Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

BOTANI FARMASI
“ANATOMI DAN MORFOLOGI BUNGA”

OLEH :
Kelompok I
Nama:
Fatimah Risky Ayu Ade Ananda (19.01.161)
Fauziah Rahmah (19.01.189)
Firda Sari (19.01.168)
Iriani Tondok (19.01.221)
Jane Christi Rasius (19.01.175)
Kathryn Erika Sa’pang (19.01.197)
Mutia Turrahma (19.01.205)
Nining Fajriani (19.01.021)
Yogilverd Wierson (19.01.158)
Yulia Yanti Lero (19.01.154)
Sri Wulandari (19.01.219)
Asisten : YURI PRATIWI UTAMI, S.Farm.,Apt.
Kelas : STIFA C

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tumbuhan dapat memperbanyak diri atau berkembang biak, baik
secara vegetative (aseksual / tidak kawin) maupun generative (seksual /
kawin). Organ tumbuhan yang merupakan alat perkembangbiakan sangat
bermacam-macam. Karena itu alat perkembangbiakan tumbuhan
dibedakan ke dalam dua golongan, yaitu alat perkembangbiakan vegetatif,
dimana organ tumbuhan dapat menjadi individu baru tanpa adanya proses
perkawinan (peleburan sel kelamin jantan dan betina), dan alat
perkembang biakan generatif, melalui peristiwa perkawinan (Rosanti,
2009).
Alat perkembangbiakan vegetatif dapat berupa umbi batang, umbi
lapis, geragih, tunas, stek batang, stek daun, dan stek akar. Sedangkan
alat perkembangbiakan generatif adalah bunga. Dalam sekuntum bunga
terdapat organ reproduktif yang disebut benang sari dan putik. Benang
sari merupakan organ kelamin jantan, sedangkan putik merupakan organ
kelamin betina (Rosanti, 2009).
Mengenal struktur bunga, dapat di telaah dan dikenal komponen-
komponen setiap struktur lebih terperinci. Akan dijelaskan tentang
struktur, jumlah, dan letak bunga pada tumbuhan, bunga majemuk,
perhiasan bunga, organ reproduktif serta rumus dan diagram bunga.
Mempelajari ke enam pokok bahasan tersebut, diharapkan kita dapat
menjelaskan dan menggambarkan morfologi bunga (flos) sebagai kunci
identifikasi tumbuhan, sehingga dapat dengan mudah membedakan
struktur bunga antara suatu jenis tumbuhan dengan tumbuhan lainnya
yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Akan juga dilengkapi
dengan gambar dan foto untuk mempermudah tentang morfologi bunga
(Rosanti, 2009).
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini untuk mengetahui dan memahami
bentuk-bentuk bunga secara morfologi.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Mengetahui dan mengamati bagian-bagian bunga
2. Mengenal jenis-jenis bunga lengkap dan tidak lengkap serta bunga
majemuk dan bunga tunggal.
I.3 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini adalah pengamatan morfologi bunga Nangka
(Artoorpus heterophylla Lam.) dan bunga Asoka (Saraca indica)
dengan cara mengamati bagian-bagian bunga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Bunga merupakan alat perkembangbiakan pada tumbuhan
Angiospermae. Masalah homologi dan evolusi morfologi bungan telah
diteliti dalam waktu yang lama. Peneliti seperti Wolff dan Goethe di abad
18, de Candolle pada awal abad 19, dan peneliti lain menyatakan bahwa
organ bunga merupakan turunan langsung dari helaian daun. Namun,
pendapat yang diterima sampai sekarang adalah daun dan batang
merupakan suatu unit tunggal yang disebut shoot. Perkembangan bunga
paralel dengan cabang vegetatif, jadi tidak sebagai turunannya (Mulyani,
