Kelompok 3 Gangguan Berbahasa Jenis Psikogenik Latah
Kelompok 3 Gangguan Berbahasa Jenis Psikogenik Latah
Terjadi bentuk pengulangan yang dialami oleh SD1 yaitu berupa kata “manuk” dalam kalimat
“nyusoni manuk e, eh manuk e”.
Terjadi bentuk pengulangan yang dialami oleh SD2 yaitu berupa kata “kontol” dalam
keseluruhan kalimat “eh gak kontol a, gak kontol”
Reaksi Coprolalia
Bentuk pengulangan tuturan latah berupa kalimat:
Pada kutipan di atas, tampak bahwa terjadi bentuk pengulangan yang dialami oleh SD1
yaitu berupa kalimat “sikil manuk’e coplok” dalam keseluruhan kalimat “emok, sikil’e
manuk’e coplok, eh sikil manuk‟e coplok.”
Reaksi Ekolalia
Tingkah laku meniru perkataan yang diujarkan atau yang didengarnya.
Peniruan atau pengulangan dalam jenis reaksi ini bukan hanya dalam bentuk kata saja,
tapi juga dapat terjadi pada frasa dan kalimat.
a. Kata
Terjadi bentuk pengulangan yang dialami oleh SD1 tidak hanya satu kata, melaikan dua kata
yaitu kata “anak’e” dan kata “mantu’ne” dalam keseluruhan kalimat “iyo ojok oleh yo? Onok
anak’e, eh anak’e eh anak’e. onok mantu’ne, eh mantu’ne. bapak’e”
b. Frasa
terjadi bentuk pengulangan yang dialami oleh SD2 yaitu berupa frasa “mboten
disebut” dalam keseluruhan kalimat “”mboten disebut, eh mboten disebut. Mboten
dinyang”.
c. Kalimat
terjadi bentuk pengulangan yang dialami oleh SD1 yaitu berupa kalimat “mlaku-
mlaku” dalam keseluruhan kalimat “wong numpak sepeda ngunu kok sikile mlaku-
mlaku, eh kok sikile mlaku-mlaku sampekan”.
Faktor Penyebab Terjadinya Latah
Berdasarkan dari tiga informan dalam penelitian ini, ditemukan dua informan
dengan satu faktor penyebab yang sama dan satu informan lain dengan faktor
penyebab yang berbeda.
SD1 penyebab latah dari SD1 adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan
dalam hal ini adalah dalam ranah keluarga. Ia mengatakan bahwa dari keluarganya
yang latah adalah ibunya. SD1 mengalami latah sejak kecil hingga sekarang
berumur 42 tahun.
SD2 penyebab SD2 latah adalah faktor lingkungan sekitar. SD2 mengalami
latah sejak umur 40 tahun. adanya orang-orang lain di lingkungan sekitar SD2 yang
juga mengidap latah sehingga dia tertular secara tidak sengaja
SD3 penyebab SD3 latah adalah faktor mimpi. Faktor mimpi tersebut
merupakan faktor yang ditimbulkan karena seseorang telah memimpikan sesuatu
yang berkaitan dengan masalah seksual. SD3 juga menyebutkan bahwa awal mulai
mengalami latah yaitu karena bermimpi tentang alat kelamin pria. Ketika ia
terbangun dari mimpinya, SD3 terus teringat dengan apa yang diimpikannya dan
mulai mengalami gangguan berbahasa tersebut dengan mengujarkan dan
mengulanginya.
PEMBAHASAN
Pengulangan dalam bentuk kalimat, adalah pengulangan kalimat secara utuh.
Sedangkan pengulangan kata atau frasa hanya mengulangi satu atau dua kata saja
dari satu kalimat yang diujarkan sebelumnya. pengulangan kata dan frasa juga bisa
karena terpancing oleh yang diucapkan orang lain.
• Coprolalia
Pengulangan dapat terjadi pada Kata Benda (KB), Kata Kerja (KK), dan Kata Sifat
(KS).
Kata yang ditemukan dalam jenis reaksi Coprolalia hanya berkategori KB.
1) Manuk’e eh manuk’e
manuk = KB
*Kata
Kata yang ditemukan dalam jenis reaksi Ekolalia adalah KB, KK Berikut ini diuraikan
analisis dalam bentuk
kata.
1) sayang, eh sayang
Sayang = KK
……
Dari penelitian milik Fatmawati dan Mintowati yang berjudul “Gangguan
Berbahasa Jenis Psikogenik Latah : Studi Kasus di Desa Tropodo
Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, Penyaji lebih lanjut menjelaskan
sebagai berikut :
……
• Gangguan berbahasa
Menurut KBBI, gangguan adalah halangan, rintangan, godaan, sesuatu yang menyusahkan.
Mengganggu juga diartikan sebagai hal yang menyebabkan ketidakwarasan atau
ketidaknormalan (tentang jiwa, kesehatan, pikiran), hal yang menyebabkan ketidaklancaran.
Gangguan berbahasa berarti halangan, rintangan, dan sesuatu yang menyusahkan
seseorang dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi, atau kata-kata untuk
mengekspresikan, mengatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Secara medis menurut Sidharta (1984) gangguan berbahasa itu dapat dibedakan atas tiga
golongan yaitu (1) gangguan berbicara (2) gangguan berbahasa (3) gangguan berpikir.
Gangguan berbicara dapat dikelompokkan atas dua kategori. Pertama, gangguan
mekanisme berbicara yang berimplikasi pada gangguan organik dan kedua, gangguan
berbicara psikogenik.
Gangguan Psikogenik
Psikogenik menurut KBBI, berasal dalam pikiran atau dalam konflik mental
atau emosional. Chaplin dalam Kamus Lengkap Psikologi (2006 : 396)
mengatakan penyakit psikogenik adalah satu penyakit fungsional yang tidak
diketahui basis organiknya, karena itu, mungkin disebabkan oleh konflik
atau tekanan atau stress emosional.
Contohnya adalah diksi yang merujuk pada alat kelamin yang secara situasi budaya
dianggap tabu atau kurang sopan dengan leluasa keluar bahkan berulang-ulang karena
kondisi kesadaran yang menurun. Peristiwa demikian terjadi dengan sangat cepat dan
di luar kesadaran para penyandang latah tersebut.
Agar kebiasaan latah bisa dihilangkan dengan cepat, yaitu:
Kebiasaan latah akan sulit dihilangkan atau bisa saja kambuh sewaktu-waktu
apabila penderita menganggap menjadi latah itu lucu, menguntungkan dan
menyenangkan.
Hubungan dengan Psikologi Penderita Psikogenik Latah
Proses munculnya mimpi dan bentuk lingual alat kelamin tersebut bukanlah proses yang
sederhana. Pamungkas, dalam penelitiannya (2017: 3-4) mengatakan bahwa peristiwa
psikologis melatarbelakangi munculnya bentuk lingual menjadi energi lebih yang mendorong
terbentuknya pola perilaku latah.
Hal tersebut membenarkan teori Freud dan Jung yang menyebutkan bahwa peristiwa
psikologis yang menahun dan ditahan karena tidak dapat terealisasi dalam kenyataan maka
hal tersebut tidak akan pernah hilang. Peristiwa yang diinginkan tersebut tetap akan bertahan
dalam diri manusia (otak) yang terus menunggu pemenuhan. Pemenuhan yang tidak kunjung
datang akhirnya hal tersebut dipindahkan penyimpanannya dalam otak taksadar manusia.
Proses penahanan dalam otak taksadar manusia pun masih berharap mencapai pemenuhan,
namun bila tidak, hal tersebut akan diubah bentuknya dalam mimpi.
Penggambaran mimpi seperti disebutkan di atas dan kemudian muncul reaksi perilaku
latah dengan sederet bentuk lingual yang muncul, yang merujuk pada alat kelamin,
disebutkan oleh Jung (dalam Pamungkas, 2017: 4) hal itulah sebenarnya penyebabnya.
Artinya, bentuk lingual yang secara spontan muncul tersebut merupakan gambaran dari
keinginan yang tidak dapat terealisasikan dalam kenyataan.
Dilihat dari faktor penyebab latah yang dialami oleh ke dua penderita yang disebabkan
oleh faktor lingkungan (SD1 dan SD2),
Pada SD1, sebenarnya merasa terganggu dengan adanya gangguan yang dialami
sekarang.
Dengan adanya gangguan latah, SD1 sulit melakukan aktivitas dan komunikasi dengan
orang lain secara normal. Selain mengeluarkan tenaga, perasaan emosi dan sakit hati
terkadang juga muncul pada SD1 karena banyak orang menggoda dan menjahili SD1
yang menganggap latah adalah sebuah lelucon. Dapat terlihat bahwa sebenarnya SD1
terganggu secara psikologis karena merasa tidak bisa beraktivitas dan berkomunikasi
dengan “normal”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SD1 sebenarnya menanggung
beban psikis.
Sedangkan SD2 tidak merasa terganggu, karena ia menderita latah sejak berumur 40
tahun dan hanya latah jika ada suara keras yang didengarnya dan jika ada yang
mengagetkannya saja. Sehingga kemungkinan tidak ada beban psikis yang ditanggung.
Makasih…