Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PENGKAJIAN KHUSUS PADA LANSIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas laboratorium (Individu)

Mata Kuliah :Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu : Musafar ,S.Kep., Ns

Oleh :

WIWIN : P201801077

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, taufik serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan gerontik .Selain itu tujuan penyusunan laporan
pendahuluan ini juga untuk menambah wawasan kita tentang apa itu gerontik.
Dalam penulisan laporan pendahuluan ini kami merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki. Untuk
itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
laporan pendahuluan ini.
Dalam penulisan laporan pendahuluan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Kendari, 22 juli 2021

Penulis

A. Pengertian
Lansia (lanjut usia) atau manusia usia lanjut (manula) adalah kelompok penduduk berumur
tua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian dan pengelompokkan tersendiri ini adalah populasi
berumur 60 tahun atau lebih (Bustan, 2007).
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap perkembangan pada daur kehidupan lanusia. Usia lanjut
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008).
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) yaitu apabila
usianya 60 tahun ke atas. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.Kegagalan ini berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi,
2009).
B. Klasifikasi Lansia
Menurut Maryam (2008) Lansia diklasifikasikan menjadi lima kelompok lansia yaitu sebagai
berikut :
1. Pralansia (prasenilis)
Yaitu seseorang yang berusia diantara 45-59 tahun.
2. Lansia
Yaitu seseorang yang berusia diantara 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang / jasa.
5. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain.
Menurut Nugroho (2009) mengklasifikasikan usia lansia sebagai berikut :
1) Young old (60-69 tahun)
2) Middle age old (70-79 tahun)
3) Pld-old (80-89 tahun)
4) Very old-old (> 90 tahun)

C. Karakteristik Lansia
Menurut Bustan (2007) beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk
mengetahui keberadaan masalah lansia adalah sebagai berikut :
1. Jenis kelamin: Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan kebutuhan dan
masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan perempuan. Misalnya lansia
laki-laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka perempuan mungkin menghadapi
osteoporosis.
2. Status perkawinan: Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda atau duda akan
mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.
3. Living arrangement: misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama instri, anak
atau kekuarga lainnya.
4. Tanggungan keluarga: masih menangung anak atau anggota keluarga.
5. Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal bersama anak. Dengan ini kebanyakan lansia
masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik lansia sebagai kepala keluarga atau bagian
dari keluarga anaknya. Namun akan cenderung bahwa lansia akan di tinggalkan oleh
keturunannya dalam rumah yang berbeda. Menurut Darmawan mengungkapkan ada 5 tipe
kepribadian lansia yang perlu kita ketahui, yaitu: tipe konstruktif (constructive person-
ality), tipe mandiri (independent personality), tipe tergantung (hostilty personality) dan
tipe kritik diri (self hate personality).
6. Kondisi kesehatan
1) Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam
kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar dan kecil.
2) Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak produktif
lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.
7. Keadaan ekonomi
1) Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan lain kalau masih
bisa aktif.
2) Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan keuangan dari anak atau
keluarga lainnya atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung padanya.
3) Kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi, sementara
pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat terancam, sehinga cukup
beralasan untuk melakukann berbagai perubahan besar dalam kehidupan, menentukan
kondisi hidup yang dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik

D. Tipe Lansia
Beberapa tipe lansia pada bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut
(Maryam, 2008) :
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan
menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul
dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan
apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tak
acuh.
E. Proses Penuaan dan Teori-teori tentang Proses Penuaan
Proses menua terdiri dari teori-teori tentang penuaan, aspek biologis pada proses menua
proses penuaan pada tingkat sel, proses penuaan menurut sistem tubuh, dan aspek psikologis pada
proses penuaan. Teori-teori tentang proses penuaan sudah banyak dikemukakan, namun tidak
semuanya bisa diterima. Teori-teori ini dapat digolongkan dalam dua kelompok yaitu yang
termasuk kelompok teori biologis dan teori psikososial (Tamher, 2009).
1. Teorigenetik
Teori sebab-akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi oleh
pembentukan gen dan dampak lingkungan oleh pembentukkan gen dan dampak lingkungan
pada pembentukan kode genetik. Menurut teori genetik, penuaan adalah suatu prosesyang
secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu kewaktu untuk mengubah sel atau
struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia telah
ditentukan sebelumnya. Teori genetik terdiri dari teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori
ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teoriglikogen (Tamher, 2009)..
2. Teori wear and tear
Teori wear and tear (dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa akumulasi sampah
metabolic atau zat nutrisi dapat merusaksintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi
molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percayabahwa tubuh
akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal. Radikal bebas adalah contoh dari
produk sampah metabolism yang menyebabkan kerusakan ketika akumulasi terjadi.Radikal
bebas adalah molekul atau atom dengan suatu elektron yang tidak berpasangan.Ini merupakan
jenis yang sangat relative yang dihasilkan dari reaksi selama metabolism (Tamher, 2009).
3. Teori imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun berhubungan
dengan penuaan.Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organism asing
mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit
seperti kanker adan infeksi.Seiring dengan berkurangnya fungsi system imun, terjadilah
peningkatan dalam respon autoimun tubuh. Seiring dengan bertambahnya usia berat dan
ukuran kelenjar timus menurun, seperti halnya kemampuan tubuh untuk mendeferensiasi sel
T. Karena hilangnya proses diferensiasi sel T, tubuh salah mengenali sel yan tua dan tidak
beraturan sebagai benda asing dan menyerangnya. Selain itu, tubuh kehilangan kemampuan
untuk meningkatkan responnya terhadap se lasing, terutama bila menghadapi infeksi
(Tamher, 2009)..
4. Teori neuroendokrin
Teori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal- hal seperti yang terjadi pada
struktur dan perubahan pada tingkat molekul dan sel. Salah satu area neurologi yang
mengalami gangguan secara universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan
untuk menerima, memproses, dan bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai perlambatan
tingkah laku, respons ini kadang-kadang diinterprestasikan sebagai tindakan melawan,
ketulian, atau kurangnya pengetahuan (Tamher, 2009).
5. Teori psikososial
Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
menyertai peningkatan usia, sehingga lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis.
6. Teori kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam tahun-
tahun akhir kehidupan.Teori kepribadian menyebutkanaspek-aspek pertumbuhan psikologis
tanpa menggambarkanharapan atau tugas spesifik lansia.
7. Teori tugas perkembangan
Beberapa ahli teori terkenal sudah menguraikan proses maturasi dalam kaitannya
dengan tugas yang harus dikuasai pada berbagai tahap sepanjang rentang hidup manusia.
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada
tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yangsukses.Erickson
menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang sebagai
kehidupan yang dijalani dengan integritas.
8. Teori aktivitas
Pentingnya tetap aktif secara social sebagai alat untuk penyesuaian diri yang
sehat.Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif
mempengaruhi kepuasan hidup. Dan penelitian baru menunjukkan pentingnya aktivitas
mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan
kesehatan sepanjang masa kehhidupan manusia (Tamher, 2009)
F. Perubahan Sistem Tubuh Lansia
Lansia akan mengalami perubahan-perubahan pada sistem tubuhnya. Berikut merupakan
perubahan sistem tubuh yang terjadi pada lansia (Maryam, 2008) :
a. Perubahan fisik
1. Sel
Pada lansia, jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya akan lebih besar. Cairan
tubuh dan cairan intraseluler akan berkurang, proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan
hati juga ikut berkurang. Jumlah sel otak akan menurun, mekanisme perbaikan sel akan
terganggu, dan otak menjadi atrofi.
2. Sistem persarafan
Rata-rata berkurangnya saraf neocortical sebesar 1 per detik, hubungan perasarafan cepat
menurun, lambat dalam merespons baik dari gerakan maupun jarak waktu, khususnya dengan
stress, mengecilnya saraf pancaindra, serta menjadi kurang sensitif terhadap sentuhan.
3. Sistem pendengaran
Gangguan pada pendengaran (presbiakusis), membran timpani mengalami atrofi, terjadi
pengumpulan dan pengerasan serumen karena peningkatan keratin, pendengaran menurun
pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres.
4. Sistem penglihatan
Timbul sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respons terhadap sinar, kornea lebih
berbentuk seperti bola (sferis), lensa lebih suram (keruh) dan menyebabkan katarak,
meningkatnya ambang, pengamatan sinar dan daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih
lambat dan sulit untuk melihat dalam keadaan gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya
lapang padang, dan menurunnya daya untuk membedakan antara warna biru dengan hijau
pada skala pemeriksaan.
5. Sistem kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembuluh darah,
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural
hipotensi, tekanan darah meningkat diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh
darah perifer.
6. Sistem pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis + 35oC, hal ini diakibatkan oleh
metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil, dan tidak dapat memproduksi
panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
7. Sistem pernapasan
Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas dari
silia, paru-paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat, menarik napas
lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun, dan kedalaman bernapasan
menurun.Ukuran alveoli melebar dari normal dan jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri
menurun menjadi 75 mmHg, kemampuan untuk batuk berkurang, dan penurunan kekuatan
otot pernapasan.
8. Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecapan mengalami penurunan, esofagus melebar, sensitivitas
akan rasa lapar menurun, produksi asam lambung dan waktu pengosongan lambung menurun,
peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun, hati (liver)
semakin mengecil dan menurunnya tempat penyimpangan, serta berkurangnya suplai aliran
darah.
9. Sistem genitourineria
Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun hingga 50%,
fungsi tubulus berkurang (berakibat pada penurunan kemampuan ginjal untuk
mengonsentrasikan urine, berat jenis urine menurun, proteinuria biasanya +1), blood urea
nitrogen (BUN) meningkat hingga 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
Otot-otot kandung kemih (vesica urinaria) melemah, kapasitasnya menurun hingga 200 ml
dan menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan
sehingga meningkat retensi urine. Pria dengan usia 65 tahun ke atas sebagian besar
mengalami pembesaran prostat hingga + 75% dari besar normalnya.
10. Sistem endokrin
Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktivitas tiroid, basal metabolik rate
(BMR), daya pertukaran gas, produksi aldosteron, serta sekresi hormon kelamin seperti
progesteron, esterogen dan terstosteron.
11. Sistem integumen
Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan
bersisik, menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit
kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal,
berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih
lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti
tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan
kurang bercahaya.
12. Sistem muskuloskeletal
Tulang kehilangan kepadatannya (density) dan semakin rapuh, kifosis, persendian
membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot
sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot kram dan menjadi tremor. (Tamher, 2009)
a. Perubahan mental
Fakto-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik,
kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan, tingkat kecerdasan
(intellegence quotient - IQ), dan kenangan (memory).Kenangan dibagi menjadi dua yaitu
kenangan jangka panjang (berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu) mencakup beberapa
perubahan dan kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit) biasanya dapat berupa
kenangan buruk.
b. Perubahan psikososial
Perubahan psikososial terjadi terutama setelah seseorang mengalami pensiun. Berikut
ini adalah hal-hal yang akan terjadi pada masa pensiun :
1) Kehilangan sumber finansial atau pemasukan (income) berkurang
2) Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap
dengan segala fasilitasnya
3) Kehilangan teman atau relasi
4) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan
5) Merasakan atau kesadaran akan kematian (sense of awareness of mortality)
G. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penuaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan menurut Miller (1995) dalam Tamher, S dan
noorkasiani (2009) faktor yang mempengaruhi penuaan antara lain:
1. Psikologis
Komponen yang beperan adalah kapasitas penyesuaian diri yang terdiri atas pembelajaran,
memory (daya ingat), perasaan kecerdasan, dan motivasi. Selain hal-hal tersebut, dari aspek
psikologis dikenal isu yang erat hubungannya dengan lansia yaitu teori mengenai timbulnya
depresi, gangguan kognitif, stress serta koping.
2. Biologis
Sebagaimana layaknya manusia yang tumbuh nsemakin lama semakin tua dan proses
penuaannya bukan karena evolusi akan tetapi karena proses biologis dan keausan pada tubuh.
3. Sosial
Lingkungan sosial sangat mempengaruhi proses penuaan karena lingkungan sosial yang
nyaman dan bebas dari penyakit menular akan meningkatkan derajat kesehatan.