2006).
Bunga teridiri atas aksis (sumbu) dan pada sumbu inilah mencul
organ bunga. Bagian sumbu yang mempunyai ruas (internodus) terdapat
tangkai bunga yang disebut pedisel. Ujung distal dari pedisel
membengkak dan meluas disebut reseplakulum. Bunga mempunyai
empat macam organ. Organ paling luar adalh sepala, yang secara
bersama menyusun kaliks (kelopak bunga) yangbiasanya berwarna hijau,
dan ditemukan paling bawah, tempat di atas reseptakulum. Di sebelah
dalam sepala adalah korola (mahkota bunga), yang terdiri atas petala
yang biasanya berwarna. Kedua tipe organ ini bersama-sama membentuk
periantium (perhiasan bunga). Di dalam periantium terdapat dua macam
organ reproduksi. Organ di sebelah luar disebut stamen (benang sari)
yang bersama-sama membentuk androeslum, dan organ di sebeblah
dalam disebut karpela (daun buah) yang membentuk ginoesium. Susunan
organ bunga pada reseptakulum dapat berbentuk spiral atau melingkar.
Kedua tipe susunan tersebut dapat terjadi dalam bunga yang sama. Pada
kebanyakan bunga yang susunannya melingkar, organ dari tiap lingkaran
berselang-seling. Organ bunga dapat bebas atau berlekatan (Mulyani,
2006).
Stamen atau benang sari terdiri atas filamen atau tangkai sari dan
anthera atau kotak sari di bagian distalnya. Anthera terdiri atas dua
ruangan(lobus) yang menempel dan bersambungan denga lanjutan
filamen yang disebut kenoktivun. Setiap lobus berisi serbuk sari (Mulyani,
2006).
Ginoesium tersusun dari karpela bebas (apokarpus) atau
berlekatan (sinkarpus), yang biasanya terdiri atas 3 bagian (Mulyani,
2006):
a. Ovarium (bakal buah), suatu bulatan yang berisi 1 atau lebih
ovulum (bakal biji)
b. Stilus (tangkai putik), yang dihasilkan dari pemanjangan dinding
ovarium
Stigma (kepala putik), merupakan bagian di ujung stilus yang
mempunyai struktur permukaan yang memungkinkan terjadinya
pernyerbukan. Ovulum menempel pada daerah penembalan khusus
dinding karpela yang disebut plasenta (Mulyani, 2006).
Struktur bunga secara umum terdiri dari tangkai bunga, dasar
bunga, perhiasan bunga dan organ reproduktif. Tangkai bunga
(pedicellus) merupakan bagian bunga yang memiliki sifat batang yang
jelas, yang umumnya berwarna hijau. Dasar bunga (receptaculum)
merupakan ujung tangkai bunga yang melebar. Perhiasan bunga
merupakan modifikasi dari daun, yang terdiri dari kelopak (calys) dan
mahkota (corolla). Sedangkan organ reproduktif jantan yang disebut
benang sari (stamen) dan organ reproduktif betina yang disebut putik
(pistillum) (Rosanti, 2009).
Untuk mengetahui jumlah bunga, dapat dihitung dalam satu batang.
Karena batang berkembang menjadi beberapa cabang, biasanya suatu
jenis tumbuhan memiliki banyak bunga, sehingga disebut bunga tunggal
(planta multifloris). Meskipun demikian, beberapa tumbuhan ada kalanya
hanya memiliki satu bunga saja. Tumbuhan berbunga tunggal dapat
ditemukan pada bunga lili (Lilium sp.), bunga coklat (Zephyranthes
rosea), tapak dara (Catharanthus roseus), dan sebagainya (Rosanti,
2009).
Jika dalam satu batang tumbuhan saja hanya memiliki satu bunga,
bunga biasanya terletak di ujung batang. Jika dalam satu batang
berjumlah banyak, biasanya bunga terletak di ujung batang atau cabang-
cabangnya, dapat pula terletak di ketiak daun. Jadi, menurut letaknya,
