Anda di halaman 1dari 203

MATERI I A

TINJAUAN MATA KULIAH


HUBUNGAN PENELITIAN DENGAN ILMU PENGETAHUAN

I. Deskripsi Singkat

Mata Kuliah Metodologi Riset dan Statistik memiliki 2 (dua) domain yaitu
Metodologi Riset Kualitatif dan Kuantitatif. Dalam mata kuliah ini mahasiswa
akan dapat mempelajari berbagai prinsip-prinsip dasar penelitian, serta mampu
menyusun proposal penelitian dengan benar dan berbagai jenis tulisan ilmiah
yang memiliki kandungan penelitian tentang sesuatu permasalahan di dalamnya
baik secara logis-rasional maupun secara empiris.
Dalam peta kompetensi permatakuliahan di dalam struktur kurikulum Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik UNDIP, mata kuliah ini diharapkan dapat mendukung
mata kuliah inti Perancangan Arsitektur (PA) dan variannya mulai dari semester
awal sampai dengan Tugas Akhir maupun MK lain seperti: Seminar (TKA141),
Perancangan Kota (TKA136, TKA 155), serta Perancangan Permukiman (TKA
127, TKA 134).

Dalam domain Penelitian Kualitatif, MK Metodologi Riset dan Stattistik akan


membicarakan mengenai: pengertian permasalahan penelitian, penentuan
problem area, problem findings, problem statement, penentuan ruang lingkup,
tujuan dan manfaat serta kajian pustaka. Sedangkan dalam domain Penelitian
Kuantitatif, mata kuliah ini akan membicarakan jenis variabel, populasi,
sampling, metode sampling, teknik penyusunan questionair serta operasional
statistik dengan menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service
Solution).
Ujian akan terdiri dari ujian Mid-Semester dan Ujian Akhir. Ujian mid-semester
akan diberikan pada minggu ke delapan, sedangkan Ujian Akhir Semester akan
diberikan di akhir perkuliahan.
Secara ringkas, Mata Kuliah Metodologi Riset memiliki deskripsi sebagai beikut:

1. Mata Kuliah Metodologi Riset dan Statistik adalah mata kuliah yang
mempelajari prinsip prinsip dasar penelitian yang dalam penerapannya
dapat membantu mahasiswa dalam menyusun berbagai jenis laporan dan
tulisan ilmiah pada matakuliah perancangan arsitektur dan mata kuliah
lain secara lebih mendalam.
2. Mata Kuliah Metodologi Riset dan Statistik dapat membantu mahasiswa
dalam memahami berbagai ciri pengetahuan sain yang logis-rasional dan
empiris.

1
II. Relevansi

Dalam penelitian yang bersifat kualitatif, pemahaman dalam suatu keilmuan


sangat diperlukan. Oleh karena itu diperlukan pemahaman tentang hubungan
antara penelitian dengan ilmu pengetahuan. Selain itu, mahasiswa perlu
mendapatkan wacana tentang payung paradigma penelitian dalam arsitektur/ kota,
serta contoh beberapa penelitian arsitektural sebagai acuan dalam menentukan
judul tugas mata kuliah Metodologi Riset dan Statistik.

Sedangkan dalam pembahasan mengenai Penelitian Kuantitatif, mahasiswa diberi


pemahaman tentang bagaimana menentukan area populasi, sample dan metode
penentuan sample (metode sampling). Selain itu mahasiswa akan diberi
pengetahuan tentang beberapa operasional uji statistik dengan menggunakan
software SPSS (Statistical Product and Service Solution) melalui beberapa uji
statistik, seperti: Descriptive Analysis, Uji T, Uji Anova, Chi-Square, Uji
Korelasi, Uji Regresi, Analisa Faktor (AF) dan Multi-Dimensional Scale.

Secara singkat, setelah mengikuti Mata Kuliah Metodologi Riset dan Statistik,
mahasiswa mampu memahami dan mengimplementasikan secara teoritik prinsip-
prinsip dasar dan prosedur penelitian dalam mata kuliah perancangan arsitektur
dan mata kuliah pendukung yang lain beserta permasalahannya.

III. Kompetensi

1. Standar Kompetensi

Dengan dikuasainya metodologi penelitian kualitatif dan kuantitatif, maka


jika diberikan suatu kasus peneltian setelah mengikuti proses perkuliahan
ini, diharapkan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro akan dapat menerapkan metode yang dipilih (C3)
dan menganalisis (C4) problema penelitian dengan 80% benar sesuai
standar dan kaidah metodologi penelitian di bidang arsitektur.

Pada akhir perkuliahan Metodologi Penelitian dan Statistik mahasiswa


diharapkan mampu memahami dan menerapkan metode yang benar dalam
melakukan penulisan ilmiah dan observasi lapangan yang dilakukan dalam
menunjang mata kuliah Seminar, mata kuliah pendukung Perancangan
Arsitektur/ Kota dan Tugas Akhir. Pemahaman mengenai metodologi
penelitian juga diharapkan mampu mengintegrasikan Mata kuliah
Metodologi Riset dan Statistik dengan mata kuliah inti Perancangan
Arsitektur, serta mata kuliah-matakuliah pendukung yang lain.

2
2. Kompetensi Dasar

Dengan diberikannya peta kompetensi Mata kuliah Metodologi Riset dan


Statistik yang terdiri dari domain Kualitatif dan domain Kuantitatif, maka
mahasiswa dapat menerapkan dan menganalisis permasalahan penelitian
bidang Arsitektur/ Kota dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah
penelitian yang sesungguhnya.

3. Indikator

Kemampuan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur dalam menjelaskan


kembali serta menerapkan filosofi dasar penelitian ilmiah dengan indikator
kemampuannya dalam :
a. Menyebutkan dengan benar semua latar belakang penelitian.
b. Menyebutkan dengan benar semua tujuan penelitian.
c. Menyebutkan dengan benar macam macam pendekatan penelitian.
d. Menyebutkan hubungan penelitian dengan teori.
e. Memahami hubungan antara penelitian dengan teori.

IV. TINJAUAN MATA KULIAH (KONTRAK PEMBELAJARAN HUBUNGAN


PENELITIAN DENGAN ILMU PENGETAHUAN

KONTRAK PEMBELAJARAN
Nama Mata Kuliah : Metodologi Riset dan Statistik
Kode Mata Kuliah/ SKS : TKA 125/ 2 SKS

Semester : 4 (empat)
Tempat Pertemuan : Ruang Kuliah B 101/ B 102

1. Standar Kompetensi
Setelah mengikuti Mata Kuliah Metodologi Riset dan Statisik (TKA 125), mahasiswa
mampu memahami dan mengimplementasikan secara teoritik prinsip-prinsip dasar dan
prosedur penelitian dalam mata kuliah Perancangan arsitektur, mata kuliah Seminar
serta Tugas Akhir (TA)

Pada akhir perkuliahan Metodologi Riset dan Statistik mahasiswa diharapkan mampu
menerapkan (C3) prinsip-prinsip penelitian, serta menganalisa problem-problem riset
untuk mendukung MK Seminar semester 7 dan matakuliah Perancangan Arsitektur
semester 6-7, serta Tugas Akhir (TA).
3
Pada akhir perkuliahan Metodologi Riset dan Statistik, mahasiswa diharapkan mampu
menganalisa (C4) dan mensintesakan (C5) prisnsip-prinsip dasar metodologi riset dan
statistik dalam satu kasus penelitian sehingga dapat mendukung dan memperkaya MK
Seminar semester 7 (tujuh) dan Perancangan Arsitektur semester 6 dan 7, serta Tugas
Akhir.

2. Deskripsi Pembelajaran
1. Mata Kuliah Metodologi Riset dan Statistik adalah mata kuliah yang mempelajari
prinsip-prinsip dasar penelitian yang dalam penerapannya dapat membantu
mahasiswa dalam menyusun berbagai jenis laporan dan tulisan ilmiah pada
matakuliah Perancangan Arsitektur dan mata kuliah lain secara lebih mendalam.
2. Mata Kuliah Metodologi Riset dan Statistik dapat membantu mahasiswa dalam
memahami berbagai ciri pengetahuan sains yang logis-rasional dan empiris.

3. Strategi Pembelajaran
 Kuliah tatap muka dengan menggunakan media pembelajaran (LCD
Projector).
 Diskusi antar kelompok mahasiswa, dengan thema sesuai dengan bahan
kuliah. Dosen berperan sebagai fasilitator.
 Pembuatan tugas kelompok/individu.

4. Tugas
Mata kuliah Metodologi Penelitian dan Statistik terdiri dari 2 (dua) materi pokok,
yaitu: pendekatan penelitian dengan menggunakan paradigma kualitatif dan
pendekatan penelitian dengan menggunakan paradigm kuantitatif. Sehingga secara
garis besar tugas dibagi menjadi 2, yaitu tugas penelitian terkait dengan paradigma
kuantitatif dan tugas penelitian dengan paradigma kualitatif. Hasil penilaian 2 (dua)
tugas akan dirata rata dan diberi bobot sebesar masing-masing 25%.

5.Norma Akademik dan Kriteria Penilaian


a. Norma Akademik
1. Kegiatan pembelajaran dimulai sesuai jadwal, toleransi keterlambatan 15
menit.
2. Selama proses pembelajaran berlangsung HP dimatikan.
3. Pengumpulan tugas ditetapkan sesuai jadwal dan dilakukan sebelum
pembelajaran dimulai. Bagi yang terlambat nilai hanya 75 %nya, dan bila
terlambat 1 hari mendapat nilai hanya 50%nya, lebih dari satu hari mendapat
nilai 0%.
4. Tugas yang merupakan plagiat, atau pengkutipan tanpa aturan penulisan yang

4
benar diminta mengundurkan diri pada semester ini dan bisa mengikuti di
semester depan .
5. Aturan jumlah minimal presensi dalam pembelajaran diberlakukan, termasuk
aturan cara berpakaian dan bersepatu.
b. Kriteria Penilaian.
Persyaratan mengikuti ujian adalah mahasiswa yang telah mengikuti perkuliahan
minimal 11 (sebelas) kali (75%x14) diluar kegiatan ujian tengah semester dan
ujian akhir semester.
Sistim penilaian dilakukan dengan menggunakan proporsi bobot sebagai berikut:
-. Ujian : 50 %.
-. Mid Semester : 25%.
-. Tugas : 25%.

8. Jadwal Pembelajaran

Minggu Topik Bahasan Referensi


ke
1. 1.Rencana dan Program Perkuliahan.
2.Kuliah Pengantar. P1
3.Pengertian Penelitian Ilmiah

2. 2.1 Sejarah Perkembangan Filsafat & Ilmu


Pengetahuan. P1, P8
2.2.Pengertian Ilmu
2.3. Fungsi Filsafat Ilmu
2.4.Hubungan Penelitian dengan Ilmu Pengetahuan
3. 3.1. Payung paradigma dalam penelitian ilmiah. P2; P3; P4;P5
3.2. Perbedaan Pendekatan Penelitian Kuantitatif Dan
Penelitian Kualitatif
3.3. Perbedaan Analisis Deduksi dan Induksi

4. 4.1. Jenis / Ragam Penelitian Ilmiah P3; P6


4.2. Tujuan Penelitian Ilmiah
4.3. Peranan Penelitian Ilmiah
4.4. Macam dan Jenis Penelitian Arsitektur Dan Kota
4.5. Prosedur / Langkah-Langkah Penelitian :

TUGAS KECIL
5. 5.1.Pengertian masalah penelitian dan strategi P2, P3
menemukenali masalah penelitian dibidang arsitektur
skala bangunan/kawasan binaan.
-.Menentukan problem area.
-.Menentukan problem finding.

5
-. Menentukan problem statement

6. 6.2.Merumuskan permasalahan P2, P3


6.3.Menentukan tujuan, lingkup, manfaat.
6.4.Diskusi contoh-contoh permasalahan penelitian
7. 7.1.Fungsi kajian pustaka dalam penelitian bidang P2, P3.P7
arsitektur.
7.2.Perbedaan kajian pustaka dan daftar pustaka.
7.3.Struktur kajian Pustaka.
7.4. Cara Penulisan Kajian Pustaka.
7.4.Pengertian dan manfaat hipotesis
7.5.Cara menyusun hipotesis.
8. Pengkajian topik tertentu (yang berkaitan dengan objek P2, P3
arsitektur/kawasan binaan) bagaimana mengintegrasikan
permasalahan penelitian dan kajian kepustakaan yang
mendukung permasalahan penelitian tersebut serta
rumusan hipotesisnya.
TUGAS KECIL
9. Contoh bbrp jenis dan macam variabel dlm penelitian Kuantitatif
bidang arsitektur. 1,2,3,4,5
-. Teknik menentukan sampel dan definisi
operasional variabel.
10. Penyusunan Questionair. Kuantitatif
1,2,3,4,5
11. -. Teknik mengumpulkan data. Kuantitatif
-. Teknik Analisis data.(EPR). 1,2,3,4,5
TUGAS KECIL
12. Macam dan tujuan uji statistic, Uji T, Anova, Descriptive Kuantitatif
Analysis, Chi Square 1,2,3,4,5
13. Analisa regresi, dan korelasi Kuantitatif
1,2,3,4,5
14. Analisa factor, MDScal Kuantitatif
1,2,3,4,5
TUGAS KECIL

6
MATERI IB.
PENGERTIAN PENELITIAN ILMIAH

I. Deskripsi Singkat

Penelitian Ilmiah adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji


kebenaran suatu pengetahuan usaha mana dilakukan dengan menggunakan
metode-metode ilmiah.

II. Relevansi

Dengan memahami pengertian penelitian ilmiah maka mahasiswa dapat


mengidentifikasi beberapa macam pendekatan untuk mencari kebenaran ilmiah.

III. Kompetensi

1. Standar Kompetensi
Dengan diberikannya materi Pengertian Penelitian Ilmiah pada minggu/
tatap muka ini maka mahasiswa diharapkan mampu memahami pengertian
penelitian ilmiah pada MK Metodologi Riset dan Statistik semester 4
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan akan mampu mensintesakan
beberapa pengertian penelitian ilmiah dengan benar, agar menjadi
pemahaman awal yang tepat dalam menempuh MK Seminar semester 6 dan
7, serta menjadi upaya dalam pengkayaan materi MK Perancangan
Arsitektur mulai semester 4.

2. Kompetensi Dasar

Dengan diberikannya materi Pengertian Penelitian Ilmiah maka mahasiswa


diharapkan dapat mensintesakan berbagai pengertian penelitian yang
dipahaminya.

3. Indikator

Kemampuan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro dalam memahami pengertian penelitian ilmiah
dengan indikasi sebagai berikut:
a. Menyebutkan dengan benar latar belakang manusia mengembangkan
pengetahuannya.
b. Menjelaskan dengan benar mengapa manusia melakukan penelitian.

7
c. Menjelaskan dengan benar tipologi kebenaran ilmiah.
d. Menjelaskan dengan benar struktur pengetahuan ilmiah.
e. Menjelaskan dengan benar beberapa macam pendekatan untuk mencari
kebenaran ilmiah.
f. Menjelaskan dengan benar tiga pengetahuan yang dikuasai oleh manusia.

IV. PENGERTIAN PENELITIAN ILMIAH


I.1.KULIAH PENGANTAR.

Mengapa manusia ingin mengembangkan pengetahuannya dengan cara meneliti?


Karena manusia tidak mengerti hakekat ilmu pengetahuan dan luasnya ilmu
pengetahuan yang sebenarnya serta menyadari akan keterbatasan akal budinya.
Kenapa manusia meneliti?
1. Ke-Heran-an.
2. Ke-Sangsi an dan Keragu-Ragu-an .
3. Ke-Ingin Tahu-an
Pada hakekatnya tujuaan penelitian adalah untuk mencari kebenaran ilmiah.
Tipologi Kebenaran Ilmiah : 1. Kebenaran TUNGGAL
2. Kebenaran JAMAK

Gambar 1.01:. Contoh Empirik Sensual Gambar 1.02:. Contoh Empirik Logic
Dunia tampak datar Bumi mengelilingi matahari

Gambar 1.03: Contoh Empirik Etik. Gambar 1.04:. Contoh Empirik


Transendent Genocide Supranatural
8
Kebenaran ilmiah berdasar pada:
1. Empirik Sensual (Panca Indera).
2. Empirik Logik. (Logika).
3. Empirik Etik. (Etika).
4. Empirik Transedental (Transedent).

I.2. PENGERTIAN PENELITIAN ILMIAH

Penelitian Ilmiah adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji


kebenaran suatu pengetahuan usaha mana dilakukan dengan menggunakan
metode-metode ilmiah. Sedangkan pengetahuan yang diproses menurut metode
ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan, dengan
demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu. Adapun struktur
pengetahuan ilmiah sebagai berikut (Suriasumantri, Jujun,S, 2007):

1. Teori
Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai
suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan.
2. Hukum
Hukum merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua
variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat.
3. Prinsip
Prinsip dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi
sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan kejadian yang
terjadi.
4. Postulat
Postulat merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa
dituntut pembuktiannya.

Peran Metodologi Riset & Statistk


Tools / Alat Untuk Mencari Kebenaran Ilmiah

Macam Pendekatan Untuk Mencari Kebenaran Ilmiah:


Pendekatan untuk mencari kebenaran meliputi 2 jenis pendekatan:
1. Pendekatan Un-Scientific. Pendekatan un-scientific ada 3, yaitu:
a. Secara Kebetulan
Contoh : Teori Newton tentang gravitasi bumi.
b. Secara trial and error
Contoh: Robert Kock menemukan Lensa secara kebetulan
c. Melalui otoritas

9
Contoh: Seorang Kyai/ Dukun / Penguasa memberikan ilmunya
secara otoritas (indoktrinasi).
2. Pendekatan Scientific. Pendekatan Scientific terdiri dari 2 :
a. Berpikir kritis- rasional
b. Scientific Research

Pengetahuan manusia terbagi menjadi tiga:


1. Pengetahuan sain: yang logis-rasional dan empiris.
2. Pengetahuan filsafat: yang hanya logis namun tidak selalu empiris.
3. Pengetahuan mistik: abstrak – supra rasional.
(selalu tidak terjangkau pembuktian empiris)

V. DAFTAR PUSTAKA

P1. Suriasumantri, Jujun.S.2007. Filsafat Ilmu-Sebuah Pengantar Populer.Pustaka


Sinar Harapan. Jakarta
P2. Muhadjir, Noeng.2000. Methode Penelitian Kualitatif Edisi IV. Rake Sarasin,
Yogyakarta.
P3. Djunaedi, Achmad.1989. Macam Bidang Penelitian Arsitektural. Jurusan
Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Gajah Mada-Yogyakarta.
P4. Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Transito. Bandung.
P5. Moleong, Lexy J.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.
Rosdakarya.Bandung.
P6. Groat, Linda and Wang, David.Architectural Research Methods. John Wiliey &
Sons, Inc. New York.
P7. Edi Purwanto.2011.Catatan Kuliah Metodologi Riset dan Statistik.
P8. Loekisno Ch.W.2011. Kuliah Metodologi Penenlitian
P9. Burhan Bungin.2007. Penelitian Kualitatif.Kencana Prenada Media Group. Jakarta

VI. SENARAI

Sensual : Pengetahuan yang bersifat perasaan inderawi (visual,


pendengaran, penciuman, perabaan, perasa/lidah )
Logic : Pengetahuan yang berdasarkan logika
Etic : Pengetahuan yang berdasarkan etika
Transedental : Menonjolkan hal-hal yang bersifat kerohanian, sukar
dipahami, gaib, abstrak
Supranatural : sebutan untuk kejadian yang tidak bisa dijelaskan dengan
hukum alam, atau berada di atas dan di luar alam.

10
MATERI II
PERKEMBANGAN FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN

I. Deskripsi Singkat

Pada awal perkembangan ilmu pengetahuan, filsafat diidentikkan dengan ilmu


pengetahuan. Pada abad Pertengahan, filsafat menjadi identik dengan agama,
sehingga pemikiran filsafat pada zaman itu menjadi satu dengan dogma gereja.
Pada masa ini filsafat memisahkan diri dari agama, sehingga membuat orang
berani mengeluarkan pendapat mereka tanpa takut akan dikenai hukuman oleh
pihak gereja. Filsafat zaman modern tetap sekuler seperti zaman Renaissans, yang
membedakan adalah pada zaman ini ilmu pengetahuan berpisah dari filsafat dan
mulai berkembang menjadi beberapa cabang yang terjadi dengan cepat. Bahkan
pada abad ke-20, ilmu pengetahuan, mulai berkembang menjadi berbagai
spesialisasi dan sub-spesialisasi.

II. Relevansi

Metode penelitian adalah serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk


mengobservasi sesuatu permasalahan. Dengan kata lain metode penelitian adalah
suatu metode ilmiah. Teori mencoba untuk menguraikan, menjelasan dan memprediksi
sebuah fenomena.Disisi lain metode penelitian bisa dipandang sebagai upaya untuk
menguji uraian, penjelasan ataupun prediksinya. Teori pada umumnya mencoba untuk
mengembangkan sebuah uraian, penjelasan maupun prediksi. Disisi lain metode
penelitian menawarkan cara yang mampu untuk memperkokoh, merobah atupun
menolaknya

III. Kompetensi

1. Standar Kompetensi

Dengan diberikannya materi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan


pada minggu/ tatap muka ini maka mahasiswa diharapkan mampu
memahami perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan pada MK
Metodologi Riset dan Statistik semester 4 Jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.

2. Kompetensi Dasar

Dengan diberikannya materi pengertian perkembangan filsafat dan ilmu


pengetahuan maka mahasiswa diharapkan dapat memahami perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan sejak dari jaman kuno hingga modern.
11
3. Indikator

Kemampuan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro dalam memahami pengertian perkembangan filsafat
dan ilmu pengetahuan dengan indikasi sebagai berikut:
a. Menyebutkan dengan benar sejarah perkembangan filsafat &
ilmu pengetahuan
b. Menjelaskan dengan benar benar beberapa periodisasi yang
didasarkan atas ciri yang dominan pada zaman tersebut.
c. Menjelaskan dengan benar pengertian ilmu.
d. Menjelaskan dengan benar fungsi filsafat ilmu
e. Menjelaskan dengan benar hubungan teori dan metode penelitian.

IV. PERKEMBANGAN FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN

2.1. SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN

Pada awal perkembangan ilmu pengetahuan, yakni zaman Yunani Kuno, filsafat
diidentikkan dengan ilmu pengetahuan. Pada abad Pertengahan, filsafat menjadi
identik dengan agama, sehingga pemikiran filsafat pada zaman itu menjadi satu
dengan dogma gereja. Pada abad ke-15 muncullah Renaissans kemudian disusul
oleh Aufklaerung pada abad ke-18 yang membawa perubahan pandangan
terhadap filsafat. Pada masa ini filsafat memisahkan diri dari agama, sehingga
membuat orang berani mengeluarkan pendapat mereka tanpa takut akan dikenai
hukuman oleh pihak gereja. Filsafat zaman modern tetap sekuler seperti zaman
Renaissans, yang membedakan adalah pada zaman ini ilmu pengetahuan berpisah
dari filsafat dan mulai berkembang menjadi beberapa cabang yang terjadi dengan
cepat. Bahkan pada abad ke-20, ilmu pengetahuan, mulai berkembang menjadi
berbagai spesialisasi dan sub-spesialisasi. Perkembangan filsafat Barat dibagi
menjadi beberapa periodesasi yang didasarkan atas ciri yang dominan pada
zaman tersebut. Periode-periode tersebut adalah :

1. Zaman Yunani Kuno (Abad 6SM-6M)


Ciri pemikirannya adalah kosmosentris, yakni mempertanyakan asal usul alam
semesta dan jagad raya sebagai salah satu upaya untuk menemukan asal mula
(arche) yang merupakan unsur awal terjadinya gejala

2. Zaman Pertengahan (6-16M)


Ciri pemikiran pada zaman ini ialah teosentris yang menggunakan pemikiran
filsafat untuk memperkuat dogma agama Kristiani. Pada zaman ini pemikiran
Eropa terkendala oleh keharusan kesesuaian dengan ajaran agama.

12
3. Zaman Renaissans (14-16M)
Merupakan suatu zaman yang menaruh perhatian dalam bidang seni, filsafat,
ilmu pengetahuan dan teknologi. Zaman ini juga dikenal dengan era
kembalinya kebebasan manusia dalam berpikir. Tokoh filosof zaman ini
diantaranya adalah Nicolaus Copernicus (1473-1543) yang mengemukakan
teori heliosentrisme, yang mana matahari merupakan pusat jagad raya.

