Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nur Anisa Mutiasari

NPM : 1814131056
Mata kuliah : Bahasa Indonesia

1. Pola Penalaran Induktif

Pola Penalaran induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data,
pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri dengan kesimpulan umum. Kesimpulan ini
dapat berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atas fakta yang bersifat khusus. Ada tiga
macam penalaran induktif, diantaranya: generalisasi, analogi, dan sebab-akibat.
Generalisasi adalah proses penalaran berdasarka pengamatan atas sejumlah data yang bersifat
khusus yang disusun secara logis dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat
umum. Analogi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas data khusus dengan
membandingkan atau mengumpamakan suatu objek yang sudah teridentifikasi secara jelas
terhadap objek yang dianalogikan sampai dengan kesimpulan yang berlaku umum. Sebab-
akibat adalah proses penalaran berdasarka hubungan antardata yang mengikuti pola sebab-
akibat, akibat-sebab, sebab – akibat-akibat.
Contohnya:

Selain kaya akan budayanya, Indonesia juga mempunya lahan pertanian yang subur, banyak
menghasikkan berbagai macam rempah-rempah, bahan pangan, buah-buahan, dan lain-lain.
Dari segi barang tambang, Indonesia juga sangat lah potensial, terbukti Indonesia salah satu
negara di Asia yang menekspor minyak bumi, batu bara, dan barang tambang lainnya. Maka
tidak lah salah jika dikatakan Indonesia adalah Negara yang kaya.

2. Pola Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif adalah suatu proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian fakta
yang bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri simpulan khusus yang berupa
prinsip, sikap, atau fakta yang berlaku khusus. Karangan deduktif mempunyai bermacam-
macam jenis berdasarkan tehnik pengembangannya maupun uraian isinya. Dalam paragraf
sederhana jenis-jenis tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
Contonya:

Kerusakan hutan mangrove adalah masalah serius bagi lingkungan hidup. Hutan mangrove
bukan hanya sekedar kumpulan pohon di pinggiran pantai yang seolah menjadi hiasan saja.
Lebih dari itu, mangrove memiliki andil yang besar bagi lingkungan hidup kita. Salah satu
fungsi utama hutan mangrove adalah menahan terjangan air laut terhadap daratan yang akan
mengakibatkan abrasi. Abrasi adalah berkurangnya volume daratan akibat pengikisan air
laut di tepian pantai. Jika hutan mangrove rusak atau bahkan habis, bayangkan apa yang
terjadi di masa depan. Daratan akan habis dan kita semua akan tenggelam. Tidak hanya itu,
dalam hutan mangrove juga terdapat ekosistem yang hidup di sana. Di beberapa hutan
mangrove di seluruh dunia yang masih terjaga, banyak berbagai jenis hewan yang
menggantungkan hidupnya di hutan mangrove. Oleh karenanya penting bagi kita untuk
serius memikirkan persoalan hutan mangrove ini.

Dalam karangan (laporan penelitian) deduktif kuantitatif ditandai dengan penggunaan angka
kuantitatif yang bersifat rasional. Secara rinci proses penalaran tersebut menguraikan:
1) Bidang observasi: berdasarkan bidang studi kajian,

2) Rumusan masalah: pertanyaan yang akan dibahas,

3) Kerangka teori: berisi pola pembahasan variable,

4) Tujuan: tahapan kegiatan yang hendak dicapai,

5) Rumusan hipotesis dan penjelasannya,

6) Deskripsi data: diperlukan untuk pengujian hipotesis,

7) Desain penelitian (metode penelitian): proses pengumpulan data, pengolahan, hasil


analisis data, sampai dengan simpulan,

8) Analisis data,

9) Hasil analisis,

10) Simpulan deduktif: interpretasi atas hasil.

Urutan Logis
Karangan disusun berdasarkan satu kesatuan konsep, dikembangkan dalam urutan logis,
sistematik, jelas, dan akurat. Urutan dapat disusun berdasarkan urutan peristiwa, waktu,
ruang, penalaran (induksi, deduksi, sebab-akibat), proses, kepentingan, dan sebagainya.
Berikut beberapa contoh paragraf dalam urutan tersebut.

1. Urutan Waktu / Peristiwa

Karangan dengan urutan peristiwa secara kronologis berarti menyajikan bahasan berdasarkan
urutan kejadian. Peristiwa yang terjadi lebih dahulu diuraikan lebih dulu, peristiwa yang
terjadi kemudian diuraikan kemudian. Urutan dapat disajikan dengan pola sebagai berikut:

Cara pertama: urutan kronologis secara alami.

