabila pengguna sudah selesai, jendela dapat ditutup, kemudian dapat keluar
dari aplikasi database dengan menekan tombol Keluar Aplikasi
BAB V
5.1 Kesimpulan
4. Berkesesuaian dengan nilai RPN untuk contoh aplikasi pada komponen CD3-
P-001/00
Mechanical
CD3-P-001/00 280 Tindakan Secukupnya M
Seal
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
77
5. Berkesesuaian dengan hasil Logic Tree Analysis, maka untuk contoh aplikasi
pada komponen CD3-P-001/00
Bentuk
Kegagalan Tindakan Interval Oleh
Kegagalan
tidak dapat
menjadwalkan tugas pemantauan kondisi
memenuhi low output setiap shift operator
untuk memonitor performa
performa
kerusakan
terjadi getaran melakukan pemantauan vibrasi, monitor
mechanical 1/2 P-F operator
diluar toleransi trend vibrasi
seal
terjadi kebocoran tugas keliling untuk memeriksa kebocoran setiap shift operator
terjadi noise tugas keliling untuk memeriksa suara setiap shift operator
operator,
pastikan unit backup beroperasi, lakukan saat
proses terhenti divisi
pemeriksaan keseluruhan dari peralatan kejadian
pemeliharaan
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
78
5.2 Saran
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
79
DAFTAR REFERENSI
[1] Materi Kuliah Pemantauan dan Pemeliharaan Mesin DTM FTUI tahun 2011
[3] Bill Keeter and Doug Plucknette, article The Seven Questions of Reliability
Centered Maintenance
[11] Chris Scholz, KTR Corporation, 2008, web article Trouble Shooting
Couplings, Pumps & Systems
[13] United States Department of Energy, Pump Life Cycle Costs: A Guide To
LCC Analysis For Pumping Systems
[17] http://pertroleum.blogspot.com/2010/11/sejarah-perkembangan-industri-
migas.html diakses tanggal 1 Juli 2012
[18]http://www.indexmundi.com/energy.aspx?country=id&product=oil&graph=pr
oduction+consumption diakses tanggal 1 Juli 2012
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
80
[19] OREDA Offshore Reliability Data Handbook 4th Edition, 2002, SINTEF
Industrial Management, Det Norske Veritas
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
81
LAMPIRAN
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
Lampiran 1 Data SAP 2007-2009
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
Location Notif.date Changed on Functional Loc. Equipment Description Main WorkCtr OREDA DT (days)
CDGP‐UP3 5/16/2012 5/16/2012 CD3‐P‐033 CD3‐P‐033/00 Perbaikan Pompa P‐33 CDU III PEM1‐ROT
CDGP‐UP3 5/16/2012 5/16/2012 CD3‐P‐038 CD3‐P‐038/00 Perbaikan Pompa P‐38 CDU III PEM1‐ROT
CDGP‐UP3 5/16/2012 5/16/2012 CD3‐P‐039 CD3‐P‐039/00 Perbaikan Pompa P‐39 CDU III PEM1‐ROT
CDGP‐UP3 5/9/2012 5/31/2012 CD3‐INTSYS CD3‐FT‐8346/00 PM RUTIN CD3‐FT‐8346/00 PEM1‐INT
CDGP‐UP3 5/9/2012 5/31/2012 CD3‐INTSYS CD3‐FV‐8346/00 PM RUTIN CD3‐FV‐8346/00 PEM1‐INT
