Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas
Disusun Oleh:
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
menjadi bagian yang penting dalam pembentukan karakter. Salah satu yang
mendekatkan diri kepada sang kholik. Sebab dengan shalat itu akan terbentuk
pada diri anak kepribadian yang berakhlak mulia baik secara vertikel yaitu
dengan manusia. Pendidikan shalat juga merupakan salah satu cara pembiasaan
anak untuk melakukan ketaatan dan kedisiplinan yang akan berdampak positif
Yang artinya dirikanlah shalat, dan tunaikan zakat dan rukulah beserta orang-
bahwa shalat itu tiangnya agama, barang siapa yang menegakan shalat, maka dia
telah menegakan agama dan barang siapa yang menghancurkannya maka dia telah
menghancurkan agama. Kewajiban shalat tersebut tidak terkecuali juga wajib bagi
Allah tunanetra adalah insan atau anak yang dituntut secara penuh dalam
2
terutama dalam pembentukan karakter, ahlak mulia dalam menjalin hubungan
penglihatan seseorang tidak dapat berfungsi dengan baik atau bahkan tidak dapat
berfungsi sama sekali.
ketajaman penglihatannya 20/200 atau kurang pada mata yang terbaik setelah
dikoreksi, atau lantang pandangnya tidak lebih besar dari 20 derajat. Oleh karena
keterampilan tersebut dapat dimiliki oleh seorang tunanetra, maka perlu diberi
yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap tunanetra, karena OM dapat
3
dari satu tempat ke tempat lain secara mandiri, dengan baik, aman, melewati
Studi kasus yang saya temui di lapangan di SLBN A kota Bandung dari
tanggal 7 agustus sampai dengan tanggal 7 oktober tahun 2021 yaitu peneliti
penentuan shaf dan arah kiblat. Pada saat memasuki masjid tunanetra tidak jarang
bertabrakan dengan jamaah shalat yang lain ketika mencari posisi shaf atau
barisan shalat, terutama disaat seorang jamaah yang sedang melaksanakan shalat
yang tunanetra dan ini sering kali terjadi. Padahal dalam shalat berjamaah ada
aturan-aturan khusus yang telah ditentukan oleh agama islam baik melalui alqur-
petunjuk Rasul, seperti cara shalat berjamaah, posisi ketika shalat berjamaah, cara
mengatur shaf, dan cara menjelajahi atau menelusuri antara shaf dengan shaf
(baris) dalam shalat serta cara mengatur sutra (batas-batas shalat antara jamaah
satu dan yang lainnya. Sebab sholat merupakan aktivitas wajib yang harus
dilaksanakan oleh setiap umat muslim, hal ini ditegaskan Allah dalam firman-
beriman kepada Alqur’an, dan mereka selalu memelihara sholatnya. (Q.S Al-
an’am:92). Ibadah sholat merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim, sholat
4
dapat dikerjakan sendiri-sendiri namun lebih dianjurkan berjamaah. Muhaimin
amalan mustahab yang terpenting dan syiar islam yang paling besar
Melakukan sholat berjamaah tidak ada kendala bagi anak yang tidak
yang memiliki kesulitan akibat dari hambatan yang dimiliki. Oleh sebab itu untuk
mampu melakukan sholat berjamaah yang baik dan benar terlebih lagi tunanetra
melalui pendekatan orientasi dan mobilitas. Metode ini sangat dibutukan untuk
metode orientasi dan mobilitas tersebut, khususnya mengenali arah kiblat dengan
dengan ini siswa harus memahami terlebih dahulu kiblat Ketika dia sebelum
memasuki masjid. Misalnya ketika dia masuk masjid dia harus tau dulu kalau
pintu masjid itu menghadap keselatan. Berarti kiblat atau barat berada disebela
kirinya. Sehingga ketika anak tunanetra sampai kedalam masjid, setelah dia
melalui pintu, anat tunanetra tersebut harus menghadap atau berbelok kekiri.
Karena apabilah pintu masjid menghadap keselatan, imam akan berada disebelah
kiri. kemudian untuk menelusuri shaf shalat dengan menggunakan clue atau
penanda bahwa dia sebentar lagi akan sampai pada barisan atau shaf-shaf shalat,
maka dengan ini anak tunanetra akan memanfaatkan ujung karpet satu dengan
5
yang lainnya dengan menggunakan indra pengrabaannya pada kaki serta dapat
memanfaatkan sumber suara yang ada. selain itu juga menggunakan landmark
yang bertujuan sebagai tanda dia telah sampai pada posisi yang tepat untuk
tangan seperti aperhen dan lower hand atautangan diatas dan dibawa untuk
meraba jamaaäh yang lainnya sehingga mengetahui posisi shaf yang tepat.
memiliki kesulitan dalam melakukan sholat berjamaah akibat dari hambatan yang
mereka miliki. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengatasi permasalahan yang
berjamaah melalui pendekatan orientasi dan mobilitas untuk anak tunanetra kelas
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
6
Kota Bandung.