bunga dibedakan menjadi bunga di ujung batang (flos terminalis), dan
bunga di ketiak daun (flos axillaris) (Rosanti, 2009).
Alat perkembangbiakan generatif itu bentuk dan susunannya
berbeda-beda menurut jenisnya tumbuhan, tetapi bagi tumbuhan yang
berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan bagian tumbuhan yang kita
kenal sebagai bunga. Oleh sebab itu suatu tumbuhan berbiji, jika sudah
tiba waktu baginya akan mengeluarkan bunga. Pada bunga inilah terdapat
bagian-bagian yang setelah terjadi peristiwa-peristiwa yang disebut
persarian (penyerbukan) dan pembuahan akan menghasilkan bagian
tumbuhan yang kita sebut buah, yang di dalamnya terkandung biji, dan biji
inilaj yang nanti akan tumbuh menjadi tumbuhan baru (Tjtrosoepoma,
2009).
Tunas yang mengalami perubahan bentuk menjadi bunga itu
biasanya batangnya lalu terhenti pertumbuhannya, merupakan tangkai
dan dasar bunga, sedang daun-daunnya sebagian tetap bersifat seperti
daun, hanya bentuk dan warnanya berubah, dan sebagian lagi mengalami
metamorfosis menjadi bagian-bagia yang memainkan peranna dalam
peristiwa-peristiwa yang akhirnya akan menghasilkan calon individu baru
tadi (Tjtrosoepoma, 2009).
Bertalian dengan letak dan susunan bagian-bagian bunga ini
dibedakan (Tjtrosoepoma, 2009):
a. Bunga yang bagian-bagiannya tersusun menurut garis spiral
(acyclis), misalnya bunga cempaka Michella champaka L
b. Bunga yang bagian-bagiannya tersusun dama lingkaran-lingkaran
(cyclis), misalnya bunga terong (Solanum melongena L) bakung
(Hymenacallis littoralis Salisb)
c. Bunga yang sebagian bagian-bagiannya duudk dalam lingkaran,
dan sebagian lain terpencar atau menurut garis spiral (hemicyclis),
misalnya bunga sirsat (Annona muricata L) (Tjtrosoepoma, 2009).
Mengingat pentinganya bunga bagi tumbuhan, pada bunga
terdapat sifat-sifat, yang merupkan penyesuaian untuk melaksanakan
tugasnya sebagai penghasil alat perkembangbiakan yang sebaik-baiknya
(Tjtrosoepoma, 2009).
Umumnya dari suatu bunga sifat-sifat yang amat menarik ialah
(Tjtrosoepoma, 2009):
-Bantuk bunga seluruhnya dan bentuk bagian-bagiannya
-Warnanya
-Baunya
-Ada dan tidaknya madu ataupun zat lain.
Pohon berumah satu, dengan getah yang rekat, tinggi 10-25 m.
Daun penumpu segitiga bulat telur. Daun biasanya tidak berlekuk, hanya
daun pada pohon muda dan tunas air dengan lekuk besar 3-5; tangkai 1-4
cm, helaian memanjang atau bulat telur terbalik, 10-25kali 4,5-10 cm,
dengan pangkal menyempit dmi sedikit, tepi rata, serupa kulit, dari atas
mengkilat hijau tua. Karangan bunga jantan atau bertina. Bulir betina
berbentuk ganda cylindris, anak bunga tenggelam dalam poros, bagian
yang bebas panjangnya lk 0,5 cm, pada ujung berpori, dimana muncul
kepala putik yang tunggal, pipih pada sisinya. Bulir jantan bentuk gada
atau spul, kerap kali bengkok, hijau tua; anak bunga sangat kecil, dan
tenda bunga bertaju 2, dan 1 benang sari. Buah semu menggantung pada
ranting yang pendek dari batang atau cabang utama, bentuk telur,
memanjang, atau ± bentuk ginjal, dengan duri tempel pendek yang
runcing segi 3-6, berbau manis yang keras; daging ketat di sekeliling biji.
Biji 3,5 cm panjangnya. Ditanam untuk diambil buahnya, kadang-kadang
menjadi liar (Steenis, 1992).
Nangka berbuah sepanjang tahun. Sebagaimana halnya dengan
