Identifikasi Orientasi Homoseksual Pada Laki-Laki Berdasarkan Teori WHO
Identifikasi Orientasi Homoseksual Pada Laki-Laki Berdasarkan Teori WHO
HASIL PENELITIAN
penelitian dan informan yang diteliti. Jumlah seluruh subjek penelitian adalah 12
informan.
aktif pada Perguruan Tinggi X. 4 orang subjek penelitian berasal dari luar kota
Surabaya, dan 2 orang subjek penelitian berasal dari Surabaya. Tabel 5.1 juga
34
35
menunjukkan bahwa seluruh subjek penelitian berada pada rentang usia 19-23
tahun.
subjek penelitian berupa gesture, body posture, dan cara berbicara subjek
Tabel 5.2 Deskripsi Gesture, Body Posture dan Cara Berbicara Subjek Penelitian
melenggang, sedangkan 4 subjek penelitian lain tidak. Cara duduk yang terlihat
mencolok hanya pada DNS yang suka menyilangkan kaki seperti wanita saat
duduk. Tabel 5.2 juga menunjukkan bahwa 4 orang subjek penelitian berbicara
dengan nada manja, sedangkan 2 orang subjek penelitian lain tidak berbicara
36
dengan nada manja. Gesture, body posture dan cara berbicara subjek penelitian,
tidak berhubungan dengan penentuan siapa yang menjadi “pria” dan siapa yang
peneliti untuk triangulasi data adalah orang lain, yang merupakan teman dekat
dan pacar subjek penelitian. Berikut data lebih rinci pada tabel 5.3
dari subjek penelitian, dan 2 orang lain merupakan pacar dari subjek penelitian.
Karakteristik informan yang juga diteliti adalah waktu pertama kali informan
waktu informan mengenal subjek penelitian berada sekitar tahun 2011 hingga
2013. Tabel 5.3 juga menunjukkan, frekuensi 4 orang informan bertemu dengan
subjek penelitian dalam waktu 1 minggu adalah 3-4 kali, dan 2 orang informan
dan berkenalan dengan subjek penelitian melalui cara yang berbeda. Berikut
subjek penelitian bertemu dan dapat saling mengenal melalui 2 cara yaitu,
5.2.1 Pengetahuan
sumber pengetahuan tentang gay. Berikut data lebih rinci pada tabel 5.4
38
penelitian mendapat pengetahuan tentang gay dari internet secara sengaja. Subjek
penelitian sengaja mencari tahu mengenai gay setelah mendengar dari teman-
“dari temen. Jadi aku punya temen beda sekolah. Aku tau
dari temen-temennya dia kalo dia itu gitu, Terus aku cari
cari di internet, akhirnya aku tau kalo itu tuh ada” (TKM,
20 tahun)
“pertamanya dulu kalo gak salah sih tau dari internet mbak.
Gak sengaja buka dari FB. Ada foto-fotonya gitu, cowok
sama cowok. Ada artikelnya juga. Akhirnya dari artikel itu
tau, kalo itu namanya gay” (DNS, 21 tahun)
yang mengetahui tentang gay dari sosial media, termasuk aplikasi chatting.
baik sengaja maupun tidak. Subjek penelitian yang sengaja mencari tahu dengan
sekolah, dan dari teman sebaya di sekolah. Namun ada pula subjek penelitian
Selain melalui artikel atau web yang ada di internet, informasi mengenai
gay juga didapat melalui aplikasi sosial media maupun aplikasi chatting. Pada
aplikasi tersebut terdapat grup, yang anggotanya merupakan gay. Melalui grup
5.2.2 Sikap
memutuskan menjadi seorang gay. Alasan ini berasal dari diri subjek sendiri,
adanya situasi, dan pengalaman orang lain yang memperkuat keputusan responden
jawaban yang berbeda mengenai hal yang mendasari keputusan menjadi seorang
teman dan pacar (laki-laki). 1 orang subjek penelitian menyatakan bahwa dirinya
hanya coba-coba, dan 1 orang subjek penelitian menyatakan hal yang mendasari
keputusannya menjadi seorang gay karena sejak kecil dirinya sudah merasa
berbeda.
berbeda. Subjek penelitian pertama menyebut bahwa sejak kecil, dirinya sering
menyebutkan adanya teman-teman yang juga gay yang menjadi latar belakang
dirinya menjadi seorang gay. Berikut kuotasi hasil penelitian dengan subjek
penelitian.
Jawaban AQK dan TKM dibenarkan oleh hasil penelitian dengan informan 2 dan
3
Dari hasil penelitian juga didapatkan hasil bahwa hal yang mendasari 2
subjek penelitian berani mengambil keputusan menjadi seorang gay adalah faktor
akhirnya menjadi seorang gay sampai sekarang. Berikut kuotasi hasil penelitian
dengan FHP.