A. PENGKAJIAN
Hari/ Tgl :
Jam :
Nama Mhs :
1. Identitas
a. Nama :
b. Tempat /tgl lahir :
c. Jenis Kelamin :
d. Status Perkawinan :
e. Agama :
f. Suku :
2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
a. Pekerjaan saat ini :
b. Pekerjaan sebelumnya :
c. Sumber pendapatan :
d. Kecukupan pendapatan :
3. Lingkungan tempat tinggal
Kebersihan dan kerapihan ruangan ?,Penerangan?, Sirkulasi udara?, Keadaan
kamar mandi & WC?, Pembuangan air kotor?, Sumber air minum?,
pembuangan sampah ?, sumber pencemaran?, Privasi?, Risiko injuri?
4. Riwayat Kesehatan
a. Status Kesehatan saat ini
1. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir :
2. Gejala yang dirasakan :
3. Faktor pencetus :
4. Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak ( ) Bertahap
5. Upaya mengatasi :
6. Pergi ke RS/Klinik pengobatan/dokter praktek/bidan/perawat ?
7. Mengkomsumsi obat-obatan sendiri ?, obat tradisional ?
8. Lain-lain…..
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit yang pernah diderita :
2. Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu dll ) :
3. Riwayat kecelakaan :
4. Riwayat pernah dirawat di RS :
5. Riwayat pemakaian obat :
5. Pola Fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan Kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan misal merokok, minuman keras, ketergantungan
terhadap obat ( jenis/frekuensi/jumlah/ lama pakai )
b. Nutrisi metabolik
Frekuensi makan ?, nafsu makan?, jenis makanan?, makanan yg tdk
disukai ?, alergi thdp makanan?, pantangan makanan?, keluhan yg
berhubungan dengan makan?
c. Eliminasi
BAK : Frekuensi & waktu?, kebiasaan BAK pada malam hari?, keluhan
yang berhubungan dengan BAK?
BAB : Frekuensi & waktu?, konsistensi?,keluhan yang berhubungan dg
BAB?, pengalaman memakai pencahar?
d. Aktifitas Pola Latihan
Rutinitas mandi?, kebersihan sehari-hari?, aktifitas seharihari?,apakah
ada masalah dengan aktifitas?, kemampuan kemandirian?
e. Pola istirahat tidur
Lama tidur malam?, tidur siang?,keluhan yang berhubungan dengan
tidur?
f. Pola Kognitif Persepsi
Masalah dengan penglihatan (Normal?, terganggu ( ka/ki)?,kabur?,pakai
kacamata?.Masalah pendengaran normal?,terganggu (ka/ki)?memakai
alat bantu dengar ?, tuli ( ka/ki ) ? dsbnya. Kesulitan membuat keputusan
?
g. Persepsi diri-Pola konsep diri
Bagaimana klien memandang dirinya ( Persepsi diri sebagai lansia?),
bagaimana persepsi klien tentang orang lain mengenai dirinya?
h. Pola Peran-Hubungan
Peran ikatan?, kepuasan?,pekerjaan/ sosial/hubungan perkawinan ?
i. Sexualitas
Riwayat reproduksi, kepuasan sexual, masalah ?
j. Koping-Pola Toleransi Stress
Apa yang menyebabkan stress pada lansia, bagaimana penanganan
terhadap masalah ? k. Nilai-Pola Keyakinan Sesuatu yang bernilai dalam
hidupnya ( spirituality : menganut suatu agama, bagaimana manusia
dengan penciptanya ), keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :
b. TTV :
c. BB/TB
d. Kepala Rambut : Mata : Telinga : Mulut, gigi dan bibir :
e. Dada :
f. Abdomen :
g. Kulit :
h. Ekstremitas Atas :
i. Ekstremitas bawah :
7. Pengkajian Khusus ( Format Terlampir )
a. Fungsi kognitif SPMSQ :
b. Status fungsional (Katz Indeks ) :
c. MMSE :
d. APGAR keluarga :

Anda mungkin juga menyukai