kebanyakan pohon buah di Indonesia, memerlukan waktu lama untuk
berbuah pertama kali (mungkin sepuluh tahun) dan juga waktu lama untuk
berproduksi penuh (Soegiri, 2006).
Salah satu kegiatan perkembangan terpenting pada angiosperma
ialah perbungaan. Bila tanaman dalam pertumbuhan aktif, mitosis dalam
meristem apikal menghasilakan sel-sel yang akan membentuk kuncup
daun. Kuncup daun tumbuh menjadi daun dewasa. Akan tetapi akhirnya
datanglah saat (biasanya karena pertumbuhan aktif berhenti) meristem
membentuk primordia bunga, yaitu kelompok sel yang berkembang
menjadi kuncup bunga. Bunga, yang terjadi dari kuncup dewasa,
mengandung organ seks angiosperma, yang tanpa organ-organ ini
reproduksi seksual tidak dapat terjadi (Kimball, 2006).
II.1.1 Bunga Majemuk (Anthotaxis / Inflorescentia)
Bila daun majemuk terdiri dari banyak helaian daun dalam satu
tangkai bunga, bunga majemuk juga merupakan beberapa bunga tunggal
dalam satu tangkai bunga (Rosanti, 2009).
Struktur bunga majemuk terdiri dari (Rosanti, 2009):
a. Bagian – bagian yang bersifat batang / cabang
Struktur ini meliputi ibu tangkai bunga (penduculus). Ibu tangkai
bunga merupakan terusan batang atau cabang yang mendukung bunga
majemuk. Ibu tangkai bunga apat bercabang, atau sama sekali tidak
bercabang. Selain ibu tangkai bunga ada juga tangkai bunga
(pedicellus), yaitu cabang ibu tangkail yang mendukung bunganya.
Struktur yang ketiga adalah dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung
tangkai bunga, yang mendukung bagian-bagian bunga lainnya.
b. Bagian-bagian yang bersifat seperti daun
Struktur ini meliputi daun-daun pelindung (bractea), daun tangkai
(braceteola), selundang bunga (spatha), daun-daun pembalut (bractea
involucralis, involucrum), kelopak tambahan (epicalyx), daun-daun
kelopak (sepalae), dan daun-daun tenda bunga (tepalae). Daun – daun
pelindung (bractea) adalah struktur serupa daun yang ketiaknya muncul
cabang-cabang ibu tangkai atau tangkai ibunya (Rosanti, 2009).
Daun tangkai (bracteola), yaitu satu atau dua daun kecil yang
terdapat pada tangkai bunga. Pada tumbuhan Dicotyledoneae biasanya
terdapat dua daun tangkai yang letaknya tegak lurus pada bidang
median, sedangkan pada tumbuhan Monocotyledoneae hanya terdapat
satu daun tangkai dan letaknya di dalam bidang median, di bagian atas
tangkai bunga (Rosanti, 2009).
Daun pelindung (bractea dan bracteoa) bisa bervariasi bentuknya,
mulai dari bentuk daun biasa sebagaimana daun normal. Bunga
majemuk dengan daun-daun pelindung yang mengecil dan berbentuk
khas disebut bracteate. Bunga majemuk dengan daun pelindung tipe
bracteate dapat ditemukan pada tumbuhan verticillata (Rosanti, 2009).
Ada juga daun majemuk yang tidak memiliki daun pelindung.
Bunga seperti ini disebut ebracteate. Tumbuhan ini dapat ditemukan
pada wisteria (Wisteria sinensis) (Rosanti, 2009).
Tipe terakhir adalah bunga majemuk yang memiliki daun-daun
pelindung yang sangat besar, hampir tidak dapat dibedakan dengan
daun normal. Tipe seperti ini disebut frondose. Bunga dengan tipe
frondose dapat ditemukan pada Aristolochia clematitis (Rosanti, 2009).
Selundang bunga (spatha) adalah daun pelindung besar, yang
seringkali menyelubungi seluruh bunga majemuk waktu belum mekar,