“kalo gak salah inget, dia nyoba nyoba pas SMA” (Informan
6, 22 tahun)
Dari hasil penelitian terhadap DNS, didapatkan hasil bahwa tidak ada hal
gay. DNS sejak kecil sudah merasakan hal yang berbeda saat melihat teman
“Dari kecil mbak. Udah ngerasa aneh gitu. Ngerasanya feel ke cewek
ga segede feel ke cowok. Terus ngliat cowok itu kok ganteng, lucu
gitu” (DNS, 21 tahun)
gay, DNS menyebut adanya kelainan DNA pada dirinya. Hal ini diketahui dari
orang tua dari temannya yang berprofesi sebagai dokter. Berikut cuplikan kuotasi
hasil wawancara.
43
oleh DNS.
yang mendasari keputusan responden untuk menjadi seorang gay. Terdapat 3 hal
yang mendasari, antara lain : faktor lingkungan (teman atau pacar) dari subjek
penelitian, perilaku coba-coba dan faktor biologis seperti yang diungkapkan oleh
selalu identik dengan penampilan yang sedikit “ngondek” (laki-laki yang berlaku
gemah gemulai dan tidak menunjukkan kejantanan), supaya timbul kesan lucu
dan menyenangkan.
44
mengenai situasi yang memperkuat keputusan menjadi seorang gay. Berikut data
dirinya tertarik artikel yang terkait dengan homoseksual yang ada di internet
seorang gay.
kegagalan dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis menjadi alasan yang
usahanya menjalin hubungan dengan lawan jenis karena dirinya tidak merasakan
apa-apa dengan lawan jenis. 2 subjek penelitian merasa kecewa dan sakit hati
45
setelah gagal menjalin hubungan dengan lawan jenis. Berikut cuplikan kuotasi
“Ya pas itu ada masalah sama pacar (cewek) malah datang
sosok cowok yang lebih care, lebih siap sedia kapanpun
dimanapun, lebih loss kalau lagi bercanda gak ada jaim2an
ya akhirnya kecantol” (JADOO, 22 TAHUN)
“Dia pernah punya cewek, patah hati gitu.. susah move on..
mungkin itu” (Informan 4, 21 tahun)
” ya ada cowok PDKT, pas dia lagi kecewa ato ada masalah
sama pacarnya yang cewek.” (Informan 5, 23 tahun)
Salah satu subjek penelitian menjawab adanya teman laki-laki yang
“Ada yang naksir gitu, awalnya takut, tapi akhirnya pengen tau juga.
Akhirnya nyaman deh” (TKM, 20 tahun)
menyukainya dan perasaan yang dirasakan oleh TKM pada saat itu.
46
“mungkin rasa nyaman karena ada yang naksir dia gitu pas
itu.. di PDKT in gitu deh. Tiap hari di kontak terus..”
(Informan 3, 21 tahun)
dengan FHP.
“Nah. Ini juga kayaknya gak ada mbak. Tapi dia itu kalo ga
salah pernah nemu, ato search dewe aku lupa, di internet
gitu..” (Informan 1, 19 tahun)
47
subjek penelitian untuk menjadi seorang gay adalah kegagalan hubungan dengan
lawan jenis dan ketertarikan dengan sesama jenis. Kegagalan hubungan ini
disebabkan ada masalah dengan pacar (perempuan) yang sebelumnya. Hal ini
lagi menjalin hubungan dengan lawan jenis. Saat kegagalan dan ada rasa sakit
hati, kemudian muncul seseorang yang lebih membuat subjek penelitian merasa
nyaman. Namun ada pula kegagalan yang disebabkan karena tidak adanya
Subjek penelitian mencoba untuk bisa menjadi seorang heteroseksual tapi gagal.
seorang gay (lihat kuotasi AQK, DBR, JADOO pada halaman 40). Situasi
keluarga dan artikel yang ditemukan oleh subjek penelitian, juga menjadi faktor
penelitian untuk menjadi seorang gay. Berikut data lebih rinci pada tabel 5.7.
48
orang lain (orang yang tidak dikenal), dan 1 orang subjek menyatakan tidak ada
Ada 3 orang subjek penelitian yang menjawab ada pengalaman orang lain
teman mereka yang juga seorang gay. Berikut cuplikan kuotasi hasil penelitian
“ada, pengalaman adik kelas SMP (saat itu aku dan dia
sudah sama2 SMA). Dia itu kucing mbak, simpenannya om-
om, yah gitu cerita2 kalau sama cowok yang lebih dewasa
enak bla bla bla bercerita pengalaman dia” (JADOO, 22
tahun)
menjawab pengalaman orang lain yang diungkapkan melalui artikel atau blog di
internet yang membuat mereka yakin dengan keputusan sebagai gay. Berikut
“Mmm,, gak ada sih kayaknya. Cuma dari artikel itu tadi.
Artikel tadi kan ada opini opininya gitu. Ya dari baca itu. Itu
artikel ilmiah, kok” (DNS, 21 tahun)
“gak tau sih.. kayaknya kalo pengalaman gak ada. Gak tau
lagi kalo dia denger ato baca dimana gitu” (Informan 2, 23
tahun)
pengalaman orang lain yang dikenal oleh subjek penelitian, dan orang lain yang
tidak dikenal oleh subjek penelitian. Pengalaman orang lain yang dikenal oleh
5.2.3 Keyakinan
menjadi seorang gay adalah benar. Berikut cuplikan kuotasi hasil penelitian.
“Benar. Kan aku gak ngganggu orang lain. Selama aku gak
merugikan mereka, gak masalah kan” (AQK, 22 tahun)
kondisi dan keputusannya saat ini adalah salah. TKM merasa bahwa ada
diskriminasi, dan subjek penelitian ini juga takut lingkungan sekitarnya akan
menjauhinya. Sedangkan DBR merasa salah karena nilai agama yang dianutnya.
“Salah sih. Jujur aja aku udah mulai gak nyaman. Ngerasa
aneh, ngerasa ada diskriminasi. Takut juga kalo orang orang
dekat tau. Takut dijauhin” (TKM, 20 tahun)
atau menyalahkan keputusannya saat ini menjadi seorang gay. Berikut cuplikan
“Jujur aja sih sampai saat ini aku belum bisa bilang aku
benar apa salah ngambil keputusan jadi homo. Terjadi konflik
batin sebenarnya sampai saat ini, bahkan mantanku bilang
aku gay denial yaitu aku yang masih menolak statusku kalau
aku gay. Dibilang menolak yah sebenarnya aku menerima
kondisiku yang kayak gini, buktinya juga kalau aku lagi
bergaul sama orang2 sejenis yah udah terbuka, biasa, tapi
juga sama yang deket aja, kalau sama2 homo tapi gak deket
52
yah sekedar say hello gak sampe yang cerita buka2an atau
yang lainnya” (JADOO, 22 tahun)
keputusannya untuk menjadi seorang gay juga salah secara agama. Namun ada
subjek penelitian yang masih merasa bingung dengan keputusannya saat ini untuk
penelitian sudah merasa nyaman dengan keputusannya saat ini. Subjek penelitian
Apabila seseorang dipercaya, maka apa yang dikatakan atau diperbuat orang
tersebut cenderung akan dicontoh. Penelitian ini meneliti tentang siapa yang
menjadi panutan atau idola dari subjek penelitian, dan alasan mengapa orang
siapa orang penting yang menjadi panutan atau idola dari masing-masing subjek
teman mereka yang juga seorang gay, 2 subjek penelitian mengidolakan tokoh
terkenal seperti artis, dan 2 orang subjek penelitian tidak mengidolakan siapapun.
mengidolakan teman mereka yang juga adalah seorang gay. Berikut cuplikan
“Ya temen-temen yang dulu sih. Yang tadi aku ceritain pas
aku SMA” (TKM, 20 tahun)
mengidolakan publik figur, yaitu beberapa kelompok penyanyi pria asal Korea,
dan seorang gay yang kisah hidupnya diangkat dalam sebuah film. Berikut
“Ada temen-temen yang kayak gitu juga pas SMA. Terus itu
mbak, artis K-POP. Tau sendiri kan, mereka di couple-couple
in gitu, buanyak gitu videonya juga. Ada foto mereka ciuman
lah, mesra-mesraan. Banyak bingits fotonya. Ada yang editan
sama nggak.” (DNS, 21 tahun)
“Dia tuh seneng banget K-POP. Bias di k-pop kan ada yang
dijodoin sih mbak. Kamu liat dewe lah kan kdg ada video
mereka muesra,, pergi bareng, pelukan gitu gitu” (Informan
1, 19 tahun)
jawaban dari DBR dan FHP bahwa tidak ada orang penting yang mereka
penting yang diidolakan oleh subjek penelitian berasal dari luar keluarga. Orang
55
penelitian, artis, dan seorang tokoh yang kisah hidupnya diangkat dalam sebuah
film.
mengenai alasan subjek penelitian mengidolakan tokoh idola mereka. Berikut data
orang. Hal ini karena 2 subjek penelitian tidak memiliki sosok yang diidolakan
terkait keputusannya menjadi gay (lihat tabel 5.8 poin 3). 3 orang subjek
idola mereka bisa tetap meraih prestasi dan beragam kesuksesan jika
diterpa banyak kabar miring, tetapi bisa tetap meraih sukses besar. Berikut
diidolakannya adalah tokoh yang berani mengakui bahwa dirinya adalah seorang
yang tetap bisa diraih oleh teman-teman subjek penelitian dan artis yang
diidolakan, serta kemampuan untuk bisa tetap bisa bertahan ketika banyak pihak
5.4 Resources
Sumber daya yang dimaksud mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan
bertujuan mencari tahu tentang kondisi finansial subjek penelitian dan fasilitas
sebagai gay.
subjek penelitian setiap bulan, didapatkan 2 jawaban yang berbeda. Berikut data
bahwa pemasukan pribadi setiap bulan hanya berasal dari orang tua atau saudara
dari DNS, FHP, DBR, TKM dan JADOO terkait dengan asal pemasukan mereka
sudah bekerja, sehingga pemasukan setiap bulan tidak hanya dari orang tua saja
“Sama kerja juga sih. Akhir-akhir ini. Kalo dulu nggak, pure
waktu awal-awal semester” (AQK, 22 tahun)
pemasukan subjek penelitian didapatkan dari orang tua dan atau saudara. Ada
subjek penelitian yang mendapatkan pemasukan hanya dari orang tua, dan ada
59
subjek penelitian yang tidak hanya mendapatkan pemasukan dari orang tua
keputusan menjadi seorang gay, didapatkan 1 jawaban yang sama. Dari hasil
kondisi finansial menjadi begitu penting dalam pergaulan sebagai seorang gay.
luar kampus dan di dalam kampus. Berikut data lebih rinci pada tabel 5.12.
ada beberapa fasilitas lain seperti komunitas yang membuat subjek penelitian
“Pas SMA ada ekskul padus. Beberapa anak ada yang kayak
aku juga gitu. Kuliah juga padusnya ada yang gitu. Ada
temen-temen dance juga” (DNS, 21 tahun)
61
“Iya,, yaa ada lah grup di jejaring sosial makin hari makin
banyak” (FHP, 23 tahun)
tidak ada fasilitas lain seperti komunitas yang mempengaruhi keputusan menjadi
orang gay dari sosial media yang dia miliki. Berikut cuplikan kuotasi hasil
penelitian.
Komunitas ini bukan komunitas khusus gay, melainkan komunitas umum yang
penelitian, didapatkan jawaban yang sama tentang ada atau tidaknya teman di
sekitar mereka yang juga merupakan seorang gay. Berikut data lebih rinci pada
tabel 5.13.
mereka, baik di tempat kuliah, UKM atau sosial mereka, ada beberapa orang
teman mereka yang juga adalah seorang gay. Berikut cuplikan kuotasi hasil
“Yang kayak aku kalo di kuliah, ada sih beberapa. Temen padus ada,
paskib SMA.. ada gak ya? Oh, ada kok! Kalo temen main ya Cuma
temen kampus sama temen SMA. Paling-paling dari sosmed, kan rata-
rata gay juga” (DNS, 21 tahun)
63
“Teman kuliah ada kok yang gini juga, UKM juga ada. Tapi sekarang
udah gak UKM sih.” (AQK, 22 tahun)
“Temen kuliah ada yang gitu, di UKM juga, malah lebih banyak”
(TKM, 20 tahun)
“Kalo temen kuliah, aku gak tau ada ato nggak. Banyaknya di UKM”
(DBR, 19 tahun)
“kalo temen gue baek temen nongkrong,kuliah sih ada kok yg jadi
gay,bahkan anak satu fakultas dan satu universitas banyak kok”
(FHP, 23 tahun)
kampus), ada beberapa teman subjek penelitian yang juga merupakan seorang
gay. Teman dari subjek penelitian ini merupakan teman sekelas, dan teman di
UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) atau ekstrakurikuler yang sama dengan subjek
penelitian.
penelitian. Observasi ini bertujuan untuk melihat resources dari subjek penelitian
yang digunakan untuk menunjang penampilan dan kegiatan sehari-hari dari subjek
penelitian.
64
yang digunakan subjek penelitian untuk beraktivitas. Berikut data lebih rinci pada
tabel 5.14.
menunjukkan bahwa 4 orang subjek penelitian yaitu AQK, TKM, DBR dan
FHP menggunakan alat transportasi mobil dan 1 orang subjek penelitian yaitu
alat komunikasi yang digunakan subjek penelitan. Berikut data lebih rinci pada
tabel 5.15.
penelitian menunjukkan bahwa 2 orang subjek penelitian yaitu TKM dan JADOO
penelitian yaitu AQK, DBR, dan FHP menggunakan 2 buah alat komunikasi dan 1
orang subjek penelitian yaitu DNS menggunakan > 2 alat komunikasi. Alat
komunikasi yang digunakan oleh AQK, DBR, FHP dan DNS berupa smartphone
dan tablet.
itu, 2 orang subjek penelitian yaitu DNS dan DBR juga menggunakan gelang dan
berpenampilan rapi.
sesama gay. Namun barang tersebut tidak digunakan secara spesifik untuk
5.5 Culture
bagi seseorang untuk melakukan atau menilai mana yang baik dan mana yang
buruk, yang benar dan yang salah, yang positif dan negatif sesuai dengan norma
atau nilai yang berlaku di dalam masyarakat. Sedangkan nilai non normatif,
berarti tingkah laku seseorang tersebut sudah tidak sesuai dengan apa yang ada
didapatkan jawaban yang berbeda dari subjek penelitian. Berikut data lebih rinci
Berdasarkan tabel 5.18 dan dari hasil penelitian didapatkan bahwa 2 orang
subjek penelitian menyatakan bahwa keluarga mereka pasti tidak bisa menerima
keberadaan mereka sebagai seorang gay dengan alasan gay masih merupakan hal
yang tabu. Berikut cuplikan kuotasi hasil penelitian dengan TKM dan FHP.
jawaban dari TKM dan FHP. Berikut cuplikan kuotasi hasil penelitian.
perkembangan zaman, dan ada orang disekitar mereka yang juga seorang gay.
“Yaa,, ada yang terima ada yang nggak. Paling yang tua-
tua itu yang gak nerima, kalo yang muda sih kayaknya lebih
open minded. Yang tua-tua dulu pas zamannya kan gak ada
artis-artis yang gitu. Sekarang lo buanyaaak banget” (DNS,
21 tahun)
yang mengetahui bahwa JADOO dan DNS adalah seorang gay, didapatkan 2
jawaban berbeda
lain menyatakan tidak tahu apakah keluarganya bisa menerima kondisinya saat ini
atau tidak. Berikut cuplikan kuotasi hasil penelitian dengan AQK dan DBR.
69
“Nggak tau, aku masih 50:50 gitu lho. Maksude, kalo aku
penampilan gitu, gak bakalan komen. Mau pake baju warna
apa, terserah. Tapi kalo masalah kayak ke seksnya gitu,
gatau aku bingung hahaha” (AQK, 22 tahun)
menahu soal ini, tapi dia menganggap kemungkinan besar orang tua AQK tidak
“Ortunya gaul sih, tapi kalo tau anaknya gini ya mboh. Tapi
kalo nemu kasus kayak gini di lingkungan sekitar mungkin
bisa terima.” (Informan 4, 21 tahun)
subjek penelitian ada yang bisa menerima dan tidak bisa menerima keberadaan
gay. Keluarga yang bisa menerima keberadaan gay diakui lebih terbuka dengan
gay karena gay merupakan hal yang tabu dan melanggar norma yang berlaku di
masyarakat.
penelitian yaitu JADOO dan FHP berada pada tahap penerimaan diri (self
acceptance) dalam proses coming out. Pada tahap ini, seorang gay merasa
ketakutan terhadap penilaian negatif di masyarakat namun di sisi lain hal ini
merupakan hal yang harus dihadapi. 3 orang subjek penelitian lain yaitu AQK,
70
TKM, dan DBR berada pada tahap keterbukaan (disclosure). Pada tahap ini
seorang gay sudah tidak merahasiakan tentang orientasi seksualnya kepada orang
lain. Dan pada tahap ini seorang gay merasa bahwa kerahasiaan hanya
menimbulka isolasi sosial dan kesepian. Salah satu subjek penelitian, yaitu DNS
sudah mencapai tahap memberitahu pada keluarga (telling the family) pada proses
coming out.
bahwa lingkungan sekitar mereka pasti tidak bisa menerima keberadaan seorang
lingkungan sekitarnya bisa menerima, namun butuh waktu. Hal ini diungkapkan
mengetahui bahwa dirinya adalah seorang gay, reaksi mereka biasa saja. Berikut
“kalo lingkungan ada yang iya ada yang nggak mbak.. opini
orang beda beda” (Informan 5, 23 tahun)
“ga tau sih. Tapi liat budaya kita, pasti gak bisa. Soalnya ya
masih dianggep salah” (Informan 6, 22 tahun)
sekitar responden juga bersikap pro dan kontra terhadap keberadaan gay. Hal ini
dikarenakan masih adanya norma yang mengikat di masyarakat, dan karena gay
masih merupakan hal yang tabu. Terutama jika dilihat dari sisi agama yang
tidak ada nilai budaya di sekitar tempat tinggal yang mempengaruhi keputusan
bebas yang membuatnya menjadi seorang gay seperti saat ini. Berikut cuplikan
seorang gay. Hal ini dikarenakan masih adanya norma yang mengikat di
keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi melindungi, fungsi
kehidupan beragama sesuai dengan agama yang dianut saat ini. Dalam penelitian
ini, fungsi keagamaan diteliti berdasarkan agama yang dianut subjek penelitian
mengenai agama yang dianut oleh subjek penelitian. Berikut data lebih rinci pada
tabel 5.19.
Berdasarkan tabel 5.19 dan dari hasil penelitian, 4 orang subjek penelitian
menyatakan bahwa agama Islam merupakan agama yang mereka anut sejak kecil,
dan 2 orang subjek penelitian menyatakan bahwa agama Katholik adalah agama
mereka sejak kecil. Berikut cuplikan kuotasi hasil penelitian dengan subjek
penelitian.
jawaban yang berbeda dari subjek penelitian. Berikut data lebih rinci pada tabel
5.20.
Berdasarkan tabel 5.20 dan dari hasil penelitian, didapatkan bahwa 2 orang
subjek penelitian yang beragama Islam, dan 2 orang subjek penelitian yang
“Ya lancar lah. Rutin kok tiap minggu. Gak ada yang bolong”
(AQK, 22 tahun)
ibadahnya selama ini tidak lancar, dengan alasan didikan keluarga dan adanya
informan 1 dan informan 4. Berikut cuplikan kuotasi hasil penelitian dengan DNS
dan TKM.
76
karena subjek penelitian sibuk dengan kegiatan perkuliahan dan kampus. Namun
ada subjek penelitian yang memang sejak kecil tidak dibiasakan untuk
Menurut BKKBN, salah satu fungsi keluarga adalah fungsi sosial budaya.
tingkah laku, dan meneruskan nilai budaya yang ada dalam keluarga. Dalam
penelitian ini, fungsi sosial budaya diteliti berdasarkan cara orang tua
didapatkan hasil yang berbeda mengenai cara orang tua memperlakukan dan
77
mendidik subjek penelitian. Berikut data hasil penelitian lebih rinci pada tabel
5.21.
besar subjek penelitian yakni sebanyak 4 orang dididik dengan cara tegas, dan
harus mematuhi peraturan apapun yang ada dalam keluarga. Berikut cuplikan
“Keras. Terus aku ngerasa ortuku tuh kayak apa ya, ya keras
gitu. Kalo waktunya tidur siang ya harus tidur siang, dan itu
sampe SMA. Kalo mau kelompokan aja aku harus pulang dulu
ganti baju baru pergi. Iku ae wedhi wedhi” (TKM, 20
TAHUN)
untuk harus terus mengalah pada kakak perempuannya. Berikut cuplikan kuotasi
hasil penelitian.
segala permintaannya selalu diberikan oleh kedua orang tuanya. Berikut cuplikan
Jawaban FHP dibenarkan oleh jawaban informan 6 yang didapat dari hasil
menurut BKKBN. Juga didapatkan informasi bahwa cara mendidik dari kedua
orang tua subjek penelitian adalah menerapkan aturan di dalam rumah dan
larangan, adanya hukuman dan reward bagi subjek penelitian, serta aturan untuk
Menurut BKKBN, salah satu fungsi keluarga adalah fungsi cinta kasih.
Fungsi cinta kasih berarti keluarga memberikan kasih sayang dan rasa aman, serta
perhatian diantara anggota keluarga. Dalam penelitian ini, fungsi cinta kasih
diteliti berdasarkan kasih sayang dan perhatian yang didapatkan oleh subjek
penelitian. Berdasarkan data hasil penelitian mengenai kasih sayang dan perhatian
Tabel 5.22 Kasih Sayang dan Perhatian yang Didapatkan Subjek Penelitian
kasih sayang dan perhatian yang cukup dari kedua orang tua. Berikut cuplikan
“Dapet kok. Adil juga sama kakak sama adek. Cuma kalo di
keluarga besar aku ngerasanya gak adil. Aku ngerasa paling
beda cara pandang, jadi gak ada temen buat ngobrol” (TKM,
20 tahun)
membenarkan jawaban dari TKM, DBR dan JADOO. Berikut cuplikan kuotasi
hasil penelitian.
mendapat kasih sayang yang cukup karena beberapa alasan, antara lain : orang tua
lebih sayang pada adik atau kakak dan orang tua terlalu sibuk bekerja. Berikut
“Jujur aja sih nggak. Ya soalnya mereka sibuk kerja dari pagi
sampe malam” (FHP, 23 tahun)
Hasil penelitian dengan DNS, AQK, dan FHP dibenarkan oleh informan
“bisa iya bisa nggak. Soale ya karna itu tadi, apa apa
mbaknya.. kalo disuruh ngalah terus kan jadi ngerasa
tersisih” (Informan 2, 23 tahun)
subjek penelitian TKM, DBR dan JADOO sudah melaksanakan fungsi cinta kasih
menurut BKKBN. Subjek penelitian merasa bahwa kasih sayang dan perhatian
yang diberikan oleh kedua orang tua sudah cukup. Meskipun subjek penelitian
memiliki kakak atau adik yang tinggal serumah dengannya. Sedangkan keluarga
dari subjek penelitian DNS, AQK, dan FHP tidak melaksanakan fungsi cinta kasih
menurut BKKBN dengan baik. Hal ini disebabkan karena adanya saudara seperti
adik atau kakak yang mendapat perhatian lebih dari orang tua. Kurangnya kasih
sayang dan perhatian yang dirasakan subjek penelitian juga disebabkan oleh
rasa aman dari tindakan yang tidak baik. Berdasarkan data hasil penelitian
mengenai perlindungan dari orang tua ketika subjek penelitian mendapat tindakan
tidak baik, didapatkan jawaban yang sama dari seluruh subjek penelitian. Berikut
“Ya pastilah pas ada masalah apa gitu pasti orang tua belain
kalau emang akunya benar, kalau memang akunya yang salah
yah pasti dilindungi dari orang2 Cuma ntar di rumah
dimarahin sendiri, dibilangin gak boleh ini itu” (JADOO, 22
tahun)
dilindungi saat mendapat tindakan yang tidak baik dari lingkungan saat mereka
ini, fungsi reproduksi diteliti berdasarkan pihak lain yang ikut mengasuh dan
penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pihak selain orang tua yang ikut
mengasuh, didapatkan 3 jawaban yang berbeda. Berikut data lebih rinci pada tabel
5.23.
menyatakan bahwa ada pihak lain dari keluarga seperti kakek, nenek atau saudara
yang ikut ambil bagian dalam mengasuh mereka sejak kecil. Berikut cuplikan
membenarkan jawaban dari DNS, DBR, dan JADOO tentang anggota keluarga
yang ikut mengasuh mereka sejak kecil. Berikut cuplikan kuotasi hasil penelitian.
“kalo dari kecil gak tau mbak.. kalo gak salah ya kakek
neneknya. Dulu dia sempet cerita” (Informan 1, 19 tahun)
bahwa ada pihak selain keluarga seperti pembantu dan tetangga yang ikut
mengasuh mereka saat masih kecil. Berikut cuplikan kuotasi hasil penelitian
“Ada tetanggaku yang mesti dititipi aku. Cuma itu sih yang
ikut ngurusi aku” (AQK, 22 tahun)
jawaban dari AQK dan FHP, yang menyatakan bahwa yang ikut mengasuh
mereka sejak kecil adalah bukan anggota keluarga. Berikut cuplikan kuotasi hasil
penelitian.
“tetangga apa ya? Lupa. Ada yang mesti dititipin dia kok
waktu kecil. Kan ortunya kerja” (Informan 2, 23 tahun)
“Cuma ortu. Dulu ada nenek tinggal serumah, tapi gak ikut-
ikut” (TKM, 20 tahun)
Ada 2 pihak yang ikut mengasuh subjek penelitian. 2 pihak ini berasal dari
keluarga dan non-keluarga. Pihak keluarga yang ikut mengasuh antara lain kakek,
nenek dan saudara. Sedangkan pihak non-keluarga yang ikut mengasuh subjek
mengasuh, karena kedua orang tua subjek penelitian sibuk bekerja, dan tidak ada
Bersama
Berdasarkan tabel 5.24 dan data hasil penelitian, 4 orang subjek penelitian
menyatakan lebih dekat dan banyak menghabiskan waktu dengan sosok ibu, 1
orang subjek penelitian dengan ayah, dan 1 orang subjek penelitian yang lain
subjek penelitian.
penelitian adalah ibu. Hal ini disebabkan karena ibu lebih memiliki banyak waktu
menghabiskan waktu lebih banyak dengan ayah, karena ayahnya sudah tidak
bekerja. Didapatkan informasi juga bahwa 1 keluarga subjek penelitian yaitu FHP
88
Menurut BKKBN, salah satu fungsi keluarga adalah fungsi sosialisasi dan
fungsi sosialisasi dan pendidikan diteliti berdasarkan cara orang tua mendidik
didapatkan 2 jawaban yang berbeda. Berikut data hasil penelitian lebih rinci pada
tabel 5.25.
orang subjek penelitian menyatakan bahwa mereka dididik untuk bersikap ramah
dan sopan pada tetangga di sekitar tempat tinggal mereka, dan hanya 1 subjek
penelitian yang menyatakan bahwa keluarganya bersikap acuh tak acuh pada
“Sopan sama yang lbh tua.. ramah lah intinya sama yang
lain” (Informan 4, 21 tahun)
subjek penelitian DNS, AQK, TKM, DBR dan JADOO sudah melaksanakan
masyarakat yang diajarkan oleh kedua orang tua 5 subjek penelitian tersebut
adalah bersikap ramah pada semua orang, sopan pada seseorang yang lebih tua,
dan memilih pergaulan yang baik. Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan
fungsi sosialisasi dan pendidikan menurut BKKBN. Hal ini dikarenakan subjek
penelitian FHP bertempat tinggal di wilayah perumahan, hal ini tidak dilakukan
mengatur keuangan untuk saat ini dan masa datang. Dalam penelitian ini, fungsi
ekonomi diteliti berdasarkan status pekerjaan orang tua dan penggolongan kondisi
tua didapatkan 3 jawaban berbeda dari subjek penelitian. Berikut data lebih rinci
Tabel 5.26 mengenai status pekerjaan orang tua menunjukkan bahwa kedua
orang tua dari 3 subjek penelitian bekerja, 2 subjek penelitian hanya ayahnya yang
bekerja, dan 1 orang subjek penelitian kedua orang tuanya tidak bekerja.
keluarga didapatkan 3 jawaban berbeda dari subjek penelitian. Berikut data lebih
bahwa 3 orang subjek penelitian berada pada kondisi ekonomi menengah ke atas,
2 orang subjek penelitian berada pada kondisi finansial menengah, dan 1 orang
“Iya. Menengah aja sih. Pas butuh pas onok hahaha..” (AQK,
22 tahun)
Jawaban DBR, FHP dan AQK dibenarkan oleh hasil penelitian dengan
wawancara.
salah satu dari orang tuanya yang bekerja. 1 orang subjek penelitian berada pada
kondisi ekonomi menengah ke atas, dan 1 orang subjek penelitian berada pada
jawaban dari DNS dan TKM. Berikut cuplikan kuotasi hasil penelitian.
tuanya sudah tidak bekerja, dan kondisi ekonomi keluarganya adalah menengah
ke bawah
pekerjaan orang tua responden terbagi menjadi 3, yaitu kedua orang tua subjek
penelitian bekerja, hanya ayah yang bekerja, dan kedua orang tua responden tidak
bekerja. Selain itu juga didapatkan informasi mengenai kondisi ekonomi subjek
penelitian, dan kondisi ekonomi subjek penelitian terbagi menjadi 3 kategori yaitu
latar belakang kondisi keluarga subjek penelitian. Berikut data hasil penelitian
keluarga yang utuh, dan memiliki kakak atau adik. Seorang subjek penelitian
urusan pekerjaan. Berikut cuplikan kuotasi hasil penelitian dengan TKM, JADOO
dan AQK.
membenarkan jawaban dari TKM, JADOO dan AQK. Berikut cuplikan kuotasi
hasil penelitian.
diantaranya sudah memiliki orang tua baru yang lengkap dan memiliki adik.
Sedangkan 1 orang subjek penelitian merupakan anak tunggal dan saat ini hidup
terpisah dari kedua orang tuanya yang sudah bercerai. Berikut cuplikan kuotasi
“papa kerja di salah satu BUMN dari aku kecil, mama Ibu
rumah tangga. Adekku 2 cowok cewek, SMP semua. Dulu aku
tinggalnya di Malang sampe TK A kalo gak salah. Setelah itu,
pas aku umur 3 tahun, papa sama mama pisah. Kayaknya sih
gara-gara kondisi ekonomi. Akhirnya mama nikah sama yang
sekarang. Pas kecil aku dimanjain banget sama papa yang
sekarang. Cuma pas dari SD ke SMP, perhatiannya papa
lebih ke adek yang udah gede. Kalo papa yang kandung susah
banget ditemuin sampe sekarang, terakhir ketemu tengah
SMP. Sejak itu jadi gak bisa ditelpon, mau ngelacak ke
96
membenarkan jawaban dari DNS, DBR dan FHP tentang kondisi keluarga
mereka yang pernah merasakan perceraian dari kedua orang tua. Berikut cuplikan
penelitan memiliki latar belakang keluarga yang broken home dan 3 subjek
penelitian tidak.
pada keluarga, didapatkan 3 jawaban yang berbeda. Berikut data lebih rinci pada
tabel 5.29
97
Berdasarkan tabel 5.29 dan data hasil penelitian, 4 orang subjek penelitian
pernah merasa kecewa dengan keluarga, terutama orang tua karena kurangnya
perhatian yang diberikan. Namun ada 1 subjek penelitian yang menyatakan pernah
“Iya,,,ya itu tadi. Mereka gak ada waktu buat aku karena
sibuk sama kerjaanya. Trus perceraian mereka itu nyakitin
banget.” (FHP, 23 tahun)
dari DNS, AQK, JADOO dan FHP. Berikut cuplikan kuotasi hasil penelitian.
tidak pernah merasa kecewa dengan anggota keluarganya terutama orang tua.
jawaban dari TKM dan DBR. Berikut cuplikan kuotasi hasil penelitian.
besar subjek penelitian merasa kecewa terhadap orang tua. Hal ini disebabkan 2
alasan yaitu kurangnya kasih sayang yang diterima oleh subjek penelitian, dan
adanya saudara kandung (kakak atau adik) yang serumah, dan kesibukan orang
tua bekerja. Kekecewaan dengan alasan pendidikan, karena subjek penelitian tidak
mungkin menjadi salah satu faktor yang membuat mereka memutuskan menjadi
seorang gay, dan 3 orang subjek penelitian yang lain menyatakan kondisi keluarga
seluruh subjek penelitian. Bahwa masalah keluarga menjadi faktor yang mungkin
mempengaruhi keputusan DNS, AQK dan FHP untuk menjadi seorang gay.
Bukan karena masalah finansial, tapi kurangnya perhatian yang dirasakan oleh 3
orang subjek penelitian tersebut. Bagi TKM, DBR dan JADOO, keluarga tidak
ada hubungannya dengan keputusan mereka saat ini untuk menjadi seorang gay.
untuk menjadi seorang gay. Kurangnya kasih sayang dan perhatian serta adanya