4. Zaman Modern (17-19M)


Filsafat zaman ini bercorak antroposentris, yang menjadikan manusia sebagai
pusat perhatian penyelidikan filsafati. Selain itu, yang menjadi topik utama
ialah persoalan epistemologi.

a. Rasionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa akal merupakan sumber pengetahuan yang
memadai dan dapat dipercaya. Pengalaman hanya dipakai untuk
menguatkan kebenaran pengetahuan yang telah diperoleh melalui akal.
Salah satu tokohnya adalah Rene Descartes (1598-1650) yang juga
merupakan pendiri filsafat modern yang dikenal dengan pernyataannya
Cogito Ergo Sum (aku berpikir, maka aku ada). Metode yang digunakan
Descrates disebut dengan a priori yang secara harfiah berarti berdasarkan
atas adanya hal-hal yang mendahului.

b. Empirisme
Menyatakan bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah pengalaman, baik
lahir maupun batin. Akal hanya berfungsi dan bertugas untuk mengatur
dan mengolah data yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang
digunakan adalah a posteriori atau metode yang berdasarkan atas hal-hal
yang terjadi pada kemudian. Dipelopori oleh Francis Bacon yang
memperkenalkan metode eksperimen.

c. Kritisme
Sebuah teori pengetahuan yang berupaya untuk menyatukan dua
pandangan yang berbeda antara Rasionalisme dan Empirisme yang
dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804). Ia berpendapat bahwa
pengetahuan merupakan hasil yang diperoleh dari adanya kerjasama
antara dua komponen, yakni yang bersifat pengalaman inderawi dan cara
mengolah kesan yang nantinya akan menimbulkan hubungan antara
sebab dan akibat.

d. Idealisme

13
Berawal dari penyatuan dua Idealisme yang berbeda antara Idealisme
Subyektif (Fitche) dan Idealisme Obyektif (Scelling) oleh Hegel (1770-
1931) menjadi filsafat idealisme yang mutlak. Hegel berpendapat bahwa
pikiran merupakan esensi dari alam dan alam ialah keseluruhan jiwa yang
diobyektifkan. Asas idealisme adalah keyakinan terhadap arti dan
pemikiran dalam struktur dunia yang merupakan intuisi dasar.

e. Positivisme
Didirikan oleh Auguste Comte (1798-1857) yang hanya menerima fakta-
fakta yang ditemukan secara positif ilmiah. Semboyannya yang sangat
dikenal adalah savoir pour prevoir, yang artinya mengetahui supaya siap
untuk bertindak. Maksudnya ialah manusia harus mengetahui gejala-
gejala dan hubungan-hubungan antar gejala sehingga ia dapat
meramalkan apa yang akan terjadi.

f. Marxisme
Pendirinya ialah Karl Marx (1818-1883) yang aliran filsafatnya
merupakan perpaduan antara metode dialektika Hegel dan materialisme
Feuerbach. Marx mengajarkan bahwa sejarah dijalankan oleh suatu
logika tersendiri, dan motor sejarah terdiri hukum-hukum sosial
ekonomis. Baginya filsafat bukan hanya tentang pengetahuan dan
kehendak, melainkan tindakan, yakni melakukan sebuah perubahan, tidak
hanya sekedar menafsirkan dunia.

5. Zaman Kontemporer (Abad ke-20 dan seterusnya)


Pokok pemikirannya dikenal dengan istilah logosentris, yakni teks menjadi
tema sentral diskursus para filosof. Pada zaman ini muncul berbagai aliran
filsafat dan kebanyakan dari aliran-aliran tersebut merupakan kelanjutan dari
aliran-aliran filsafat yang pernah berkembang pada zaman sebelumnya, seperti
Neo-Thomisme, Neo-Marxisme, Neo-Positivisme dan sebagainya.

14
YUNANI - KUNO ABAD TENGAH ABAD MODERN ABAD KONTEMPORER

6SM 3SM - 6M 14M 14-15M 18M 19M 20M

RENAISSANCE

AUFKLARUNG
THEOLOGIAE
RASIONALISME
EMPIRISME FENOMENOLOGI
LOGOS
MITOS

ANCILLA

KRITISISME STRUKTURALISME
IDEALISME NEOPOSITIVISME
POSITIVISME

FILSAFAT THEOLOGI ILMU CABANG FAKTOR HEURISTIK

FILSAFAT
AGAMA
BIOLOGI KOMPUTER
FILSAFAT
ASTRONOMI TEKNIK
ILMU MATEMATIKA ARSITEKTUR
FISIKA PARIWISATA
KIMIA DLL.
Kuliah Metodologi Penelitian, Pebruari
SOSIOLOGI
2011. Dikembangkan dari Loekisno
Ch.W 32

Gambar 2.01. Sejarah Perkembangan Ilmu dan Filsafat

ABAD MODERN
AGAMA DAN FILSAFAT MULAI DI PISAHKAN

AGAMA DI DASARI KEYAKINAN (KEIMANAN)


FILSAFAT DI DASARI OLEH OLAH PIKIR (SEKULARISASI)

RASIONALISME
EMPIRISME
KRITISISME
IDEALISME
POSITIVISME

TUMBUH ILMU-ILMU CABANG (“MENINGGALKAN FILSAFAT”)


BIOLOGI
ASTRONOMI
MATEMATIKA
FISIKA
KIMIA
SOSIOLOGI
Kuliah Metodologi Penelitian, Pebruari
2011. Dikembangkan dari Loekisno
Ch.W 33

Gambar 2.02. Perkembangan Ilmu pada Abad Moderen


15
2.2. PENGERTIAN ILMU

Ilmu adalah kumpulan teori-teori yang sudah diuji coba yang menjelaskan
tentang pola-pola yang teratur atau pun tidak teratur di antara fenomena yang
dipelajari secara hati-hati.(R. Harre,1995. The Philosophies of Science, an
Introductory Survey).

Pengetahuan yang dapat disepakati sehingga menjadi suatu ―ilmu‖, menurut


Archie J. Bahm dapat diuji dengan enam komponen utama yang disebut dengan
six kind of science, yang meliputi problems, attitude, method, activity,
conclusions, dan effects. (Archie J. Bahm, What’s Science).

Seringkali ilmu diartikan sebagai pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan


dapat dinamakan sebagai ilmu, melainkan pengetahuan yang diperoleh dengan
cara-cara tertentu berdasarkan-kesepakatan para ilmuwan.

Ilmu dapat didefinisikan : Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional
dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah
sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-
gejala kealaman, kemasyarakatan atau individu untuk tujuan mencapai
kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan
penerapan. (The Liang Gie,1991. Pengantar Filsafat Ilmu, Liberty,Yogyakarta).

2.3. FUNGSI FILSAFAT ILMU

 Confirmatory function yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara


hipotesis dengan evidensi
 Explanation function yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil
ataupun besar secara sederhana.
Filsafat Ilmu dimanfaatkan sebagai alat mencari untuk mencari kebenaran dari
segala fenomena yang ada.
Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap
pandangan filsafat lainnya. Memberikan pengertian tentang cara hidup,
pandangan hidup dan pandangan dunia.

2.4. HUBUNGAN TEORI DAN METODE PENELITIAN

Definisi Teori.
Kerlinger (1973) dan Natsir (2005) mendefinisikan teori sebagai

16
1. Sebuah set proposisi yang terdiri atas konstruksi (construct) yang sudah
didefinisikan secara luas dan dengan hubungan unsur-unsur dalam set
proposisi tersebut secara jelas.
2. Suatu set dari proposisi yang mengandung suatu pandangan sistematis
dari fenomena.
3. Suatu pernyataan hubungan sistematis dalam gejala sosial maupun natural
yang ingin diteliti.
4. Suatu abstraksi dari pengertian atau hubungan dari proposisi atau dalil.

Definisi metode penelitian :

Metode penelitian adalah serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk


mengobservasi sesuatu permasalahan. Dengan kata lain metode penelitian
adalah suatu metode ilmiah.

Dengan demikian pemahaman mengenai hubungan antara teori dan metode


penelitian dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Teori mencoba untuk menguraikan, menjelasan dan memprediksi sebuah
fenomena.Disisi lain metode penelitian bisa dipandang sebagai upaya
untuk menguji uraian, penjelasan ataupun prediksinya.
2. Teori pada umumnya mencoba untuk mengembangkan sebuah uraian,
penjelasan maupun prediksi. Disisi lain metode penelitian menawarkan
cara yang mampu untuk memperkokoh, merobah atupun menolaknya

2.5. FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-
ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk
mengetahui apa yang telah kita ketahui dan apa yang belum kita ketahui.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui
dalam alam yang maha luas ini.

Menurut Suriasumantri dan Jujun, S (2007):


―Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri
apakah sebenarnya yang kita ketahui tentang ilmu? Apakah ciri-ciri yang hakiki
yang membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan
ilmu? Mengapa kita harus mempejari ilmu?‖

Filsafat menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia.
Sesuai dengan fungsinya sebagai filsuf (pionir/pembuka), filsafat

17
mempermasalahkan hal-hal yang pokok, bila permasalahan yang satu terjawab
maka permasalahan yang lain akan mulai terbuka solusinya.
Cabang-cabang ilmu filsafat adalah :
 Epistimologi (Filsafat Pengetahuan)
 Etika (Filsafat Moral)
 Estetika (Filsafat Seni)
 Metafisika, Politik (Filsafat Pemerintahan)
 Filsafat Agama
 Filsafat Ilmu
 Filsafat Pendidikan
 Filsafat Hukum
 Filsafat Sejarah
 Filsafat Matematika
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistimologi yang secara spesifik mengkaji
hakikat ilmu (pengathuan ilmiah). Filsafat ilmu dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu
alam dan ilmu-ilmu sosial, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsip antara
ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial dimana keduanya memiliki ciri-ciri
keilmuan yang sama.

V. LATIHAN DAN TEST FORMATIF


1. Dalam Penelitian peran filsafat ilmu sangat penting. Sebutkan fungsi
filsafat ilmu!
2. Apa itu metode penelitian dan bagaimana hubungan antara teori dan
metode penelitian?

VI. UMPAN BALIK


Untuk dapat melanjutkan ke materi berikutnya, mahasiswa harus mampu
menjawab semua pertanyaan paling tidak 75% benar. Selamat bagi anda yang
telah lolos ke materi berikutnya.

VII. DAFTAR PUSTAKA

1. Baramen, Julia.2005. Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif.


Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta.
2. Basrowi & Suwandi.2008.Memahami Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta.
Jakarta.
3. Bertens, K (ed).2006.Fenomenologi Eksistensial. Penerbit Universitas Atma
Jaya Jakarta.

18
4. Danim, Sudarmawan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Pustaka
Setia.Bandung.
5. Djunaedi, Achmad.1989. Macam Bidang Penelitian Arsitektural.Jurusan
Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Gajah Mada-Yogyakarta.
6. Greenfield, Tony. 1996. Research Methods.Guidance for Postgraduates. John
Wiley & Sons, Inc. New York.
7. Groat, Linda and Wang, David.Architectural Research Methodes. John Wiliey
& Sons, Inc. New York
8. Gulo, W. 2007. Metodologi Penelitian. Grasindo. Jakarta.
9. Lang, John.2005. Urban Design: A Typology of Procedures and Products.
Architectureal Press.UK.
10. Leedy, Paul D. 1997. Practical Research - Planning and Design. Prentice-Hall
Inc. New-Jersey. USA.
11. Martono, Nanang, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif, PT Radja Grafindo
Persada, Jogjakarta.
12. Moleong, Lexy J.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.
Rosdakarya. Bandung.
13. Moore, Nick.1987. Cara Meneliti. Penerbit ITB.Bandung
14. Muhadjir, Noeng.2000. Methode Penelitian Kualitatif Edisi IV. Rake Sarasin,
Yogyakarta.
15. Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Paradigma Baru
Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Remaja Rosdakarya. Bandung.
16. Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Transito.
Bandung
17. Newman, Isadore and Benz, Carolyn R. 1998. Research Methodology.
Southern Illinois University Press.
18. Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta.Bandung.
19. R. Harre,1995. The Philosophies of Science, an Introductory Survey
20. Sanjaya, B. dan Heriyanto. 2006. Panduan Penelitian. Prestasi Pustaka.
Jakarta.
21. Santoso, Gempur. Fundamental Metodologi Penelitian-Kuantitatif dan
Kualitatif. Prestasi Pustaka. Jakarta.
22. Sugiyono.2008. Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan
R&D.Alfabeta.Bandung.
23. Sumadi, Suryabrata, 2003, Metodologi Penelitian, PT Radja Grafindo Persada,
Jogjakarta.
24. Suriasumantri, Jujun.S.2007. Filsafat Ilmu-Sebuah Pengantar Populer.Pustaka
Sinar Harapan. Jakarta
25. The Liang Gie,1991. Pengantar Filsafat Ilmu, Liberty,Yogyakarta

19
VIII. SENARAI

Proposisi : Pendapat tentang hubungan antar konsep


Dalil : teori
Filsafat : Pada jaman yunani kuno didefiniiskan sebagai ilmu
pengetahuan sedangkan pada abad pertengahan
didefinisikan sebagai domain agama yang dikeluarkan
oleh gereja
Epistimologi : ilmu yang membahas masalah-masalah pengetahuan
Etika : Tata aturan, tata cara
Estetika : keindahan
Mitos : Kepercayaan
Rasionalisme : doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran
haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan
analisis yang berdasarkan fakta.
Empirisme : suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa
semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia.
Kritisisme : faham yang mengkritik terhadap faham Rasionalisme dan
faham Empirisme.
Idealisme : aliran filsafat yang memandang yang mental dan
ideasional sebagai kunci ke hakikat realitas.
Positivisme : filsafat harus mengikuti rigoritas yang sama dengan sains.
Filsafat harus dapat memberikan kriteria yang ketat untuk
menetapkan apakah sebuah pernyataan adalah benar,
salah atau tidak memiliki arti sama sekali.
Fenomenologi : sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari
manusia sebagai sebuah fenomena.
Strukturalisme : faham atau pandangan yang menyatakan bahwa
semua masyarakat dan kebudayaan memiliki suatu
struktur yang sama dan tetap.
Neopositivisme : Pemahaman positivisme moderen.
Faktor Heuristik : Pemahaman filsafat ilmu yang dikaitkan dengan sejarah.
Theologi : Filsafat ilmu yang dikaitkan dengan ajaran ke Tuhanan.

20
MATERI III
PARADIGMA PENELITIAN

I. Deskripsi Singkat

Paradigma Penelitian adalah:[1]. kumpulan tentang asumsi, konsep, atau


proposisi yang secara logis dipakai peneliti.[2]. merupakan kerangka berpikir
yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan
sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.

II. Relevansi

Penelitian memiliki 2 (dua) domain penelitian yaitu domain kualitatif dan domain
kuantitatif. Kedua domain memiliki perbedaan prinsip dalam banyak hal. Dalam
materi ini mahasiswa akan diberi pemahaman tentang perbedaan dua domain
tersebut secara jelas.

III. Kompetensi

1. Standar Kompetensi

Dengan diberikannya materi payung paradigma penelitian ilmiah pada


minggu ke 3/ tatap muka ini maka mahasiswa diharapkan mampu
memahami dan menggunakan paradigma penelitian dengan benar pada
penelitian yang akan dilakukannya.

2. Kompetensi Dasar

Dengan diberikannya materi payung paradigma dalam penelitian ilmiah


maka mahasiswa diharapkan dapat menggunakan paradigma penelitian
sesuai dengan tujuan penelitiannya.

3. Indikator

Kemampuan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro dalam memahami materi payung paradigma dalam
penelitian ilmiah dengan indikasi sebagai berikut:
a. Menyebutkan dengan benar dua macam paradigma penelitian
ilmiah.
b. Menjelaskan dengan benar dua macam paradigma penelitian ilmiah
c. Menjelaskan dengan benar inti ajaran setiap paradigma ilmiah.
21
d. Menjelaskan dengan benar perbedaan paradigma kualitatif dan
paradigma kuantitatif
e. Menjelaskan Lima Tradisi Penelitian Kualitatif.

IV. PARADIGMA PENELITIAN

3.1. Payung Paradigma dalam penelitian Ilmiah

Paradigma Penelitian adalah:


1. Kumpulan tentang asumsi, konsep, atau proposisi yang secara logis
dipakai peneliti
2. Merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara
pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan
peneliti terhadap ilmu atau teori.

A.Paradigma Kuantitatif (Positivisme)


 TOKOH : Auguste Comte (1798 – 1857) - Sosiologi
 John Stuart Mill (1806 – 1873) - Ekonomi
 Herbert Spencer (1820 – 1903) - Sosiologi

Inti Ajaran :
1. Menolak metafisik dan teologi
2. Ilmu pengetahuan harus nyata, tidak abstrak, bermanfaat, dan diarahkan
untuk mencapai kemajuan (suatu jaman yang diatur oleh cendekiawan dan
industrialis)
3. Menuju generalisasi fakta-fakta dengan bersandar pada pengetahuan nyata
dan pandangan-pandangan ilmiah
4. Membatasi diri pada hukum-hukum obyektif (lawan dari kualitatif yang
mengakui hukum-hukum subyektif).

Paham Positivistik oleh: Aguste Comte


Kebenaran Ilmiah itu harus bersifat :
1. Observable with the human senses.
2. Can be proved only by empirical means, not argumentations.
The positivist believed in empiricism -- the idea that observation
and measurement was the core of the scientific endeavor.
3. Logic, and ideally produce universal conditionals
4. Scientific knowledge is testable
5. The goal of inquiry is to explain and predict.
Paham positivistik memperlakukan semua ilmu sama seperti natural
sciences.

22
Paradigma Ilmiah
 Hakikat ―Kenyataan ―menurut Paradigma Ilmiah adalah tunggal, nyata
dan fragmentaris.
 Pencari tahu dan yang tahu adalah bebas, jadi ada dualisme.
 Generalisasi atas dasar bebas waktu dan bebas-konteks dimungkinkan .
 (pernyataan nomotetik)

B. Paradigma Kualitatif (Naturalistik)


 Tokoh : Edmund Husserl (1859 - 1938)
 Mark Scheller (1874 - 1928)

INTI AJARAN :
1. Fenomenon (Yunani) = yang tampak, gejala, yang bercahaya
2. Pengamatan bertujuan menemukan hakekat
3. Menghubungkan kesadaran dengan obyek (bersatunya subyek dan
obyek)
4. Untuk menemukan hakekat harus dilakukan 3 reduksi :
a. Reduksi Fenomenologis
Yang penting adalah apa yang ada dibelakang penampakan
(sistem nilai, konsep, adat, agama, dsb)
b. Reduksi Eidetis
Mencari yang inti diantara tanda-tanda yang nampak
c. Reduksi Transedental (mencari yang transenden)
Bergerak dari yang sensual  logik  etik  transendental

Paradigma Alamiah
 Hakikat ―Kenyataan‖ menurut Paradigma Alamiah adalah jamak,
dibentuk,
 dan merupakan keutuhan.
 Pencari tahu dan yang tahu aktif bersama, jadi tidak dapat dipisahkan.
 Waktu dan konteks mengikat pernyataan idiografis yang dimungkinkan.
 Setiap kebutuhan berada dalam keadaan mempengaruhi secara bersama-
sama sehingga sukar membedakan mana sebab dan mana akibat

Perbedaan Paradigma Kualitatif dan Pendekatan Kuantitatif


Paradigma Kuantitatif
 Data Kuantitatif
 Sampel Statistik
 Analisa Statistik
 Permukaan dan luas (generalisasi)
 Pemilihan Sampel / Respondent Representatif
23
 Random Sampling
 Data berupa Angka-angka
 Data dinyatakan dapat mewakili Respondent
 Regresi, Korelasi, Analisa Faktor

Paradigma Kualitatif
 Sampel Teoritik
 Analisa Reflektif & Konteplatif (Maknawi).
 Khusus dan dalam (Indepth Analysis)
 Pemilihan Informan (Purposive Sampling)
 Grand Tour – Mini Tour
 Descrete Phenomena ( social situation: lokasi, aktor dan pelaku dan
aktivitas) terkait dengan fokus penelitian.
 Data berupa Narasi Kata kata, Gambar tentang informasi yang bersifat
deskriptif, dan asosiatif
 Saturated (jenuh).
 Memahami makna dibalik data yang nampak.
 In-depth interview
 Thick Description.
 Verstehen
 Beyond the Facts.
 Tacit Knowledge (Pengetahuan yang tak terkatakan).

Perbedaan Ciri Data Kualitatif dan Kuantitatif

Data kualitatif sangat berbeda dengan data kuantitatif dalam banyak hal.
Berikut adalah perbedaan antara data kualitatif dan data kuantitatif tersebut:

Tabel III.01: Perbedaan ciri data Kualitatif dan Kuantitatif

Data Kuantitatif Data Kualitatif


 Fragmentatif  Holistik
 Peneliti dan respondent  Peneliti dan informan
terpisah. menjadi satu .
 Obyektif  Subyektif.
 Bebas nilai  Observation participation
 Di rekayasa  Natural
 Jaga jarak  To be native
 Statistik sebagai instrumen  Peneliti sebagai key
analisa. instrument

24
Kapan Penelitian Kualitatif digunakan? Penelitian Kuantitatif digunakan bila:
a. Bila masalah belum jelas.
b. Untuk memahami makna dibalik data.
c. Untuk memahami interaksi sosial.
d. Untuk mengembangkan teori.
e. Untuk meneliti sejarah perkembangan seseorang.

Gambar 3.01. Lima Tradisi Penelitian Kualitatif

1. Biography: mendeskripsikan /‖memotret‖ kehidupan seseorang


2. Phenomenological Study: memahami suatu konsep atau fenomena
3. Grounded Theory Study: mengembangkan teori
4. Ethnography: mendeskripsikan /‖memotret‖ kehidupan kelompok dari
budaya tertentu.
5. Case study: mengkaji kasus (kasus-kasus).

3.2. Perbedaan Pendekatan Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif

Penelitian Kuantitatif :
Penelitian mengenai suatu masalah sosial atau kemanusiaan berdasarkan pada
pengujian suatu teori yang terdiri dari beberapa variabel, diukur dengan angka
dan dianalisis dengan prosedur statistik, untuk menentukan apakah teori yang
dimaksud mengandung kebenaran yang berlaku umum.
Penelitian Kualitatif :
Proses upaya untuk mengetahui mengenai suatu masalah sosial atau
kemanusiaan, berdasarkan pada usaha membangun suatu gambar yang kompleks
25
dan menyeluruh (holistik), dibentuk dengan kata-kata atau deskripsi, dengan
melaporkan pandangan-pandangan rinci dari informan, dilakukan dalam setting
yang alamiah.

Logika inferensi
Penarikan kesimpulan baru dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan tersebut
dilakukan menurut cara tertentu, yakni berdasarkan logika. Secara garis besarnya,
logika terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika induksi dan logika deduksi. (Jujun
Suriasumantri)

Tabel III.02: Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

MASALAH KUANTITATIF KUALITATIF

TUJUAN/MAKSUD  Menjelaskan dan meramalkan  Menceritakan dan menjelaskan


PENELITIAN  Konfirmasi dan validasi  Eksplorasi dan Interpretasi
 Menguji teori  Membangun teori
 Orientasi hasil  Orientasi proses
PROSES  Terfokus/parsial  Bersifat Holistik
PENELITIAN  Variabel diketahui  Variabel belum diketahui
 Ada petunjuk yang jelas  Petunjuk fleksibel
 Rencana penelitian pasti atau statis  Rencana Penelitian selalu
 Terlepas dari konteks berkembang
 Pribadi peneliti terlepas dari kejadian  Tergantung pada konteks
 Pribadi penelitian terlibat
CARA  “perwakilan” dengan jumlah sampel  Sumber informasi dengan sampel
PENGUMPULAN yang besar kecil
DATA  Peralatan yang terstandarisasi  Observasi interview
CARA BERPIKIR Analisis Deduktif Analisis Induktif
PENELITIAN
PERUMUSAN  Angka-angka  Kata-kata
TEMUAN  Statistik data agregasi  Narasi, sitiran individual
 Laporan formal dengan gaya ilmiah  Hikayat/cerita pribadi, gaya prosa

3.3. Perbedaan Analisis Deduksi dan Induksi

DEDUKSI mengkonfirmasi / menguji teori umum ke kasus


(theory verification research).
Pada penelitian Deduktif, teori digunakan untuk menuntun peneliti menemukan
masalah penelitian, menemukan hipotesis, menemukan konsep konsep,
menemukan metode dan menemukan alat alat analisis data. Pada jenis pendekatan
penelitian ini teori dipakai sebagai”frame work”, karenanya ditempatkan di
depan (begin with theory). Dengan demikian merupakan sebuah keharusan setiap
peneliti untuk memahami teori dan mengerti kedudukannya dalam penelitiannya.
26
INDUKSI mengembangkan teori dari fakta-fakta kasus-kasus
( theory generation research).
Pada penelitian Induktif, teori dipakai sebagai “background knowledge”,
sehingga peneliti tidak perlu memahami teori tentang data yang akan ditelitinya.
Peneliti benar benar harus bereksplorasi terhadap data dengan cara melakukan
reflective thinking. Peneliti berkeyakinan bahwa data harus diperoleh terlebih
dahulu untuk dapat mengungkap misteri penelitian, kemudian dilakukan
serangkaian coding/ analisa untuk membangun teori substantif baru.