Kota Bandung.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Kota Bandung.
7
d. Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran shalat berjamaah melalui
Kota Bandung.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Maanfaat praktisi
a. Bagi anak
masjid.
waktu.
b. Bagi guru
berjama’ah.
8
3) Guru dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran
tunanetra.
c. Bagi sekolah
F. Pertanyaan penelitian.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
impairment) dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori besar, yaitu buta total
(Totally blind) dan kurang lihat (Low Vision) (Friend, 2005: 412). Seseorang
bantu low vision, dan modifikasi lingkungan (Corn dan Koenig dalam Friend,
2005: 412). Orang yang termasuk low vision adalah mereka yang mengalami
tidak.
mampu melihat atau hanya memiliki persepsi cahaya (Huebner dalam Friend,
10
2005: 412). Seseorang dikatakan buta (blind) jika mengalami hambatan visual
yang sangat berat atau bahkan tidak dapat melihat sama sekali. Kadang-kadang
bahwa tunanetra tergolong dalam dua kelompok, yaitu tunanerta yang masih
memiliki sisa penglihatan (low vision) dan tunanetra (blind) yang mengalami
hambata visual yang sangat berat atau bahkan tidak dapat melihat sama sekali.
2. Klasifikasi Tunanetra
(2005:48) hal yang sering terjadi pada kasus ibu hamil adalah yang
kelainan (herediter).
11
Kelainan tunanetra yang mungkin disebabkan kesalahan saat proses
kelahiran misalnya, anak sungsang, proses kelahiran yang lama bayi terjepit
atau kurang oksigen, dan organ penglihatan yang terkena alat bantu yang
hingga dewasa. Hal ini disebakan oleh kecelakaan benturan, trauma (listrik,
kimia, suhu, atau sinar yang tajam), keracunan dan memiliki penyakit akut
yang menderita.
penglihatan, yaitu :
beragam. Maka dari itu, agar dapat memberikan pembelajaran secara optimal
pada Anak, akan jauh lebih baik lagi jikalau pemahaman tentang Anak
terbagi atas dua klasifikasi yaitu kurang lihat (low vision) dan buta total (totally
12
membantu proses pembelajaran mereka. Dalam penelitian ini, tunanetra yang
dituju yaitu anak dengan ketunanetraan buta total (total blind). Menurut
penglihatan sama sekali atau hanya memiliki persepsi cahaya sehingga harus
termasuk kedalam anak tunanetra kategori buta total (totally blind). Pendapat
buta total, bila anak tidak memiliki penglihatan sama sekali atau hanya
Jadi, anak tunanetra total blind yaitu mereka yang tidak memiliki
persepsi penglihatan dan hanya mampu dalam persepsi cahaya saja, sehingga
aktivitas sehari-harinya.
3. Karakteristik Tunanetra
Pada setiap anak tunanetra memiliki karakteristik atau ciri khas yang
karakteristik prilaku”.
13
Ketika seorang anak dengan penglihatan yang normal dapat dengan
dengan siapa dia bermain, serta melihat dan meniru orangtuanya dalam
a. Karakteristik kognitif
dalam hal yang bervariasi. Dalam totali blind dan low vision terhadap
14
melihat ruangan dimana anda berada, melihat orang-orang disekitar, dan
anda bisa dengan bebas bergerak dilingkungan tersebut. Orang tunanetra
tidak memiliki control seperti itu. Bahkan dengan keterampilan mobilitas
yang dimilikinya, gambaran tentang lingkungan masih tetap tidak utuh.
b. Karakteristik akademik
Dampak ketunanetraan tidak hanya terhadap perkembangan kognitif, tetapi
juga berpengaruh kepada perkembangan akdemisnya. Dalam bidang
membaca dan menulis, sebagai contoh, ketika akan membaca atau menulis
anda tidak perlu memperhatikan secara rinci bentuk huruf atau kata tetapi
bagi tunanetra hal tersebut tidak bisa dilakukan karena ada gangguan pada
ketajaman penglihatannya, anak seperti itu sebagai gantinya
mempergunakan berbagai alternatif media atau alat membaca atau menulis,
sesuai dengan kebutuhan masing-masing, mereka mungkin mempergunakan
braille atau huruf cetak dengan berbagai alternatif ukuran, dengan asesmen
dan pembelajaran yang sesuai, tunanetra dengan tanpa adanya kecacatan
yang lain dapat mengembangkan kemampuan membaca dan menulisnya
seperti teman lainya yang dapat melihat.apabila dilakukan penyesuaian
dalam pembelajarannya, anak tunanetra dapat mengembangkan potensi yang
dimiliki dirinya.
c. Karakteristik sosial dan emosional
Bayangkan keterampilan sosial yang biasa anda lakukan sehari-hari
sekarang ini. apakah seseorang mengajarkan kepada anda bagaimana anda
harus melihat kepada lawan bicara anda ketika anda berbicara dengan orang
lain, bagaimana anda menggerakan tangan ketika akan berpisah dengan
orang lain, atau bagaimana anda melakukan expresi wajah ketika melakukan
komunikasi non verbal. Dalam hal seperti itu mungkin jawabannya tidak.