Peristiwa 1,Peristiwa 2,Peristiwa 3, dan seterusnya.

Cara kedua: urutan peristiwa dengan sorot balik (flashback).


(1) Peristiwa terakhir, (2) peristiwa pertama s.d. ketiga dalam bentuk sorot balik
atau flashback, (3) kembali peristiwa terakhir dan melanjutkan cerita.
Contohnya:

Sekembalinya dari sekolah, Karin langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur.


Seluruh tulangnya terasa ngilu seperti disengat kajengking. Suhu tubuhnya perlahan-
lahan mulai panas dan kepalanya pusing tak tertahankan hampir pingsan. Ibu yang
melihat kondisi Karin begitu ketakutan sehingga memutuskan membawa ke UGD
terdekat

2. Urutan Ruang
urutan ruang dipergunakan untuk menyatakan hubungan tempat atau ruang.
Contohnya:

Di tengah sebuah kamar yang teduh, aku duduk bersila sambil ditemani angin yang pelan.
Asalnya dari kipas angin tua yang berada semeter di sampingku. Pasti kipas renta itu bosan
karena yang dilakukannya dari tadi hanya memutar baling-balingnya. Jika aku
menengadah ke atas, aku akan melihat sebuah lampu menumpahkan cahayanya ke seluruh
penjuru kamar. Kamar ini kira-kira memiliki besar yang sama dengan setengah besar
lapangan tenis. Di depanku ada sebuah ranjang yang hanya muat untuk satu orang. Di atasnya
ada tiga bantal berserakan. Bantal di ujung kanan dan kiri bergambar Spiderman dan Batman,
sedangkan bantal di antara keduanya bergambar bunga-bunga. Aku jadi penasaran apa yang
kira-kira bisa dilakukan dua “superhero” dunia dengan bunga-bunga di atas ranjang.
Sebuah jam dinding berwarna cokelat digantung di atasmeja belajar di dekat pintu. Pukul satu
dini hari sekarang. Jarum detik yang tipis berputar dengan rapi dan konsisten. Jarum-jarum
jam itu tak pernah mengenal eksistensialisme sebab arah putarannya selalu sama sepanjang
waktu. Meja belajar, di bawahnya, sudah terlalu sesak dengan barang-barang nonedukatif. Di
atas meja itu ada sebungkus kopi instan, sekotak tisu, kartu remi, botol air mineral yang
sudah kosong, obat-obatan, pengharum ruangan dan krim pencuci muka. Lalu di rak
atasnya ada satu pak korek kuping, odol, minyak wangi, pencuci rambut, dan kaleng bekas
susu. Ada sebuah kursi biru yang melengkapi meja itu, namun jaket putih ditaruh secara asal
di situ.
Di samping meja belajar itu ada ruang kosong yang sengaja disediakan agar pintu lemari
yang berada di pojok bisa terbuka. Tapi keadaannya tidak betul-betul kosong. Di
situ berserakan celana jins, sajadah, sarung, jaket, sapu lidi, timbangan berat badan, keset,
dan korek kuping bekas yang semuanya hidup pluralis. Ada sebuah gitar di pojok lain kamar
ini. Senar kesatunya sudah putus, membuat senar nada B di atasnya kehilangan satu sahabat
resonansi. Alat musik konvensional didalam kamar ini tampaknya hanya gitar itu.
Malam makin larut dan suasana makin sepi. Sebetulnya ada suara-suara kendaraan yang
melintas nun jauh puluhan meter di jalan raya, yang sepersekian desibelnya mampu melintas
melebihi kecepatan kendaraan itu sendiri dan sampai ke telingaku. Para pengendara malam
itu tidak akan pernah menyangka ada seseorang yang sedang mendengarkan mereka.
Kita lihat dalam tulisan di atas urutan ruang dipergunakan bersamaan dengan urutan waktu.
Untuk menyatakan urutan ruang itu antara lain kita dapat menggunakan ungkapan-ungkapan:

di sana, di sini, di situ, di, pada,di bawah, di atas, di tengah, di utara, di selatan, di depan, di
muka,di belakang, di muka, di kiri, di kanan, di luar, di dalam,berhadapan,bertolak belakang
dengan,berseberangan, melalui, belok kanan, belok kiri, ke depan,ke atas, ke samping,di sisi,
di seberang,di hadapan,di persimpangan.

Anda mungkin juga menyukai