HYPOTHESIS

3
DATA
REVIEW
2 4

ANALYSIS
THEORY ANALYSIS
1

THEORY CONCLUSION
CONCLUSION

HYPOTHESIS

QUANTITATIVE QUALITATIVE
1-2-3-4-5-6

Theory testing Theory Building


Deductive Inductive
Begin with theory Ends with theory

Gambar 3.02. Daur Penelitian Deduktif – Induktif

Dalam hal ini metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan
induktif dalam membangun suatu pengetahuan. Proses kegiatan ilmiah menurut
Ritchie Calder dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Sehingga, karena
masalah ini berasal dari dunia empiris, maka proses berpikir tersebut diarahkan
pada pengamatan obyek yang bereksistensi dalam dunia empiris pula. Karena
27
masalah yang dihadapi adalah nyata maka ilmu mencari jawaban pada dunia yang
nyata pula. Ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta pula, apapun
juga teori yang menjembataninya (Einstein).

V. LATIHAN DAN TEST FORMATIF


1. Sebutkan 2 (dua) domain penelitian, dan perbedaan prinsip dari kedua
domain tersebut!
2. Dalam penelitian dikenal pendekatan induktif dan pendekatan deduktif.
Apakah definisi keduanya dan jelaskan perbedaan prinsip antara
keduanya!

VI. UMPAN BALIK


Untuk dapat melanjutkan ke materi berikutnya, mahasiswa harus mampu
menjawab semua pertanyaan paling tidak 75% benar. Selamat bagi anda yang
telah lolos ke materi berikutnya.

VII.DAFTAR PUSTAKA

METODE KUALITATIF:
P1. Suriasumantri, Jujun.S.2007. Filsafat Ilmu-Sebuah Pengantar Populer.Pustaka
Sinar Harapan. Jakarta
P2. Muhadjir, Noeng.2000. Methode Penelitian Kualitatif Edisi IV. Rake Sarasin,
Yogyakarta.
P3. Djunaedi, Achmad.1989. Macam Bidang Penelitian Arsitektural. Jurusan
Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Gajah Mada-Yogyakarta.
P4. Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Transito. Bandung.
P5. Moleong, Lexy J.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.
Rosdakarya. Bandung.
P6. Groat, Linda and Wang, David.Architectural Research Methodes. John Wiliey &
Sons, Inc. New York

METODE KUANTITATIF
1. Achmad, Junaedi, 2000, Statistik untuk Arsitektur, Gama Press, Yogyakarta
2. Santoso, Singgih, 2010, Mastering SPSS 18, Kompas Gramedia, Jakarta
3. Santoso, Singgih, 2007, Statistik dengan SPSS dan Excel, Kompas Gramedia,
Jakarta
4. Arif, Pratisto, 2004, Cara mudah mengatasi masalah statistik dengan
rancangan percobaan, PT Elex Media Computindo, Jakarta
5. Agus B Purnomo, 2009, Teknik Kuantitatif untuk Arsitektur dan Perancangan
Kota, Rajawali Pers, Jakarta.

28
VIII. SENARAI

Deduksi : penarikan kesimpulan dr keadaan yg umum;


penyimpulan dr yg umum ke yg khusus
Induksi : metode pemikiran yg bertolak dr kaidah (hal-hal atau
peristiwa) khusus untuk menentukan hukum (kaidah) yg
umum; penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan yg
khusus untuk diperlakukan secara umum; penentuan
kaidah umum berdasarkan kaidah khusus;
Frame work : Kerangka kerja, atau pekerjaan yang telah diselesaikan,
bingkai atau konstruksi bagian dari sesuatu, seperti,
kerangka masyarakat.
Background : latar belakang pengetahuan
knowledge

29
MATERI IV
MACAM DAN JENIS
PENELITIAN ARSITEKTUR DAN KOTA

I. Deskripsi Singkat

Penelitian dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengumpulkan, mencatat,


dan menganalisa fakta-fakta mengenai suatu masalah. Penelitian diadakan dengan
tujuan pokok, yakni menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian untuk
mengungkap fenomena sosial atau alami tertentu. Untuk mencapai tujuan pokok
ini peneliti merumuskan hipotesa, mengumpulkan data, memproses data,
membuat analisa, dan interpretasi.
Penelitian tentang arsitektur akan mendiskusikan tentang obyek bangunan, baik
secara fisik maupun korelasinya dengan lingkungan, manusia, budaya dan
interaksi sosial baik di dalam maupun di luar bangunan tersebut. Namun
demikian yang terpenting adalah bagaimana suatu artefak arsitektur itu akan
berhubungan dengan lingkungannya baik secara kawasan maupun skala kota.
Obyek bangunan yang seringkali menjadi obyek penelitian adalah bangunan
konservasi, pemukiman dengan kepadatan tinggi, bangunan publik seperti mall,
kantor pemerintahan, apartemen dan lain sebagainya.
Kota merupakan sesuatu fisik yang sangat dinamis, banyak faktor yang begitu
cepat berubah, tidak dapat diprediksi dan sangat sporadis. Dalam menghadapi era
globalisasi sekarang ini, kota dituntut untuk berwawasan lingkungan dan
humanis. Kota harus dapat menjawab tantangan global, jika tidak maka kota akan
mengalami kemunduran, seperti permasalahan-permasalah: perumahan dan
pemukiman kumuh, tata guna lahan yang buruk dan kacau, pertumbuhan
penduduk yang tinggi karena arus urbanisasi, pencemaran lingkungan, bahkan
pemanasan global yang dewasa ini melanda dunia.

II. Relevansi

Dalam ranah penelitian arsitektur dan perkotaan, maka bangunan ditempatkan


sebagai subyek dan perannya dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam
arti interaksi sosial dan budaya kemasyarakatan. Penelitian tentang arsitektur
memiliki koridor yang jelas karena parameternya cenderung kasat mata, manusia,
aktifitas dan ruang. Sedangkan penelitian tentang perkotaan lebih rumit karena
sangat universal dan menyangkut berbagai aspek : sosial, ekonomi, budaya,
politik, hukum dan masih banyak lagi. Tata ruang kota menyangkut regulasi yang
dikeluarkan oleh pemerintah setempat yang terdiri dari RUTRK (Rencana Umum

30
Tata Ruang Kota), RDTRK (Rencana Detail Tata Ruang Kota) dan RTBL
(Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan). Belum lagi tentang kawasan-kawasan
khusus seperti: kawasan kebisingan tinggi, kawasan kantor pemerintahan,
kawasan industri, kawasan perdagangan serta kawasan komersial

III. Kompetensi

1. Standar Kompetensi

Dengan dipahaminya jenis-jenis penelitian baik arsitektur dan perkotaan,


maka setelah mengikuti proses perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa
semester 4 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro akan
mensintesakan permasalahan arsitektur dan kota dalam suatu judul penelitian
beserta dengan garis besar dan deskripsi penelitiannya.
Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan akan mampu merancang topik
penelitian baik bidang arsitektur dan perkotaan dengan rencana
variabel/faktor yang menjadi obyek penelitian, sebagai tahapan awal bagi
Mata Kuliah Seminar semester 6 ataupun semester 7, serta menjadi dasar
pengkayaan materi Perancangan Arsitektur mulai semester 4.

2. Kompetensi Dasar

Dengan diberikannya jenis-jenis penelitian baik bidang arsitektur maupun


perkotaan, maka mahasiswa dapat mensintesakan topik dan judul penelitian
sesuai dengan minatnya sebagai tahapan awal bagi MK Seminar dan
Perancangan Arsitektur.

3. Indikator

Kemampuan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur dalam menjelaskan


berbagai ragam penelitian ilmiah dan penelitian dibidang arsitektur dan
perkotaan dengan indikasi sebagai berikut:
a. Menyebutkan dengan benar ragam penelitian ilmiah.
b. Menjelaskan dengan benar berbagai tujuan penelitian ilmiah.
c. Menjelaskan dengan benar tujuan berbagai penelitian ilmiah.
d. Menyebutkan dengan benar jenis penelitian arsitektur serta berbagai
ide tentang kemungkinan judul penelitian arsitektur yang lain.
e. Menjelaskan dengan benar jenis penelitian dengan tema perkotaan
serta berbagai kemungkinan judul penelitian perkotaan yang lain.
f. Mensintesakan permasalahan penelitian baik bidang arsitektur dan
perkotaan.
31
IV. MACAM DAN JENIS PENELITIAN ARSITEKTUR DAN KOTA

4.1. JENIS PENELITIAN ILMIAH

- Penelitian dapat digolongkan / dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan


kriteria-kriteria tertentu, antara lain berdasarkan:
1. Tujuan;
2. Pendekatan;
3. Tempat;
4. Pemakaian atau hasil / alasan yang diperoleh;
5. Bidang ilmu yang diteliti;
6. Taraf Penelitian;
7. Teknik yang digunakan;
8. Keilmiahan;
9. Spesialisasi bidang (ilmu) garapan;
Juga ada Pembagian secara umum:

- Berdasarkan hasil / alasan yang diperoleh :


1. Basic Research (Penelitian Dasar): mempunyai alasan intelektual,
dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan;
2. Applied Reseach (Penelitian Terapan) : mempunyai alasan praktis,
keinginan untuk mengetahui; bertujuan agar dapat melakukan sesuatu
yang lebih baik, efektif, efisien.

- Berdasarkan Bidang yang diteliti:


1. Penelitian Sosial: Secara khusus meneliti bidang sosial : ekonomi,
pendidikan, hukum dsb;
2. Penelitian Eksakta:Secara khusus meneliti bidang eksakta : Kimia,
Fisika, Teknik; dsb;

- Berdasarkan Tempat Penelitian :


1. Field Research (Penelitian Lapangan / Kancah): langsung di lapangan;
2. Library Research (Penelitian Kepustakaan) : Dilaksanakan dengan
menggunakan literatur (kepustakaan) dari penelitian sebelumnya;
3. Laboratory Research (Penelitian Laboratorium) : dilaksanakan pada
tempat tertentu / lab , biasanya bersifat eksperimen atau percobaan;

- Berdasarkan Teknik yang digunakan :


1. Survey Research (Penelitian Survei) : Tidak melakukan
perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti:
2. Experimen Research (Penelitian Percobaan) : dilakukan perubahan (ada
perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti;
32
- Berdasarkan Keilmiahan :
1. Penelitian Ilmiah : Menggunakan kaidah-kaidah ilmiah
(Mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui
prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah /
meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar / tinggi-rendahnya
mutu ilmiah suatu penelitian yaitu :
a) Kemampuan memberikan pengertian yang jelas tentang masalah yang
diteliti:
b) Kemampuan untuk meramalkan : sampai dimana kesimpulan yang
sama dapat dicapai apabila data yang sama ditemukan di tempat /
waktu lain;
Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah :
a) Purposiveness : fokus tujuan yang jelas;
b) Rigor : teliti, memiliki dasar teori dan disain metodologi yang baik;
c) Testibility : prosedur pengujian hipotesis jelas
d) Replicability : Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau
yang sejenis;
e) Objectivity : Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif
dan emosional;
f) Generalizability : Semakin luas ruang lingkup penggunaan
hasilnya semakin berguna;
g) Precision : Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian
dari estimasi dapat dilihat;
h) Parsimony : Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan
metode penelitiannya.
2. Penelitian non ilmiah : Tidak menggunakan metode atau kaidah-kaidah
ilmiah.

- Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya : Arsitektur . Perencanaan


Kota. Engineering. Ekonomi. Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen,
Pemasaran, Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara, Internasional), Pertanian
(agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman), dll;

- Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) : variabel adalah hal yang


menjadi objek penelitian, yangd itatap, yang menunjukkan variasi baik
kuantitatif maupun kualitatif. Variabel : masa lalu, sekarang, akan datang.
Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan / menggambarkan variabel
masa lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif ( to
describe = membeberkan / menggambarkan). Penelitian dilakukan terhadap
variabel masa yang akan datang adalah penelitian eksperimen.
33
- Penelitian secara umum :
Penelitian Survei:
 Untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada;
 Mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok, daerah dsb;
 Melakukan evaluasi serta perbandinagn terhadap hal yang telah
dilakukan orang lain dalam menangani hal yang serupa;
 Dilakukan terhadap sejumlah individu / unit baik secara sensus maupun
secara sampel;
 Hasilnya untuk pembuatan rencana dan pengambilan keputusan;

- Penelitian lain dapat berupa :


a. Penelitian Exploratif (Penjajagan): Terbuka, mencari-cari,
pengetahuan peneliti tentang masalah yang diteliti masih terbatas.
Pertanyaan dalam studi penjajagan ini misalnya : Apakah yang paling
mencemaskan anda dalam hal infrastruktur di daerah Kalbar dalam lima
tahun terakhir ini? Menurut anda, bagaimana cara perawatan
infrastruktur jalan dan jembatan yang baik?
b. Penelitian Deskriptif : Mempelajari masalah dalam masyarakat, tata
cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap,
pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu
fenomena; pengukuran yang cermat tentang fenomena dalam
masyarakat. Peneliti menegmbangkan konsep, menghimpun fakta, tapi
tidak menguji hipotesis;
c. Penelitian Evaluasi : mencari jawaban tentang pencapaian tujuan
yang digariskan sebelumnya. Evaluasi disini mencakup formatif
(melihat dan meneliti pelaksanaan program), Sumatif (dilaksanakan
pada akhir program untuk mengukur pencapaian tujuan);
d. Penelitian Eksplanasi (Penjelasan) : menggunakan data yang sama,
menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui pengujian
hipotesis;
e. Penelitian Prediksi : Meramalkan fenomena atau keadaan
tertentu;
f. Penelitian Pengembangan Sosial : Dikembangkan berdasarkan survei
yang dilakukan secara berkala
g. Penelitian Eksperimen : Dilakukan dengan mengadakan manipulasi
terhadap obyek penelitian serta diadakan kontrol terhadap variabel
tertentu; Untuk pengujian hipotesis tertentu; dimaksudkan untuk
mengetahui hubungan hubungan sebab - akibat variabel penelitian;
Konsep dan varaiabelnya harus jelas, pengukuran cermat. Tujuan
penelitian ini untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab-akibat
serta berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara
34
memberikan perlakukan tertentu pada beberapa kelompok
eksperimental dan menjediakan kontrol untuk perbandingan.

Tabel IV.01: Penggolongan Penelitian (A. Djunaedi, 1989)

No. Penggolongan Menurut Jenis/Ragam Penelitian


1. Tujuan a. Eksplorasi;
b. Pengembangan;
c. Verifikasi
2. Pendekatan a. Longitudinal;
b. Cross-sectional;
c. Kuantitatif;
d. Survei;
e. Assessment;
f. Evaluasi;
g. Action Research;
3. Tempat a. Library;
b. Laboratorium’
c. Field
4. Pemakaian a. Pure;
b. Applied
5. Bidang Ilmu a. Pendidikan ;
b. Agama;
c. Manajemen;
d. Komunikasi;
e. Administrasi;
f. Keteknikan;
g. Bahasa;
h. Hukum;
i. Sejarah;
j. Antropologi;
k. Sosiologi;
l. Filsafat;
6. Taraf Penelitian a. Deskriftif;
b. Eksplanasi
7. Saat terjadinya variabel a. Historis;
b. Ekspos-Fakto;
c. Eksperimen

35
Tabel IV. 02: Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (A. Djunaedi,1989)

No. Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif


1. Kejelasan Unsur :
Tujuan, pendekatan, subjek, sampel, Subjek sampel, sumber data tidak mantap
Sumber data sudah mantap, rinci Dan rinci, masih fleksibel, timbul dan
sejak awal berkembangnya sambil jalan
2. Langkah penelitian :
Segala sesuatu direncanakan sampai Baru diketahui denagn mantap dan jelas
Matang ketika persiapan disusun setelah penelitian selesai
3. Hipotesis (Jika memang perlu)
a. Mengajukan hipotesis yang akan Tidak menegmukakan hipotesis
diuji dalam penelitian; sebelumnya, tetapi dapat lahir selama
b. Hipotesis menentukan hasil penelitian berlangsung--- tentatif
yang diramalkan--- a priori Hasil penelitian terbuka
4. Disain :
Dalam disain jelas langkah-langkah Disain penelitiannya fleksibel dengan
penelitian dan hasil yang langkah dan hasil yang tidak dapat
diharapkan dipastikan sebelumnya;
5. Pengumpulan data :
Kegiatan dalam pengumpulan data Kegiatan pengumpulan data selalu harus
memungkinkan untuk diwakilkan dilakukan sendiri oleh peneliti.
6. Analisis data :
Dilakukan sesudah semua data Dilakukan bersamaan dengan
terkumpul. pengumpulan data

4.2. Tujuan Penelitian

Secara umum ada empat tujuan utama :


1. Tujuan Exploratif (Penemuan) : menemukan sesuatu yang baru dalam
bidang tertentu;
2. Tujuan Verifikatif (Pengujian): menguji kebenaran sesuatu dalam bidang
yang telah ada;
3. Tujuan Developmental (Pengembangan) : mengembangkan sesuatu dalam
bidang yang telah ada;
4. Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi)

4.3. Peranan Penelitian Ilmiah

Penelitian ilmiah memiliki peran yang sangat penting di dalam dunia ilmu
pengetahuan. Peranan tersebut diantara adalah sebagai berikut:
36
Pemecahan Masalah: meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan
fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan kait mengkait;
Memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang: meningkatkan
kemampuan untuk menjelaskan atau menggambarkan fenomena-fenomena dari
masalah tersebut;
Mendapatkan pengetahuan / ilmu baru :

Persyaratan Penelitian :
1. Mengikuti konsep ilmiah;
2. Sistematis : Pola tertentu;
3. Terencana

Penelitian dikatakan baik bila :


1. Purposiveness : Tujuan yang jelas;
i. Exactitude : Dilakukan dengan hati-hati, cermat, teliti;
ii. Testability : Dapat diuji atau dikaji;
iii. Replicability : Dapat diulang oleh peneliti lain;
iv. Precision and : Memiliki ketepatan dan keyakinan jika
Confidence dihubungkan dengan populasi atau sampel;
v. Objectivity : Bersifat objektif;
vi. Generalization : Berlaku umum;
vii. Parismony : Hemat, tidak berlebihan;
viii. Consistency : data atau ungkapan yang digunakan harus selalu
sama bagi kata atau ungkapan yang memiliki arti
sama;
ix. Coherency : Terdapat hubungan yang saling menjalin antara
satu bagian dengan bagian lainnya.

4.4. Macam Dan Jenis Penelitian Arsitektur Dan Kota

ARCHITECTURAL RESEARCH
1. Research in Architecture : Pelakunya arsitek dan obyeknya
arsitektur.Pendekatannya arsitektur
2. Research into Architecture : Pelakunya tidak hanya arsitek obyeknya
Built Environment ,pendekatannya
multi disipilin
3. Research about Architecture : Pelakunya bukan arsitek Obyeknya tidak
hanya artefact arsitektur tetapi juga yang
segala hal yang berkaitan dengan
arsitektur. Disipilin ilmunya bermacam
macam

37
FOCUS OF ARCHITECTURAL RESEARCH
Physical outcomes of design from the scale of:
 -. Building components
 -. Neighborhood
 -. Urban Design

4.5. Klasifikasi & Macam Penelitian Arsitektur


(A. Djunaedi, 1989)

Sejarah & Perkembangan Arsitektur


1. Arsitek dan karyanya (dalam kurun waktu tertentu)
2. Perkembangan arsitektur di tempat tertentu (dalam kurun waktu tertentu)
3. Perkembangan arsitektur berkaitan dengan falsafah hidup/kebudayaan
4. Perkembangan arsitektur suatu tipe bangunan
5. Perkembangan arsitektur dalam publikasi
6. Teori dan konsep arsitektur
7. Preservasi dan Konservasi bangunan bersejarah
Perancangan Arsitektur
1. Studi/Kajian terhadap desain arsitektural
2. Teknik/metodologi perancangan arsitektural
3. Karakter/corak/aliran desain arsitektural
4. Arsitektur lansekap
5. Dampak dari/pada desain arsitektural
Teknologi Bangunan (eksperimental)
1. Potensi bahan/teknologi
2. Energi dalam bangunan
3. Panas, cahaya, akustik dan peralatan
4. Sistem struktur: strategi dan pemilihan sistem
Perumahan dan Permukiman
1. Karakteristik kampung-kampung kota
2. Morfologi dan tipologi kampung-kampung khusus di perkotaan (pecinan,
kauman, kotagede)
3. Evaluasi terhadap perumahan tertentu (perumnas, real-estate)
4. Karakteristik perumahan tradisional (kampung naga, tengger)
Perancangan Kota
1. Sistem pembayangan dalam lingkup kota/kawasan
2. Sistem lighting dalam lingkup kota/kawasan
3. Penelitian bertujuan merumuskan design guidelines lingkup kota/kawasan
(berbasis pada teorinya Hamid Shirvani)
4. Preservasi & konservasi lingkungan perkotaan
Aplikasi Komputer dalam Arsitektur (eksperimental)

38
1. Penelitian yang bertujuan menghasilkan software sistem pencahayaan
skala bangunan & lingkungan
2. Penelitian yang bertujuan menghasilkan software sistem akustik skala
bangunan & lingkungan
3. Penelitian yang bertujuan menghasilkan software sistem pemrograman &
perancangan arsitektur
Studi Perilaku Lingkungan
1. Penelitian tentang citra kota
2. Evaluasi purna huni bangunan dan lingkungan
Praktek Profesional
1. Kinerja biro konsultan (CAD vs drafter manual)
2. Penelitian bertujuan merumuskan sistem manajemen dalam praktek
Pendidikan Arsitektur
1. Evaluasi sistem belajar mengajar
2. Evaluasi kinerja studio perancangan
Berikut adalah contoh beberapa penelitian bidang arsitektur dan perkotaan yang
berada di Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro:

Tabel IV. 03: Daftar Penelitian di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