misalnya pada bunga kelapa (Cocos nucifera). Sedangkan daun-daun
pembalut (bractea involucralis, involucrum) adalah sejumlah daun
pelindung yang tersusun dalam suatu lingkaran, misalnya pada bunga
matahari (Helianthus annuus) (Rosanti, 2009).
Kelopak tambahan (epicalyx), yaitu bagian-bagian serupa daun
yang berwarna hijau, tersusun dalam suatu lingkaran dan terdapat di
bawah kelopak, misalnya pada bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis), kapas (Gossypium sp.), rosella (Hibiscus tiliaceus) serta
tumbuhan dari familia Malvaceue (Rosanti, 2009).
Daun-daun kelopak (sepalae) merupakan daun-daun penyusun
kelopak bunga (calyx), biasanya berwarna hijau. Sedangkan daun-daun
mahkota bunga (corolla), biasanya berwarna – warni. Daun-daun tenda
bunga (tepalae) adalah daun-daun penyusun tenda bunga (perigonium)
jika kelopak dan mahkota bunga tidak dapat dibedakan karena memiliki
bentuk dan warna yang sama (Rosanti, 2009).
c. Organ reproduktif
Seperti halnya dengan struktur bunga tunggal, pada bunga
majemuk juga ditemukan organ reproduktif yang terletak pada setiap 1
tangkai bunga penyusun bunga majemuk tersebut. Organ reproduktif
tersebut adalah benang-benang sari (stamen) dan putik (pristillum)
(Rosanti, 2009).
II.1.2 Jenis-Jenis Bunga Majemuk
Sama seperti daun dan batang, bunga majemuk juga melakukan
pertumbuhan. Berdasarkan tipe pertumbuhannya, bunga majemuk
menjadi bunga majemuk tak terbatas, bunga majemuk terbatas dan bunga
majemuk campuran (Rosanti, 2009).
a. Bunga Majemuk Tak Terbatas
(Inflorescentia racemosa, inflorescentia botryoides atau
inflorescentia centripetal) dicirikan oleh ibu tangkai yang tumbuh terus,
dengan cabang-cabang yang dapat bercabang lagi atau tidak, dan
mempunyai susunan “acropetal” (semakin muda semakin dekat dengan
ibu tangkai). Ciri lainnyan adalah jika mekar berturut-turut dari bawah
ke atas. Jika dilihat dari atas, Nampak bunga mulai mekar dari pinggir
dan yang terakhir mekarnya ialah bunga yang menutuo ibu tangkainya,
sehingga dinamakan inflorescentia centripetala.
Bunga majemuk tak terbatas dapat dibedakan berdasarkan
keadaan ibu tangkainya. Bila ibu tangkainya tidak bercabang-cabang ,
maka bunga majemuk tak berbatas dapat terbentuk tandan, pulir, untai,
tongkol, payung, cawan, bongkol atau periuk.
b. Bunga Majemuk Berbatas
Bunga majemuk berbatas (Inflorescentia cymosa) dicirikan dengan
ujung ibu tangkai yang selalu ditiup dengan suatu bunga, sehingga ibu
tangkai mempunyai pertumbuhan yang terbatas. Ibu tangkai ini dapat
bercabang-cabang dan cabang-cabang tadi seperti ibu tangkainya juga
selalu mendukung suatu bunga pada ujungnya. Bunga yang mekar
terlebih dahulu ialah bunga yang terdapat di sumbu pokok atau ibu
tangkainya, jadi dari tengah ke pinggir (jika dilihat dari atas), oleh sebab
itu dinamakan inflorescentia centrifoga.
Melihat jumlah cabang pada ibu tangkai bunganya, bunga majemuk
berbatas dibedakan lagi dalam tiga tipe. Setiap tipe dicirikan oleh
keadaan cabang-cabang ibu tangkai bunganya. Ketiga tipe tersebut
adalah bunga majemuk berbatas yang bersifat monochasial, dichasial,
pleiochasial.
c. Bunga Majemuk Campuran
Bunga majemuk campuran (inflorescentia mixta), yaitu bunga
majemuk yang memperlihatkan baik sifat-sifat bunga majemuk berbatas