Perilaku sosial secara tipikal dikembangkan melalui observasi kebiasaan
dan kejadian sosial serta menirunya.
B. Pembelajaran Sholat
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik”. dalam interaksi tersebut banyak
faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri
15
individu maupun faktor eksternal yang dari dari lingkungan. Pembelajaran
seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai
strategi, metode dan pendekatan kea rah pencapaian tujuan yang telah
direncanakan.
pembelajaran yang wajib dipelajari terutama bagi kaum muslim yaitu sholat.
Sholat menurut Lughat berarti do’a yang baik, sedangkan menurut istilah syara’
beberapa syarat tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Kata
sholat juga dapat berarti berkah (Amir, 2013:20). Sedangkan menurut istilah
berarti suatu pekerjaan ibadah dari ucapan-ucapan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat-syarat dan rukun-rukun
yang ditetapkan (Mulkan, 2002:28). Oleh karena itu, sebagai umat muslim harus
perintah sholat terdapat dalam beberapa ayat di dalam Al Qur‟an salah satu ayat
16
untuk menjalankan sholat sudah ada dan tertera di dalam hadist-hadist Al qur’an
diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring. Kemudian apabila kamu
sholat dangat penting dilakukan mengingat sebagai umat muslim harus wajib
perlu diajarkan dan diarahkan tata cara sholat yang baik dan tepat bagi anak
metode, strategi maupun pendekatan khusus yang harus didiberikan oleh guru
17
C. Konsep dasar clue dan landmark
1. Pengertian Landmark
yaitu setiap benda, suara, bau, suhu, atau petunjuk tactual yang mudah dikenali,
menetap, dan telah diketahui sebelumnya, serta memiliki lokasi yang permanen
dalam lingkungan.
Karakteristik yang khas dan permanen dari suatu lokasi baik benda,
Jadi landmark adalah semua objek, benda atau rangsangan indra (suara,
dan sudah dikenal mudah ditemukan ( sudah diketahui dan tetap lokasinya ) di
lingkungan tersebut.
18
Tujuannya untuk memberikan rangsangan pada suatu anak tunanetra
tersebut.
b. Dapat menunjukkan jenis bau-bauan yang ada disekitar lokasi dalam
hal ini anak tunanetra mampu atau tidaknya menyebutkan bau-
bauan yang terdapat pada suatu lokasi tersebut dan dapat membeda
jenis bau bauannya misalnya seperti bebauan minyak parfum atau
pun yang menyengat kepada dirinya tersebut.
c. Melakukan jalan yang sempurna pada suatu lokasi tersebut dalam
hal ini seorang anak tunanetra berjalan lurus kedepan tanpa di
berikan suatu aba aba ataupun arahan akan tetapi mereka berjalan
perlahan kedepan melalui daya ingatan nya tersebut.
d. Menetapkan berada dimana dirinya dan tujuannya. Dalam hal
tersebut anak tunanetra harus dapat mengetahui bahwa dirinya
berada dimana dan bertujuan akan pergi kemana dengan
menggunakan indera yang yang lainnya selain menggunakan indra
penglihatannya tersebut.
3. Prinsip Landmark
4. Kegunaan Landmark
19
g. Untuk memperoleh informasi tentang hubungannya dengan daerah
5. Pengajaran Landmark
hendaknya:
Untuk tes akhir, siswa dibawa ke daerah yang belum dikenalnya kemudian
a. Pengertian Clue
visual yang mengenai indra dan yang segera dapat diubah menjadi
20
Misalnya : Seseorang tunanetra bermaksud membeli sate kambing
pintu kereta api harus ditutup karena ada kereta api yang mau
sebagai petunjuk arah dia harus berjalan kemana dan setelah dekat
dengan mudah dapat sampai pada tujuannya. Suatu kereta api, suara-
harus dilalui.
garis pengarah.
b. Karakteristik Clue
21
clue, dan ada yang sama sekali tidak dapat digunakan sebagai
clue.
4) Perkembangan pengindraan yang baik, perkembangan indra yang
baik diperlukan sebab petunjuk yang harus dipilih, ditetapkan
dan digunakan adalah berupa rangsangan yang hanya bisa
ditangkap oleh indra. Meskipun untuk memberi makna dari
rangsangan tersebut diperlukan proses berfikir (mental yang
sehat pula).
5) Kesadaran sensoris artinya bahwa petunjuk yang berupa
rangsangan sensoris tersebut disadari adanya, di sekitar kita
banyak rangsangan yang ditangkap dan sampai pada indra kita,
tetapi tidak semua rangsangan tersebut dapat disadari. Bagi
orang yang mempunyai kesadaran yang baik hanya rangsangan
yang menjadi perhatianlah yang disadari secara penuh,
sedangkan yang lainnya hanya sebagai latar belaka.
6) Mengenal suatu perangsang-perangsang umum. Mengenal
perangsang-perangsang indera yang bersifat umum dan ada di
sekitar lingkungan sangat penting diketahui tunanetra, misalnya
suara-suara yang ada disekitar dan biasa didengar anak.
Semua rangsangan indera yang bisa didengar, diraba, dirasa,
dicium dan sebagainya dapat memberikan petunjuk bagi
tunanetra tentang lingkungan di sekitar dia berada
22
Tujuan dan objek dapat ditemukan karena adanya petunjuk,
tujuan, lokasi maupun objek yang ditemukan tanpa melalui
analisa petunjuk yang ada maka itu adalah suatu kebetulan
( tanpa proses orientasi )
7) Untuk orientasi diri pada suatu lingkungan
Dengan adanya petunjuk atau clue di lingkungan tersebut, maka
tunanetra dapat menemukan kembali posisi dirinya hubungannya
dengan semua objek di lingkungan tersebut.
8) Untuk mendapatkan informasi sehubungan dengan lingkungan
bahwa jalan depannya cukup lebar, Hal ini karena kendaraan truk
d. Prinsip Clue
sound).
e. Prasyarat Clue
23
(pejalan kaki dan kendaraan), kesadaran jarak, persepsi obyek,
f. Kegunaan Clue
a) Menentukan arah
b) Menentukan posisi diri dalam lingkungan
c) Menjaga arah orientasi
d) Menentukan garis lawat
e) Menemukan obyek tertentu
f) Orientasi dan reorientasi dalam lingkungan
g) Memperoleh informasi tentang lingkungan
h) Memperoleh informasi tentang daerah yang berhubungan,
misalnya: lantai atas dengan mempergunakan suara elevator
sebagai clue.
shalat adalah salah satu macam atau bentuk ibadah yang diwujudkan
24
membaca syahadat, yaitu kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain
Secara definitif, ada dua macam pengertian shalat, pertama dilihat dari
sudut lahiriah dan kedua dari sudut batiniyah. Dari sudut lahiriyah
dikemukakan oleh ahli fiqih, shalat adalah ibadah yang terdiri dari
takbir dan diakhiri dengan salam. Dari sudut batiniyah shalat adalah
sehingga dapat dinyatakan bahwa shalat ialah suatu ibadah yang dilakukan
dengan anggota lahir dan batin dalam bentuk gerakan dan ucapan tertentu
yang sesuai dengan arti shalat yaitu melahirkan niat (keinginan) dan
dan ucapan tertentu yang sesuai dengan arti shalat yaitu melahirkan
25
ك َس َكنٌ َل ُه ْم ۗ َوهَّللا ُ َسمِي ٌع َعلِي ٌم
َ صاَل َت
َ ََّع َلي ِْه ْم ۖ إِن
dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya do`a kamu itu
kesempurnaan kekuasaan-Nya.
26
sekumpulan orang. al-jam‟u adalah bentuk masdar. Sedangkan al-
Yang akhir inilah hukum yang lebih layak selain shalat jumat. Menurut
shalat berjamaah itu sunat muakat. Shalat lima waktu dengan barjamaah di
masjid lebih baik daripada shalat berjamaah di rumah, kecuali shalat sunat,
maka dirumah lebih baik.Selain itu sebagian orang beranggapan bahwa sholat
27
adalah nash yang jelas dalam Al-Qur‟an dan sunah. Maka siapapun yang
ganjaran berjamaah.
ruku‟, dari ruku‟ ke i‟tidal, dari i‟tidal ke sujud, dan seterusnya, baik
shalat di satu tempat itu tidak menjadi syarat, hanya sunat karena yang
rukun atau dari rukun ke sunat, dan sebaliknya agar makmum dapat
28
e. Tempat berdiri makmum tidak boleh lebih depan dari imamnya,
beralangan.
h. Keadaan imam tidak ummi, sadangkan makmum qari‟. Artinya, imam itu
bernajis badan, pakaian, atau tempatnya. Karena imam yang seperti itu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
29
Secara bahasa metodologi penelitian berasal dari kata (metode) yang artinya
cara yang tepat untuk melakukan sesuatu sedangkan (logos) yang artinya ilmu
atau pengetahuan.
menentukan strategi yang tepat untuk memproleh data yang akurat. Hal ini sesuai
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Jadi
dapat disimpulkan metode merupakan strategi atau langkah yang digunakan oleh
profesi masing-masing. Motivasi dan tujuan dari kegiatan penelitian secara umum
pada dasarnya adalah sama, yaitu kegiatan penelitian merupakan refleksi dari
digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan dan menganalisa suatu objek yang
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dijelaskan oleh Arikunto (2013:3)
30
menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang
deskriptif ini merupakan salah satu metode penelitian yang berusaha untuk
menggambarkan objek dan subjek yang diteliti secara tepat sesuai dengan
Kota Bandung.
pendekatan yang bersifat kualitatif yaitu penelitian yang meneliti sesuai dengan
kondisi yang alamiah atau sebenarnya. Hal itu sesuai dengan pendapat yang
tertulis atau lisan dari orang-orang dan eperilaku yang dapat diamati”. Hal itu
berikut:
peneliti untuk menggambarkan suatu objek yang ditelitinya sesuai dengan fakta
31
yang ada dilapangan. Sedangkan pendekatan kualitatif mengedepankan
tujuan penelitian, dengan demikian terlihat hubungan yang erat antara peneliti
dengan yang diteliti. Jadi metode penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif
B. Teknik Penelitian
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”. jadi
maka penenliti akan kesulitan untuk memperoleh data yang akurat dan dapat
dipertanggujawabkan.
adalah:
1. Observasi
32
langsung di lapangan, dengan cara mengamati dari dekat objek yang akan
diteliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadi dalam Sugiyono (2013:145)
“Observasi ialah proses yang kompleks, terdiri dari berbagai macam proses
dekat objek yang akan di teliti. Dalam observasi ini peneliti dapat melihat
lebih jelas dan terperinci sehingga dapat menghasilkan data yang akurat
hal-hal yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Hal ini diperkuat dengan
2. Wawancara
33
berkomunikasi secara dua arah, antara peneliti dengan responden yang
bertujuan untuk memperoleh data. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono
berharap akan memperoleh data yang akurat dan sesuai dengan kondisi
3. Studi Dokumentasi
C. Analisis Data
34
Data yang telah didapatkan oleh peneliti dilapangan maka selanjutnya
mencapai tujuan penelitian. Karena itu dibuat pencatatan data dalam format
untuk memudahkan analisis data. Hal ini dijelaskan oleh pendapat Sugiyono
(2011 :224) menyatakan bahwa “Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dan hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan- bahan lain, serta mudah dipahami, dan temuannya dapat
mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang
dapat diceritakan kepada orang lain”. Data yang telah didapatkan dan
dalam bentuk laporan penelitian. Jadi analisis data adalah suatu proses mencari
bertahap.
secara interaktif dan terus menerus. Berdasarkan model Miles dan Huberman
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Aktivitas
35
dalam analisis data, yaitu reduksi data, display data, menarik kesimpulan dan
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah mengambil bagian pokok dari data yang telah
diperoleh dari penelitian. Hal ini memudahkan kita dalam menentukan
data apa saja yang sudah diperoleh dan data apa saja yang belum
terkumpul dan harus dikumpulkan berkaitan dengan masalah
penelitian. Jadi dari kutipan diatas reduksi data adalah suatu proses
untuk mengambil data pokok dari hasil penelitian berkaitan dengan
permasalahan pembelajaran shalat berjamaah melalui pendekatan
orientasi dan mobilitas untuk anak tunanetra VI di SLBN-A Kota
Bandung. .
2. Display Data
Display data adalah suatu cara menggolongkan data ke dalam
kelompok-kelompok sehingga data mudah untuk dibaca dan dipahami
serta mampu menggambarkan keseluruhan atau bagian-bagian tertentu
dari penelitian. Jadi dari kutipan diatas display data adalah proses
yang dilakukan oleh peneliti untuk mengelompokan data agar mudah
dipahami berkaitan dengan pembelajaran shalat berjamaah melalui
pendekatan orientasi dan mobilitas untuk anak tunanetra VI di SLBN-
A Kota Bandung.
3. Menarik kesimpulan dan verifikasi
Kegiatan menarik kesimpulan dilakukan oleh peneliti sejak awal
secara bertahap,sehingga memudahkan peneliti untuk memperoleh
makna dari setiap data yang dikumpulkan. Kesimpulan yang diambil
hanya bersifat sementara dan masih diragukan kevalidannya, oleh
karena itu kesimpulan senantiasa diverifikasi selama penelitian
berlangsung untuk menjaga tingkat kepercayaan penelitian. Jadi dari
kutipan diatas menarik kesimpulan dan verifikasi data adalah proses
untuk menyimpulkan data secara bertahap, data yang telah
disimpulkan masih bersifat sementara dan diragukan kevalidannya,
berkaitan dengan pembelajaran shalat berjamaah melalui pendekatan
orientasi dan mobilitas untuk anak tunanetra VI di SLBN-A Kota
Bandung.
D. Instrumen Penelitian
36
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti sendiri. Peneliti merupakan instrumen utama yang harus turun
langsung ke lapangan guna memperoleh data yang relevan dengan tujuan yang
ingin dicapai. Hal itu sesuai dengan penjelasan dari Sugiyono (2012 :222)
bahwa “Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan
itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas seluruhnnya. Segala
yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya
peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”. Untuk
sebagai berikut:
37
1. Pedoman Wawancara
dengan adanya sebuah dialog lisan yang dilakukan oleh peneliti untuk
terstruktur dapat bebas menanyakan apa saja yang berhubungan dengan data
mengacu pada pedoman wawancara yang telah disusun oleh peneliti supaya
2. Pedoman Observasi
Mengenai hal ini dijelaskan oleh Soendari dan Nani (2010:14) adalah:
proses yang terjadi dalam suatu situasi baik yang terjadi pada manusia
maupun lingkungannya”.
38
pembelajaran.
Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda, ataupun
1. Subjek penelitian
Setiap kegiatan penelitian tentu ada subjek yang akan diteliti, baik
berupa manusia, benda, peristiwa, maupun gejala yang terjadi dan dalam hal
benda, hal atau orang”. Berdasarkan pengertian di atas, yang menjadi subjek
(satu) orang guru orientasi dan mobilitas, dan 2 (dua) orang anak tunanetra
39
Tabel 3.1
SUBJEK PENELITIAN
No Nama Jenis Kelamin Usia Keterangan
1 AK L 44 th Guru
2 AF L 26 th Guru
3 AP L 11 th Anak SDLB
4 RG L 12 th Anak SDLB
2. Objek Penelitian
Kota Bandung.
Kota Bandung.
F. Prosedur Penelitian
merupakan aspek yang perlu diperhatikan dan tidak boleh terlewatkan. Tahap-
40
Dalam tahap persiapan ini peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Studi pendahuluan
Republik Indonesia.
c. Menyusun Proposal
41
Agama Republik Indonesia .
1) Observasi
Bandung.
2) Wawancara
42
tentang pelaksanaan pembelajaran shalat berjamaah melalui pendekatan
Bandung.
3) Studi dokumentasi
serta ditambah dengan rapot anak untuk menguatkan data yang diperoleh
instrumen wawancara yang telah dijawab oleh guru kelas V dan guru
43
dapat dibuatkesimpulan oleh peneliti dengan cara menafsirkan data akhir
melaporkan data hasil penelitian secara sistematis dan terinci agar dapat
dipahami oleh semua pihak yang membutuhkan hasil kegiatan penelitian ini.
BAB IV
44
A. Profil Penelitian
informasi yang berasal dari sumber yang dapat dipercaya dan dideskripsikan
1. Profil Lembaga
ini berdiri sejak 1901 dengan izin operasional dari Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat, merupakan sekolah negeri dengan luas tanas 1800 M2
terakreditasi A.
45
Sebagaimana disebutkan dalam BAB III, yang menjadi subjek
dalam penelitian ini adalah 1 orang guru mata pelajaran pendidikan agama
islam, 1 orang guru orientasi dan mobilitas, dan 2 (Dua) orang anak total
a. Responden Anak
Buah Batu. Responden mengalami Total Blind sejak lahir, dan mampu
46
dikarenaka responden masih bergantung kepada temannya dan belum
b. Responden Guru
sabar, memberikan solusi kepada anak yang cepat merasa bosan pada
saat di kelas yaitu dengan cara memberikan tugas, serta yang paling
penting selalu memberikan motivasi kepada anak dan tak pernah bosan
47
jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) pada mata pelajaran orientasi
dalam pembelajarannya.
3. Aspek Penelitian
Bandung.
B. Deskripsi Data
sebagai berikut:
Persiapan
48
1) Melakukan Asesmen
berlaku.
2) Menyusun Program
a) Menentukan Tujuan
orang lain.
b) Menentukan Materi
49
kebutuhan anak, yang menajdi kendala dalam penentuan materi
c) Menentukan Metode
d) Menentukan Media
alat bantu belajar seperti alat tulis reglet dan buku. Pada saat
sholat.
50
a. Pelaksanaan
1) Kegiatan Awal
2) Kegiatan Inti
tentang sholat baik itu secara sendiri dan berjamaah, bagaimana tata
cara sholat yang baik dan benar, doa ketika melakukan sholat,
posisi shaf yang tepat dan benar dan mengetahui gerakan sholak
3) Kegiatan Akhir
51
dengan cara menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Setelah itu
b. Tindak Lanjut
1. Hasil Observasi
52
d) Jika anak anak menghadap ke timur, anak menunjukkan arah kiblat
a) Jika anak lewat dari pintu masjid yang menghadap ke utara, anak
b) Jika anak lewat dari pintu masjid yang menghadap ketimur anak
c) Jika anak lewat dari pintu masjid yang menghadap keselatan, anak
53
b) Menunjukkan batas shaf sholat, anak mampu menyebutkan batas
yang baik.
menjalankan sholat.
menjalankan sholat.
54
c) Menyebutkan posisi jamaah yang sedang duduk, anak mampu
menjalankan sholat.
menjalankan sholat.
55
posisi arah mata angin.
menggunakan bantuan.
menggunakan bantuan.
menggunakan bantuan.
a) Jika anak lewat dari pintu masjid yang menghadap ke utara, anak
b) Jika anak lewat dari pintu masjid yang menghadap ketimur anak
56
c) Jika anak lewat dari pintu masjid yang menghadap keselatan, anak
melakukan sholat.
57
c) Meluruskan barisan shaf sholat, anak mampu melakukan dengan
menjalankan sholat.
menjalankan sholat.
menjalankan sholat.
menjalankan sholat.
menggunakan bantuan.
menggunakan bantuan.
58
c) Melakukan gerakan solat yang sedang sujud , anak sudah mampu
menggunakan bantuan.
menggunakan bantuan.
menggunakan bantuan.
menggunakan bantuan.
2. Hasil Dokumentasi
59
anak untuk melihat kemampuan anak dalam melaksanakan sholat
sebagai tanda bukti bahwa peneliti telah melakukan penelitian, bukan hanya
responden yaitu dengan guru pendidikan agama dan guru orientasi dan
mobilitas.
C. Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul baik data hasil
1. Hasil Wawancara
menegnai sholat, rukun sholat, tata cara sholat, dan doa ketika sholat.
Materi yang diberikan telah disusun dalam bentuk RPP yang telah dibuat
oleh guru supaya materi yang diajarkan tersampaikan dengan baik. dalam
60
pendidikan agama saja, pada mata pelajaran orientasi dan mobilitas anak
2. Hasil Observasi
anak yaitu dilihat dari segi kemampuan anak yang berbeda. Responden
anak pertama yang bernama AP cukup baik dalam orientasi dan mobilitas
lainnya dengan cara meraba ujung karpet hingga menemukan jamaah yang
seperti gerakan yang sedang berdiri, rukuk, sujud, dan duduk. Responden
kurang baik dikarenakan anak masih bergantung kepada orang lain dan
61
satunya ketika hendak melakukan sholat, ketika didalam masjid pada saat
guru melepas anak dan mengarahkan secara lisan mulai dari ambil wudu
mandiri, ketika hendak melakukan sholat aak belum mengetahui posisi arah
secara mandiri melakukan gerakan sholat seperti berdiri, rukuk, sujud, dan
duduk.
3. Hasil Dokumentasi
telah diajarkan pada mata pelajaran pendidikan agama tetapi tidak secara
pada mata pelajaran pendidikan agama saja, tetapi pada mata pelajaran
medan masjid sampai melakukan sholat berjamaah, hal ini bertujuan untuk
62
D. Jawaban Pertanyaan Penelitian
Pada bagian ini peneliti akan menyajikan data yang didapat dari hasil
awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan awal berisi kegiatan
63
yang mudah dipahami oleh anak. Materi yang disampaikan mengenai
tentang sholat, tata cara sholat yang baik dan benar mulai dari melakukan
diantara dua sujud, selain itu guru mengajarkan tata cara melakukan sholat
untuk mengetahui sejauh mana anak dalam menerima materi baik secara
ketika akan melakukan sholat berjamaah. Dari segi materi anak cukup luas
dihadapi oleh anak seperti menentukan arah kiblat masih harus dengan
bantuan, selanjutnya posisi shaf sholat dengan jamaah lainnya anak masih
64
belum mampu menentukan posisi disebabkan oleh anak masih malu untuk
oleh pendamping awas. Pada saat anak masbuk ketika melakukan sholat
sudah baik dan benar. Dalam gerakan sholat anak sudah mampu
sudah mandiri dan tidak perlu menggunakan bantuan baik secara fisik
maupun lisan.
anak tepat dan benar sesuai dengan arah kiblat. Melatih indera perabaan
anak dengan meraba ujung karper supaya anak mampu memposisikan diri
dasar dalam orientasi dan mobilitas perlu diterapkan untuk anak yang
teknik yang mudah digunakan bagi anak di masjid yang lainnya sebab di
65
setiap masjid memiliki medan yang berbeda-beda oleh sebab itu guru
sholat berjamaah baik di masjid tempat anak sering melakukan sholat dan
di masjid manapun.
menanyakan kepada anak materi yang telah diberikan hal ini bertujuan
diajarkan mulai mengenal arah mati angin untuk mengetahui arah kiblat
untuk mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Meskipun mereka
kesulitan akibat dari ketunanetraan yang mereka miliki, oleh karena itu
66
membiasakan diri untuk melakukan pengulangan dengan menggunakan
E. Pembahasan
seperti halnya orang awas. Pada dasarnya kemampuan kognitif anak tunanetra
sama dengan anak pada umumnya, namun yang terjadi sebagian dari anak
mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat tetapi
dengan pengajaran yang sama tetapi kedalaman dan keluasan materi pelajaran
sholat yang ada pada materi mata pelajaran pendidikan agama islam,
pembelajaran tersebut wajib diajarkan kepada anak yang supaya anak mampu
67
menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim untuk terus melaksanakan
sholat, sholat menurut bahasa adalah doa. Sedangkan menurut istilah seperti
yang dikatakan Imam Rafi’i sholat adalah perkataan dan perbuatan yang
diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat yang telah
ditentukan.
mudah dalam pengerjaan sholat baik yang individu maupun yang berjamaah.
Beda halnya dengan anak yang memiliki hambatan penglihatan, mereka harus
dibantu oleh orang awas atau anak harus mampu dalam melakukan orientasi
proses penggunaan indera yang masih berfungsi untuk menetapkan posisi diri
penggunaan indera yang masih berfungsi diartikan sebagai cara indera dalam
68
otak menjadi sesuatu yang berguna dalam menetapkan posisi diri (Hosni
diartikan berjalan tetapi lebih luas dari itu. Bergerak bisa dari suatu posisi ke
langsung supaya anak lebih memahami tata cara melalukan sholat berjamaah
di masjid, akibat hambatan yang mereka miliki membuat anak kesulitan dalam
orientasi dan mobilitas sebab anak tunanetra tidak terlepas dari orientasi dan
yang disebabkan oleh hambatan yang mereka miliki sehingga anak tidak
gerakan sholat ketika masbuk. Oleh sebab itu guru mengajarkan kepada anak
teknik lower hand, over hand, trailing. Bukan hanya itu saja guru juga melatih
69
meraba ujung karpet untuk mengetahui posisi shaf maupun menyentuh jamaah
yang didekatnya untuk mengetahui gerakan sholat ketika masbuk. Oleh sebab
itu orientasi dan mobilitas sangat penting untuk dikuasai oleh anak supaya
anak mampu dalam menggunakan indera yang masih tersisan dan mampu
dalam melakukan gerakan dan berpindah tempat ke yang satu ketempat yang
lainnya.
BAB V
berdasarkan terhadap teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini, dan
berjamaah melalui pendekatan orientasi dan mobilitas untuk anak tunanetra kelas
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Umum
pada indera visualnya, dari segi kognitif dan intelektualnya anak tunanetra
70
pemberian pendidikan yang optimal bagi anak tunanetra suaru keharusan
yang tidak selalu bergantung kepada orang lain. Oleh sebab itu pentingnya
waktu sehingga anak harus mampu mengetahui tata cara sholat yang baik
sholat sangat penting diajarkan untuk anak baik itu sholat yang dilakukan
supaya mereka mengetahui tata cara maupun doa yang baik dan benar
bantuan, tetapi jika kesulitan yang anak hadapi terus dilatih akan membuat
71
2. Kesimpulan Khusus
anak. Bukan dari segi materi saja, guru melakukan praktik langsung
Kesulitan yang lain yaitu dalam menentukan posisi shaf sholat, anak
anak supaya anak mampu menentukan dimana posisi shaf ketika sholat.
72
selanjutnya akan dibuat program berdasarkan mata pelajaran yang akan
berlangsung.
B. Rekomendasi
1. Sekolah
73
2. Guru
3. Anak
orientasi dan mobilitas ada anak yang masih bergantung dengan temanya
sehingga anak tersebut masih bergantung kepada teman dan guru, oleh
sebab itu anak harus terus belajar melatih diri dalam melakukan orientasi
dan mobilitas agar mampu melakukan aktivitas secara mandiri dan tidak
4. Peneliti Selanjutnya
C. Penutup
Segala puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
dapat menyelesaikan kegiatan penelitian ini dengan lancar dan sesuai dengan
74
waktu yang telah ditentukan. Peneliti telah berusaha menyusun hasil penelitian
ini dengan semaksimal mungkin namun peneliti menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari kata sempurna baik dari segi isi maupun sistematika
penulisan. Maka dari itu peneliti berharap hasil dari penelitian ini memberikan
manfaat bagi peneliti khususnya anak, guru, sekolah dan bagi masyarakat
75