CDGP‐UP3 5/8/2012 5/8/2012 CD3‐P‐031 CD3‐P‐031/00 Perbaikan Coupling P‐31 CD III PEM1‐ROT
CDGP‐UP3 4/20/2012 4/24/2012 CD3‐P‐012 CD3‐P‐012/00 P‐12 CD III membran coupling putus PEM1‐ROT
CDGP‐UP3 4/9/2012 4/9/2012 CD3‐P‐004 CD3‐P‐004/00 Perbaikan Pompa P‐04 CD III PEM1‐ROT
CDGP‐UP3 3/27/2012 5/31/2012 CD3‐INTSYS CD3‐FT‐8345/00 PM RUTIN CD3‐FT‐8345/00 PEM1‐INT
CDGP‐UP3 3/27/2012 6/5/2012 CD3‐P‐005 CD3‐P‐005/00 PM RT : REBOILING COLUMN 2 PUMP CD3‐P‐00 PEM1‐ROT
CDGP‐UP3 3/27/2012 5/17/2012 CD3‐P‐011A CD3‐P‐011A/00 PM RT : TRANSPORT/REBOILING ,CD3‐P‐011A/ PEM1‐ROT
CDGP‐UP3 3/27/2012 5/3/2012 CD3‐P‐012 CD3‐P‐012/00 PM RT : C.O TO REB.STAB PUMP CD3‐P‐012 PEM1‐ROT
CDGP‐UP3 3/27/2012 6/2/2012 CD3‐P‐005 CD3‐PM‐005/00 PM RT : REBOILING COLUMN II PUMP MTR PM‐ PEM1‐LIS
CDGP‐UP3 3/27/2012 6/2/2012 CD3‐P‐011A CD3‐PM‐83‐11A/00 PM RT : TRANS/REBOIL STAB PUMP MTR‐011A PEM1‐LIS
CDGP‐UP3 3/27/2012 5/3/2012 CD3‐P‐012 CD3‐T‐012/00 PM RT : C.O TO REB.STAB PUMP CD3‐T‐012/0 PEM1‐ROT
CDGP‐UP3 3/6/2012 3/6/2012 CD3‐P‐027 CD3‐P‐027/00 Perbaikan Mechanical seal P‐27 CD III PEM1‐ROT
CDGP‐UP3 2/14/2012 2/15/2012 CD3‐P‐026 CD3‐P‐026/00 Perbaikan Pompa P‐26 CDU III PEM1‐ROT
CDGP‐UP3 1/31/2012 2/28/2012 CD3‐P‐005 CD3‐MCC‐PM‐005/00 PM RT : LV CONTROL MOTOR PM‐005 CD3‐MCC‐ PEM1‐LIS
CDGP‐UP3 1/31/2012 2/28/2012 CD3‐P‐006 CD3‐MCC‐PM‐006/00 PM RT : LV CONTROL MOTOR PM‐006 CD3‐MCC PEM1‐LIS
CDGP‐UP3 1/31/2012 2/28/2012 CD3‐P‐005 CD3‐P‐005/00 PM RT : REBOILING COLUMN 2 PUMP CD3‐P‐00 PEM1‐ROT
CDGP‐UP3 1/31/2012 3/2/2012 CD3‐P‐006 CD3‐P‐006/00 PM RT : REBOILING COLUMN 2 PUMP CD3‐P‐06 PEM1‐ROT
CDGP‐UP3 1/31/2012 2/28/2012 CD3‐P‐005 CD3‐PM‐005/00 PM RT : REBOILING COLUMN II PUMP MTR PM‐ PEM1‐LIS
CDGP‐UP3 1/31/2012 2/28/2012 CD3‐P‐006 CD3‐PM‐006/00 PM RT : REBOILING COLUMN II PUMP MTR PEM1‐LIS
CDGP‐UP3 1/22/2012 2/22/2012 CD3‐P‐011 CD3‐P‐011/00 PM RT : CRUDE OIL TR TO CD3‐P‐011/0 PEM1‐ROT
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
Hierarchy Tree Report
Tag No Reference system code System name Plant Description Type Function
22-P-203/00
D-22-1225-103-A Propylene Purification Unit. PURI-PP DEA DILUTION AND TRANSFER Horz OH Q= 5.6 m3/jam; S/D=0.06/4.20;
Unit 200. Dea Extraction PUMP motor?; 5.5 kW
22-P-307/00
22-P-308/00
23-DA-2101/00
23-DA-2102/00
23-DA-2201/00
23-DA-2203/00
23-K-2203/00
23-K-2206/00
23-K-2208/00
23-K-2210A/00
Tuesday, August 14, 2012 Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012 Page 1 of 7
Tag No Reference system code System name Plant Description Type Function
23-K-2210B/00
23-K-2901/00
23-K-2911/00
23-P-2203A/00
23-P-2203B/00
23-P-2208A/00
23-P-2208B/00
23-P-2209A/00
23-P-2209B/00