RANAH JUDUL PENELITIAN


PENELITIAN
ARSITEKTUR Adaptasi Arsitektur Kolonial Belanda Terhadap iklim
TROPIS Lembab Semarang (LMF. Purwanto)
Bentukan Arsitektur Tropis Dalam Kaitannya Dengan
Kenyamanan Thermal Pada Rumah Tinggal Tradisional.
Studi Kasus : Rumah Tinggal di Sumenep Madura (Rosalia
Niniek)
Pengaruh Estetika Keongan Atap Terhadap Kenyamanan
Fisik Rumah Tinggal Tropis Lembab. (Studi Kasus Rumah
Tinggal di Real Astat Daerah Pantai Semarang) (Setiawan.
A)
Pengaruh Existensi Pematahan Sinar Pada Fasade Bangunan
Terhadap Efisiensi Pemakaian Beban Energi AC di Daerah
Tropis Lembab. (Studi Kasus Gedung Kantor Sekwilda
Tingkat I Jawa Tengah) (RM. Patiunus)
Pengaruh Glare/Silau Bidang Dinding Kaca Bangunan
Tingkat Tinggi Terhadap Lingkungan(Adriyanto Ibnu)
Pengendalian Cahaya Alami Sebagai Upaya Penghematan
Energi Pada Bangunan Perkantoran. Studi Kasus : Gedung
Setwilda Kabupaten Dati II Kudus Kompleks Kabupaten Jl.
39
Simpang Tujuh Kudus.( Rony Adityanda)
Eksistensi Rumah Betawi Keturunan. Kajian Kebudayaan
dan Iklim Tropis Lembab Pada Rumah Betawi Keturunan Di
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor. (Tjandra
Kania)
Pengaruh Disain Balkon dan Kanopi Pada Fasade Bangunan
Bertingkat Terhadap Pantulan Kebisingan Lingkungan ke
Dalam Ruang Bangunan. Studi Kasus : Gedung Yustinus
Universitas Katholik Soegiyapranata Semarang (Erni
Setyowati)
Pengaruh Bentukan Arsitektur dan Iklim Terhadap
Kenyamanan Thermal Rumah Tinggal Suku Bajo Di
Wilayah Pesisir Bajo Kabupaten Bone Sulawesi
Selatan.(Juhana)
Efektifitas Bentuk Fasade Gedung Henricus Constant
Terhadap Pengendalian Temperatur (Budi Prastowo)
Pola Bayangan Pada Tatanan Bangunan Tradisional.
Kaitannya dengan penurunan panas lingkungan. Studi Kasus
: Permukiman Tradisional Kudus Kulon (Jono Wardoyo)
Pengaruh Refleksi Layer Terhadap Kuat Penerangan Dalam
Ruang Kuliah Gedung Henricusconstant Unika
Soegiyapranata Semarang (Moh. Sahid Indraswara)
Keterkaitan Antara Tata Letak dan Sudut Bukaan Jendela
Terhadap Kenyamanan Thermal Pada GOR Jati Diri
Smg.(Moch. Fathoni)
Kajian Atrium Pada Bangunan Bertingkat Sebagai Pereduksi
Kebisingan (Kompilasi Perbandingan Antara Observasi di
Lapangan dengan Simulasi Program Komputer). (Santi
Widiastuti)
Kemampuan Rumah Tradisional ―Sonaf‖ Terhadap
Pengkendalian Kondisi Termal Ruang Dalam (Harmans H.F)
ARSITEKTUR Studi Arsitektur Pendopo Rumah Tradisional Jawa. Studi
BERKELANJU Kasus: Pendopo Rumah Tinggal Bupati di Pesisir Utara
TAN Jateng (Rimbowati)
Peranan Aspek Tata Ruang Pada Kesejahteraan Penghuni
Rumah Susun Sederhana. Studi Kasus: Rumah Susun Sombo
dan Rumah Susun Menanggal Surabaya (Hendro Trilistyo)
Analisis Model Seting Ruang Komunal Sebagai Sarana
kegiatan Interaksi Sosial Penghuni Rumah Susun Pekunden
dan Sombo.(Anwar)
Wujud Arsitektur Masjid di Keraton Kasunanan Surakarta.
Tinjauan Akulturasi Budaya (Leni Pramesti)
40
Konsep Mal di Kawasan Ruang Publik. Pendekatan Mental
Mapping Pengunjung. Studi Kasus : Mal Citra Land di
Kawasan Simpang Lima Semarang (R. Siti Rukayah)
Pengaruh Kebudayaan Banjar Terhadap Bentuk Rumah
Panggung Masyarakat Banjar di Kampung Melayu
Semarang (Taufan Madiasworo)
Pola Tata Ruang Makam Buyut Trusmi di Cirebon (Eka
Muryanto)
Kajian Arsitektur Rumah Tinggal Tradisional Minangkabau
Nagari Panyalaian Kabupaten Tanah Datar (Dharma Widya)
Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Ruang Publik, Pendekatan
Perilaku Pejalan Kaki. Studi Kasus : Koridor Jalan Haji
Agus Salim Semarang (Widyaningrum)
Arsitektur Tradisional Cibal, Manggarai Flores Barat Kajian
Hubungan Sistem Budaya dan Lingkungan Permukiman
(edhi Prasetyo)
Ruang Publik Pasar Tradisional di Surakarta. (Kajian Atribut
dan Perubahan Expresi Ruang dengan Studi Kasus Pasar
Legi Surakarta (Agung Kumoro)
Wantilan Kuno Di Sukowati Gianyar Bali. (Penekanan Pada
Aplikasi Gegulak dan Maknanya) (Made Suastika)
Perubahan Ekspresi Arsitektur Dalem Sasonomulyo di
Baluwarti Kraton Surakarta (Djodi Rubiatno)
Penelusuran Bentuk Awal Sebagai Upaya Konservasi Bagas
Godang di Panyabungan Tonga (Indra Kesuma)
Pengaruh Faktor Sosial Budaya Terhadap Bentuk dan Tata
Ruang Masjid Makam Menara Kudus (singgih Adi Nugroho)
Persepsi Mahasiswa Terhadap Seting Tangga Dalam Hall
Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Kusuma – Purwokerto
(Wahyudi)
Konsep Berkelanjutan Dalam Lingkungan Perumahan
Massal. Studi Kasus : Perumahan Massal Perumnas Bumi
Tlogosari Semarang (Edward Endrianto P)
Tektonika Dalam Semiotika Arsitektur. Studi Karya YB.
Mangunwijaya (Hershi Yamanto)
Bentuk Awal Komplek. Huma Gantung Buntoi Kalimantan
Tengah (Syahrozi)
Mengkaji Fungsi Keamanan dan Kenyamanan bagi Pejalan
Kaki di Jalur Pedestrian (Trotoar) Jalan Ngesrep Timur V
Semarang (Akses Utama Kampus Undip
Tembalang).(Dhanoe Iswanto)
Pola Spasial Objek Wisata Ziarah Wali Mesjid Menara Dan
41
Makam Sunan Kudus Dikaitkan Dengan Persepsi Peziarah
(Muliadi)
Pengaruh Proses Pembatikan Pada Pola Tata Ruang Rumah
Produksi Batik Berarsitektur Jengki Di Pekajangan
Pekalongan (ardiyan Adhi Wibowo)
Pengaruh Arsitektur Masjid Sunan Kalijaga Terhadap
Mushola-Mushola Di Perdikan Kadilangu Demak (kusyanto)
Preferensi Masyarakat Pengunjung Terhadap Ruang Publik
Alun-Alun Purwokerto (Diyah Prinajati)
Pengaruh Persepsi Terhadap Fungsi Rumah Limas
Palembang (reny Kartika Sary)
Bangunan Berkonstruksi Kayu Pada Relief Karmawibhangga
Candi Borobudur (Hari Setyawan)
Tipologi Perubahan Tata Ruang Unit Hunian Vertikal. Studi
Kasus: Apartemen Bersubsidu Bandar Kemayoran (Al
Kautsar)
Pola Tata Ruang Permukiman Bonokeling Di Banyumas
(wita Widyandini)
PERKOTAAN Dinamika Pola Tata Ruang Pada Perumahan Sederhana.
(URBAN Studi Kasus : Perumnas Tlogosari Semarang (TD. Suprapto)
DESIGN) Implikasi dan Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Bentuk
Tatanan Lingkungan Permukiman Tradisional Kawasan
Menara Kudus (Taufik Mohammad)
Kajian Perubahan Bentuk Tata Ruang Lingkungan
Permukiman di Kauman Surakarta (Danarti Karsono)
Karakteristik Pertokoan Pinggir Jalan di Kawasan
Konservasi. Studi Kasus : Pertokoan Pinggir Jalan
Malioboro (Adi Sasmito)
Kajian Pola Spatial Kampung Kauman Semarang. Sebagai
Suatu Place (Atiek Suprapti)
Pengaruh Perkembangan Kawasan Perdagangan Terhadap
Keberadaan Ruang Terbuka di Pusat Kota. (Studi Kasus
Alun -alun Kotamadya Malang). (dian Andriani)
Konfigurasi Ruang dan Bangunan Kawasan Kota Lama.
Studi Kasus Kota Lama Jakarta, Semarang, dan Surabaya
(Yusuf Ismail)
Pola Tata Ruang Permukiman Nelayan Tambak Lorok
Semarang dan Bendar - Bajomulyo Juwana (Panggardjito)
Bentuk Pengkaplingan Pada Permukiman Kota di Atas
Perairan Sungai di Kampung Beting, Kota Pontianak (Agus
Cholid)
Kajian Karakteristik Pola Permukiman Islam Di Kauman
42
Demak (Sidem Tetuko)
Ambang Batas dan Konsepsi Model Kampung Wisatawan di
Sosrowijayan Wetan Kota Yogyakarta (Endang W)
Dasar - dasar Konsep Pelestarian dan Pengembangan
Kawasan Tepi Sungai Di Palangkaraya (Widjanarka)
Pengaruh Konsep Pedestrian Mall Pada Revitalisasi Jalan
Pasar Baru dan Kawasan Sekitarnya di Jakarta (Retno
Susanti)
Makna Struktur dan Unsur Pembentuk Pusat Kota Pelabuhan
Tuban. Kajian Morfologi dan Silang Budaya Pusat Kota
Pesisir (Soni Pratomo)
Studi Pola Tata Ruang Permukiman Nelayan. (Studi Kasus :
Desa Ujung Gagak, Desa Ujung Alang dan Desa Penikel di
Kampung Laut, Segara Anakan – Cilacap (Pramudya
Aditama)
Kajian Karakteristik Pola Ruang Kota Pinggiran Sungai Di
Siak Sri Indrapura – Riau (Muhammad Rijal)
Pola Tata Ruang Pemukiman Nelayan Desa Tasikagung
Kabupaten Rembang (Yohanes Dicky Eka)
Mazab Yin-Yang Pada Perancangan Arsitektur. Studi Kasus
Permukiman Pecinan Di Lasem (Djoko Darmawan)
Pandangan Penghuni Terhadap Tindakan Perubahan Bentuk
Rumah Sederhana di Perumnas Mandala Medan
(Ardiansyah)
Sistem Pencahayaan Alami Pada Tata Ruang Kota Lama
Semarang Kaitannya Dengan Jarak Ketinggian Bangunan.
Studi Kasus Kompleks Asrama CPM (Eks Stailan). (Beta
Paramita)
Karakteristik Pola Tata Ruang Karsten Pada Kawasan
Talang Semut Palembang (Endang Sri Lestari)

4.6. PROSEDUR LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

Garis besar :
a. Pembuatan rancangan;
b. Pelaksanaan penelitian;
c. Pembuatan laporan penelitian

43
Bagan arus kegiatan penelitian:

1. Memilih Masalah; memerlukan kepekaan


2. Studi Pendahuluan; studi eksploratoris, mencari informasi;
3. Merumuskan Masalah; jelas, dari mana harus mulai, ke mana harus
pergi dan dengan apa
4. Merumuskan anggapan dasar; sebagai tempat berpijak, (hipotesis);
5. Memilih pendekatan; metode atau cara penelitian, jenis / tipe penelitian :
sangat emenentukan variabel apa, objeknmya apa, subjeknya apa, sumber
datanya di mana;
6. Menentukan variabel dan Sumber data; Apa yang akan diteliti? Data
diperoleh dari mana?
7. Menentukan dan menyusun instrumen; apa jenis data, dari mana
diperoleh? Observasi, interview, kuesioner?
8. Mengumpulkan data; dari mana, dengan cara apa?
9. Analisis data; memerlukan ketekunan dan pengertian terhadap data. Apa
jenis data akan menentukan teknis analisisnya
10. Menarik kesimpulan; memerlukan kejujuran, apakah hipotesis terbukti?
11. Menyusun laporan; memerlukan penguasaan bahasa yang baik dan
benar.

V. LATIHAN DAN TEST FORMATIF

a. Sebutkan 2 (dua) jenis penelitian ilmiah !


b. Sebutkan jenis penelitian berdasarkan bidangnya!
c. Sebutkan jenis penelitian berdasarkan tempat penelitiannya!
d. Sebutkan jenis penelitian berdasarkan teknik yang digunakan !
e. Sebutkan Jenis Tipologi Penelitian!
f. Sebutkan 3 contoh penelitian bidang arsitektur !
g. Sebutkan 3 contoh penelitian bidang perkotaan !

VI. UMPAN BALIK


Untuk dapat melanjutkan ke materi berikutnya, mahasiswa harus mampu
menjawab semua pertanyaan paling tidak 75% benar. Selamat bagi anda
yang telah lolos ke materi berikutnya.

VII. DAFTAR PUSTAKA

P1. Suriasumantri, Jujun.S.2007. Filsafat Ilmu-Sebuah Pengantar Populer.Pustaka


Sinar Harapan. Jakarta
P2. Muhadjir, Noeng.2000. Methode Penelitian Kualitatif Edisi IV. Rake Sarasin,
Yogyakarta.
44
P3. Djunaedi, Achmad.1989. Macam Bidang Penelitian Arsitektural. Jurusan
Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Gajah Mada-Yogyakarta.
P4. Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Transito. Bandung.
P5. Moleong, Lexy J.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.
Rosdakarya.Bandung.
P6. Groat, Linda and Wang, David.Architectural Research Methodes. John Wiliey &
Sons, Inc. New York.
P7. Edi Purwanto.2011.Catatan Kuliah Metodologi Riset dan Statistik.
P8. Loekisno Ch.W.2011. Kuliah Metodologi Penenlitian
P9. Burhan Bungin.2007. Penelitian Kualitatif.Kencana Prenada Media Group. Jakarta

VII. SENARAI

Building : Komponen Bangunan meliputi, struktur, facade, atap,


components ornamen, jendela dan lain sebagainya
Neighborhood : Tetangga, lingkungan suatu unit bangunan/ suatu artefak
Urban Design : Ilmu Perancangan Kota

45
MATERI V
PERMASALAHAN PENELITIAN DAN
STRATEGI PENEMUAN PERMASALAHAN PENELITIAN
DI BIDANG ARSITEKTUR DAN KOTA

I. Deskripsi Singkat

Menurut A. Djunaedi, 1989, dalam kegiatan awal penelitian ada 3 (tiga) hal
penting yang harus dilakukan oleh seorang peneliti, yaitu: menentukan bidang
penelitian (problem area), menemukan permasalahan penelitian (problem finding)
dan menentukan permasalahan penelitian (problem statement). Jadi jelaslah
bahwa suatu penelitian adalah suatu problem atau suatu permasalahan yang akan
dicari pemecahannya atau paling tidak alternatif solusinya untuk diajukan oleh
peneliti kepada pihak yang berkepentingan terhadap permasalahan yang diteliti.
Sementara itu, untuk dapat memperoleh permasalahan penelitian bidang
arsitektur dan perkotaan dalam ranah kualitatif ini, maka peneliti disarankan
untuk menempuh beberapa metode pendekatan.
Menurut Lisdiyono, Edi (2008), metode pendekatan yang dapat dilakukan adalah
metode pendekatan dengan menggunakan deskriptif analisis (pemaparan kondisi),
metode evaluatif, dan metode development. Metode analisis kualitatif ini
dilakukan dengan cara observasi lapangan dan wawancara. Metode deskriptif
analisis dilakukan dengan pendekatan historis. Metode analisis kualitatif adalah
suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini,
peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci
dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami
(Creswell 1998). Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa metodologi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong
2007). Metode ini dilakukan dengan cara observasi lapangan dan wawancara

II. Relevansi

Dalam ranah penelitian kualitatif beberapa cara yang dapat ditempuh untuk dapat
memperoleh permasalahan penelitian adalah: melakukan observasi lapangan,
menindak lanjuti rekomendasi suatu penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
melakukan wawancara awal terhadap suatu fenomena pada obyek manusia/ calon
responden di lokasi penelitian yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu,
keterampilan mahasiswa dalam mendisain problem area, problem finding dan
problem statement dalam materi ini akan ditumbuhkan sebagai tahapan awal dan
entry behaviour dalam menempuh MK Seminar semester 6 dan 7, serta menjadi
46
bagian dari upaya pengkayaan ilmu untuk MK Perancangan Arsitektur mulai
semester 4.

III. Kompetensi
1. Standar Kompetensi

Dengan dikuasainya strategi memperoleh permasalahan penelitian ini, maka


diharapkan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro akan dapat memahami serta terampil dalam
membuat problem area, problem finding dan problem statement untuk
sebuah topik penelitian yang menjadi minatnya. Pada akhir kuliah
mahasiswa diharapkan akan mampu mensintesakan problem area, problem
finding dan problem statement dengan benar, agar menjadi pemahaman awal
yang tepat dalam menempuh MK Seminar semester 6 dan 7, serta menjadi
upaya dalam pengkayaan materi MK Perancangan Arsitektur mulai semester
4.

2. Kompetensi Dasar

Dengan diberikannya strategi dalam kegiatan awal penelitian dengan


menemukan problem area, problem finding dan problem statement, maka
mahasiswa diharapkan dapat mensintesakan ketiganya dalam mendisain
suatu topik penelitian yang menjadi minatnya.

3. Indikator

Kemampuan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur dalam menentukan


kegiatan awal penelitian dengan indikasi sebagai berikut:
a. Menyebutkan dengan benar bidang penelitian yang menjadi minatnya
b. Menjelaskan dengan benar pokok-pokok permasalahan dalam topik
penelitian yang menjadi minatnya pada point a.
c. Menentukan problem statement pada topik penelitian point a, serta
menyimpulkan dengan benar pernyataan permasalahan (perumusan
masalah) yang sudah dijabarkan dalam point b.

IV. PERMASALAHAN PENELITIAN DAN STRATEGI PENEMUAN


PERMASALAHAN PENELITIAN DI BIDANG ARSITEKTUR DAN
KOTA

Urutan kegiatan awal yang menjadi jadwal seorang peneliti adalah: 1) menentukan
bidang penelitian (Problem area), 2) menemukan permasalahan (Problem Finding),

47
serta yang terakhir dalam kegiatan awal penelitian adalah menentukan permasalahan
(Problem Statement).
Permasalahan penelitian dapat diartikan sebagai situasi problematis: Keadaan
yang masih kabur, menimbulkan keragu-raguan, sehingga memerlukan
kejelasan. Menemukan masalah penelitian dan merumuskannya dengan benar
merupakan salah satu tahap penting dalam penelitian. Menemukan masalah
penelitian seringkali (tidak harus) ditafsirkan sebagai mencari kesenjangan
antara statement of ideas dengan statement of fact, antara teori dan fenomena,
antara de-jure dan de-facto, juga antara harapan dan kenyataan. Dengan demikian
cara yang paling mudah untuk mendapatkan permasalahan dalam penelitian
adalah membenturkan teori dengan fakta lapangan.
Menurut (A. Djunaedi, 1989) bahwa penemuan permasalahan adalah tahapan
penting dalam penelitian. Jika Permasalahan tidak diketemukan, maka penelitian
tidak akan dapat dilakukan. Selanjutnya dikatakan pula bahwa "berhasilnya
perumusan permasalahan merupakan setengah dari pekerjaan penelitian". Penemuan
permasalahan juga merupakan tes bagi suatu bidang ilmu;, seperti diungkapkan oleh
Mario Bunge (dalam: Buckley dkk., 1976, 14) dengan pernyataan: "Kriteria
terbaik untuk menjajagi apakah suatu disiplin ilmu masih hidup atau tidak
adalah dengan memastikan apakah bidanq ilmu tersebut masih rnarnpu
menqhasilkan permasalahan‖. Bidang ilmu yang sudah tidak dapat berkembang pasti tidak
akan memunculkan permasalahan yang dapat diteliti. Permasalahan dalam penelitian
selanjutnya perlu dirumuskan ke dalarn suatu pernyataan permasalahan (problem
statement).

A. PENGERTIAN PERMASALAHAN PENELITIAN

Sering dijumpai usulan penelitian yang memuat."latar belakang permasalahan"


secara panjang lebar tetapi tidak diakhiri (atau disusul) oleh rumusen
(pernyataan) permasalahan. Pernyataan permasalahan sebenarnya merupakan
kesimpulan dari uraian "latar belakang" tersebut. Castetter dan Heisler (1984,
11) menerangkan bahwa pernyataan permasalahan merupakan ungkapan yang
jelas tentang hal-hal gang akan dilakukah peneliti. Cara terbaik untuk
mengungkapkan pernyataan tersebul adalah dengan pernyataan yang sederhana dan
langsung, tidak berbelit-belit. Pernyataan permasalahan dari suatu penelitian
merupakan "jantung" penelitian dan berfungsi sebagai pengarah .bagi semua
upaya dalam kegiatan penelitian tersebut. Pernyataan permasalahan yang jelas
(tajam) akan sanggup memberi arah (gambaran) tentang macam data yang perlu
dikumpulkan, cara pengolahannya yang cocok, dan memberi batas lingkup tertentu
pada temuan yang dihasilkan.
Contoh ungkapan permasalahan yang jelas diberikan oleh Satriya W.
Firmandhani (2013) yang meneliti Faktor Pembentuk Persepsi Ruang
Komunal pada Pemukiman Nelayan Tambak Mulyo, Semarang. Pemukiman
48
Nelayan Tambak Mulyo merupakan pemukiman yang memiliki penduduk
heterogen, yaitu sebagai nelayan, pedagang, PNS (Pegawai Negeri Sipil),
petani, guru dan lain sebagainya. Penduduk di Tambak Mulyo
mempergunakan beberapa tempat untuk melaksanakan kegiatan komunal.
Para penduduk menggunakan jalur jalan, bahu jalan, pekarangan rumah utnuk
merawat jaring nelayan, menjemur ikan asin, berkumpul, mengobrol bahkan
bersepakbola. Melihat adanya persepsi ruang komunal di Tambak Mulyo
tersebut, diperlukan penelitian untuk menemukan faktor pembentuk persepsi
ruang komunal di Tambak Mulyo, karena dengan diketahuinya faktor-faktor
tersebut, akan bisa mempermudah upaya mengatasi terbentuknya persepsi
ruang komunal di tempat-tempat bukan ruang komunal di pemukiman
nelayan.
Pernyataan permasalahan penelitian ini direpresentasikan dalam suatu bentuk
pertanyaan (Djunaedi,2000). Pertanyaan yang mendasari penelitian ini adalah
―faktor apa saja yang membentuk persepsi ruang komunal di pemukiman
nelayan Tambak Mulyo?‖. Dari pertanyaan penelitian tersebut, akan
menentukan tujuan dan metode penelitian, sehingga dapat menjawab faktor
yang menyebabkan penduduk nelayan dan bukan nelayan di Tambak Mulyo
menggunakan ruang-ruang tertentu sebagai ruang komunal untuk menunjang
kegiatannya (S.W. Firmandhani, 2013).
Dalam pernyataan permasalahan tersebut, muncul pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
a. Area apa sajakah yang menjadi ruang komunal penduduk Pemukiman
Nelayan Tambak Mulyo Semarang?
b. Dari sekian banyak faktor-faktor sosial yang muncul pada pemukiman
nelayan Tambak Mulyo, maka apa sajakah faktor-faktor pembentuk
persepsi ruang komunal di pemukiman Nelayan Tambak Mulyo
Semarang?

B. STRATEGI PENEMUAN PERMASALAHAN PENELITIAN DI


BIDANG ARSITEKTUR DAN KOTA

Buckley dkk. (1976: 16-27) dalam A. Djunaedi, 1989, menjelaskan cara-


cara penemuan permasalahan sebagai berikut:

Cara-cara formal

a) Rekomendasi suatu riset. Biasanya, suatu laporan penelitian pada


bab terekhlr mernuat kesimpulan dan saran. Saran (rekomendasi)
umumnya menunjukkan kernungkinan penelitian lanjutan atau penelitian

49
lain yang berkaitan dengan kesimpulan yang dihasilkan. Saran ini dapat
dikaji sebagai arah untuk menernukan permasalahan.

b) Anologi adalah suatu cara penemuan permasalahan dengan cara "mengambil"


pengetahuan dari bidang ilmu lain dan menerapkannya ke bidang yang
diteliti. Dalam hal ini, dipersyaratkan bahwa kedua bidang tersebut
haruslah sesuai dalam tiap hal-hal yang penting. Contoh permasalahan gang
ditemukan dengan cara analogi ini, misalnya: "apakah proses perancangan
perangkat lunak komputer dapat diterapkan pada proses perancangan
arsitektural" (seperti diketahui perencanaan perusahaan dan perencanaan
arsitektural mempunyai kesamaan dalam hal sifat pembuatan keputusannya
yang judgmental).

c) Renovasi. Cara renovasi dapat dipakai untuk mengganti komponen yang


tidak cocok lagi dari suatu teori. Tujuan cara ini adalah untuk
memperbaiki, atau meningkatkan kemantapan suatu teori. Misal suatu teori
menyatakan "ada korelasi yang signifikan antara arah pengembangan
bangunan rumah tipe tertentu dalam perumahan sub-inti dengan tipe
bangunan rumah asal penghuninya" dapat direnovasi menjadi permasalahan
"seberapa korelasi antara arah pengembangan bangunan rumah' tipe tertentu
dalam perumahan sub-inti dengan tipe bangunan rumah asal
penghuninya dengan tingkat pendidikan penghuni yang berbeda."
Dalam contoh di atas, kondisi yang "umurn" diganti dengan kondisi
tingkat pendidikan yang berbeda.

d) Dialektik, dalam hal ini, berarti tandingan atau sanggahan. Dengan cara
dialektik, peneliti dapat mengusulkan untuk rnenghasilkan suatu teori
yang merupakan tandingan atau sanggahan terhadap teori yang sudah ada.

e) Ekstropolasi adalah cara untuk menemukan permasalahan dengan membuat


tren (trend) suatu teori atau tren permasalahan yang dihadapi.

f) Morfologi adalah suatu cara untuk mengkaji kemungkinan-


kemungkinan kombinasi yang terkandung dalarn suatu permasalahan
yang rumit, kompleks.

g) Dekomposisi merupakan cara penjabaran (pemerincian) suatu


permasalahan ke dalam komponen-komponennya.