maupun sifat bunga majemuk tak terbatas. Misalnya pada bunga soka
(Ixora javanica) seluruhnya merupakan suatu malai rata, tetapi bagian-
bagiannya berupa anak payung menggarpu (Rosanti, 2009).
II.1.3 Perhiasan Bunga
Perhiasan bunga terdiri dari kelopak (calyx) dan mahkota (corolla).
Pada beberapa tumbuhan, kadang-kadang dijumpai adanya kelopak
tambahan (epicalyx). Ada juga tumbuhan yang memiliki perhiasan bunga
dimana struktur calyx dan corolla tidak dapat dibedakan. Struktur seperti
ini dikenal dengan istilah tenda bunga (perigonium). Masing-masing
struktur baik kelopak, mahkota maupun tenda bunga terdiri dari daun-
daun kelopak (sepalae), daun-daun mahkota (petalae) dan daun-daun
tenda bunga (tepalae), yang berkumpul membentuk kelopak, mahkota
dan tenda bunga tersebut (Rosanti, 2009).
Mahkota biasanya berwarna – warni dan berbau harum. Mahkota
terdiri dari daun-daun yang besar. Satu daun mahkota disebut petala. Jadi
mahkota merupakan kumpulan daun-daun mahkota (petalae). Jumlah
daun mahkota kadang-kadang lebih banyak daripada jumlah daun dan
kelopak. Mahkota berfungsi untuk menarik serangga, yang akan
membantu proses penyerbukan (Rosanti, 2009).
II.1.4 Kelopak Bunga
Kelopak biasanya berwarna hijau, letaknya pada lingkaran sebelah
luar bunga. Umumnya berwarna hijau, karena merupakan modifikasi dari
daun, dan berfungsi untuk melindungi kuncup bunga yang masih muda.
Kelopak terdiri dari daun-daun kecil, dengan jumlah yang beragam. Satu
daun kelopak disebut sepala. Jika daun kelopak lebih dari satu,
dinamakan sepalae. Jadi kelopak terdiri dari banyak daun kelopak yang
disebut sepalae (Rosanti, 2009).
Daun-daun kelopak ada berlekatan ada yang tidak berlekatan.
Pada sepalae yang berlekatan, hanya bagian bawah yang berlekatan,
sedangkan bagian atasnya tetap bebas, tampak seperti lekukan-lekukan.
Ada bunga yang memiliki sepalae dengan struktur sedikit saja yang
berlekatan. Sepalae seperti ini disebut sepalae yang berbagi (partitus).
Jika perbandingan yang berlekatan lebih panjang dari bagian yang lepas 1
: 1, sepalae dinamakan bercangap (fissus). Jika perbandingan antara
bagian yang berlekatan lebih panjang daripada bagian yang lepas, maka
sepalae disebut berlekuk (lobatus). Bagian sepalae yang lepas dihitung
sebagai jumlah sepalae. Selain berlekatan, sepalae juga terpisah disebut
sepala lepas (polysepalus.) (Rosanti, 2009).
Bila dilipat menjadi beberapa kali lipatan, kelopak memiliki bentuk
yang beraturan (actinomorphus) atau simetris bilateral (zygomorpus).
Kelopak beraturan disebut kelopak dengan simetri yang setangkap.
Kelompak beraturan sering dilambangkan dengan tanda simetri bintang
(*). Sedangkan kelopak yang simetris bilateral hanya dapat dilipat
setangkup bagian saja. Kelopak simetris bilateral sering diberi lambing
simetri cermin (). Kelopak beraturan dapat berbentuk bintang, tabung,
terompet, piala, lonceng, dll. Sedangkan kelopak simetris bilateral dapat
berbentuk bertaji (calcaratus) (Rosanti, 2009).
II.1.5 Mahkota Bunga
Mahkota bunga merupakan perhiasan bunga terletak di sebelah
kanan dalam kelopak. Umumnya berukuran besar, berwarna-warni,
berbau harum, sehingga menarik perhatian terutama bagi serangga
penyerbuk. Selain menarik perhatian serangga penyerbuk, mahkota