03-AD1202 Polypropylene Section 200-2. P PP PROPYLENE FEED PUMP Vert 45kg/cm2, flow=7ton/h,
23-P-2211A/00
23-P-2211B/00
23-Z-2501-3/00
Tuesday, August 14, 2012 Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012 Page 2 of 7
Tag No Reference system code System name Plant Description Type Function
23-ZV-2207A/00
23-ZV-2207B/00
23-ZV-2227/00
CD3-P-001/00
CD.III-PL-83-10-09 P&ID Crude Distillation Unit CDU-III REBOILING COLUMN 1 PUMP Centrifugal Pump, Q= 228 m3; H=120 m, Cast
III. Reboiling Column -1 Pump Horz, OH Iron/Carbon Steel
CD3-P-002/00
CD.III-PL-83-10-10 P&ID Crude Distillation Unit CDU-III REBOILING COLUMN 1 PUMP Centrifugal Pump, Q= 228 m3; H=120 m, Cast
III. Reboiling Column -1 Pump Horz, OH Iron/Carbon Steel
CD3-P-003/00
CD.III-PL-83-10-07 P&ID Crude Distillation Unit CDU-III TRANSPORT COL.1-2 PUMP Centrifugal Pump, Q= 210 m3/jam; H= 90 m; S.
III. Accumulator 8-2 Horz, OH Turbine; 150 Hp/60 kW
CD3-P-004/00
CD.III-PL-83-10-08 P&ID Crude Distillation Unit CDU-III TRANSPORT COL.1-2 PUMP Centrifugal Pump, Q= 230 m3/jam; H= ? m; S.
III. Accumulator 8-3 Horz, OH Turbine; 150 Hp/60 kW
CD3-P-005/00
CD.III-PL-83-10-05 CDU-III REBOILING COLUMN 2 PUMP Centrifugal Pump, Q= 200 m3/jam; H= 125 m,
Horz, OH motor; 150 kW
CD3-P-006/00
CD.III-PL-83-10-06 CDU-III REBOILING COLUMN 2 PUMP Centrifugal Pump, Q= 200 m3/jam; H= 125 m,
Horz, OH motor; 100 kW
CD3-P-009/00
CD3-P-009A/00
Tuesday, August 14, 2012 Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012 Page 3 of 7
Tag No Reference system code System name Plant Description Type Function
CD.III-PL-83-10-08 CDU-III RESIDUE TO STORAGE PUMP Centrifugal Pump, Q= 230 m3/jam; H= 137 m,
Horz, OH turbine; 60 kW
CD3-P-010/00
CD.III-PL-83-10-09 CDU-III RESIDUE TO STORAGE PUMP Centrifugal Pump, Q= 150 m3/jam; H= 137 m,
Horz, OH motor; 110 kW
CD3-P-011/00
CD3-P-012/00
CD3-P-013/00
CD.III-PL-83-10-01 CDU-III CRUDE OIL SUPPLYING PUMP Centrifugal Pump, Q= 83 m3/jam; H= 136 m,
Horz, BB turbine; 60 kW
CD3-P-014/00
CD.III-PL-83-10-02 CDU-III CRUDE OIL FEED PUMP Centrifugal Pump, Q= 230 m3/jam; H= 159 m,
Horz, OH turbine; 60 kW
CD3-P-015/00
CD.III-PL-83-10-03 CDU-III CRUDE OIL FEED PUMP Centrifugal Pump, Q= 230 m3/jam; H= 169 m,
Horz, OH turbine; 231 kW
CD3-P-028/00
CD.III-PL-83-10-07 P&ID Crude Distillation Unit CDU-III LKD PRODUCT&REFLUX COLUMN Centrifugal Pump Q= 90 m3/jam; H= 90 m;
III. Accumulator 8-2 2 PUMP motor; 37 kW
CD3-P-029/00
CD.III-PL-83-10-08 P&ID Crude Distillation Unit CDU-III LKD PRODUCT&REFLUX COLUMN Centrifugal Pump Q= 75.5 m3/jam; H= 52 m;
III. Accumulator 8-3 2 PUMP motor; 37 kW
CD3-P-030/00
CD.III-PL-83-10-11 P&ID Crude Distillation Unit CDU-III NAPHTA PROD.&REF.COL.1 PUMP Centrifugal Pump Q= 75.5 m3/jam; H= 52 m; 20
III. Pump System kW
Tuesday, August 14, 2012 Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012 Page 4 of 7
Tag No Reference system code System name Plant Description Type Function
CD3-P-031/00
CD.III-PL-83-10-12 P&ID Crude Distillation Unit CDU-III NAPHTA PROD.&REF.COL.1 PUMP Centrifugal Pump Q= 75.5 m3/jam; H= 50.5 m;
III. Pump System 18.5 kW
CD3-P-034/00
CD.III-PL-83-10-02 P&ID Crude Distillation Unit CDU-III REFLUX STAB COL/BUTANE PUMP Centrifugal Pump Q= 30 m3/jam; H= 100 m;
III. Fractination column 1-4 motor; 20 kW
CD3-P-035/00
CD.III-PL-83-10-03 P&ID Crude Distillation Unit CDU-III REFLUX STAB COL/BUTANE PUMP Centrifugal Pump Q= 30 m3/jam; H= 100 m;
III. Fractination column 1-5 motor; 20 kW
CD4-P-017/00
CD.IV-PL-I-8404 Free Heater System CDU-IV CRUDE OIL FEED PUMP Centrifugal Pump Q= 220 m3/jam; H= 167 m;
(p11/18) motor;
CD4-P-018/00
CD.IV-PL-I-8404 Free Heater System CDU-IV CRUDE OIL FEED PUMP Centrifugal Pump Q= 220 GPM; H= 19 psi;
(p11/18) motor;
CD5-P-012/00
CD.V-PL-85-10-01 Crude Distillation Unit V. CDU-V CRUDE OIL FEED PUMP Centrifugal Pump Q= 167.3 m3/jam; H= 531 ft;
Crude Oil Pump motor; 220 kW
CD5-P-012B/00
CD.V-PL-85-10-01 Crude Distillation Unit V. CDU-V CRUDE OIL FEED PUMP Centrifugal Pump Q= 220 m3/jam; H= 156.8 m;
Crude Oil Pump motor; 132 kW
CD5-P-013/00
CD.V-PL-85-10-01 Crude Distillation Unit V. CDU-V CRUDE OIL FEED PUMP Centrifugal Pump Q= 225 m3/jam; H= 160 m;
Crude Oil Pump turbine; 135 kW
CD5-P-026/00
CD.V-PL-85-10-07 Crude Distillation V. Pump CDU-V NAPTHA 1 PUMP Centrifugal Pump Q= ? m3/jam; H= 53.73 m;
Section (2/4) motor; ? kW
CD5-P-027/00
Tuesday, August 14, 2012 Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012 Page 5 of 7
Tag No Reference system code System name Plant Description Type Function
CD.V-PL-85-10-08 Crude Distillation V. Pump CDU-V NAPTHA 1 PUMP Centrifugal Pump Q= ? m3/jam; H= 53.73 m;
Section (2/4) motor; ? kW
CD5-P-040/00
CD.V-PL-85-10-03 Crude Distillation V. Stream CDU-V REDUCED CRUDE OIL PUMP Centrifugal Pump Q= 215.3 m3/jam; H= 117 psig;
Product suction motor; 130 kW
CD5-P-041/00
CD.V-PL-85-10-03 Crude Distillation V. Stream CDU-V REDUCED CRUDE OIL PUMP Centrifugal Pump Q= 215.5 m3/jam; H= 9.56 psig;
Product suction motor; 120 kW
FC BM-1D
FC-B-1/00
D-21-1225-103-B P&ID Main Blower Section. RFCCU MAIN AIR BLOWER MOTOR Q= 61440 m3/jam; S/D=-
PKM Phase 1 0.02/2.15; motor; 31 kW
FC-B-2/00
D-21-1225-104-B P&ID Control Air Blower RFCCU CONTROL AIR BLOWER MOTOR Q= 5524 m3/jam; S/D=3.9/4.3;
Section. PKM Phase 1 motor; 50 kW
FC-GT-001/00
FLRS-GT-101/00
D-21-1225-203-A Wet Compressor RFCCU DRIVER FOR WET GAS MOTOR Q= 15894 m3/jam;
COMPRESSOR S/D=1.33/4.91; motor;
FLRS-P-404A/00
D-21-1225-204-A FCC Unit P&ID of High RFCCU STRIPPER FEED PUMP Centrifugal Q= 154.2 m3/jam;
Pressure Receiver Section. Overhung S/D=14.89/19.79; motor; 37 kW
FLRS-P-404B/00
D-21-1225-204-A FCC Unit P&ID of High RFCCU STRIPPER FEED PUMP Centrifugal Q= 154.2 m3/jam;
Pressure Receiver Section. Overhung S/D=14.89/19.79; motor; 37 kW
FLRS-P-404C/00
Tuesday, August 14, 2012 Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012 Page 6 of 7
Tag No Reference system code System name Plant Description Type Function
D-21-1225-204-A FCC Unit P&ID of High RFCCU STRIPPER FEED PUMP Centrifugal Q= 154.2 m3/jam;
Pressure Receiver Section. Overhung S/D=14.89/19.79; motor; 37 kW
FLRS-P-405A/00
D-21-1225-205-A FCC Unit P&ID of High RFCCU PRIMARY ABSORBER RICH OIL Centrifugal Q= 94.6 m3/jam;
Pressure Receiver Section. PUMP Overhung S/D=14.54/17.39; motor; 15 kW
FLRS-P-405B/00
D-21-1225-205-A FCC Unit P&ID of Absorber RFCCU PRIMARY ABSORBER RICH OIL Centrifugal Q= 94.6 m3/jam;
Section. PKM Phase-II PUMP Overhung S/D=14.54/17.39; motor; 15 kW
FLRS-P-451A/00
FLRS-P-451B/00
FLRS-PTB-451A/00
M-2301
ZL-2001-P-102/00
ZL-2001-P-202/00
Tuesday, August 14, 2012 Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012 Page 7 of 7
Lampiran 3 Database FMEA Report
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
REPORT FMEA
Tag No: CD3‐P‐001/00 Description: REBOILING COLUMN 1 PUMP
System name: P&ID Crude
Plant: CDU‐III
Severity RPN
Severity RPN RPN Risk
Tag Kegagalan Failure Occure Detec Severity Health Health Task Classificat
Failure Effect Environ Econo Environm Priority
Code Fungsi Mode nce tion Economy and and Master ion
ment my ent Number
Safety Safety
kejadian getaran yang dapat berujung
Run To
CD3‐P‐0 terjadi menjadi kegagalan komponen bearing.
Bearing 3 3 8 1 1 72 9 9 72 Failure N
01/00 getaran Dari pengaruh rendah hingga dapat
(RTF)
menghentikan proses.
terjadi panas pada komponen bearing.
Tindakan
CD3‐P‐0 terjadi Dapat berujung menjadi kegagalan. Dari
Bearing 5 3 9 1 6 135 15 90 135 Ringan L
01/00 overheat pengaruh rendah hingga dapat
(atau RTF)
menghentikan proses.
kebocoran fluida proses. Proses harus
kebocor Tindakan
CD3‐P‐0 Mechanic dihentikan untuk melakukan tindakan
an fluida 3 7 8 2 8 168 42 168 168 Ringan L
01/00 al Seal perbaikan. Pengaruh pada lingkungan
proses (atau RTF)
terbatas.
kegagalan lubrikasi dapat berujung
kegagala kerusakan komponen mechanical seal, Tindakan
CD3‐P‐0 Mechanic
n yang dapat berakibat kerusakan kritis. 5 7 8 2 4 280 70 140 280 Secukupny M
01/00 al Seal
lubrikasi Proses harus dihentikan untuk dapat a
dilakukan proses perbaikan.
terjadi getaran yang dapat dipergunakan
Tindakan
CD3‐P‐0 terjadi untuk menentukan akibat getaran.
Coupling 5 7 8 1 1 280 35 35 280 Secukupny M
01/00 getaran Getaran dapat mempersingkat umur
a
komponen.
pompa akan berhenti melakukan Tindakan
CD3‐P‐0 coupling
Coupling kerjanya. Proses terhenti. Akibat 3 7 8 1 1 168 21 21 168 Ringan L
01/00 putus
lingkungan rendah. (atau RTF)
System name: P&ID Crude
Plant: CDU‐III
Severity RPN
Severity RPN RPN Risk
Tag Kegagalan Failure Occure Detec Severity Health Health Task Classificat
Failure Effect Environ Econo Environm Priority
Code Fungsi Mode nce tion Economy and and Master ion
ment my ent Number
Safety Safety
kejadian getaran yang dapat berujung
Run To
CD3‐P‐0 terjadi menjadi kegagalan komponen bearing.
Bearing 2 5 8 2 6 80 20 60 80 Failure N
02/00 getaran Dari pengaruh rendah hingga dapat
(RTF)
menghentikan proses.
kebocoran fluida proses. Proses harus
kebocor Tindakan
CD3‐P‐0 Mechanic dihentikan untuk melakukan tindakan
an fluida 2 7 8 2 6 112 28 84 112 Ringan L
02/00 al Seal perbaikan. Pengaruh pada lingkungan
proses (atau RTF)
terbatas.
kejadian getaran yang dapat berujung
Run To
CD3‐P‐0 Tidak terjadi menjadi kegagalan komponen. Dari
1 7 7 1 1 49 7 7 49 Failure N
02/00 balans getaran pengaruh rendah hingga dapat
(RTF)
menghentikan proses.
System name: P&ID Crude
Plant: CDU‐III
Severity RPN
Severity RPN RPN Risk
Tag Kegagalan Failure Occure Detec Severity Health Health Task Classificat
Failure Effect Environ Econo Environm Priority
Code Fungsi Mode nce tion Economy and and Master ion
ment my ent Number
Safety Safety
kejadian getaran yang dapat berujung
Run To
CD3‐P‐0 terjadi menjadi kegagalan komponen bearing.
bearing 2 5 8 1 1 80 10 10 80 Failure N
03/00 getaran Dari pengaruh rendah hingga dapat
(RTF)
menghentikan proses.
kejadian getaran yang dapat berujung
Run To
CD3‐P‐0 tidak terjadi menjadi kegagalan komponen. Dari
1 7 5 1 1 35 7 7 35 Failure N
03/00 balans getaran pengaruh rendah hingga dapat
(RTF)
menghentikan proses.
kebocoran fluida proses. Proses harus
kebocor Tindakan
CD3‐P‐0 mechanic dihentikan untuk melakukan tindakan
an fluida 3 7 8 4 6 168 84 126 168 Ringan L
03/00 al seal perbaikan. Pengaruh pada lingkungan
proses (atau RTF)
terbatas.
System name: P&ID Crude
Plant: CDU‐III
Severity RPN
Severity RPN RPN Risk
Tag Kegagalan Failure Occure Detec Severity Health Health Task Classificat
Failure Effect Environ Econo Environm Priority
Code Fungsi Mode nce tion Economy and and Master ion
ment my ent Number
Safety Safety
kejadian keausan impeller.
output Menyebabkan output rendah, dapat
Run To
CD3‐P‐0 Keausan rendah, juga terjadi getaran sesuai dengan
1 9 8 1 1 72 9 9 72 Failure N
04/00 Impeller diluar bentuk keausan. Perbaikan harus
(RTF)
batas menghentikan kerja peralatan. Akibat
lingkungan rendah
berhenti
pompa akan berhenti melakukan Run To
CD3‐P‐0 coupling secara
kerjanya. Proses terhenti. Akibat 1 7 8 2 1 56 14 7 56 Failure N
04/00 gagal mendad
lingkungan rendah. (RTF)
ak
kejadian keausan wearing ring.
Menyebabkan output proses rendah,
output akibat berkelanjutan dapat berupa
Run To
CD3‐P‐0 wearing rendah, keausan komponen pompa lainnya
1 9 8 1 1 72 9 9 72 Failure N
04/00 ring aus diluar karena terjadi perubahan spesifikasi
(RTF)
batas kinerja fluida. Perbaikan mengharuskan
penghentian kerja pompa. Akibat
lingkungan rendah.
System name:
Plant: CDU‐III
Severity RPN
Severity RPN RPN Risk
Tag Kegagalan Failure Occure Detec Severity Health Health Task Classificat
Failure Effect Environ Econo Environm Priority
Code Fungsi Mode nce tion Economy and and Master ion
ment my ent Number
Safety Safety
kejadian getaran yang dapat berujung
Run To
CD3‐P‐0 terjadi menjadi kegagalan komponen bearing.
bearing 1 5 8 1 1 40 5 5 40 Failure N
05/00 getaran Dari pengaruh rendah hingga dapat
(RTF)
menghentikan proses.
berhenti
pompa akan berhenti melakukan Run To
CD3‐P‐0 secara
coupling kerjanya. Proses terhenti. Akibat 1 7 8 1 1 56 7 7 56 Failure N
05/00 mendad
lingkungan rendah. (RTF)
ak
kejadian getaran yang dapat berujung
Run To
CD3‐P‐0 tidak terjadi menjadi kegagalan komponen. Dari
2 7 5 1 1 70 14 14 70 Failure N
05/00 balans getaran pengaruh rendah hingga dapat
(RTF)
menghentikan proses.
kebocoran fluida proses. Proses harus
kebocor Run To
CD3‐P‐0 dihentikan untuk melakukan tindakan
seal bocor an fluida 1 7 8 4 6 56 28 42 56 Failure N
05/00 perbaikan. Pengaruh pada lingkungan
proses (RTF)
terbatas.
System name:
Plant: CDU‐III
Severity RPN
Severity RPN RPN Risk
Tag Kegagalan Failure Occure Detec Severity Health Health Task Classificat
Failure Effect Environ Econo Environm Priority
Code Fungsi Mode nce tion Economy and and Master ion
ment my ent Number
Safety Safety
kejadian getaran yang dapat berujung
Run To
CD3‐P‐0 terjadi menjadi kegagalan komponen bearing.
bearing 1 5 8 1 1 40 5 5 40 Failure N
06/00 getaran Dari pengaruh rendah hingga dapat
(RTF)
menghentikan proses.
kebocoran fluida proses. Proses harus
kebocor Tindakan
CD3‐P‐0 dihentikan untuk melakukan tindakan
seal bocor an fluida 2 7 8 4 4 112 56 56 112 Ringan L
06/00 perbaikan. Pengaruh pada lingkungan
proses (atau RTF)
terbatas.
timbul getaran karena komponen
menjadi tidak balans. Akibat lebih lanjut
Run To
CD3‐P‐0 kegagalan terjadi dapat berupa kerusakan shaft dan
1 7 5 1 1 35 7 7 35 Failure N
06/00 sleeve getaran casing. Perbaikan komponen ini
(RTF)
mengharuskan penghentian pompa.
Akibat lingkungan rendah.
output
terjadi output rendah. Akibat lingkungan Run To
CD3‐P‐0 output rendah,
rendah. Apabila berlanjut, tinjau lebih 1 5 5 1 1 25 5 5 25 Failure N
06/00 rendah diluar
mendalam. (RTF)
batas
kerusakan shaft yang ditandai dengan
terjadi getaran bahkan kegagalan
kerusaka
komponen tersebut. kegagalan bisa
n Run To
CD3‐P‐0 menyebabkan kerusakan komponen
shaft peralata 1 7 8 1 1 56 7 7 56 Failure N
06/00 lainnya. Perbaikan mengharuskan
n/komp (RTF)
penghentian pompa. Akibat lingkungan
onen
rendah. Akibat bagi personil juga
rendah.
System name:
Plant: CDU‐III
Severity RPN
Severity RPN RPN Risk
Tag Kegagalan Failure Occure Detec Severity Health Health Task Classificat
Failure Effect Environ Econo Environm Priority
Code Fungsi Mode nce tion Economy and and Master ion
ment my ent Number
Safety Safety
kejadian getaran yang dapat berujung
Run To
CD3‐P‐0 terjadi menjadi kegagalan komponen bearing.
bearing 2 5 8 1 1 80 10 10 80 Failure N
09/00 getaran Dari pengaruh rendah hingga dapat
(RTF)
menghentikan proses.
berhenti
pompa akan berhenti melakukan Tindakan
CD3‐P‐0 secara
coupling kerjanya. Proses terhenti. Akibat 2 7 8 1 1 112 14 14 112 Ringan L
09/00 mendad
lingkungan rendah. (atau RTF)
ak
kebocoran fluida proses. Proses harus
kebocor Tindakan
CD3‐P‐0 dihentikan untuk melakukan tindakan
seal bocor an fluida 2 7 8 2 1 112 28 14 112 Ringan L
09/00 perbaikan. Pengaruh pada lingkungan
proses (atau RTF)
terbatas.
System name:
Plant: CDU‐III
Severity RPN
Severity RPN RPN Risk
Tag Kegagalan Failure Occure Detec Severity Health Health Task Classificat
Failure Effect Environ Econo Environm Priority
Code Fungsi Mode nce tion Economy and and Master ion
ment my ent Number
Safety Safety
kejadian getaran yang dapat berujung
Run To
CD3‐P‐0 terjadi menjadi kegagalan komponen bearing.
bearing 1 5 8 1 2 40 5 10 40 Failure N
12/00 getaran Dari pengaruh rendah hingga dapat
(RTF)
menghentikan proses.
erjadi getaran yang dapat dipergunakan
Run To
CD3‐P‐0 terjadi untuk menentukan akibat getaran.
coupling 1 7 7 2 4 49 14 28 49 Failure N
12/00 getaran Getaran dapat mempersingkat umur
(RTF)
komponen.
System name: P&ID Crude
Plant: CDU‐III
Severity RPN
Severity RPN RPN Risk
Tag Kegagalan Failure Occure Detec Severity Health Health Task Classificat
Failure Effect Environ Econo Environm Priority
Code Fungsi Mode nce tion Economy and and Master ion
ment my ent Number
Safety Safety
kerusaka
n pompa akan berhenti melakukan Tindakan
CD3‐P‐0 coupling
peralata kerjanya. Proses terhenti. Akibat 5 7 8 2 4 280 70 140 280 Secukupny M
28/00 gagal
n/komp lingkungan rendah. a
onen
kebocoran fluida proses. Proses harus
kebocor
CD3‐P‐0 kebocora dihentikan untuk melakukan tindakan Tindakan
an fluida 8 7 8 2 4 448 112 224 448 MH
28/00 n seal perbaikan. Pengaruh pada lingkungan Agresif
proses
terbatas.
Universitas Indonesia
Reliability centered..., Aulia Winandi, FT UI, 2012
RCM ANALYSIS SHEET
FORM 1 SELEKSI SISTEM plant rev. halaman
description analyst tanggal remarks
reviewed tanggal
System yang termasuk dalam analisis
System ID Name Fungsi Alasan Ditinjau Comment
Diakhiri
3. Catatan Penting
3. Catatan Penting
referensi batasan primer pada data P&ID untuk pompa yang bersangkutan
B Kerusakan mechanical seal 1 terjadi getaran VIB pompa tidak mampu memindahkan fluida proses
diluar toleransi seperti yang disyaratkan, kemungkinan terjadi
kebocoran luar/dalam. kecepatan perpindahan
rendah atau tidak ada. konsekuensi rendah.
konsekuensi kebocoran luar akan dianalisa sesuai
Risk Based Inspection.
2 terjadi kebocoran ELU
proses terhenti