50
h) Agregasi merupakan kebalikan dari dekomposisi. Dengan cara agregasi,
peneliti dapat mengambil hasil-hasil penelitian atau teori dari
beberapa bidang (beberapa penelitian) dan "mengumpulkannya‖ untuk
membentuk suatu permasalahan yang lebih rumit dan kompleks.

Cara-cara informal

a) Konjektur (naluriah). Seringkali permasalahan dapat ditemukan secara


konjektur (naluriah), tanpa dasar-dasar yang jelas. Bila kemudian, dasar-
dasar atau latar belakang permasalahan dapat dijelaskan, maka
penelitian dapat diteruskan secara ilmiah. Perlu dirnengerti bahwa naluri
merupakan fakta apresiasi individu terhaoap lingkungannya. Naluri,
menurut Buckley dkk. (1976, 19), merupakan alat yang berrguna dalam proses
penemuan permasalahan.

b) Fenomenologi. Banyak permasalahan baru dapat ditemukan berkaitan


dengan fenomena (kejadian, perkembangan) yang dapat diamati. Misal:
fenomena pemakaian komputer sebagai alat bantu analisis dapat
dikaitkan untuk mencetuskan permasalahan - misal: seperti apakah pola
dasar pendayagunaan komputer dalam proses perancangan arsitektural.

c) Konsensus juga merupakan sumber untuk mencetuskan. permasalahan.


Misal, terdapat konsensus bahwa kemiskinan bukan lagi masalah bagi
Indonesia, tapi kualitas lingkunganlah yang merupakan masalah yang perlu
ditanggulangi (misal hal ini merupakan konsensus nasional).

d) Pengalaman. Tak perlu diragukan lagi, pengalaman merupakan sumber


bagi permasalahan. Pengalaman kegagalan akan mendorong
dicetuskannya permasalahan untuk menemukan penyebab kegagalan tersebut.
Pengalaman keberhasilan juga akan mendorong studi perumusan sebab-sebab
keberhasilan. Umpan balik dan klien, misal, akan mendorong penelitian
untuk merumuskan komunikasi arsitek dengan klien yang lebih baik.

Permasalahan yang ditemukan, dengan cara formal atau pun informal, selalu
harus dievaluasi kembali apakah permasalahan tersebut patut untuk diteliti.
Evaluasi ini akan dibahas tersendiri pada bagian berikut ini.

51
PENEMUAN PERMASALAHAN PERUMUSAN PERMASALAHAN
(PROBLEM FINDING) (PROBLEM STATEMENT)

CARA FORMAL
Rekomendasi suatu riset
Analogi
Renovasi
Dialektik
Ekstrapolasi
Morfologi
Dekomposisi
Agregasi

PERNYATAAN
CARA INFORMAL PERMASALAHAN
Konjektur
Fenomenologi
Konsensus
Pengalaman

Gambar 5.01. Cara-cara penemuan permasalahan (Buckley dkk., 1976: 15).

Sementara itu, menurut Antariksa (2007) bahwa untuk upaya startegi dalam
menemukan suatu permasalahan penelitian maka perlu beberapa metode, yaitu
Metode pendekatan menggunakan deskriptif analisis (pemaparan kondisi), dan
metode evaluatif, dan metode development. Metode analisis kualitatif ini
dilakukan dengan cara observasi lapangan dan wawancara. Metode deskriptif
analisis dilakukan dengan pendekatan historis. Metode analisis kualitatif adalah
suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.

Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-
kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi
yang alami (Creswell 1998). Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa
metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati (Moleong 2007). Metode ini dilakukan dengan cara observasi
lapangan dan wawancara.

52
V. LATIHAN DAN TEST FORMATIF

Buat topik penelitian yang pada bidang yang anda anda minati (Arsitektur Tropis,
Arsitektur Berkelanjutan dan Urban Design) serta tentukan :
1. Problem area (lingkup penelitian)
2. Problem finding (temukan permasalahan-permalahan yang muncul)
3. Problem statement (rumuskan permasalahannya dengan kata-kata yang
lugas dan jelas)

VI. UMPAN BALIK

Mahasiswa yang sudah mampu merumuskan 3 (tiga) hala dalam tahapan awal
penelitian yaitu: problem area, problem finding dan problem statement, akan
dapat melanjutkan ke materi berikutnya.

VII. DAFTAR PUSTAKA

METODE KUALITATIF:

P1. Suriasumantri, Jujun.S.2007. Filsafat Ilmu-Sebuah Pengantar Populer.Pustaka


Sinar Harapan. Jakarta
P2. Muhadjir, Noeng.2000. Methode Penelitian Kualitatif Edisi IV. Rake Sarasin,
Yogyakarta.
P3. Djunaedi, Achmad.1989. Macam Bidang Penelitian Arsitektural. Jurusan
Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Gajah Mada-Yogyakarta.
P4. Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Transito.
Bandung.
P5. Moleong, Lexy J.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.
Rosdakarya. Bandung.
P6. Groat, Linda and Wang, David.Architectural Research Methodes. John
Wiliey & Sons, Inc. New York
P7. S.W. Firmandhani (2013), Faktor Pembentuk Persepsi Ruang Komunal di
Pemukiman Nelayan, Studi Kasus Lingkungan Pemukiman Nelayan Tambak
Mulyo, Semarang. Thesis Magister Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro.
P8. Lisdiyono, Edi, (2008) Legislasi Penataan Ruang – Studi Tentang Pergeseran
Kebijakan Hukum Tata Ruang Dalam Regulasi Daerah di Kota Semarang.
P9.Budihardjo, Eko & Hardjohubojo, Sudanti. Kota Berwasan Lingkungan,
Bandung: Almuni, 1992.
P10. Budihardjo, Eko & Sujarto, Djoko. Kota Berkelanjutan, Bandung: Alumni,
2005
P11. Budihardjo, Eko, Tata Ruang Perkotaan, Bandung, Alumni, 1997

53
VIII. SENARAI

Problem area : Lingkup permasalahan dalam penelitian


bidang tertentu
Problem finding : Penemuan permasalahan dalam bidang
penelitian yang dikerjakan
Problem statement : Perumusan permasalahan dari kemungkinan
berbagai permasalahan yang ditemukan
dalam suatu topik penelitian dengan kata-kata
yang lugas dan jelas

54
MATERI VI
PERUMUSAN MASALAH, TUJUAN,
LINGKUP DAN MANFAAT PENELITIAN

I. Deskripsi Singkat

Suatu usulan penelitian akan berangkat dari penentuan lingkup penelitian,


penemuan permasalahan, serta perumusan masalah. Setelah tahapan awal tersebut
dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan, lingkup dan
manfaat penelitian yang dikerjakan. Scara garis besar, ada 2 (dua) manfaat
penelitian yaitu manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan, yang kedua
adalah manfaat untuk aplikasi teori, praktek di lapangan ataupun untuk dunia
industri. Oleh karena permasalahan yang dihadapi terkadang cukup rumit, maka
sebaiknya penelitian dilakukan berangkat dari fenomena, ataupun keadaan yang
sesungguhnya, realita yang ada di lapangan.
Kedalaman materi juga akan sangat mempengaruhi bobot penelitian yang
dikerjakan. Peneliti yang belum berpengalaman sering mencetuskan permasalahan
yang berlingkup terlalu luas, yang memerlukan masa penelitian yang sangat lama (di
luar jangkauan). Sebaiknya lingkup penelitian sempit, tapi diteliti secara mendalam.
Penelitian tidak hanya menyusun data, mengumpulkan serta memprosesnya,
namun juga yang terpenting adalah bagaimana menginterpretasikan hasil analisis
penelitian tersebut serta bagaimana maknanya bagi ilmu pengetahuan dan aplikasi
teori, terutama dunia industri.

II. Relevansi

Dalam perumusan permasalahan, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana


mengungkapkan perumusan tersebut dengan baik. Ada beberapa cara
mengungkapkan perumusan permasalahan dalam penelitian, baik dengan
pernyataan, kalimat pertanyaan maupun kalimat hipotesa. Namun yang perlu
diperhatikan adalah bahwa perumusan masalah harus berisi hubungan antar
variabel yang diteliti. Variabel adalah aspek yang menjadi abyek penelitian.
Dalam materi ini mahasiswa akan dibimbing untuk dapat merumuskan
permasalahan penelitian dengan benar serta memahami bagaimana menentukan
tujuan, lingkup dan manfaat penelitian yang menjadi minatnya. Dengan
diberikannya materi ini, maka pada akhir perkuliahan, dengan ditentukannya
suatu bidang ilmu penelitian tertentu, mahasiswa akan dapat merumuskan
permasalahan, menentukan tujuan, lingkup dan manfaat penelitian yang menjadi
entry behaviour bagi MK Seminar semester 6 dan 7, serta memperkaya landasan
perancangan pada materi Perancangan Arsitektur mulai semester 6.

55
III. Kompetensi

1. Standar Kompetensi

Dengan dikuasainya pemahaman tentang perumusan permasalahan,


penentuan tujuan, lingkup serta manfaat penelitian, diharapkan mahasiswa
semester 4 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro akan
dapat mengaplikasikan dalam proposal penelitian dengan 80% sesuai standar
dan kaidah metodologi penelitian.
Pada akhir perkuliahan materi ini mahasiswa diharapkan mampu memahami
(C2) serta menerapkan design penelitian sebagai entry behaviour untuk MK
Seminar di semester 6 dan 7 serta materi landasan Perancangan Arsitektur
mulai semester 6.

2. Kompetensi Dasar

Dengan diberikannya substansi dasar tentang perumusan suatu permasalahan


dalam penelitian, penentuan tujuan, lingkup dan manfaat penelitian, maka
dengan ditentukannya suatu perminatan mahasiswa dalam bidang tertentu
penelitian, maka mahasiswa diharapkan mampu memahami, mengemukakan
dengan kalimatnya sendiri (C2) tentang perumusan permasalahan, tujuan,
lingkup dan manfaat penelitian, selain itu mahasiswa juga diharapkan akan
dapat menerapkannya dengan benar (C3) sebagai acuan dan entry behaviour
bagi MK Seminar semester 6 dan 7 serta materi landasan Perancangan
Arsitektur mulai semester 6.

3. Indikator

Kemampuan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur dalam menentukan


kegiatan perumusan masalah penelitian dan tujuan penelitian dengan indikasi
sebagai berikut:
a. Menyebutkan dengan benar lima bentuk pernyataan masalah penelitian.
b. Menjelaskan dengan benar bentuk pernyataan penelitian spt pada point a.
c. Menjelaskan sembilan tujuan penelitian (purpose of study).
d. Membedakan tujuan penelitian (purpose of study).
e. Menjelaskan lingkup Penelitian.

IV. PERUMUSAN MASALAH, TUJUAN, LINGKUP DAN MANFAAT


PENELITIAN

Urutan kegiatan awal yang menjadi jadwal seorang peneliti adalah: 1) menentukan
bidang penelitian (Problem area), 2) menemukan permasalahan (Problem Finding),
56
serta yang terakhir dalam kegiatan awal penelitian adalah menentukan permasalahan
(Problem Statement). Berhasilnya tahap perumusan permasalahan merupakan
setengah dari pekerjaan penelitian.
Dalam satu problem area dimungkinkan terdapat beberapa problem finding,
demikian pula dalam satu problem finding terdapat beberapa problem statement.
Oleh karenanya perlu secara jeli menentukan problem statement mana yang akan
diteliti dengan mempertimbangkan focus of interest peneliti (Lihat Gambar
5:Anatomi Masalah).

Gambar: 6.01: Anatomi Masalah.


(Sumber: Creswell,1998)

A. Perumusan Permasalahan

Permasalahan yang telah ditemukan selalu perlu dicek apakah permasalahan


tersebut dapat (patut) untuk diteliti (researcable). Pengecekan ini, biasanya,
didasarkan pada tiga hal: (i) faedah, (ii) lingkup, dan (iii) kedalaman.
Pengecekan faedah ditelitinya suatu permasalahan dikaitkan dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dan atau penerapan pada praktek
(pembangunan). Ditanyakan: apakah penelitian atas permasalahan tersebut
akan berfaedah untuk ilmu pengetahuan, misal dapat merevisi, memperluas,
memperdalam pengetahuan yang ada, atau menciptakan pengetahuan baru.
Dicek pula: apakah penelitian tersebut mempunyai aplikasi teoritikal dan atau
praktikal. Suatu penelitian agar dapat diterima oleh pemberi dana atau
pemberi "nilai" perlu mempunyai faedah yang jelas (penjelasan faedah
diharapkan bukan hanya bersifat "klise").
Peneliti yang belurn berpengalaman sering mencetuskan permasalahan yang
berlingkup terlalu luas, yang memerlukan masa penelitian yang sangat lama
(di luar jangkauan). Misal: penelitian untuk "rnenemukan cara terbaik
pelaksanaan pembangunan rumah tinggal" akan memerlukan waktu yang "tak
terhingga" karena harus membandingkan semua kemungkinan cara pelaksanaan

57
pembangunan rumah tinggal. Lingkup penelitian, biasanya, cukup sempit, tapi
diteliti secara mendalam.
Faktor kedalaman penelitian juga merupakan salah satu yang perlu dicek.
Penelitian, bukan sekedar mengumpulkan data, menyusunnya dan
memprosesnya untuk mendapatkan hasil, tetapi diperlukan pula adanya
interpretasi (pembahasan) atas hasil. Penelitian perlu dapat menjawab: apa
"arti" semua fakta yang terkumpul. Dengan pengertian ini suatu pengukuran
kemiringan menara pemancar teve belum dianggap mempunyai kedalaman yang
cukup (hanya merupakan pengumpulan data dan pelaporan hasil pengukuran).
Tetapi, penelitian tentang "pengaruh kemiringan menara pemancar teve
terhadap kualitas siaran" merupakan penelitian karena memerlukan
interpretasi terhadap persepsi pirsawan atas kualitas siaran yang
dipengaruhi oleh kemiringan.

Ada 5 macam bentuk pernyataan masalah, yaitu:


(1) Bentuk satu pertanyaan (question)
(2) Bentuk satu pertanyaan umum disusul oleh beberapa pertanyaan
spesifik
(3) Bentuk satu pernyataan (statement) disusul oleh beberapa
pertanyaan (question).
(4) Bentuk hipotesis, dan
(5) Bentuk pernyataan umum disusul oleh beberapa hipotesis.
Bentuk hipotesis nampaknya jarang dipakai. Lagi pula, biasanya perletakan
hipotesis dalam laporan atau usulan penelitian tidak rnenempati posisi yang
biasa ditempati oleh pernyataan permasalahan. Hal yang lain, bentuk
pertanyaan seringkali dapat diujudkan (diubah) pula sebagai bentuk
pernyataan. Dengan demikian, secara umum, hanya ada dua bentuk pernyataan
permasalahan:

(1) Bentuk satu pertanyaan atau pernyataan


(a). Pertanyaan
Seberapa pengaruh tingkat penghasilan pada perubahan fisik type rumah
perumahan KPR?
Faktor-faktor apa saja dan seberapa besar pengaruh masing-masing
faktor pada persepsi penghuni terhadap desain rumah sub inti?
(b). Pernyataan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa pengaruh tingkat
penghasilan pada perubahan fisik rumah perumahan KPR?

58
Tujuan penelitia ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja dan
seberapa besar pengaruh masing-masing faktor pada persepsi penghuni
terhadap desain rumah sub inti.

(2) Bentuk satu pertanyaan atau pernyataan umum disusul oleh beberapa
pertanyaan atau pernyataan yang spesifik.

Misal:
Permasalahan Umum: Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
desain seorang arsitek dan seberapa pengaruh tiap-tiap faktor? Lebih
spesifik lagi, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai
berikut:
(a). Apakah sekian faktor yang mempengaruhi hasil desain seorang arsitek
secara umum di Amerika Serikat terjadi pula di Indonesia?
(b). Seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut mempengaruhi hasil
desain arsitek di Indonesia?

Setiap pertanyaan atau pernyataan yang spesifik (terinci) seperti dalam


bentuk (2) di atas haruslah merupakan satuan yang dapat diteliti (a
researchable unit).

B. Tujuan dan Lingkup Penelitian

Tujuan penelitian berkaitan dengan kedudukan permasalahan penelitian dalam


khazanah ilmu pengetahuan (yang tercermin dalam tinjauan pustaka).
Kedudukan
permasalahan dilihat dari pandangan tertentu—mempunyai lima macam
kemungkinan, yaitu; ekplorasi (masih ―meraba-raba‖), deskripsi (menjelaskan
lebih lanjut), eksplanasi (mengkonfirmasikan teori), prediksi (menjelaskan
hubungan sebab-akibat), dan aksi (aplikasi ke tindakan). Pandangan yang lain
(Castetter dan Heisler, 1984: 9) membedakan tujuan penelitian (purpose of
study) menjadi sembilan, yaitu:
1) mengkaji (examine), mendeskripsikan (describe), atau menjelaskan
(explain) suatu fenomena unik;
2) meluaskan generalisasi suatu temuan tertentu;
3) menguji validitas suatu teori;
4) menutup kesenjangan antar teori (penjelasan, explanasions) yang ada;
5) memberikan penjelasan terhadap bukti-bukti yang bertentangan;
6) memperbaiki metodologi yang keliru;
59
7) memperbaiki interpretasi yang keliru;
8) mengatasi kesulitan dalam praktek;
9) memperbarui informasi, mengembangkan bukti longitudinal (dari masa ke
masa).
Seringkali untuk mencapai tujuan memerlukan waktu yang ―terlalu‖ lama atau
memerlukan tenaga yang ―terlalu‖ besar. Agar penelitian dapat dikelola
dengan baik, maka perlu dilakukan pembatasan terhadap pencapaian tujuan.
Pembatasan tersebut dilakukan dengan membatasi lingkup penelitian.
Pernyataan batasan lingkup ini juga berfungsi untuk lebih mempertajam
rumusan permasalahan.

V. LATIHAN DAN TEST FORMATIF

Latihan dan Test formatif


A. Tentukan bidang penelitian yang menjadi minatmu, lalu pilih 2 topik
penelitian yang kemungkinan akan dilakukan.
B. Rumuskan permasalahan penelitian sesuai dengan bidang penelitian
pada point A.
C. Tentukan tujuan, lingkup dan manfaat penelitian dengan kalimatmu
sendiri

VI. UMPAN BALIK


Jika mahasiswa dapat menjawab ketiga pertanyaan tersebut dengan kondisi 90%
benar, maka mahasiswa dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya. Selamat kepada
yang telah berhasil menjawab dengan sempurna.

VII. DAFTAR PUSTAKA

METODE KUALITATIF:
P1. Suriasumantri, Jujun.S.2007. Filsafat Ilmu-Sebuah Pengantar Populer.Pustaka
Sinar Harapan. Jakarta
P2. Muhadjir, Noeng.2000. Methode Penelitian Kualitatif Edisi IV. Rake Sarasin,
Yogyakarta.
P3. Djunaedi, Achmad.1989. Macam Bidang Penelitian Arsitektural. Jurusan
Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Gajah Mada-Yogyakarta.
P4. Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Transito. Bandung.
P5. Moleong, Lexy J.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.
Rosdakarya. Bandung.
P6. Groat, Linda and Wang, David.Architectural Research Methodes. John Wiliey &
Sons, Inc. New York

60
Buckley, J.W.; M.H. Buckley; dan Hung-Fu Chiang, 1976, Research Methodology & Business
Decisions, National Association of Accountant, New York.
Castetter, W.B.; dan R.S. Heisler, 1984, Developing and Defending A
Disertation"Proposal, Graduate School of Education, University of
Pennsylvania, Philadelphia, Pennsylvania.
Sumiarto, 1935, Evaluasi Program Perintisan Pemugaren Perumahan Desa di
Deerah Isiimewa Yogyekarta, Tesis Pasca Sarjana Strata II,
Program Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Pasca Sarjana,
Instltut Teknologi Bandung, Bandung.
Sutrisno Hadi, 1986, Pokok pokok Metodoiogi Penelitian, makalah yang tidak
dipublikasikan, tertanggal 14 Desember 1986, ditulis di Yogyakarta.

VIII. SENARAI

Entry Behaviour : Kompetensi dasar, landasan berpijak dalam mempelajari


suatu keilmuan.
researchable : Bidang keilmuan yang memiliki kemungkinan untuk
dipakai sebagai topik/ tema penelitian
fenomena : Gejala suatu kondisi yang menarik untuk diteliti
realita : Kenyataan, fakta

61
MATERI VII
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESA

I. Deskripsi Singkat

Tahapan awal penelitian yang sudah dibicarakan pada materi terdahulu adalah:
penetapan lingkup permasalahan (problem area), menemukan permasalahan
penelitian (problem finding) dan merumuskan permasalahan (problem statement).
Setelah lingkup permasalahan ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan tinjauan pustaka terkait dengan permasalahan yang sudah ditentukan.
Kajian pustaka ini memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah melakukan
rekam jejak atas penelitian yang sudah dilakukan terdahulu serta memperjelas
fenomena melalui penentuan hipotesa penelitian. Selain itu kajian pustaka harus
disusun berdasarkan kerangka teoritis yang jelas serta memiliki bagian : 1)
pendahuluan, 2) pembahasan dan 3) kesimpulan. Oleh karena itu, pemahaman
mengenai tata cara penulisan kajian pustaka dan hipotesa dalam materi ini
merupakan langkah penting sebagai dasar MK Seminar di semester 6 dan 7 serta
materi landasan Perancangan Arsitektur (PA 4) mulai semester 6.

II. Relevansi

Kaitan antara kajian pustaka yang dituangkan dalam kerangka teori dengan
hipotesis penelitian adalah sangat erat. Tanpa kajian pustaka maka seorang
peneliti akan sulit menentukan hipotesis. Hipotesis dapat dilakukan dengan cara:
mengkaji atau mereview ulang teori dan konsep yang menghubungkan antar
variabel dengan cara deduktif, yang kedua adalah mereview penelitian terdahulu
yang relevan dengan permasalahan penelitian dengan cara induktif. Oleh karena
metode pendekatan deduktif dan induktif menjadai dasar untuk menentukan alur
disain penelitian.

III. Kompetensi
1. Standar Kompetensi

Pada akhir perkuliahan tentang penulisan kajian pustaka dan hipotesa,


mahasiswa diharapkan mampu memahami (C2) tentang manfaat kajian
pustaka dan hipotesa serta mampu mensintesakan kalimat hipotesis jika
diberikan suatu variabel-variabel penelitian tertentu. Dengan pemahaman ini
maka diharapkan mahasiswa mampu memanfaatkan pengetahuan tentang
penulisan kajian pustaka dan penentuan hipotesa ini sebagai ranag entry
behaviour bagi MK seminar di semeter 6 dan 7 serta materi landasan
Perancangan Arsitektur Semester 6 (PA 4).
62
2. Kompetensi Dasar

Dengan diberikannya pemahaman mengenai kajian pustaka dan hipoetsis


penelitian, maka mahasiswa diharapkan dapat menyebutkan (C2) dengan
jelas hipotesis penelitian jika diberikan suatu kasus permasalahan penelitian.
Pemahaman ini menjadi entry behaviour bagi MK Seminar semester 6 dan 7
dan materi landasan Perancangan mulai PA 4 semetser 6.

3. Indikator

Kemampuan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur dalam memahami


kajian pustaka dan hipotesis serta manfaatnya masing-masing dalam
penelitian ditunjukkan dengan indikator kemampuannya dalam :
a. Menyebutkan dengan benar alur kajian teoritis secara global/ makro
tentang suatu kasus.
b. Menyebutkan dengan benar hipotesis dari contoh kasus yang
dikemukakan dalam point 1
c. Menyebutkan dengan benar manfaat kajian pustaka.
d. Menyebutkan dengan benar manfaat hipotesis.