bunga juga berfungsi untuk melindungi alat kelamin bunga sebelum
terjadinya penyerbukan. Setelah terjadi penyerbukan, mahkota bunga
akan gugur dengan sendirinya (Rosanti, 2009).
Mahkota bunga terdiri dari daun-daun mahkota (petala). Satu daun
mahkota disebut petala. Jika daun kelopak lebih dari satu, dinamakan
petalae. Jadi mahkota merupakan kumpulan terdiri daun-daun mahkota.
Dengan kata lain dari banyak daun mahkota yang disebut
petalae(Rosanti, 2009).
Sama seperti daun-daun kelopak, daun-daun mahkota ada yang
berlekatan (sympetalus) atau tidak berlekatan atau saling lepas
(dialypetalus). Bahkan beberapa bunga tidak memiliki daun-daun
mahkota (apetalus), sehingga disebut bunga telanjang (flos nudus). Daun
– daun mahkota yang berlekatan terbagi atas 3 bagian, yaitu tabung/buluh
mahkota, pinggiran mahkota, dan leher mahkota. Sedangkan daun-daun
mahkota yang lepas terbagi atas kuku daun mahkota (unguis) dan helaian
daun mahkota (lamina). Kuku daun mahkota merupakan bagian bawah
daun mahkota yang tidak lebar, sedangkan helaian daun mahkota
merupakan bagian yang lebar dan biasanya tipis (Rosanti, 2009).
II.1.6 Tenda Bunga
Beberapa bunga memiliki kelopak dan mahkota yang memiliki
bentuk dan warna yang sama, sehingga sukar dibedakan. Struktur seperti
ini dinamakan tenda bunga. Setiap tenda bunga terdiri dari daun-daun
tenda bunga (tepala). Satu daun tenda bunga disebut tepala. Jika daun
tenda bunga lebih dari satu, dinamakan tepalae. Jadi tenda bunga
merupakan kumpulan dari daun-daun tenda bunga, dengan kata lain
terdiri dari banyak daun tenda bunga yang disebut tepalae(Rosanti, 2009).
II.1.7 Organ Reproduktif Bunga
Organ reproduktif pada bunga alat perkembangbiakan. Bunga
memiliki dua organ reproduktif, yaitu organ reproduktif jantan berupa
benang sari (stamen), dan organ reproduktif betina berupa putik
(pristillum) (Rosanti, 2009).
a. Benang Sari (Stamen)
Benang sari terdiri dari kepala sari (anthera), tangkai sari
(filamentum) dan penghubung antara ruang sari (connectivum). Kepala
sari adalah bagian benang sari yang terdapat di ujung tangkai sari.
Pada kepala sari terdapat dua ruang sari (theca). Setiap theca terdiri
dari dua ruang kecil (luculus), yang berisi tepung sari (pollen). Tangkai
sari merupakan bagian benang sari yang berbentuk pipa, yang
mendukung kepala sari. Sedangkan penghubung ruang sari merupakan
bagian tangkai sari yang berfungsi menghubungkan dua theca
(Rosanti, 2009).
b. Putik (Pistillum)
Putik tersusun dari tiga struktur, yaitu kepala putik (stigma), tangkai
putik (stylus) dan bakal buah (ovarium). Kepala putik merupakan bagian
putik yang paling atas. Tangkai putik merupakan saluran yang
menghubungkan kepala putik dengan bakal buah. Bakal buah sendiri
adalah bagian putik yang membesar dan duduk di dasar bunga
(Rosanti, 2009).
II.2 Uraian Tanaman
1. Nangka (Artoorpus heterophylla Lam.) (Tuminono, 2009).
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatopyhta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Urticales
Suku : Moraceae
Marga : Artocarpus
Jenis : Artoorpus heterophylla Lam.
2. Asoka (Saraca indica)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Fabales
Suku : Caesalpiniaceae
Marga : Saraca
Jenis : Saraca indica
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan Percobaan

III.1.1 Alat Percobaan


-
III.1.2 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu bunga
Nangka (Artoorpus heterophylla Lam.) dan bunga Asoka (Saraca indica).
III.2 Cara Kerja
Pengamatan Morfologi
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Diamati masing-masing bagian-bagian bunga Nangka (Artoorpus
heterophylla Lam.) dan bunga Asoka (Saraca indica).
3. Digambar hasil pengamatan dan beri keterangan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. Hasil

a. Morfologi Bunga Asoka

Mahakota bunga

Kepala Putik
Benang sari

Tangkai bunga

Kelopak bunga

Bunga Asoka termasuk bunga


Lengkap

b. Morfologi Bunga Nangka

Mahkota bunga

Bakal biji

Kelopak bunga

Tangkai bunga

Bunga Nangka termasuk bunga


Tidak Lengkap
IV. Pembahasan

Bunga merupakan alat perkembangbiakan pada tumbuhan


Angiospermae. Bila daun majemuk terdiri dari banyak helaian daun dalam
satu tangkai bunga, bunga majemuk juga merupakan beberapa bunga
tunggal dalam satu tangkai bunga. Stamen atau benang sari terdiri atas
filamen atau tangkai sari dan anthera atau kotak sari di bagian distalnya.
Struktur bunga secara umum terdiri dari tangkai bunga, dasar
bunga, perhiasan bunga dan organ reproduktif. Tangkai bunga
(pedicellus) merupakan bagian bunga yang memiliki sifat batang yang
jelas, yang umumnya berwarna hijau. Dasar bunga (receptaculum)
merupakan ujung tangkai bunga yang melebar. Perhiasan bunga
merupakan modifikasi dari daun, yang terdiri dari kelopak (calys) dan
mahkota (corolla). Sedangkan organ reproduktif jantan yang disebut
benang sari (stamen) dan organ reproduktif betina yang disebut putik
(pistillum).
Morfologi bunga asoka dapat kita lihat bahwa bunga ini bersifat
majemuk, berkelamin dua dengan kelopak serupa corong. Benang sarinya
berjumlah empat dan bagian kepala sarinya melekat pada bagian
mahkota. Bunga asoka masuk ke dalam kerabat Fabaceae atau polong-
polongan, kita bisa menjumpai biji pada tanaman bunga asoka. Hasil
pengamatan bunga asoka sesuai dengan literatur karena pada bunga
terlihat mahkota bunga, kepala putik, benang sari, tangkai bunga, dan
kelopak bunga.
Karangan bunga nangka terdapat bulir jantan dan bertina. Bulir
betina berbentuk ganda cylindris, anak bunga tenggelam dalam poros,
bagian yang bebas panjangnya lk 0,5 cm, pada ujung berpori, dimana
muncul kepala putik yang tunggal, pipih pada sisinya. Bulir jantan bentuk
gada atau spul, kerap kali bengkok, hijau tua; anak bunga sangat kecil,
dan tenda bunga bertaju 2, dan 1 benang sari. Ditanam untuk diambil
buahnya, kadang-kadang menjadi liar.
Mahkota bunga nangka terdiri dari daun-daun mahkota (petala).
Satu daun mahkota disebut petala. Jika daun kelopak lebih dari satu,
dinamakan petalae. Kelopak biasanya berwarna hijau, letaknya pada
lingkaran sebelah luar bunga. Umumnya berwarna hijau, karena
merupakan modifikasi dari daun, dan berfungsi untuk melindungi kuncup
bunga yang masih muda. Perhiasan bunga terdiri dari kelopak (calyx) dan
mahkota (corolla). Pada beberapa tumbuhan, kadang-kadang dijumpai
adanya kelopak tambahan (epicalyx). Hasil pengamatan pada bunga
nangka tidak sesuai dengan literatur, karena pada percobaan mengamati
morfologi bunga nangka hanya terlihat bakal biji, kelopak dan mahkota
bunga, tidak terdapat bulir jantan dan bulir betina.
Faktor kesalahan pada percobaan ini terdapat pada
ketidaktauhuan kami mengamati morfologi bunga nangka dan tidak
membelah bunga nangka yang masih kuncup.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini yaitu:
1. Bunga asoka merupakan bunga majemuk. Bagian-bagian dari
bunga asoka terdiri dari mahkota bunga, kepala putik, benang
sari, tangkai bunga, dan kelopak bunga. Bunga asokatermasuk
bunga banci karena terdapat kelamin betina dan kelamin jantan.
2. Bunga Nangka merupakan bunga majemuk. Bagian-bagian dari
bunga nangka terdiri dari kelopak bunga, mahkota bunga dan
tangkai bunga. Bunga nangka termasuk bunga banci karena
terdapat kelamin betina dan kelamin jantan.
V.2. Saran
V.2.1. Saran untuk asisten dosen
Diharapkan semua asisten dosen menggunakan baju lab
saat praktikum.
V.2.2. Saran untuk labaoratorium
Diharapkan lebih lengkap alat laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyani, S. 2006. ”Anatomi Tumbuahan”. Kanisius. Yogyakarta

Rosanti, D. 2009. ”Morfologi Tumbuhan”.Erlangga. Jakarta

Tjtrosoepoma, Gembong. 2009. ”Morfologi Tumbuhan”. UGM Press:


Yogyakarta. Penerbit ITB. Jakarta.
Tjtrosoepoma, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan. UGM Press:
Yogyakarta. Penerbit ITB: Jakarta.
Kimbal, john. 2006. ”Biologi edisi V”. Erlangga: Jakarta.

Tuminono. 2009. “Taksonomi koleksi tanaman obat kebun tanaman obat


citeureup volume kedua”. Badan pengawas obat dan makanan
republik indonesia: Jakarta.
Steenis. Surjowinoto, Moesa. 1992. “Flora untuk sekolah di Indonesia”
Jakarta.
Soegiri. 2006. “Tanaman Berkhasiat Indonesia Volume 1” IPB Press:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai