Anda di halaman 1dari 13

PROSES REDUPLIKASI PADA KAKAWIHAN MASYARAKAT

SUNDA DI DUSUN SEMPUR MAYUNG


Siti Khotijah
Prodi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas April
E-mail: khotijahsiti2409@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini mencoba mendeskripsikan proses reduplikasi yang terjadi pada
kakawihan masyarakat sunda di dusun Sempur Mayung. Peneliti
menggunakan metode kualitatif dengan teori reduplikasi yang berasal dari
teori morfologi Lieber (2009:80) serta teori mengenai jenis-jenis reduplikasi
yang berasal dari tata bahasa acuan bahasa sunda Sumardi (1994:60). Data
yang dikumpulkan berasal dari lirik kakawihan diantaranya kakawihan Oray
orayan, Ayang ayang gung, Punten mangga dan Ucang angge. Teknik
pengumpulan data menggunakan metode observasi partisipan. Analisis data
dilakukan dengan cara mengidentifikasi objek dan mengelompokkan data
berdasarkan jenis reduplikasi. Bentuk penyajian data dilakukan dengan
penyajian informal dan formal. Berdasarkan analisis data, terdapat tiga jenis
reduplikasi yang terjadi pada kakawihan tersebut yaitu reduplikasi penuh,
reduplikasi penuh yang disertai perubahan fonem dan reduplikasi sebagian.
Jenis reduplikasi yang paling banyak terjadi yaitu reduplikasi sebagian yang
ada dalam kakawihan Punten mangga.
Kata Kunci : Reduplikasi, Morfologi, Kakawihan Masyarakat Sunda di
Dusun Sempur Mayung

A. PENDAHULUAN
Teknologi yang semakin canggih menjadikan masyarakat lebih sering
berinteraksi dengan gadget yang dimilikinya. Hal tersebut terus berlangsung tanpa
bisa dihentikan, sehingga mempunyai dampak yang cukup besar dalam bidang
kearifan lokal. Salah satu dampak negatif dari canggihnya teknologi dalam bidang
kearifan lokal adalah semakin sedikit anak – anak yang mengetahui bahkan
mengerti dengan kearifan lokal yang dalam hal ini berupa kakawihan. Umumnya
kakawihan di senandungkan ketika sedang bermain dalam permainan tradisional
atau sekedar untuk membuat hati gembira.
Masyarakat sunda mengenal kakawihan sebagai salah satu kearifan lokal
yang di wariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Meskipun saat ini
teknologi sudah canggih, namun di pelosok daerah seperti di Dusun Sempur
Mayung masih ada beberapa kakawihan yang masih dapat kita dengar dari
kumpulan anak yang sedang bermain, kakawihan tersebut diantaranya adalah Oray
Orayan, Punten Mangga, Ucang Angge dan Ayang – Ayang Gung. Dalam
kakawihan tersebut, penulis menemukan beberapa proses reduplikasi bahkan dari
judul kakawihannya.
Kakawihan yang masih dapat di dengar dari kumpulan anak yang sedang
bermain di Dusun Sempur Mayung Desa Cimarga Kecamatan Cisitu Kabupaten
Sumedang menjadi objek dari penelitian ini, karena daerah tersebut merupakan
wilayah tertinggi di kecamatan Cisitu yang di dominasi oleh kebun dan hutan, di
dukung oleh mayoritas masyarakat yang menggunakan bahasa Sunda dalam
kegiatan sehari – hari, serta dengan kondisi akses internet yang masih belum stabil,
sehingga anak – anak yang tinggal disana tidak terlalu tergantung dengan gadget
yang dimiliki oleh orang tua mereka dan mereka juga lebih sering menghabiskan
waktu dengan bermain bersama di tempat terbuka seperti lapangan atau halaman
depan madrasah tempat mereka menimba ilmu agama.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Lieber (2009:80) dan
Sumardi (1994:60). Penelitian yang membahas tentang reduplikasi telah dilakukan
oleh beberapa peneliti di antaranya Maniara (2014), Susilowati (2017), Tiana
(2017), Ridwan (2018), dan Wihayanti (2018). Pada penelitian terdahulu, beberapa
peneliti berfokus pada proses reduplikasi dengan objek berupa novel, cerita pendek,
buku pelajaran, karangan deskripsi siswa hingga analisis kontrastif suatu bahasa.
Dalam hal ini terdapat perbedaan objek yang diteliti, karena penulis berusaha
meneliti salah satu kearifan lokal masyarakat sunda yang berupa kakawihan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat di identifikasikan permasalahan yang akan
diteliti dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana proses reduplikasi yang terjadi dalam kakawihan tersebut?
2. Jenis reduplikasi apa yang paling banyak terjadi?

B. KERANGKA TEORI
Reduplikasi adalah proses morfologis dimana semua atau sebagian dari kata
dasar diulang. Reduplikasi dibagi menjadi dua bagian yakni reduplikasi penuh (full
reduplication) dan reduplikasi sebagian (partial reduplication). Reduplikasi penuh
adalah sebuah proses di mana seluruh kata dasar diulang, sedangkan reduplikasi
sebagian hanya sebagian kata dasar yang diulang, bisa dari awal atau akhir, serta
dapat berupa pengulangan konsonan dan vokal pertama dari kata dasar (Lieber,
2009:80). Dalam morfologi bahasa Sunda, terdapat salah satu istilah yakni “kecap
rajekan”. Istilah tersebut merupakan istilah yang lazim digunakan dalam sistem
gramatika untuk menyebutkan bentuk – bentuk ulang. (Sumardi, 1994:60) Ahli
bahasa Sunda membagi reduplikasi ini menjadi beberapa bagian yaitu:
1. Dwilingga (pengulangan penuh)
a) Dwimurni
Dwimurni merupakan bagian dari dwilingga berupa pengulangan
seluruh bentuk dasar. Contoh nya: korsi ’kursi’  korsi-korsi ‘kursi
–kursi’.

b) Dwireka
Dwireka merupakan bagian dari dwilingga dengan bentuk yang
diulang mengalami perubahan bunyi (vokal). Dwireka juga dapat
mengalami afiksasi. Contoh nya:
 Tulang ‘tulang’  tulang-taleng ‘bermacam-macam tulang’
 Ganti ‘ganti’  digunta – ganti ‘sering diganti’

2. Dwipurwa (pengulangan sebagian)


Dwipurwa merupakan pengulangan pada sebagian bentuk dasar.
Contohnya: saha ‘siapa’  sasaha ‘siapapun’.

3. Trilingga (pengulangan tiga kali dengan perubahan bunyi)


Trilingga merupakan pengulangan yang mengandung dua bentuk ulang,
ditambah bentuk dasar yang diketahui (seolah olah hasil pengulangan
menjadi tiga bentuk, ditambah bentuk yang diulang). Trilingga umumnya
akan mengalami perubahan bunyi. Contoh: Dor (sebuah bunyi tembakan)
 dar der dor ‘bunyi tembakan yang terdengar berkali kali’.

C. METHOD (METODE)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif. Penggunaan
metode penelitian kualitatif berhubungan dengan data yang akan diperoleh.
Dimana, penelitian kualitatif tidak menggunakan perhitungan, maksudnya data
yang dianalisis bukan berbentuk angka. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat
Moelong (2011:11) yang mengatakan bahwa data yang dikumpulkan berupa kata –
kata, gambar dan bukan angka. Hal tersebut sejalan dengan data yang dianalisis
oleh peneliti yang berupa kata – kata, bukan angka.
Objek dari penelitian ini adalah proses reduplikasi yang terjadi pada kakawihan
masyarakat sunda di dusun Sempur Mayung. Metode pengumpulan data yang
digunakan yaitu metode observasi partisipan, dimana penulis menggunakan
pancaindera untuk memperoleh informasi yang diperlukan dengan terlibat langsung
ke lokasi data yang akan diteliti. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Bungin
(2007:115-117) yang mengatakan bahwa metode observasi partisipan merupakan
metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian
melalui pengamatan dan penginderaan dimana peneliti terlibat dalam keseharian
informan. Dalam tahap analisis data, penulis berusaha mengidentifikasi objek data
kemudian mengelompokkan data berdasarkan jenis reduplikasi yang ada. Setelah
data terkumpul, kemudian penulis menyajikannya menggunakan penyajian
informal dan formal. Pertama, penulis menyajikan hasil analisis data dengan
menggunakan kata-kata biasa kemudian diakhiri dengan penyajian menggunakan
tanda atau lambing. Menurut Sudaryanto (2015:241), dalam metode ini pertama
penyajian informal merupakan metode yang perumusannya menggunakan kata kata
biasa atau dengan kalimat-kalimat. Kedua, penyajian formal merupakan metode
perumusan yang menggunakan tanda dan lambang-lambang.
D. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 04 Desember


2021, ditemukan bahwa anak – anak yang tinggal di Dusun Sempur Mayung, Desa
Cimarga, Kecamatan Cisitu, sudah terbiasa bermain di alam terbuka sekitar jam
13.00 WIB atau sebelum mereka menimba ilmu agama di madrasah. Kebiasaan
tersebut dilakukan tanpa ada rasa ragu ataupun takut untuk bersenda gurau semau
mereka. Sekalipun anak-anak tertawa hingga menimbulkan kebisingan, hal tersebut
sudah di anggap lumrah, karena masyarakat biasa yang hendak pergi ke kebun atau
sawah, selalu mengajak masyarakat lain dengan cara berteriak. Bahkan, masyarakat
yang suka berburu hewan liar seperti babi hutan, atau hewan lainnya, mereka
terbiasa berteriak sekencang-kencangnya dengan tujuan menakut-nakuti hewan
buruannya. Sehingga sangat memungkinkan jika anak – anak di dusun tersebut
menyenandungkan kakawihan dengan bebas ketika mereka sedang bermain.
Kakawihan tersebut diantaranya adalah Oray-orayan, Ayang – ayang gung, Punten
mangga dan Ucang angge. Berdasarkan kakawihan tersebut penulis dapat
menganalisis proses reduplikasi beserta jenis reduplikasi yang terjadi di dalamnya.

1. Proses Reduplikasi Yang Terjadi Dalam Kakawihan Masyarakat Sunda


Di Dusun Sempur Mayung

Menurut Sumardi (1994:60-64), reduplikasi terdiri dari reduplikasi


Dwilingga, Dwireka dan Trilingga. Berdasarkan hasil pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara observasi partisipasi, penulis menemukan
beberapa proses reduplikasi yang terjadi dalam kakawihan Oray orayan,
Ayang ayang gung, Punten mangga dan Ucang angge. Berikut ini proses
reduplikasi yang terjadi dalam kakawihan tersebut.

1.1 Reduplikasi Penuh (Full Reduplication atau Dwilingga)


Reduplikasi penuh (dwilingga) merupakan proses pengulangan yang
terjadi pada seluruh leksem. Berikut ini proses reduplikasi penuh pada
kakawihan Oray orayan, Ayang ayang gung, Punten mangga dan Ucang
angge.

1.1.1 Reduplikasi penuh (dwilingga) pada kakawihan Oray orayan


Penulis menemukan proses reduplikasi penuh (dwilingga) pada
kakawihan ini sebanyak satu kali, yaitu pada kata “oray orayan”.
Pada kata tersebut morfem bebas ‘oray’ ditambah morfem bebas
‘oray’ serta terjadi penambahan afiksasi berupa sufiks ‘–an’
sehingga membentuk kata “oray orayan’ yang mengandung
makna ‘ular mainan’. Penulisan proses pembentukan kata ‘oray
orayan’ secara morfologis yaitu {oray} + {oray} + {-an}  oray
orayan.

1.1.2 Reduplikasi penuh (dwilingga) pada kakawihan Ayang ayang


gung
Penulis menemukan proses reduplikasi penuh (dwilingga) pada
kakawihan ini sebanyak 2 kali yang terdapat pada kata “ayang –
ayang” serta “olo-olo”. Pada kata ‘ayang – ayang’ terdiri dari
morfem bebas ‘ayang’ ditambah morfem bebas ‘ayang’, serta
tidak ada penambahan afiksasi apapun. Penulisan proses
pembentukan kata tersebut secara morfologisnya yaitu {ayang} +
{ayang}  ayang ayang.
Sedangkan dalam kata ‘olo – olo’, terdiri dari morfem bebas ‘olo’
ditambah morfem bebas ‘olo’ dan tidak mendapatkan afiksasi
apapun sehingga menghasilkan kata ‘olo – olo’. Penulisan proses
pembentukan kata tersebut secara morfologis yaitu {olo} + {olo}
 olo olo.

1.1.3 Reduplikasi penuh (dwilingga) pada kakawihan Punten


mangga
Penulis menemukan proses reduplikasi penuh (dwilingga) pada
kakawihan ini sebanyak satu kali, yaitu pada kata “wok wok”.
Pada kata tersebut morfem bebas ‘wok’ ditambah morfem bebas
‘wok’ serta tidak ada penambahan afiksasi apapun. Penulisan
proses pembentukan kata ‘wok wok’ secara morfologis yaitu
{wok} + {wok}  wok wok.

1.1.4 Reduplikasi penuh (dwilingga) pada kakawihan Ucang angge


Penulis menemukan proses reduplikasi penuh (dwilingga) pada
kakawihan ini sebanyak satu kali, yaitu pada kata “gog gog”. Pada
kata tersebut morfem bebas ‘gog’ ditambah morfem bebas ‘gog’
serta tidak ada penam bahan afiksasi apapun. Penulisan proses
pembentukan kata ‘gog gog’ secara morfologis yaitu {gog} +
{gog}  gog gog.

1.2 Reduplikasi Penuh Dengan Perubahan Fonem (Dwireka)


Dwireka merupakan bagian dari dwilingga, namun pada proses
reduplikasi jenis ini terdapat adanya perubahan fonem atau bunyi. Proses
reduplikasi jenis ini terjadi pada kakawihan Oray orayan, Ayang ayang
gung dan Punten mangga. Berikut ini proses reduplikasi yang terjadi
pada kakawihan tersebut.

1.2.1 Reduplikasi penuh dengan perubahan fonem pada


kakawihan Oray orayan
Penulis menemukan proses reduplikasi penuh yang disertai
perubahan fonem pada kakawihan ini sebanyak satu kali, yaitu
pada kata ‘luar – leor’. Pada kata tersebut morfem bebas ‘leor’
yang memiliki makna ‘meliuk’, mendapatkan proses reduplikasi
berupa penambahan morfem bebas ‘luar’ sehingga menghasilkan
kata ‘luar leor’ yang memiliki makna meliuk liuk. Perubahan
fonem (bunyi) yang terjadi yaitu fonem /ua/ menjadi fonem /eo/.
Secara morfologis penulisan proses kata tersebut yaitu {luar} +
{leor}  luar leor.
1.2.2 Reduplikasi penuh dengan perubahan fonem pada
kakawihan Ayang ayang gung
Penulis menemukan proses reduplikasi penuh yang disertai
perubahan fonem pada kakawihan ini sebanyak satu kali, yaitu
pada kata ‘lempa lempi lempong’. Pada kata tersebut morfem
bebas ‘lempa’ mendapatkan proses reduplikasi berupa
penambahan morfem bebas ‘lempi’ dan morfem bebas ‘lempong’
sehingga menghasilkan kata ‘lempa lempi lempong’. Kata
tersebut terjadi perubahan fonem berupa perubarahan bunyi yang
berada di akhir setiap mofem yakni fonem /a/ + /i/ + /ong/. Secara
morfologis penulisan proses pembentukan kata tersebut yaitu
{lempa} + {lempi} + {lempong}  lempa lempi lempong.

1.2.3 Reduplikasi penuh dengan perubahan fonem pada


kakawihan Punten mangga
Penulis menemukan proses reduplikasi penuh yang disertai
perubahan fonem pada kakawihan ini sebanyak dua kali, yaitu
pada kata ‘sempal sempil’ dan ‘puak paok’. Dalam kata ‘sempal
sempil’, morfem bebas ‘sempil’ yang morfem dasar dari kata
tersebut mendapatkan proses reduplikasi berupa penambahan
morfem bebas ‘sempal’. Perubahan fonem yang terjadi pada kata
tersebut yaitu fonem /a/ menjadi fonem /i/. Secara morfologis
penulisan proses pembentukan kata tersebut yaitu {sempal +
{sempil}  sempal sempil.
Sedangkan, dalam kata ‘puak paok’ morfem ‘paok’ yang
merupakan morfem dasar dari kata tersebut serta memiliki makna
‘mencuri’, mendapatkan proses reduplikasi berupa penambahan
morfem bebas ‘puak’, sehingga menghasilkan kata ‘puak paok’
yang mengandung makna ‘selalu mencuri’. Perubahan fonem
yang terjadi pada kata tersebut yaitu fonem /ua/ menjadi fonem
/ao/. Secara morfologis penulisan proses pembentukan kata
tersebut yaitu {puak} + {paok}  puak paok.

1.3 Reduplikasi Sebagian (Partial Reduplication atau Dwipurwa)


Reduplikasi sebagian merupakan proses pengulangan sebagian dari
bentuk dasar. Dimana, bentuk dasar tidak diulang seluruhnya. Proses
reduplikasi jenis ini hanya terdapat pada kakawihan Punten mangga
dan Ucang angge. Berikut ini proses reduplikasi yang terdapat pada
kakawihan tersebut.

1.3.1 Reduplikasi sebagian pada kakawihan Punten Mangga


Penulis menemukan proses reduplikasi sebagian pada
kakawihan ini sebanyak 11 kali. Pada proses reduplikasi ini
hanya sebagian dari bentuk dasar yang mengalami pengulangan,
dalam kakawihan ini hanya berupa pengulangan dua sampai tiga
huruf dari kata dasar. Berikut ini penulisan secara morfologis
proses reduplikasi sebagian pada kakawihan Punten Mangga:
 {Ga-} + {gatot}  Ga gatot
 {Ca-} + {cau}  Ca cau
 {Bon-} + {bonteng}  Bon bonteng
 {Sak-} + {sakit}  Sak sakit
 {Ru-} + {rujak}  Ru rujak
 {Sem-} + {sempal}  Sem sempal
 {Pil-} + {pilem}  Pil pilem
 {Me-} + [meja}  Me meja
 {Kan-} + {kantong}  Kan kantong
 {Song-} + {songsong}  Song songsong
 {Pu-} + {puak}  Pu puak

1.3.2 Reduplikasi sebagian pada kakawihan Ucang Angge


Penulis menemukan proses reduplikasi sebagian pada
kakawihan ini sebanyak 2 kali. Pada proses reduplikasi ini
hanya sebagian dari bentuk dasar yang mengalami pengulangan,
dalam kakawihan ini hanya berupa pengulangan dua sampai
empat huruf dari kata dasar. Berikut ini penulisan secara
morfologis proses reduplikasi sebagian pada kakawihan Ucang
Angge:
 {Cang-} + {ucang}  Cang ucang
 {Go-} + {gog}  Go gog

2. Jumlah Jenis Reduplikasi Yang Terjadi Dalam Kakawihan


Masyarakat Sunda di Dusun Sempur Mayung
Berdasarkan hasil analisis proses reduplikasi diatas, maka dapat dilihat
bahwa setiap jenis memiliki jumlah reduplikasi tertentu. Berikut ini
rincian jumlah reduplikasi yang terjadi pada kakawihan Oray orayan,
Ayang ayang gung, Punten mangga dan Ucang angge berdasarkan
jenisnya:

2.1 Reduplikasi Penuh


Setelah dianalisis, jenis reduplikasi ini terjadi sebanyak 5 kali
dengan proses yang paling banyak terjadi terdapat pada kakawihan
Ayang ayang gung.

2.2 Reduplikasi Penuh Dengan Perubahan Fonem


Setelah dianalisis, jenis reduplikasi ini terjadi sebanyak 4 kali
dengan proses yang paling banyak terjadi terdapat pada kakawihan
Punten mangga.

2.3 Reduplikasi Sebagian


Setelah dianalisis, jenis reduplikasi ini terjadi sebanyak 13 kali
dengan proses yang paling banyak terjadi terdapat pada kakawihan
Punten mangga.
Terdapat sebanyak 22 kali jumlah keseluruhan proses reduplikasi yang
terjadi dalam kakawihan Oray orayan, Ayang ayang gung, Punten
mangga dan Ucang angge. Jenis reduplikasi banyak terjadi yaitu jenis
reduplikasi sebagian karena terjadi sebanyak 13 kali.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis reduplikasi pada


kakawihan masyarakat sunda di dusun Sempur Mayung, desa Cimarga,
kecamatan Cisitu kabupaten Sumedang, penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Proses reduplikasi yang terjadi pada kakawihan tersebut diantaranya
jenis reduplikasi penuh (Dwilingga), reduplikasi penuh dengan
perubahan fonem (Dwireka) dan reduplikasi sebagian (Dwipurwa).
2. Terdapat 22 kali pengulangan kata yang terjadi pada kakawihan
tersebut, dengan jenis reduplikasi sebagian (Dwipurwa) yang
merupakan jenis reduplikasi yang paling banyak terjadi.

F. DAFTAR PUSTAKA

Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitaif: Komunikasi, Ekonomi,


Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group

Lieber, Rochelle. 2009. Introducing Morphology, UK: Cambridge


University Press

Moleong, L.J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi,


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Ridwan, R. 2018. Reduplikasi dalam buku pelajaran bahasa Indonesia


kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA). Makassar: Jurnal Universitas
Negeri Makassar.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa, Yogyakarta:


Duta Wacana University

Sumardi, Dadi. 1994. Tata Bahasa Acuan Bahasa Sunda, Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Susilowati, Anik. 2017. Analisis Reduplikasi Pada Karangan Deskripsi


Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Gatak Sukoharjo, Surakarta: Jurnal
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Tiana, Tini. 2017. Reduplikasi Dalam Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas


2014 Di Tubuh Tarra, Dalam Rahim Pohon, Pontianak: Jurnal Universitas
Tanjungpura Pontianak
Wihayanti. 2018. Proses Reduplikasi Morfologis Dalam Buku Catatan
Najwa Karya Najwa Shihab Dan Implementasinya Di Sma, Surakarta:
Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta
Data 1 : Lirik Oray
orayan

Oray-orayan luar léor


mapay sawah

Entong ka sawah
paréna keur sedeng
beukah

Mending ka leuwi di
leuwi loba nu mandi

Saha anu mandi


anu mandina pandeurii

Data 2 :Lirik ayang ayang


gung

Ayang-ayang gung
Gung goongna ramé
Ménak Ki Mas Tanu
Nu jadi wadana
Naha manéh kitu
Tukang olo-olo
Loba anu giruk
Ruket jeung Kumpeni
Niat jadi pangkat
Katon kagoréngan
Ngantos Kangjeng Dalem
Lempa lempi lempong
Ngadu pipi jeung nu
ompong
Jalan ka Batawi
ngemplong
Data 3 : Lirik punten
mangga

Punten mangga
Ari ga –gatot kaca
Ari ca–cau Ambon
Ari bon- bonteng asak
Ari sak – sakit perut
Ari ru – rujak asem
Ari sem – sempal
sempil
Ari pil – pilem rame
Ari me – meja makan
Ari kan –kantong
kosong
Ari song – songsong
lampu
Ari pu –puak paok
Ari wok – wok
delewok

Data 4 : Lirik ucang


angge

Cang ucang anggé

Mulung muncang ka
paranjé

Di gogog ku anjing
gedé

Anjing gedé nu Pa
Lebé

Ari gog- gog


cungunguuuung

Tabel Proses Reduplikasi Pada Kakawihan Masyarakat Sunda di Dusun


Sempur Mayung
1. Reduplikasi Seluruh (Full Reduplication atau Dwilingga)
No Judul Proses Reduplikasi Hasil
(Seluruh) Reduplikasi
1 Ayang Ayang {Ayang} + Ayang ayang
Gung {ayang}
{Olo} + {olo} Olo - olo
2 Oray Orayan {Oray} + {oray} + Oray Orayan
{-an}
3 Punten mangga {Wok} + {wok} Wok wok
4 Ucang Anggè {Gog} + {gog} Gog - gog
Jumlah Reduplikasi 5 (lima)

2. Reduplikasi Penuh Dengan Perubahan Fonem (Full Reduplication atau


Dwireka):
No Judul Proses Reduplikasi Hasil Reduplikasi
(perubahan fonem)
1 Ayang {Lempa} + Lempa lempi
Ayang {Lempi} + lempong
Gung {Lempong}
/a/ + /i/ + /ong/
2 Oray {Luar} + {Lèor} Luar lèor
Orayan /ua/ + /èo/
3 Punten {Sempal-} + Sempal sempil
Mangga {Sempil}
/a/ + /i/
{Puak-} + {Paok} Puak paok
/ua/ + /ao/
Jumlah Reduplikasi 4 (empat)

3. Reduplikasi Sebagian (Partial Reduplication atau Dwipurwa)


No Judul Proses Hasil
Reduplikasi Reduplikasi
(Sebagian)
1 Punten mangga {Ga-} + {gatot} Ga - gatot
{Ca-} + {cau} Ca - cau
{Bon-} + Bon - bonteng
{bonteng}
{Sak-} + {sakit} Sak - sakit
{Ru-} + {rujak} Ru - rujak
{Sem-} + Sem - sempal
{sempal-}
{Pil-} + {pilem} Pil - pilem
{Me-} + {meja} Me - meja
{Kan-} + Kan - kantong
{kantong}
{Song-} + Song -
{songsong} songsong
{Pu-} + {puak} Pu - puak
2 Ucang anggè {Cang-} + Cang ucang
{ucang}
{Go-} + {gog} Gogog
Jumlah Reduplikasi 13 (tiga belas)

Anda mungkin juga menyukai