IV. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESA

A. KAJIAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka mempunyai arti: peninjauan kembali pustaka-pustaka yang


berkaitan (review of literature). Sesuai denqan arti tersebut, suatu tinjauan
pustaka berfungsi sebaqai peninjauan kembali (review) pustaka (laporan
penelitian, dan sebagainya) tentang masalah yang berkaitan— tidak selalu
harus tepat identik dengan bidang permasalahan yang dihadapi—tetapi
termasuk pula yang seiring dan berkaitan (collateral) Fungsi peninjauan
kembali pustaka yang berkaitan merupakan hal yang mendasar dalam
penelitian, seperti dinyatakan oleh Leedy (1985) bahwa semakin banyak
seorang peneliti mengetahui, mengenal dan memahami tentang penelitian-
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya (yang berkaitan erat dengan
topik penelitiannya), semakin dapat dipertanggung-jawabkan caranya
meneliti permasalahan yang dihadapi.
Walaupun demikian, sebagian peneliti (usulan penelitian atau karya tulis)
menganggap tinjauan pustaka merupakan bagian yang tidak penting

63
sehingga ditulis "asal ada" saja atau hanya untuk sekedar membuktikan bahwa
penelitian (yang diusulkan) belum pernah dilakukan sebelumnya. Pernbuktian
keaslian penelitian tersebut sebenarnya hanyalah salah satu dari beberapa
kegunaan tinjauan pustaka. Kegunaan-kegunaan yang lain tersebut seringkali
terlupakan dalam penulisan tinjauan pustaka. Kelemahan lain yang sering
pula dijumpai adalah dalam penyusunan, penstrukturan atau
pengorganisasian tinjauan pustaka. Banyak penulisan tinjauan pustaka yang
mirip resensi buku (dibahas buku per buku, tanpa ada kaitan yang bersistem)
atau mirip daftar pustaka (hanya menyebutkan siapa penulisnya dan di
pustaka mana ditulis, tanpa membahas apa yang ditulis).

Berdasar kelemahan-kelemahan yang sering dijumpai di atas, tulisan ini


berusaha untuk memberikan kesegaran pengetahuan tentang cara-cara
penulisan tinjauan pustaka yang lazim dilakukan. Cakupan tulisan ini
meliputi tiga hal, yaitu: (a) kegunaan, (b) organisasi tinjauan pustaka, dan (c)
kaitan tinjauan pustaka dengan daftar pustaka. Hal-hal di luar itu, misal
cara pengumpulan bahan-bahan pustaka, tidak termasuk dalarn pembahasan
tulisan ini.

Leedy (1985) menerangkan bahwa suatu tinjauan pustaka rnempunyai


kegunaan untuk:
1) mengungkapkan penelitian yang serupa dengan penelitian yang
(akan) dilakukan; dalam hal ini, diperlihatkan pula cara penelitian
tersebut
menjawab permasalahan;
2) membantu memberi gambaran tentang rnetoda dan teknik yang dapat dipakai
dalam penelitian yang (akan) dilakukan;
3) mengungkapkan sumber-sumber datJ (atau judul-judul pustaka yang
berkaitan) yang sebelumnya tidak diketahui (ingat bahwa tidak semua
laporan penelitian dipublikasi secara luas);
4) mengenal peneliti-peneliti yang penting dalam permasalahan yang
dihadapi (yang mungkin dapat dijadikan nara surnber atau dapat ditelusuri
karya-karya tulisnya yang lain yang mungkin berkaitan);
5) memperlihatkan kedudukan penelitian yang (akan) dilakukan dalam
konteks ilmu pengetahuan atau teori tempat penelitian ini berada;
6) mengungkapkan ide-ide dan pendekatan-pendekatan yang mungkin belum
dikenal sebelumnya; dan
7) membuktikan keaslian penelitian (bahwa penelitian yang dilakukan

64
berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya).

Dalam penjelasan yang hampir serupa, Castetter dan Heisler (1984)


menerangkan bahwa tinjauan pustaka mempunyai enam kegunaan, yaitu:
(1) mengkaji sejarah permasalahan;
(2) membantu pemilihan prosedur penelitian;
(3) mendalami landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan;
(4) mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian terdahulu;
(5) menghindari duplikasi penelitian; dan
(6) menunjang perumusan permasalahan.
Karena penjelasan Castetter dan Heisler di atas lebih singkat dan jelas,
pembahasan lebih lanjut tentang kegunaan tinjauan pustaka dalam tulisan ini
mengacu pada penjelasan mereka. Satu persatu kegunaan yang saling kait
mengkait tersebut dibahas dalam bagian berikut ini.

Kegunaan 1: Mengkaji sejarah permasalahan


Sejarah permasalahan meliputi perkembangan permasalahan dan
perkembangan penelitian atas permasalahan tersebut. Pengkajian terhadap
perkembangan permasalahan secara kronologis sejak permasalahan tersebut
timbul sampai pada keadaan yang dilihat kini akan memberi garnbaran yang
lebih jelas tentang perkembangan materi permasalahan (tinjauan dari waktu
ke waktu: berkurang atau bertambah parah; apa penyebabnya). Mungkin .saja,
tinjauan seperti ini mirip dengan bagian "Latar belakang permasalahan" yang
biasanya ditulis di bagian depan suatu usulan penelitian. Bedanya: dalam
tinjauan pustaka, kajian selalu mengacu pustaka yang ada. Pengkajian
kronologis atas penelitian-penelitian yang pernah dilakukan atas permasalahan
akan membantu memberi gambaran tentang apa yang telah dilakukan oleh
peneliti-peneliti lain dalam permasalahan tersebut. Gambaran yang
bermanfaat terutama tentang pendekatan yang dipakai dan hasil yang didapat.

Kegunaan 2: Membantu pemilihan prosedur penelition


Dalam merancang prosedur penelitian (research design) banyak untungnya
untuk mengkaji prosedur-prosedur (atau pendekatan) yang pernah dipakai oleh
peneliti-peneliti terdahulu dalam meneliti permasalahan yang hampir
serupa. Pengkajian meliputi kelebihan dan kelemahan prosedur-prosedur
yang dipakai dalam menjawab permasalahan. Dengan rnengetahui kelebihan dan
kelemahan prosedur-prosedur tersebut, kemudian dapat dipilih, diadakan

65
penyesuaian, dan dirancang suatu prosedur yang cocok untuk penelitian
yang dihadapi.

Kegunaan 3: Mendalami landasan teori yang herkaitan dengan


permasalahan
Salah satu karakteristik penelitian adalah penelitian yang dilakukan
haruslah berada pada konteks ilmu pengetahuan atau teori yang ada.
Pengkajian pustaka, dalam hal ini, akan berguna bagi pendalaman pengetahuan
seutuhnya (unified explanation) terhadap teori atau bidang ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan. Pengenalan teori-teori
yang tercakup dalam bidang atau area permasalahan diperlukan untuk
merumuskan landasan teori sebagai basis perumusan hipotesis atau
keterangan empiris yang diharapkan.

Kegunaan 4: Mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian


terdahulu
Di bagian awal tulisan ini telah disebutkan bahwa kegunaan tinjauan pustaka
yang dikenal umum adalah untuk membuktikan bahwa penelitian (yang
diusulkan) belum pernah dilakukan sebelumnya. Pembuktian keaslian
penelitian ini bersumber pada pengkajian terhadap penelitian-penelitian
yang pernah dilakukan. Bukti yang dicari bisa saja berupa kenyatann bahwa
belum pernah ada penelitian yang dilakukan dalam permasalahan itu, atau
hasil penelitian yang pernah ada belum mantap atau masih mengandung
kesalahan dalam beberapa hal dan perlu diulangi.
Dalam penelitian yang akan dihadapi sering diperlukan pengacuan terhadap
prosedur dan hasil penelitian yang pernah ada (lihat Kegunaan 2). Kehati-
hatian perlu ada dalam pengacuan tersebut. Suatu penelitian mempunyai
lingkup keterbatasan serta kelebihan dan kekurangan. Evaluasi yang tajam
terhadap kelebihan dan kelemahan tersebut akan berguna terutama dalam
memahami tingkat kepercayaan {level of significance) hal-hal yang diacu.
Perlu dikaji dalam penelitian yang dievaluasi apakah temuan dan
kesimpulan berada di luar lingkup penelitian atau ternuan tersebut
mempunyai dasar yang sangat lemah. Evaluasi ini menghasilkan
penggolongan pustaka ke dalam dua kelompok:
1) Kelompok Pustaka Utama (Significant Literature); dan
2) Kelompok Pustaka Penunjang (Supporting Literature).

66
Kegunaan 5: Menghindari duplikasi penelitian
Kegunaan yang kelima ini, agar tidak terjadi duplikasi penelitian, sangat
jelas maksudnya, Masalahnya, tidak semua hasil penelitian dilaporkan secara
luas. Dengan demikian, publikasi atau seminar atau jaringen informasi tentang
hasil-hasil penelitian sangat penting. Dalam hal ini, peneliti perlu
mengetahui sumber-sumber informasi pustaka dan mempunyai hubungan
dengan sumber-sumber tersebut. Tinjauan pustaka, berkaitan dengan hal
ini, berguna untuk membeberkan seluruh pengetahuan yang ada sampai saat ini
berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi (sehingga dapat meyakinkan
bahwa tidak terjadi duplikasi).

Kegunaan 6: Menunjang perumusan permasalahan


Kegunaan yang keenam dan taktis ini berkaitan dengan perurnusan
permasalahan. Pengkajian pustaka yang meluas (tapi tajam), komprehensif
dan bersistem, pada akhirnya harus diakhiri dengan suatu kesirnpulan yang
memuat permasalahan apa yang tersisa, yang memerlukan penelitian; yang
membedakan penelitian yang diusulkan dengan penelitian-penelitian yang
pernah dilakukan sebe1umnya. Dalam kesirnpulan tersebut, rumusan
permesalahan ditunjong kemantapannya (justified). Pada beberapa
persyaratan usulan penelitian, misalnya di Lembagaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UNDIP para peneliti diwajibkan
melampirkan form yang berjudul "Keaslian Penelitian"

1. Organisasi Tinjauan Pustaka

Seperti telah dijelaskan di atas, banyak dijumpai kelemahan dalam penulisan


tinjauan pustaka dilihat dari cara menyusun atau mengorganisasi materinya.
Organisasi yang lemah ditunjukkan oleh tidak adanya sistern (keterkaitan)
yang jelas ditampilkan dalam tinjauan pustaka tersebut. Berkaitan dengan
persyaratan untuk bersistem tersebut; dalam formulir Usulan Penelitian
disyaratkan sebagai berikut (A. Djunaedi, 1989):
"TINJAUAN PUSTAKA (Buatlah suatu uraian yang baik, meluas dan
bersistem mengenai penelitian-penelitian yang sudah pernah
diadakan dan yang mempunyai kaitan dengan penelitian yang
diusulkan ini _______ )."
Dalam hal organisasi tinjauan pustaka, Castetter dan Heisler (1984, hal.
43-45) menyarankan tentang bagian-brgian tinjauan pustaka, yang
meliputi: (1) pendahuluan, (2) pembahasan, dan (3) kesimpulan. Dalam bagian

67
pendahuluan, biasanya ditunjukkan tujuan peninjauan dan kriteria penetapan
pustaka yang akan ditinjau (dapat diungkapkan dengan sederetan pertanyaan
keinginan-tahuan). Pada bagian pendahuluan ini pula dijelaskan tentang
organisasi tinjauan pustaka (pengelompokan secara sistematis dengan
menggunakan judul dan sub-judul pembahasan; lihat contoh terlampir).
Umumnya, pengelompokan didasarkan pada topik; cara lain, berdasar perioda
(waktu, kronologis).Bagian kedua, pembahasan, disusun sesuai organisasi
gang telah ditetapkan dalam bagian pendahuluan. Dalam Kajian pustaka,
kedalaman sitasi pustaka tidak semuanya sama, ada yang dibahas secara
mendalam ada yang hanya sekilas tergantung pada nilai korelasinya
terhadap topik yang dibahas dalam penelitian . Dalam hal ada kemiripan isi,
perincian dapat diterapkan pada salah satu pustaka; sedangkan pustaka
lainnya cukup disebutkan saja tapi tidak dirinci, misal (A. Djunaedi,
1989):
Komponen Sistem Penunjang Pembuatan Keputusan, seperti
dijelaskan oleh Mittra (1986), meliputi empat modul: pengendali,
penyimpan data, pengolah data, dan pembuat model. Penjelasan
serupa diberikan pula oleh Sprague dan Carlson (1982), dan
Bonczek et a1.(1981).
Pada dasarnya sebuah tinjauan pustaka sebaiknya mengikuti sebuah
sistematika yang baik yang secara prinsip terdiri dari bagian-bagian:
a. Latar belakang
b. Pembahasan
c. Kesimpulan
Menurut A. Djunaedi, 1989, tinjauan pustaka diakhiri dengan kesimpulan yang
menjelaskan tentang "apa arti semua tinjauan pustaka tersebut (what does it
all mean?)". Secara rinci, kesimpulan tersebut hendaknya memuat jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini, tentang:
1) status saat ini mengenai pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan
yang akan diteliti (apakah permasalahan sebenarnya telah tuntas
terjawab?);
2) penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang
dihadapi (adakah sesuatu dan apakah yang dapat dimanfaatkan?);
3) kualitas penelitian-penelitian yang dikaji (mantap atau hanya dapat
dipercayai sebagaian saja?);
4) kedudukan dan peran penelitian yung diusulkan dalam konteks ilmu
pengetahuan yang ada.

68
2. Kaitan Tinjauan Pustaka dengnn Daftar Pustaka

Dalam badan naskah penelitian seringkali terdapat uraian kajian pustaka


yang menyerupai daftar pustaka. Misal: "Tentang hal ―teori bunyi‖
dibahas oleh si Cyril M.Harris dalam buku ―Handbook of Environmental
acoustics‖ , si Szokolay dalam ―Environmental Engineering‖; sedangkan
tentang hal ―perambatan bunyi‖ diterangkan oleh si L. Doelle dalam
―Akustik Lingkungan". Peninjauan seperti ini biasanya tidak menyebutkan
apa yang dijelaskan oleh masing-masing pustaka secara rinci (hanya
menyebutkan siapa dan dimana ditulis). Namun uraian tidak menyebutkan
keterkaitan antara ketiganya serta penyebutan judul buku secara berulang-
ulang, sama sekali tidak disarankan dalam penulisan laporan penelitian.
Menurut A. Djunaedi (1989) pengacuan pustaka dalam tinjauan pustaka dapat
dilakukan dengan cara yang bermacarn-macam, antara lain: penulisan catatan
kaki, dan penulisan nama pengarang dan tahun saja. Setiap cara mempunyai
kelebihan dan kekurangan; tapi peninjauan tentang kelebihan dan
kekurangan tersebut di luar lingkup tulisan Ini. Dalam tulisan ini hanya akan
dibahas pemakaian cara penulisan nama akhir pengarang dan tohun penerbitan
(dan sering clitambah dengan nomor halaman), misal:
Dalam hal organisasi tinjauan pustaka, Castetter dan Heisler
(1984, hal. 43-45) menyaranken tentang bagian-bagian tinjauan
pustaka, yang meliputi: (I) pendahuluan, (2) pembahasan, dan (3)
kesimpulan.
Tatacara penulisan daftar pustaka dapat dilakukan dengan 2 sistem:
d. Sistem Harvard (berdasarkan abjad)
e. Sistem Vancouver (berdasarkan hirarki)

Sistem Harvard: (berdasarkan abjad)


Terkadang tanpa nomor dan disetting secara ―Hanging paragraph‖
Ghazali, R & Abbas, M. Y. (2012). ―Newly Built Public Paediatrics Ward
Increase Length of Stay (LOS)?‖, Procedia Social and Behavioral
Sciences Journal, Vol.50 p.623-632.
Malkin, J (2002). Medical and Dental Space Planning- A Comprehensive
Guide to Design, Equipment and Clinical Procedures, John Wiley &
Sons, Inc. New York ISBN 0-471-38574-3 (p. 147-180).
Somboonwit, N, & Sahachaisaeree, N. (2012). Healthcare Building:
Modelling the Impacts of local Factors for Building Energy
Performance Improvement in Thailand, Procedia Social and
Behavioral Sciences Journal, Vol.50 p.549-562.

69
Vale, B (1991), Green Architecture : Design for A Sustainable Future,
Themes and Hudson, London.

Sistem Vancouver:
1. H.B.W. Raymond, Noise Control Measures in The New Singapore
International Airport, J. Applied Acoustics, vol. 14, Issue 6,1981,
halaman 439-453 (2003).
2. C.N.S. Hammad, dan M.K. Abdelazeez, Measurement of the Noise
level at Queen Alia Airport and Its Effect on Employed Person, J.
Applied Acoustics, vol. 28, Issue 3, 1989, halaman 221-228 (2003).
3. A. Munawar, Dasar – dasar Teknik Transportasi, ISBN 979-8541-33-
2, Beta Offset, Yogyakarta (2005).

B. PERUMUSAN TUJUAN, SASARAN, LINGKUP, KERANGKA


TEORITIS DAN HIPOTESA

Menurut A. Djunaedi (1989), umumnya, terdapat berbagai alternatif untuk


rnemecahkan permasalahan. Pada tahap ini, diperlukan rumusan tujuan
sebagai alternatif yang dipilih untuk dikerjakan dalam penelitian tersebut.
Bila tujuan bersifat rumit, maka tujuan dapat dirinci lagi dalam sasaran-
sasaran (dalam hal ini: dapat berarti sub-sub permasalahan). Tujuan dan
sasaran dirumuskan dengan mempertimbangkan keterbatasan lingkup
penelltian. Keterbatasan lingkup ini perlu dinyatakan agar peneliti lain yang
membaca dapat memahami analisis dan hasil penelitian dengan obyektif.
Berkaitan dengan tujuan, sasaran dan lingkup, dikumpulkan teori-teori yang
secara keseluruhan merupakan. kerangka teoritis bagi penelitian tersebut.
Dalam kerangka teoritis tersebut diantaranya dijelaskan konsep-konsep
(definisi variabel-variabel) dan hubungan antar konsep. Dengan mengkaitkan
permasalahan, tujuan, sasaran dan kerangka teoritis, dapat disusun hipotesa,
yang merupakan dugaan awal tentang pengatasan permasalahan. Bila
permasalahan terinci dalam sub-sub permasalahan, maka tiap sub
permasalahan dikaitkan dengan satu hipotesis. Pada Gambar 7.01, yang
memperlihatkan proses penelitian, tampak bahwa hanya penelitian deduktif
yang mempunyai hipotesis, sedangkan penelitian induktif tidak berbekal
hipotesis (tapi menghasilkan hipotesis di akhir penelitian). Hal ini
dijelaskan pula oleh Mely G. Tan (1977, 42-43) bahwa ada tiga macam
penelitian, yaitu:
1) penelitian yang bersifat menjelajah (exploratory), yang mempunyai

70
permasalahan yang terbuka luas (misal: studi kasus, grounded-research)
dan belum ada.hipotesanya;
2) penelitian yang bersifat deskriptif; dalarn hal ini, hipotesa mungkin ada
mungkin juga tidak, tergantung jumlah (sedikit-banyaknya) pengetahuan
tentang masaiah yang bersangkutan; dan
3) penelitian yang bersifat menerangkan (Inferensial explanatory);
dalam hal ini, perlu ada hipotesa karena peneli'ian jenis ini bertujuan
untuk menguji hipotesa
1. Penelitian dimulai dengan
adanya masalah (isu, hal)
2. Permasalahan (problema)
dirumuskan

3. Tujuan, Sasaran, Lingkup


ditetapkan

PENDEKATAN DEDUKTIF PENDEKATAN INDUKTIF

4. Penyusunan Kerangka 4. Fakta dikumpulkan


teoritis 5. Perumusan teori (yang
5. Perumusan Hipotesis dihasilkan lewat proses
6. Pengumpulan Fakta komparasi fakta)
7. Pengujian Hipotesis
terhadap fakta.
8. Penarikan kesimpulan
(teori terkonfirmasi/tidak)

Gambar 7.01. Diagram proses penelitian, yang siklis (berulang-ulang).

Pemilihan metoda

Tujuan utama penelitian adalah memperkaya ilmu pengetahuan ( termasuk pula:


hukum, kaidah, azas, dan sebagainya). Teori merupakan hasil dari
generalisasi fakta. Derajat generalisasi untuk bidang-bidang ilmu yang
berbeda temyata berlainan, meskipun hakekat metodanya sama.

71
Gejala-gejala fisika mempunyai derajat kerampatan yang universal, sedangkan
gejala-gejala sosial (misalnya: perilaku suatu bangsa) mempunyai derajat
kerampatan yang sempit ( berlaku umum untuk lingkungan tertentu).
Perbedaan yang ada di antara bicang-bidang ilmu, menurut Jujun
Suriasurnantri (1978,19), tidak perlu mendorong perbedaan dalam metoda
keilmuan. Perbedaan hanya perlu pada tingkat teknik saja (untuk
rnelaksanakan metoda yang sama). Misal: teknik pengamatan yang berbeda
untuk gejala alam dibandingkan dengan teknik pengamatan gejala sosial.

Seperti dijelaskan di atas, metoda keilmuan bersifat umum, lepas dari


pemilihan macam bidang. Hal ini berarti, seorang peneliti dapat meminjam
metoda yang sering dipakai pada bidang ilmu lain. Misal: seorang peneliti
arsitektur dapat meminjam metoda yang sering dipakai dalam penelitian
bahasa atau seni sastra. Pengertian di atas, lebih lanjut, dapat berarti pula:
meskipun metoda keilmuan bersifat umum, namun dalam suatu bidang
ilmu, pasti ada metoda-metoda yang tertentu yang lebih sering dipakai
dibanding metoda-metoda yang lain. Misal, pada ilmu-ilrnu aksiomatis
(seperti ilmu pasti dan logika) akan jarang menggunakan metoda-metoda
yang dipakai oleh ilmu empiris.
Dalam hal metode penelitian, Leedy (1985,92) menjelaskan empat macam
metode penelitian, yaitu:
1) The Historical Method (metoda historis) diterapkan pada penelitian yang
datanya merupakan dokumen (masa lampau).
2) The Descriptive Survey Method (metoda survai deskriptif) dipakai dalam
penelitian yang datanya diperoleh dari observasi (langsung maupun
lewat kuesioner atau wawancara).
3) The Analytical Survey Method (metoda survai analitis) dipergunakan
dalam penelitian yang datanya kuantitatif dan yang membutuhkan
statistika untuk menganalisisnya (dalam arti: menginterpretasikan
maknanya).
4) The experimental Method (Metoda eksperimental) diaplikasikan
pada penelitian yang situasinya dapat dikendalikan, dalam arti datanya
akan tergantung pengaturan situasinya.

Secara lebih lengkap, Sumadi Suryabrata (1983, 15-39), berkaitan dengan


macam metoda y8ng dipakai dalam penelitian, menjelaskan bahwa ada 9
macam penelitian, yaitu:
(1) penelitian historis;

72
(2) penelitian deskriptif
(3) Penelitian perkembangan;
(4) penelitian kasus dan penelitian lapanqan;
(5) penelitian korelasional;
(6) penelitian kausal-komparatif;
(7) penelitian eksperimental;
(8) penelitian eksperimental-semu dan
(9) penelitian tindakan.

Suatu penelitian mungkin menggunakan lebih dari satu metoda secara


tumpang tindih (overlapping); tetapi seringkali ditekankan hanya pada satu
metoda yang utama. Buckley dkk. (1976. 15) mempetakan metodologi
penelitian (dalam hal ini berarti: metoda penelitian) seperti terlihat dalam
Gambar 2 berikut:

STRATEGY DOMAIN TEKNIK FORMAL TEKNIK INFORMAL

INDIVIDUAL SURVEY RESEARCH INTERVIEW


OPINION DELPHI BRAINSTORMING
GROUP
OBSERVATION OBSERVATION
CASE
INSTRUMENTS
EMPIRICAL FIELD TIME & MOTION STUDIES OBSERVATION

LABORATORY SIMULATION OBSERVATION


PRIMARY CONTENT ANALYSIS SCANNING
ARCHIVAL SECONDARY SAMPLING SCANNING

PHYSICAL EROSION/ACCRETION OBSERVATION


MEASURES

MATEHEMATICAL PHILOSOPHICAL
MODELLING ARGUMENT
MATHEMATICAL LOGIC THE SCENARIO
INTERNAL LOGIC THE DIALECTIC
ANALYTIC FORMAL ORGANIZATION
TECHNIQUES: TECHNIQUES:
-FLOW CHARTING THE DICHOTOMOUS
-NETWORK ANALYSIS METHOD
-DECISION STRATEGIES TERATOLOGICAL METHOD
-ALGORITHMS
-NEURISTIC

Gambar 7.02. Kerangka Metodologi Penelitian (Sumber:


Buckley 1976, 15 dan 27).

Hipotesis penelitian dapat dirumuskan melalui :


1) Membaca dan mereview ulang teori-teori dan konsep yang
menghubungkan antar variabel melalui cara deduktif

73
2) Membaca dan mereview penelitian terdahulu yang relevan dengan
permasalahan penelitian dengan cara induktif.
Hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah penelitian yang harus
diuji kebenarannya secara empiris. Hipotessis ini berisi tentang hubungan
yang kompleks antar fenomena-fenomena yang akan diteliti, sehingga
kedudukan hipotesis ini sangatlah penting dalam suatu penelitian.
Penetapan hipotesis dalam sebuah penelitian memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja
penelitian
2. Mensiagakan penelitian terhadap fakta dan hubungan antar fakta yang
kadang luput dari perhatian peneliti
3. Sebagai alat untuk memfokuskan berbagai fakta yang tercerai berai
tanpa koordinasi ke dalam satu satuan penting dan menyeluruh.
4. Sebagai panduan untuk pengujian serta penyesuaian dengan fakta antar
fakta.
Sedangkan perumusan hipotesis yang baik dan benar harus memenuhi ciri-
ciri sebagai berikut:
1. Hipotesis harus dinyatakan dalam kalimat pernyataan yang deklaratif
dan bukan kalimat pertanyaan.
2. Hipotesis berisi pernyataan mengenai hubungan antara dua variabel atau
lebih
3. Hipotesis harus sesuai dengan fakta dan dapat menerangkan fakta
4. Hubungan antar dua variabel atau lebih dalam hipotesis harus bersifat
dapat diuji (tesable). Hubungan antar variabel tersebut harus dapat
dipredisi serta dapat dimaknai pengaruh antar variabelnya.
5. Hipotesis harus sederhana (spesifik) dan terbatas, agar tidak terdapat
kesalahpahaman pengertian.
Melihat kenyataan diatas, maka merumuskan sebuah hipotesa bukan
sesuatu yang mudah bagi seorang peneliti. Oleh karena itu peneliti dituntut
untuk:
1. Memiliki banyak informasi tentang permasalahan yang akan dipecahkan
dengan cara banyak membaca literatur yang ada hubungannya dengan
penelitian yang dikerjakan
2. Memiliki kemampuan untuk untuk memerika keterangan tentang tenpat,
obyek, dan hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena
yang sedang diteliti.

74
3. Memiliki kemampuan untuk menghubungkan satu keadaan dengan
keadaan yang lain yang sesuai dengan kerangka teori dan bidang ilmu
yang bersangkutan.

Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa penggalian sumber-


sumber hipotesis dapat berasal dari:
1. Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam yang berkaitan
dengan fenomena.
2. Wawasan dan pengertian yang mendalam yang berkiatan dengan
fenomena.
3. Materi bacaan dan literatur yang valid
4. Pengalaman individu sebagai suatu reaksi terhadap fenomena
5. Data empiris yang tersedia
6. Analogi atau kesamaan dan adakalanya menggunakan imajinasi yang
berdasar pada fenomena.
Hambatan dan kesulitan dalam merumuskan hipotesis lebih banyak
disebabkan karena hal-hal:
1. Tidak adanya kerangka teoritis atau tidak ada pengetahuan tentang
kerangka teoritis yang jelas.
2. Kurangnya kemampuan peneliti untuk menggunakan kerangka teoritis
yang ada
3. Gagal memahami teknik-teknik penelitian yang ada untuk merumuskan
kata-kata dalam membuat hipotesis secara benar.
Menurut Moehadjir Noeng (2000) bahwa ada beberapa hipotesa terkait
hubungan antar variabel. Kita ambil contoh hubungan antara variabel
prestasi akademik laki-laki dan perempuan:
1. Hipotesa operasional :
Prestasi akademik laki-laki lebih tinggi daripada perempuan
2. Hipotesa statistik:
Ada perbedaan prestasi akademik antara laki-laki dan perempuan
3. Hipotesa Nol:
Tidak ada perbedaan prestasi akademik antara laki-laki dan perempuan.

Perlu dicatat bahwa Buckley dkk. (1976, 23) berpendapat bahwa suatu
metodologi penelltlan terdiri dari strategi, domain dan teknik. Strategi
berkaitan dengan sifat esensial dari data dan proses pengumpulan dan
analisisnya. Domain berkaitan dengan sumber dan lingkungan data. Teknik
berkaitan dengan alot yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis

75
data. Teknik, dalam hal ini, dapat dibedakan menjadi teknik formal dan
teknik informal. Teknik formal diterapkan secara obye kt i f dan untuk
mengolah data kuantitatif, sedangkan teknik informal meliputi penerapan
subyektif dan berkaitan dengan data kualitatif

V. LATIHAN DAN TEST FORMATIF

a. Apa manfaat Tinjauan pustaka?


b. Agar alur tinjauan pustaka jelas, maka bagaimana sistematika tinjauan
pustaka dalam suatu penelitian?
c. Apakah itu hipotesis?.
d. Apa sajakah manfaat hipotesis dalam penelitian?.
e. Bagaimana hipotesis dapat dirumuskan?
f. Apa sajakah penyebab terjadinya hambatan dan kesulitan dalam
merumuskan hipotesis penelitian?
g. Dari mana sajakah penggalian sumber-sumber hipotesis dapat dilakukan?

VI. UMPAN BALIK

Jika mahasiswa dapat menjawab kedua pertanyaan tersebut dengan kondisi 90%
benar, maka mahasiswa dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya. Selamat kepada
yang telah berhasil menjawab dengan sempurna.

VII. DAFTAR PUSTAKA

METODE KUALITATIF:
P1. Suriasumantri, Jujun.S.2007. Filsafat Ilmu-Sebuah Pengantar Populer.Pustaka
Sinar Harapan. Jakarta
P2. Muhadjir, Noeng.2000. Methode Penelitian Kualitatif Edisi IV. Rake Sarasin,
Yogyakarta.
P3. Djunaedi, Achmad.1989. Macam Bidang Penelitian Arsitektural. Jurusan
Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Gajah Mada-Yogyakarta.
P4. Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Transito.
Bandung.
P5. Moleong, Lexy J.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.
Rosdakarya. Bandung.
P6. Groat, Linda and Wang, David.Architectural Research Methodes. John
Wiliey & Sons, Inc. New York

76
Djunaedi, A., 1988a, Penemuan den Perumusan Permasalaihan.
Djunaedi, A., 1988b, Pemilihan Tinjauan Pustaka.
Leedy, Paul D., 1985, Practical Research: Planning and Design. Hal. 90-93:
The Research Methodology. Hal. 119-130: The Historical Method. Hal. 132-
171: The Descriptive Survey Method. Hal. 172-209: The Analytical Survey
Method. Hal. 210-224: The Experimental Method.
Suryabrata, Sumadi, 1983, Metodologi Peneliitien.
Hal. 15-39: Beberapa metode dasar dan rancangan penelltlan.
Tan, Mely G., 1977, Masalah Perencanaan Penelitian, dalam:
Koentjaraningrat, Metode-metode Peneliiian Masyarakat, hal. 24-60.

VIII. SENARAI

The Historical Method : Metode yang diterapkan pada penelitian yang


datanya merupakan dokumen (masa lampau).
The Descriptive Survey : Metode yang dipakai dalam penelitian yang
Method datanya diperoleh dari observasi (langsung
maupun lewat kuesioner atau wawancara).
The Analytical Survey : Metode yang dipergunakan dalam penelitian
Method yang datanya kuantitatif dan yang membutuhkan
statistika untuk menganalisisnya (dalam arti:
menginterpretasikan maknanya).
The experimental : Metode yang diaplikasikan pada penelitian
Method yang situasinya dapat dikendalikan, dalam arti
datanya akan tergantung pengaturan
situasinya.

77
MATERI VIII : UJIAN TENGAH SEMESTER
RANGKUMAN MATERI METODE PENELITIAN KUALITATIF

1. Manusia meneliti disebabkan oleh beberapa hal :


a. Ke-Heran-an.
b. Ke-Sangsi an dan Keragu-Ragu-an .
c. Ke-Ingin Tahu-an
2. Pada hakekatnya tujuaan penelitian adalah untuk mencari kebenaran ilmiah.
Tipologi Kebenaran Ilmiah : 1. Kebenaran TUNGGAL
2. Kebenaran JAMAK
3. Kebenaran ilmiah berasal dari empirik: sensual, logik, etik, transedental
4. Dalil-dalil dalam ilmu pengetahuan dapat berupa: teori, hukum, prinsip, postulat.
5. Pada awal perkembangan ilmu pengetahuan, yakni zaman Yunani Kuno, filsafat
diidentikkan dengan ilmu pengetahuan. Pada abad Pertengahan, filsafat menjadi
identik dengan agama.
6. Perkembangan filsafat Barat dibagi menjadi beberapa periodesasi yang
didasarkan atas ciri yang dominan pada zaman tersebut. Periode-periode
tersebut adalah :
c. Zaman Yunani Kuno (Abad 6SM-6M)
d. Zaman Pertengahan (6-16M)
e. Zaman Renaissans (14-16M)
f. Zaman Modern (17-19M)
g. Zaman Kontemporer (Abad ke-20 dan seterusnya)
7. Pengetahuan yang dapat disepakati sehingga menjadi suatu ―ilmu‖, menurut
Archie J. Bahm dapat diuji dengan enam komponen utama yang disebut dengan six
kind of science, yang meliputi problems, attitude, method, activity, conclusions,
dan effects. (Archie J. Bahm, What’s Science)
8. Ilmu dapat didefinisikan : Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional
dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah
sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-
gejala kealaman, kemasyarakatan atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran,
memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan penerapan.
(The Liang Gie,1991. Pengantar Filsafat Ilmu, Liberty,Yogyakarta).
9. Paradigma Penelitian adalah:
a. Kumpulan tentang asumsi, konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai
peneliti
b. Merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang
peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu
atau teori.

78
10. Paradigma Kuantitatif (Positivisme) tokohnya adalah: Auguste Comte, John
Stuart Mill, Herbert Spencer.
11. Paradigma Kualitatif (Naturalistik), tokohnya adalah: Edmund Husserl, Mark
Scheller.
12. Perbedaan data Kualitatif dan kuantitatf

Data Kuantitatif Data Kualitatif


 Fragmentatif  Holistik
 Peneliti dan respondent  Peneliti dan informan
terpisah. menjadi satu .
 Obyektif  Subyektif.
 Bebas nilai  Observation participation
 Di rekayasa  Natural
 Jaga jarak  To be native
 Statistik sebagai instrumen  Peneliti sebagai key
analisa. instrument

13. Perbedaan penelitian kuantitatif dan kualitatif:

Penelitian Kuantitatif :
Penelitian mengenai suatu masalah sosial atau kemanusiaan berdasarkan pada
pengujian suatu teori yang terdiri dari beberapa variabel, diukur dengan angka dan
dianalisis dengan prosedur statistik, untuk menentukan apakah teori yang dimaksud
mengandung kebenaran yang berlaku umum.
Penelitian Kualitatif :
Proses upaya untuk mengetahui mengenai suatu masalah sosial atau kemanusiaan,
berdasarkan pada usaha membangun suatu gambar yang kompleks dan menyeluruh
(holistik), dibentuk dengan kata-kata atau deskripsi, dengan melaporkan
pandangan-pandangan rinci dari informan, dilakukan dalam setting yang alamiah.

14. Perbedaan pendekatan Induksi dan Deduksi dalam Penelitian

DEDUKSI mengkonfirmasi / menguji teori umum ke kasus


(theory verification research).
Pada penelitian Deduktif, teori digunakan untuk menuntun peneliti menemukan
masalah penelitian, menemukan hipotesis, menemukan konsep konsep,
menemukan metode dan menemukan alat alat analisis data. Pada jenis pendekatan
penelitian ini teori dipakai sebagai”frame work”, karenanya ditempatkan di depan
(begin with theory). Dengan demikian merupakan sebuah keharusan setiap peneliti
untuk memahami teori dan mengerti kedudukannya dalam penelitiannya.
79
INDUKSI mengembangkan teori dari fakta-fakta kasus-kasus
( theory generation research).
Pada penelitian Induktif, teori dipakai sebagai “background knowledge”, sehingga
peneliti tidak perlu memahami teori tentang data yang akan ditelitinya. Peneliti
benar benar harus bereksplorasi terhadap data dengan cara melakukan reflective
thinking. Peneliti berkeyakinan bahwa data harus diperoleh terlebih dahulu untuk
dapat mengungkap misteri penelitian, kemudian dilakukan serangkaian coding/
analisa untuk membangun teori substantif baru.
15. Penelitian berdasarkan tujuannya:
1. Tujuan Exploratif (Penemuan) : menemukan sesuatu yang baru dalam
bidang tertentu;
2. Tujuan Verifikatif (Pengujian): menguji kebenaran sesuatu dalam bidang
yang telah ada;
3. Tujuan Developmental (Pengembangan) : mengembangkan sesuatu dalam
bidang yang telah ada;
4. Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi)
16. Urutan kegiatan awal yang menjadi jadwal seorang peneliti adalah: 1) menentukan
bidang penelitian (Problem area), 2) menemukan permasalahan (Problem Finding),
serta yang terakhir dalam kegiatan awal penelitian adalah menentukan permasalahan
(Problem Statement).
17. Cara- cara penemuan permasalahan: cara formal dan cara informal
18. Cara formal penemuan permasalahan:
f. Rekomendasi suatu riset
g. Anologi
h. Renovasi
i. Dialektik
j. Ekstropolasi
k. Morfologi
l. Dekomposisi
m. Agregasi
19. Cara informal penemuan masalah
a. Konjektur (naluriah)
b. Fenomenologi
c. Konsensus
d. Pengalaman
20. Ada 5 macam bentuk pernyataan masalah, yaitu:
a. Bentuk satu pertanyaan (question)
b. Bentuk satu pertanyaan umum disusul oleh beberapa pertanyaan
spesifik
80
c. Bentuk satu pernyataan (statement) disusul oleh beberapa
pertanyaan (question).
d. Bentuk hipotesis, dan
e. Bentuk pernyataan umum disusul oleh beberapa hipotesis.
21. Dalam penjelasan yang hampir serupa, Castetter dan Heisler (1984)
menerangkan bahwa tinjauan pustaka mempunyai enam kegunaan, yaitu:
a. mengkaji sejarah permasalahan;
b. membantu pemilihan prosedur penelitian;
c. mendalami landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan;
d. mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian terdahulu;
e. menghindari duplikasi penelitian; dan
f. menunjang perumusan permasalahan.

81
MATERI IX
MACAM VARIABEL PENELITIAN, POPULASI,
SAMPLE DAN METODE SAMPLING

I. Deskripsi Singkat

Penelitian kuantitatif yang valid memiliki populasi yang cukup besar. Semakin
banyak populasi yang dimiliki maka semakin valid penelitian kuantitatif tersebut.
Namun kita tidak mungkin meneliti satu persatu keseluruhan populasi dengan
pertimbangan waktu, biaya dan tenaga. Oleh karena itu perlu dilakukan metoda
sampling. Metoda sampling adalah metoda yang dipergunakan untuk memilih
sample dari seluruh populasi yang ada. Sample adalah keseluruhan individu yang
berhak diteliti dalam sebuah populasi. Dalam suatu permasalahan penelitian perlu
dilakukan penetapan aspek yang akan diteliti. Variabel adalah faktor atau aspek
yang diteliti yang kemungkinan memiliki katagori dan atribut, contohnya adalah
aspek mata pencaharian penduduk akan memiliki katagori: nelayan, pedagang,
buruh, PNS, pengusaha dan sebagainya.
Dengan diberikannya materi penetapan populasi, sample, metoda sampling serta
variabel, maka dengan diberikannya suatu kasus tertentu penelitian maka
mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur FT UNDIP akan dapat menyebutkan
(C2) dan menerapkan (C3) dengan benar populasi, sample, dan kemungkinan
jenis variabel yang akan diteliti, sebagai pemahaman dasar untuk MK Seminar
semester 6 dan 7 serta materi landasan Perancangan minimal PA 4 di semster 6.

II. Relevansi
Dalam suatu penelitian ada beberapa macam variabel yang kita kenal. Dari skala
pengukurannya kita mengenal variabel nominal, ordinal dan rasional/ interval.
Dari jumlah variabel kita mengenal penelitian univariat, bivariat dan multivariat.
Moehadjir Noeng mengatakan bahwa dalam proses penelitian terkadang kita
menemukan variabel yang sudah terlanjur diteliti ternyata tidak cukup relevan
terhadap permasalahan penelitian, maka kita dapat mengeliminasi variabel
tersebut.

III. Kompetensi
1. Standar Kompetensi

Pada akhir perkuliahan tentang materi penetapan populasi, sample, metoda


sampling serta variabel, maka dengan diberikannya suatu kasus tertentu
penelitian maka mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur FT UNDIP akan
dapat menyebutkan (C2) dan menerapkan (C3) dengan benar populasi,
sample, dan kemungkinan jenis variabel yang akan diteliti, sebagai

82
pemahaman dasar untuk MK Seminar semester 6 dan 7 serta materi landasan
Perancangan minimal PA 4 di semster 6

2. Kompetensi Dasar

Dengan diberikannya materi penetapan populasi, sample, metoda sampling


serta variabel, maka dengan diberikannya suatu kasus tertentu penelitian
maka mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur FT UNDIP akan dapat
memahami teknik dan metode penelitian yang menjadi materi utama dalam
MK Seminar semester 6 dan 7 serta menjadi dasar pemikiran dalam
menyusun landasan perancangan pada MK Perancangan Arsitektur.

3. Indikator
Kemampuan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur dalam memahami
(C2) dan menerapkan (C3) serta menetapkan populasi, sample dan variabel
penelitian ditunjukkan dengan indikator-indikator sebagai berikut:
a. Menyebutkan dengan benar macam populasi dalam suatu kasus
penelitian.
b. Menyebutkan dengan benar macam sample yang mewakili dan
merepresentasikan populasi dari sifat dan spesifikasinya.
c. Menyebutkan dan menerapkan dengan benar metode sampling yang
dipergunakan untuk menentukan sample yang dapat mewakili populasi.
d. Menyebutkan dan menerapkan dengan benar jenis katagor ataupun
atribut yang menjadi bagian dari variabel penelitian.

IV. MACAM VARIABEL PENELITIAN, POPULASI, SAMPLE DAN METODE


SAMPLING

Penelitian kuantitatif maupun kualitatif sering berhadapan dengan sekumpulan


data dalam jumlah yang cukup banyak. Oleh karena itu dalam materi ini akan
dibahas berturut-turut metode pengumpulan data, populasi dan sample serta
macam variabel.

A. PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data diperlukan pada tahap awal perancangan arsitektur (yaitu


pada tahap pemrograman arsitektural) dan pada tahap awal perencanaan kota
(A. Djunaedi, 2000). Macam teknik pengumpulan data yang biasa dilakukan
dalam bidang arsitektur meliputi: survai (survai lapangan), pencatatan
peristiwa (dengan mengisi formulir daftar isian), wawancara, kuesioner, dan
pengamatan (observasi). Dalam pelaksanaannya, teknik-teknik pengumpulan
83
data tersebut dapat digabungkan. Missal, survai dilakukan dengan mwngisi
kuesioner atau daftar isian data.

B. POPULASI DAN SAMPLE

Menurut A. Djunaedi (2000), bahwa keseluruhan individu-individu yang


berhak menjadi obyek pengumpulan data disebut populasi (population) karena
luasnya atau besarnya jumlah populasi. Survai seringkali dilakukan pada
sebagian saja dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi. Bagian
yang disurvai tersebut disebut sebagai sampel (sample). Cara penetapan
individu untuk masuk ke dalam sampel disebut sampling. Macam sampling
dapat dilihat pada gambar 9.01
SIMPLE RANDOM SAMPLING

STRATIFIED SAMPLING
PROBABILITY/RANDOM
SAMPLING
SYSTEMATIC SAMPLING
SAMPLING
CLUSTER SAMPLING
NON PROBABILITY
SAMPLING

Gambar 9.01. Macam Sampling (A. Djunaedi, 2000)

Probability sampling (sampling acak) mempunyai dasar pemikiran bahwa


setiap anggota populasi (disebut juga sebagai individu) mempunyai hak yang
sama untuk dipilih sebagai sampel. Jadi, pemilihan individu yang masuk
dalam sampel dilakukan secara acak. Sampling acak ini mempunyai
beberapa variasi teknik : simple random sampling, stratified sampling,
systematic sampling, dan cluster sampling.
POPULASI SAMPLE

Gambar 9.02. Simple Random Sampling (A. Djunaedi, 2000)


84
POPULASI SAMPLE

Gambar 9.03. Stratified sampling (A. Djunaedi, 2000)


POPULASI SAMPLE

Gambar 9.04. Systematic sampling (A. Djunaedi, 2000)


POPULASI SAMPLE

Gambar 9.05. Cluster sampling (A. Dujnaedi, 2000)


85
Menurut A. Djunaedi, 2000, pada simple random sampling surveyor member
nomor kode pada tiap individu, sampel dipilih dari populasi dengan memilih
nomor-nomor kode secara acak (random). Pada stratified sampling,
pengambilan sampel dilakukan menurut interval tertentu, missal, sampel
yang diambil mempunyai nomor kode yang merupakan kelipatan angka 12.
Stratified sampling di lain hal, membagi populasi menjadi berbagai strata
(kelompok). Tiap kelompok mempunyai individu-individu yang homogeny.
Sampel diambil dari tiap kelompok secara acak mewakili kelompoknya
masing-masing. Pada cluster sampling lain lagi, populasi dibagi dalam
beberapa grup (cluster). Tidak semua grup disurvai. Ditetapkan beberapa
grup saja sebagai sampel, tetapi seluruh anggota grup-grup yang dipilih
tersebut disurvai. Perbedaan diantara keempat macam sampling
diperlihatkan secara grafis pada Gambar 9.02 – 9.05.

Kadang-kadang kita tidak mempunyai gambaran seberapa atau seperti


apakah populasi. Dalam hal ini, tidak dapat dilakukan random sampling.
jadi, dipakai nonprobability sampling. Misal, disurvai tentang pendapat
penonton Bioskop 21 tentang film ―Sky Fall‖ , tidak diketahui secara pasti
tentang populasinya. Dalam hal ini, survai seringkali dilakukan terhadap
penonton yang kebetulan berada di fasilitas tersebut pada waktu itu.

Tabel IX.01. Pengorganisasian Data

Identitas V a r i a bel
NO NAMA FUNGSI ORIENTASI JUMLAH LUAS KONDISI BAHAN
GEDUNG BANGUNAN BANGUNAN LANTAI BANGUNAN BANGUNAN SELUBU
(m2) NG
1 ARTHA GRAHA BANK Selatan 3 3300 Buruk GRC
2 PLAZA FLEXI KANTOR Selatan 4 2000 Baik ACP
3 SRI RATU MALL Timur 7 7000 Sedang PRECAST

4 GOLDEN APARTEMENT Utara 10 6800 Sedang PRECAST


FLOWER Atribut/Katagori
5 BNI TOWER BANK Selatan 5 3500 Baik ACP
6 MANDIRI SKY BANK Utara 6 5400 Baik ACP
7 PLAZA KANTOR Utara 5 5000 Sedang ACP
INDOSAT
8 GRAHA KANTOR Selatan 4 3200 Buruk PRECAST
TELKOM
9 BANK BANK Utara 5 7500 Baik GRC
INDONESIA
10 SUARA KANTOR Selatan 10 8000 Baik ACP
MERDEKA
TOWER

Untuk mendapatkan tingkat kepercayaan tertentu terhadap hasil analisis data,


jumlah individu yang masuk dalam sampel harus mencapai jumlah tertentu.
Penetapan jumlah sampel tersebut tergantung dua factor utama, yaitu tingkat
86
keakuratan yang dibutuhkan untuk sample dan tingkat variasi karakteristik
utama pada populasi. Disamping dua faktor utama tersebut, terdapat faktor-
faktor lain, seperti waktu, tenaga, dan biaya.
Data yang telah terkumpul dari sampel perlu disusun atau diorganisir
sehingga dapat diperbandingkan antara data satu individu dengan data
individu lain. Presentasi data yang perlu dilakukan sesudah data terkumpul
berbentuk table induk atau basis data relasional, yaitu table yang memuat
semua data yang terkumpul dari sampel dalam format seperti terlihat pada
gambar 9.02-9.05, sedangkan contoh data terlihat pada table IX.01
Dalam format table induk, kolom-kolom berisi identitas dan memuat semua
variable (variables) yang diukur. Variable adalah sesuatu hal yang ditinjau
yang mempunyai kemungkinan nilai (kategori atau atribut) lebih dari satu
macam. Misal, variabel ORIENTASI GEDUNG dalam contoh diatas
mempunyai tiga macam nilai (atribut atau kategori): timur, utara, dan
selatan. Identitas nomor urut individu dengan yang lain. Identitas yang lain
(misal: nama gedung) bersifat sebagai keterangan pelengkap.
Pada pengolahan data secara statistik dengan perangkat lunak (software)
komputer, pekerjaan pertama yang perlu dilakukan pada umumnya berupa
penyiapan table induk atau basis data relasional (tabular), seperti contoh
pada gambar 9.06. selain bentuk table induk data, terdapat pula beberapa
cara lain untuk mempresentasikan data seperti : histogram dan sebagainya.

Gambar 9.06. Grafik Jumlah Lantai Gedung Kawasan Simpang Lima

87
C. MACAM VARIABEL

Data yang telah terkumpul dan terorganisir kemudian perlu dianalisis dengan
cara tertentu (dalam hal ini, diasumsikan: dianalisis dengan bantuan
statistic). Terdapat tiga factor yang mempengaruhi cara menganalisis data:
1) Jumlah variable yang akan dianalisis.
2) Tujuan analisis, dan
3) Tingkat pengukuran variable.
Ketiga factor tersebut dibahas satu per satu dalam bab ini.

a. Jumlah Variabel

Data yang telah terkumpul dapat saja terdiri dari banyak variabel tetapi suatu
peninjauan (analisis) dapat saja hanya mengolah satu atau dua variabel saja.
Bila ingin diketahui tentang pola hubungan antara orientasi bangunan dan
―tingkat bunyi (dB)‖ maka hanya dua variabel yang ditinjau. Menurut A.
Djunaedi,2000, untuk mengolah satu variabel maka dipakai metoda analisis
univariat (univariate) sedangkan untuk mengolah dua variabel dipergunakan
metoda bivariat (bivariate). Pengolahan variabel lebih dari dua
menggunakan metoda multivariate (multivariate).
Penetapan jumlah variabel yang ditinjau didasarkan pada permasalahan yang
akan dianalisis. Misal, kalau permasalahan menyebutkan perlunya diketahui
rata-rata tingkat bunyi (dB) yang diterima, maka ditinjau hanya satu variabel
(yaitu: ―tingkat bunyi‖). Bila diinginkan untuk diketahui ada tidaknya kaitan
antara ―orientasi rumah‖ dan ―tingkat bunyi diterima‖, dalam hal ini, ditinjau
dua variabel. Seringkali permasalahan yang mulanya menyangkut dua
variabel dapat berkembang menyangkut banyak variabel (atau dicoba apakah
ada variabel lain yang mempengaruhi). Misal, dalam contoh diatas, variabel
―jenis gedung‖ dikaitkan dengan pengkajian hubungan ―jumlah
lantai/tingkat‖ dengan ―luas total lantai‖.

b. Tujuan Analisis

Menurut A. Djunaedi, 2000, cara menganalisis data juga tergantung pada


macam tujuan analisis: diskriptif atau inferensial. Seperti telah dijelaskan
dalam pembahasan tentang pengumpulan data, data biasanya dikumpulkan
dari suati sampel tertentu, bukan dari populasi. Statistik deskriptif berguna
untuk menyimpulkan pola data dari sample sedangkan statistic inferensial
menerangkan hubungan pola dari sample dengan pola dari populasi. Misal,
dalam survai pengukuran luas tiap rumah dari sample di suatu
perkampungan. Statistika deskriptif dapat dipakai untuk menerangkan rata-
rata luas rumah dalam sample sedangkan dengan bantuan statistika
88
inferensial dapat ditarik kesimpulan tentang rata-rata luas rumah dari
populasi (keseluruhan) rumah di perkampungan itu berdasar pengetahuan
tentang rata-rata luas rumah dalam sample. Biasanya, pengkajian tidak hanya
berhenti pada sample, tetapi diteruskan sampai dengan penarikan kesimpulan
umum tentang populasi.

c. Tingkat Pengukuran Variabel

Setelah metoda dipilih (univariat, bivariat atau multivariate), dan telah


dipilih juga tujuan analisis (deskriptif atau inferensial), langkah berikutnya
adalah memilih salah satu teknik yang cocok (yang tersedia dalam metoda
terpilih). Pemilihan teknik ini tergantung pada tingkat pengukuran
(perhitungan) variable.
Suatu variable mempunyai minimum dua kategori (atau nilai, atau atribut).
Variable orientasi bangunan terdiri dari tiga kategori utara, selatan dan
timur, sedangkan variabel luas bangunan mempunyai banyak kategori: 3300,
2000, …, 7000, 5000 m2, dan seterusnya. Yang dimaksud tingkat
pengukuran variable adalah sifat hubungan antara satu kategori dengan
kategori lain (dalam satu variable).
Menurut A. Djunaedi, 2000, terdapat tiga tingkatan pengukuran variable: 1)
nominal, 2) ordinal, dan 3) internal/ratio. Macam pekerjaan merupakan
contoh tingkatan nominal. Kategori-kategori dari suatu variable nominal
mempunyai perbedaan hanya pada ―nama‖nya saja. Missal lain: laki-laki,
perempuan. Kategori-kategori variable nominal tidak dapat disusun dalam
suatu urutan bertingkat (ordered). Suatu macam pekerjaan tidak lebih tinggi
tingkatannya dari macam pekerjaan lain.
Variable ordinal mempunya kategori-kategori yang mempunyai hubungan
bertingkat, tapi tidak diketahui secara tepat seberapa beda antara suatu
kategori dengan kategori diatas (atau dibawahnya). Contoh variable ordinal:
kondisi bangunan. Tidak dapat diukur secara tepat (kuantitatif) perbedaan
suatu rumah berkondisi baik, dengan berkondisi sangat baik, yang diketahui
hanyalah kondisi sangat baik lebih tinggi tingkatannya disbanding kondisi
baik.
Variable interval/ratio, selain mempunyai urutan juga dapat diketahui secara
tepat (secara kuantitatif) jarak antara dua kategori. Misal luas bangunan 7000
m2 adalah dua kali lebih luas disbanding rumah seluas 3500 m2. Variable
interval berbeda dengan variable rasio dalam hal titik nol. Variable interval
tidak mempunyai titik nol yang absolute. Contoh, suhu (variable interval)
nol derajat celcius bukan berarti tidak ada suhu. Contoh variable rasio
jumlah jendela. Jumlah jendela = 0 berarti tidak ada jendela. Hanya itu
perbedaan variable interval dan variable rasio, secara umum kedua variable
tersebut sama dan dalam pembahasan selanjutnya dianggap satu macam
89
(variable interval/rasio).Tingkat pengukuran variable dapat dilakukan lewat
perencanaan pertanyaan survai. Missal, pertanyaan tentang luas lantai: bila
jawaban yang diminta dalam m2 maka data yang diperoleh berupa data
interval/rasio. Bila jawaban dipilih dari tiga jawaban sempit, sedang, luas,
maka data yang diperoleh berupa data ordinal.
Dalam hal pemakaian data dalam analisis, data interval/rasio dapat diubah
menjadi data ordinal atau nominal, tapi tidak sebaliknya. Kehati-hatian perlu
ditingkatkan bila data ordinal berwujud kode-kode angka (misal 0=sempit,
1=sedang, 3=luas, 4=luas sekali). Kode-kode angka tersebut kelihatannya
berupa data kuantitatif, tetapi sebenarnya tetap bersifat ordinal, sehingga
tidak cocok bila dianalisis sebagai layaknya data interval/rasio.

d. Ringkasan (disarikan dari A. Djunaedi, 2000)

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi cara menganalisis data faktor-


faktor tersebut meliputi:
1) Jumlah variable yang akan dianalisis: satu, dua atau lebih dari dua.
2) Tujuan analisis: deskriptif atau inferensial
3) Tingkat pengukuran variable: nominal, ordinal, atau interval/rasio
Satu variable dianalisis dengan metoda univariat: dua variable diolah dengan
metoda bivariat, sedangkan untuk menganalisis lebih dari dua variable
dipakai metoda multivariate (lihat Gambar 9.07).
Variable nominal mempunyai kategori-kategori yang berbeda hanya pada
―nama‖nya saja. Variable ordinal mempunyai kategori-kategori yang
mempunyai hubungan bertingkat, tapi tidak diketahui secara tepat seberapa
beda antara suatu kategori dengan kategori diatas (atau dibawahnya).
Variable interval/rasio, selain mempunyai urutan juga dapat diketahui secara
tepat (secara kuantitatif) jarak antara dua kategori. Untuk mengenali tingkat
pengukuran variable, dapat dilakukan pengecekan hubungan antar kategori,
seperti terlihat pada table IX.02. berikut ini

Tabel IX.02: Pengenalan Tingkat Pengukuran Variabel

Cek Tingkat Variabel


Nominal Ordinal Interval/rasio
Apakah ada perbedaan diantara
kategori-kategori? Ya Ya Ya
Dapatkah kategori-kategori
diurutkan Tidak Ya Ya
Jelaskan (secara kuantitatif)
Perbedaan antar kategori Tidak Tidak Ya

90
BERAPA VARIABEL TERDAPAT
DALAM PERMASALAHAN

SATU DUA LEBIH DARI DUA

METODA METODA METODA


UNIVARIAT BIVARIAT MULTIVARIAT

Gambar 9.07. Skema Pemilihan Metode Analisis

V. LATIHAN DAN TEST FORMATIF

1. Apakah definisi populasi dan sample?


2. Apakah definisi dari metode sampling? Apa sajakah teknik/ metode sampling
yang kalian ketahui, sebutkan dengan singkat dan jelas!
3. Apakah definisi dari variabel ? Apa sajakah jenis variabel menurut:
a. Skala pengukurannya
b. Jumlahnya
c. Tujuan penelitiannya
d. Tata berfikir logik kausalitas
4. Suatu perusahaan properti perumahan akan meneliti dan mencermati
bagaimana pengaruh biaya marketing terhadap volume penjualan unit rumah
yang ada di beberapa kawasan perumahan yang dimilikinya. Tentukan
variabel penelitiannya?
5. Pada suatu pemukiman nelayan yang heterogen di pantai utara Semarang,
akan diteliti seberapa pengaruh mata pencaharian penduduk pemukiman
terhadap kondisi rumah. Tidak semua penduduk pemukiman memiliki mata
pencaharian sebagai nelayan. Tentukan variabel penelitiannya dan tentukan
atributnya sesuai dengan imajinasi kalian ?

VI. UMPAN BALIK

Jika mahasiswa dapat menjawab kedua pertanyaan tersebut dengan kondisi


90% benar, maka mahasiswa dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya.
Selamat kepada yang telah berhasil menjawab dengan sempurna.

91
VII. DAFTAR PUSTAKA

METODE KUANTITATIF
1. Achmad, Junaedi, 2000, Statistik untuk Arsitektur, Gama Press, Yogyakarta
2. Santoso, Singgih, 2010, Mastering SPSS 18, Kompas Gramedia, Jakarta
3. Santoso, Singgih, 2007, Statistik dengan SPSS dan Excel, Kompas Gramedia,
Jakarta
4. Arif, Pratisto, 2004, Cara mudah mengatasi masalah statistik dengan
rancangan percobaan, PT Elex Media Computindo, Jakarta
5. Agus B Purnomo, 2009, Teknik Kuantitatif untuk Arsitektur dan Perancangan
Kota, Rajawali Pers, Jakarta.

VIII. SENARAI

variabel : Bagian terkecil yang diteliti dari penelitian yang memiliki


kemungkinan atribut/katagori
Sifat nominal : Sifat variabel yang tidak dapat diurutkan
Sifat ordinal : Sifat variabel yang dapat diurutkan
Sifat rasional : Sifat yang dapat diurutkan dan memiliki nilai kuantitatif yang
jelas.
Variabel : Variabel bebas
independent
Variabel : Variabel tergantung
dependent

92
MATERI X
TEKNIK PEMBUATAN QUESTIONAIR

I. Deskripsi Singkat

Kuesionair diperlukan untuk tujuan pengumpulan data dalam penelitian survai.


Hasil kuesioner akan dirubah ke dalam bentuk tabel, angka-angka dan data
statistik berupa uraian dan kesimpulan ( Masri, S; Sofian, E, 1989). Untuk
memperjelas pembahasan materi maka akan dikemukakan contoh kuesionair
dalam suatu penelitian.
Dengan diberikannya materi teknik pembuatan kuesionair maka mahasiswa
diharapkan mampu mensintesakan kuesionair ke dalam MK Semester 6 dan 7.

II. Relevansi

Dalam penelitian dikenal pembuatan questionair untuk mendapatkan data-data


yang diperlukan. Pelaksanaan pengumpulan data dengan questionair dapat
dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan tatap muka secara langsung,
dengan pengisian secara kolektif atau bersamaan, melalui telepon (biasa
dilakukan di negara maju), ataupun dengan dijawab dan dikirimkan melalui pos.
Questionair merupakan bagian penting dalam suatu penelitian, oleh karena itu,
pengetahuan mengenai cara pembuatan questionair sebagai salah satu sub sistem
dalam MK Seminar dan MK inti Perancangan Arsitektur akan diberikan dalam
proses belajar mengajar di semester ini.

III. Kompetensi
1. Standar Kompetensi

Pada akhir perkuliahan tentang materi pembuatan questionair, mahasiswa


diharapkan mampu menerapkan (C3) pembuatan questionair dengan baik
dan sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan questionair yang didasarkan pada
permasalahan penelitian yang telah ditetapkan. Materi ini menjadi entry
behaviour bagi MK Seminar semester 6 dan 7 serta materi Landasan
Perancangan bagi MK inti PA (Perancangan Arsitektur) mulai semester 6.

2. Kompetensi Dasar

Dengan diberikannya pemahaman mengenai pembuatan questionair sesuai


dengan permasalahan penelitian yang telah ditentukan, maka mahasiswa
semester 4 Jurusan Arsitektur FT UNDIP diharapkan dapat melakukan
penerapan questionair yang baik dan mampu mengkorelasikannya dengan
93
MK Seminar semester 6 dan 7, serta MK Perancangan Arsitektur khususnya
semester 6.

3. Indikator

Kemampuan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur dalam mebuat serta


menyusun questionair sesuai dengan permasalahan penelitian yang menjadi
minatnya dengan indikator kemampuannya dalam :
a. Menentukan lingkup permasalahan penelitian
b. Menentukan variabel penelitian
c. Menentukan hipotesa penelitian
d. Menyusun pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan penelitian.

IV. TEKNIK PEMBUATAN QUESTIONAIR

Kuesionair diperlukan untuk tujuan pengumpulan data dalam penelitian survai.


Hasil kuesioner akan dirubah ke dalam bentuk tabel, angka-angka dan data
statistik berupa uraian dan kesimpulan ( Masri, S; Sofian, E, 1989).
Tiap pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya secara efisien dapat dipergunakan
dalam analisa, jika banyak pertanyaan yang akhirnya terbuang percuma maka hal
ini sama saja dengan membuang waktu, pikiran dan tenaga. Oleh karena itu
sebelum pertanyaan dibuat, maka 3 hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Apakah pertanyaan tersebut diperlukan
b. Apakah pertanyaan tersebut relevan dengan hipotesa dan tujuan penelitian
c. Bagaimana jawaban atas pertanyaan itu dalam tabulasi

Isi Pertanyaan

Isi pertanyaan dalam kuesioner bisa berbagai macam. Berikut adalah pertanyaan
yang mungkin muncul dalam sebuah kuesioner:
1. Pertanyaan tentang fakta. Contoh: umur, pendidikan, agama, status
perkawinan
2. Pertanyaan tentang pendapat dan sikap. Ini menyangkut tentang
perasaan dan sikap responden tentang sesuatu
3. Pertanyaan tentang informasi. Pertanyaan ini menyangkut tentang apa
yang diketahui oleh responden dan sejauh mana hal tersebut diketahui.
4. Pertanyaan tentang persepsi diri. Responden menilai perilakunya sendiri
dalam hubungannya dengan yang lain. Contoh: intensitas kunjungan ke
rumah sakit serta pengaruhnya terhadap kondisi kesehatannya sendiri.
Beberapa cara Pemakaian Kuesioner

94
Kuesioner bisa dilakukan dalam berbagai cara. Berikut adalah cara-cara
menyampaikan kuesioner yang lazim dilakukan dalam sebuah penelitian:
1. Kuesioner dilakukan dalam wawancara tatap muka dengan responden.
2. Kuesioner diisi sendiri oleh kelompok. Umpamanya seluruh staf dalam
sebuah kantor diminta untuk mengisi secara serentak serangkaian kuesioner
scear bersama-sama.
3. Wawancara melalui telepon. Prosedur ini sudah lazim dilakukan di negara
maju. Wawancara dengan telepon dinilai lebih murah dan efisien daripada
wawancara dengan bertatap muka secara langsung. Terkadang orang tidak
bersedia diwawancara secara langsung tapi bersedia diwawancara melalui
telepon.
4. Kuesioner diposkan, dilampiri amplop yang dibubuhi perangko, untuk
dikembalikan oleh responden setelah diisi. Cara ini dapat dilakukan untuk
kuesioner yang pendek dan tidak membutuhkan interpretasi yang rumit,
namun tingkat pengembalian kuesioner oleh responden terkadang rendah.

Jenis Pertanyaan.
Beberapa jenis pertanyaan yang lazim dipergunakan dalam kuesioner adalah
sebagai berikut:
1. Pertanyaan tertutup
Pertanyaan yang jawabannya sudah ditentukan oleh pembuat kuesioner dan
responden tidak diberi kesempatan untuk menjawab lain.
Contoh:
Bagaimana menurut anda tentang moda transportasi di pemukiman nelayan
Tambak Mulyo Semarang?
a. baik b. kurang baik c. buruk

2. Pertanyaan terbuka
Kemungkinan jawaban tidak ditentukan terlebih dahulu dan responden
bebas memberikan jawabannya.
Contoh:
Menurut anda apakah fasilitas yang terpenting dalam aspek keamanan pada
bangunan perkantoran?

3. Kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup


Jawaban sudah ditentukan, akan tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan
terbuka.
Contoh:
Apakah menurut anda aspek warna dalam sebuah bangunan merupakan
satu-satunya yang mempengaruhi keindahan bangunan?
a. Ya b. Tidak

95
Jika tidak, maka menurut anda aspek apa yang mempengaruhi keindahan
bangunan?

4. Pertanyaan semi terbuka


Pada pertanyaan semi terbuka, jawaban sudah tersusun tetapi masih ada
kemungkinan tambahan jawaban.
Contoh:
Aspek thermal yang berpengaruh terhadap kenyamanan bangunan?
a. Material bangunan
b. Pencahayaan alami
c. Penghawaan alami
d. Gerakan angin
Lain-lain.......................................sebutkan!

Petunjuk Membuat Pertanyaan


1. Gunakan kata-kata yang sederhana dan dimengerti oleh responden
2. Upayakan agar setiap pertanyaan jelas dan khusus
3. Hindarkan pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu pengertian
4. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti
5. Pertanyaan harus berlaku bagi semua responden

A. TUJUAN DAN MANFAAT QUESTIONAIR

Tujuan pokok pembuatan kuesioner tersebut adalah:


a. Memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survai
b. Memperoleh data dengan reliabilitas yang tinggi
Supaya tidak bias, maka kuesioner dibatasi pada pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan hipotesa dan tujuan penelitian. Oleh karena itu kuesioner
dibuat apabila variabel-variabel penelitian sudah ditetapkan secara jelas. Jika
variabel penelitian belum jelas, maka pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner
juga akan kabur dan terkadang keluar dari area penelitian. Kekurang jelasan
arah pertanyaan dalam kuesioner juga akan mengacaukan analisa dan penulisan
hasil penelitian.
Sedangkan manfaat pemakaian kuesioner adalah untuk membatasai penelitian
agar sesuai dengan hipotesa dan tujuan penelitian mulai dari bab pendahuluan
sampai dengan kesimpulan penelitian. Penelitian yang baik adalah penelitian
yang runtut serta memiliki benang merah mulai dari judul, pendahuluan, kajian
referensi, data penelitian, analisa, kesimpulan, rekomendasi dan penutup.

B. PENENTUAN JUMLAH RESPONDEN

Penentuan jumlah responden didasarkan pada teori Bungin (2009):


96
N
n
N d   1
2

Keterangan :

n : jumlah sampel yang diteliti


N : jumlah populasi
d : nilai presisi, contoh 90% atau a=0,1
Contoh :
Penelitian persepsi ruang komunal di pemukiman nelayan Tambak Mulyo,
Semarang meliputi luas area 32 Ha. Dalam penelitian ini lingkup observasi
dibatasi pada jalan lingkungan utama dimana di lokasi tersebut terdapat banyak
ruang komunal. Maka perhitungan responden atau sample penelitian akan
didasarkan pada jumlah populasi penduduk pemukiman nelayan Tambak Mulyo,
yaitu : 8576 jiwa.
Sehingga jumlah sampel yang diambil berdasarkan perhitungan Bungin (2009)
adalah sebagai berikut:

N
n
N d   1
2

8576
n
85760,1  1
2

8576
n
85760,01  1
8576
n  98,9  99responden
86,76

C. CONTOH QUESTIONAIR

Untuk memberikan gambaran yang jelas, maka di bawah ini diberikan contoh
kuesioner pada penelitian thesis Satriya Wahyu Firmandhani (2013) mahasiswa
S2 Magister Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro tentang persepsi ruang
komunal pada pemukiman nelayan Tambak Mulyo Semarang, sebagai berikut:

97
DATA KUESIONER “FAKTOR PEMBENTUK PERSEPSI
RUANG KOMUNAL”di PEMUKIMAN NELAYAN
MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Nama Responden : .........................................................................


Alamat : .........................................................................
Umur : ............th
Jenis kelamin : Pria Wanita
Pendidikan Terakhir : SD SMA Tidak tamat SD
SMP PT
Agama : .........................................................................
Bahasa sehari-hari : .........................................................................
Petugas Pewawancara : .........................................................................
Tanggal Wawancara : ......./......./.........
Waktu wawancara : ............................WIB

TPI
Tambak
Lorok

Gambar 10.01: Zonasi pemukiman Nelayan Tambak Mulyo Semarang

Area diatas adalah area penyebaran kuesioner ini, apabila terdapat pertanyaan yang
bersangkutan dengan jalan, maka yang dimaksud adalah jalan sepanjang 100 m ke
utara TPI dan 100 m ke selatan TPI. TPI adalah titik tengah area ini. Sehingga TPI
merupakan acuan dari semua pertanyaan di kuesioner ini.

98
Isilah jawaban pada kotak yang disediakan!
AKSESIBLE
1. Menurut anda, bagaimana jarak dari rumah anda ke jalan
lingkungan?
a. Sangat Dekat
b. Dekat
c. Cukup 1.
d. Jauh
e. Sangat Jauh
2. Apakah menurut Anda jalan lingkungan mudah dicapai oleh orang
normal?
a. Sangat mudah
b. mudah
c. Cukup 2.
d. Sulit
e. Sangat Sulit
3. Apakah menurut Anda jalan lingkungan mudah dicapai oleh
penyandang cacat?
a. Sangat mudah
b. Mudah
c. Cukup
3.
d. Sulit
e. Sangat Sulit
4. Apakah Anda mudah mencapai jalan lingkungan tanpa bantuan
apapun?
a. Sangat Mudah
b. Mudah 4.
c. Cukup
d. Tidak mudah
e. Tidak bisa
5. Apakah menurut Anda keselamatan Anda terjamin saat menuju jalan
lingkungan?
a. Sangat terjamin
b. Terjamin
c. Cukup 5.
d. Tidak terjamin
e. Sangat Tidak terjamin
6. Menurut Anda, dalam menjangkau jalan lingkungan butuh waktu
tempuh yang lama atau tidak?
a. Sangat Cepat
b. Cepat
c. Cukup 6.

99
d. Lama
e. Sangat Lama
7. Apakah terdapat moda angkutan dalam menuju jalan lingkungan?
a. Sangat banyak
b. Banyak
c. Cukup 7.
d. Sedikit
e. Sangat sedikit/tidak ada
8. Bagaimana kualitas moda angkutan dalam menuju jalan lingkungan?
a. Sangat baik
b. Baik
c. Cukup 8.
d. Tidak baik
e. Sangat tidak baik

VISIBLE
9. Apakah jalan lingkungan ini mudah dilihat oleh masyarakat?
a. Sangat mudah
b. mudah
c. Cukup 9.
d. