Anda di halaman 1dari 8

DISABILITAS JUGA PUNYA MASA DEPAN :

KELUARGA SEBAGAI FAKTOR KESUKSESAN


ANAK DISABILITAS

Abstract
tuliskan abstrak berbahasa Inggris di sini. Silakan langsung copy-
paste di bagian ini tanpa mengubah layout/format; maks. 150 kata.

Keywords: keyword 1; keyword 2; keyword 3…; keyword 5


(alphabetical order)

Abstrak

Disabilitas merupakan keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam


jangka waktu lama dan ketika berhadapan dengan berbagai hambatan. Hal ini
dapat menghalangi partisipasi mereka dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan
dengan yang lainnya. Penelitian ini berasal dari penelitian skripsi yang bertujuan
untuk mengidentifikasikan peran keluarga dalam pertumbuhan, perkembangan
dan edukasi untuk mencapai kesuksesan anak disabilitas di Kota Kupang.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan photovoice sebagai metode
pengumpulan data. Partisipan dalam penelitian ini adalah 6 orang anak disabilitas
berusia 15 hingga 20 tahun, laki-laki dan perempuan, serta memiliki berbagai
keterbatasan yang tinggal di wilayah Kota Kupang. Analisis tematik digunakan
untuk memproses data hasil wawancara. Terdapat dua tema yang diperoleh yaitu
(1) adanya stigma dan diskriminasi yang diterima anak disabilitas di lingkungan
sekolah; dan (2) Adanya dukungan orang tua terhadap cita cita dan harapan pada
anak. Hasil penelitian menunjukkan betapa pentingnya peran keluarga dalam
melindungi serta mendukung anak disablitas di Kota Kupang. Temuan ini
diharapkan dapat menjadi dasar dalam membantu para keluarga dari anak anak
disabilitas untuk memberikan dukungan dan perlindungan terhadap anak
disabilitas.

Kata Kunci: anak disabilitas, keluarga, faktor kesuksesan


DAMPAK DAN IMPLIKASI ULAYAT
Elaborasikan hasil studi Anda dalam konteks ulayat (maksimal 100 kata)
PENDAHULUAN
Menurut Data Biro Pusat Statistik Tahun 2020, jumlah penyandang
disabilitas Indonesia sebanyak 22,5 Juta jiwa atau 5 persen dari Jumlah
Penduduk Indonesia (Humas, 2020). Sedangkan di provinsi NTT jumlah
penyandang disabilitas sebanyak 8.081 jiwa (NTT, 2021). Artinya, penyandang
disabilitas di Negara kita tigak sedikit. Disabilitas merupakan keterbatasan fisik,
mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama dan ketika
berhadapan dengan berbagai hambatan. Hal ini dapat menghalangi partisipasi
mereka dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan yang lainnya. (Saputri,
Raharjo, & Apsari, 2019).
Dalam menjalani kehidupannya anak disabilitas membutuhkan adanya
keluarga sebagai lingkungan sosial pertama untuk menolong serta mendukung
mereka dalam berbagai aspek seperti dukungan emosional, dukungan
instrumental, dukungan penilaian positif, dan dukungan infromasional (House
dlm Rachmah, 2020). Kajian terhadap anak disabilitas banyak di lakukan di
Indonesia, salah satunya penelitian oleh Sudjito Soeparman (2014), dalam
penelitiannya menemukan bahwa salah satu faktor anak disabilitas dalam
mencapai kesuksesannya adalah faktor kondisi keluarga, yang mana hubungan
keluarga yang harmonis memberikan pengaruh yang besar bagi prestasi belajar
mahasiswa difabel. Namun belum ada penelitian secara kualitatif yang menggali
bagaimana perspektif anak disabilitas mengenai peran keluarga dalam
mendukung untuk mencapai masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana peran keluarga dalam mendukung anak disabilitas di
Kota Kupang untuk bisa mencapai masa depannya.

METODE
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah enam orang anak disabilitas dengan kriteria :
(1) memiliki keterbatasan (disabilitas) (2) berusia 15-20 tahun (3) memiliki cita-cita atau
harapan untuk masa depan. Keseluruhan partisipan bersekolah di salah satu Sekolah
Luar Biasa di Kota Kupang. Penjelasan mengenai informed conscent dijelaskan oleh
peneliti kedua dan diisi oleh partisipan dibantu oleh para guru. Lebih lanjut data para
partisipan bisa dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

Nama Usia Kelas Urutan kelahiran Jenis disabilitas


Samaran

Frisly 20 tahun 3 SMA Anak ke 1 dari 4 Tunadaksa


bersaudara

Jole 18 tahun 2 SMA Anak ke 2 dari 4 Tunanetra


bersaudara

Nila 16 tahun 1 SMA Anak tunggal Tunarungu

Ramly 18 tahun 3 SMA Anak ke 6 dari 6 Tunarungu


bersaudara

Saldi 18 tahun 2 SMA Anak ke 5 dari 7 Tunadaksa


bersaudara

Jasmin 17 tahun 2 SMA Anak ke 5 dari 5 Autisme/ mental


bersaudara

Arta 16 tahun 1 SMP Anak ke 3 dari 4 Tunanetra


bersaudara

Tabel 1. Data demografi partisipan

Desain
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan menggunakan teknik
photovoice (Kiling dkk., 2019) dalam mengumpulkan data. Penelitian ini telah
diberikan izin etik oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Nusa Cendana (2022021-KEPK).
Prosedur
Penelitian ini memiliki 3 tahapan utama yakni pengambilan foto dan
wawancara, analisis tematik, dan umpan balik dari partisipan. Partisipan diminta
mengambil gambar/foto terkait dengan topik penelitian. Gambar/foto itu
kemudian digali maknanya melalui wawancara dengan narasumber seminggu
setelahnya bertempat di SLB tempat para partisipan bersekolah dan dilaksanakan
setelah jam sekolah sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar partisipan. Para
partisipan mengambil 3 foto dan wawancara berlangsung selama kurang lebih 30
menit per partisipan. Follow-up melalui media whatsapp dilakukan untuk
menambah kekurangan informasi
Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini berupa asisten peneliti, telepon genggam
untuk merekam, serta telepon pribadi partisipan untuk mengambil gambar.
Teknik Analisis
Data dianalisis menggunakan teknik analisis tematik (Braun & Clark 2008).
Kode dan tema diformulasikan oleh penulis satu dan dua, yang dikonfirmasi oleh
penulis terakhir. Partisipan juga diminta memberikan kritik dan saran atas hasil
dan draft laporan.
HASIL

Dua tema utama yang didapat dari hasil analisis tematik yakni, adanya stigma dan
diskriminasi yang diterima anak disabilitas di lingkungan sekolah; dan adanya
dukungan orang tua terhadap cita cita dan harapan anak disabilitas.

Stigma dan diskriminasi

Beberapa partisipan sebelumnya pernah bersekolah di sekolah inklusi, sedangkan


beberapa lainnya sudah bersekolah di sekolah luar biasa sejak SD. Saldi memilih
untuk pindah ke SLB karena diejek oleh teman-temannya di sekolah inklusi
karena keterbatasannya yakni tuna daksa. Ia melaporkan tindakan teman-
temannya sehingga orangtuanya memutuskan untuk memindahkannya ke SLB,
walaupun jaraknya sangat jauh dari rumah mereka. Jole juga sering mendapat
ejekan dan bullyan oleh teman kelasnya di SLB. Namun Jole menolak
memberitahukan orangtuanya.
Gambar 1. Gambar kaki yang pendek, menjelaskan
kondisi fisik yang membuat sulit beraktivitas

Dukungan orang tua terhadap cita-cita dan harapan

Keseluruhan partisipan mengambil gambar buku, tas, dan sepatu yang diberikan
oleh orangtua sebagai hadiah maupun sebagai penujang belajar partisipan. Saldi
“sudah tidak punya tas lagi jadi mama belikan tas baru ini untuk sekolah” jelas
partisipan kemudian mengiyakan saat ditanya bahwa orangtuanya perhatian
padanya. Saldi juga menceritakan bagaimana orangtuanya mengajarkannya
mengaji dan mendukungnya untuk bisa mengikuti lomba mengaji se-kota Kupang.
Kemudian, Frisly juga mengungkapkan cita-citanya yang ingin menjadi dokter
dan didukung oleh keluarganya yang selalu memberi semangat dan bersedia untuk
menyekolahkannya. Serta Jole yang ingin menjadi penyanyi. Terlepas dari
keterbatasan mereka orangtua mereka juga tetap ingin yang terbaik bagi mereka.
Gambar.2 adalah gambar sofa yang diambil oleh Nila.
Gambar.2 sofa tempat duduk bersama
orangtua membicarakan masa depan

Nila: “biasanya saya bersama mama atau papa duduk disitu sambil berbicang-
bincang tentang nanti kuliah dimana, jurusan apa,dan pekerjaan, pokoknya
tentang masa depan”
DISKUSI

Melalui photovoice dalam penelitian ini, partisipan berhasil memahami diri sendiri
dan lingkungan disekitarnya, terutama peran keluarga dan cita-cita para partisipan. Saat
dimintai umpan balik, partisipan menyadari betapa keluarga menyayangi mereka dan selalu
mendukung mereka untuk menjadi diri mereka sendiri. Hal ini mempengaruhi kinerja
belajar mereka di sekolah dalam minat bakat mereka yang menunjukkan nilai yang bagus.
Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Sudjito Soeparman (2014).

Selanjutnya, keluarga sebagai support system dan pelindung selalu menjadi yang
paling cepat bertindak dalam melindungi dan mencari cara yang terbaik untuk anak-anaknya.
Orangtua dari para partisipan segera bertindak saat anak-anaknya melaporkan tindakan
teman-temannya yang membully mereka, sehingga tak jarang mereka milih untuk menerima
bullyan itu dibanding memberitahukan kepada keluarganya sebagai bukti kemandirian
mereka. Hal ini berbeda dengan temuan Rachmah (2020) dimana tidak semua anak disabilitas
mau diberikan dukungan emosional, instrumental, penghargaan, dan informasional.
Adakalanya mereka juga ingin bisa mandiri untuk bisa beradaptasi dengan lingkungannya.
Pembullyan pasti terjadi, tapi bagaimana caranya mereka menerima diri sendiri dan tidak
selalu berlindung pada orang lain.

Kekuatan dari penelitian berasal dari foto-foto partisipan yang telah membantu mereka
menceritakan kisah mereka lebih baik dibandingkan dengan wawncara biasa dengan panduan
wawancara. Saran untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meningkatkan ukuran
sampel untuk mendapat pemahaman yang lebih mengenai topik ini.

SIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah peran keluarga sangat penting dalam membantu dan
mendukung serta melindungi anak-anak disabilitas dalam mengejar masa depan can cita-cita
mereka. Jangan membiarkan stigma masyarakat membuat mereka tidak berani bermimpi dan tidak
bisa melakukan apa-apa.

Peneliti berikut perlu lebih fokus kepada bagaimana penerimaan diri anak disabilitas
sehingga mereka bisa lebih percaya diri dan berani bermimpi untuk masa depannya.

REFERENSI
Beatrix Novianti Bunga, J. M. (2019). Left-behind children in West Timor, Indonesia: a brief
repport. Vulnerable Children and Youth Studies , 1-6.
Clarke, V. B. (2008). Using thematic analysis in psychology. Qualitative Research in Psychology,
77--101.
Humas, B. (2020). Kemensos Dorong Aksesibilitas Informasi Ramah Penyandang Disabilitas.
Jakarta: https://kemensos.go.id/kemensos-dorong-aksesibilitas-informasi-ramah-
penyandang-disabilitas.
NTT, S. (2021, Oktober 26). Jumlah Penyandang Disabilitas di NTT sebanyak 8.081 Orang.
Kupang: https://www.suara-ntt.com/2021/09/14/jumlah-penyandang-disabilitas-di-ntt-
sebanyak-8-081-orang/amp/.
Rachmah, A. Y. (2020). DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP ANAK DISABILITAS
CEREBRAL PALSY DI UNIT PELAYANAN DISABILITAS (UPD) KOTA TANGGERANG.
Skripsi. Program studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta
Saputri, A. E., Raharjo, S. T., & Apsari, N. C. (2019). DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA BAGI
ORANG DENGAN DISABILITAS SENSORIK. Prosiding Penelitian & Pengabdian
Kepada Masyarakat, 6(1) : 62-72.
Soeparman, S. (2014). FAKTOR_FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN
STUDI MAHASISWA PENYANDANG DISABILITAS. Indonesian Journal of
Disabilities Studie, 1(1) : 12-19.

Anda mungkin juga menyukai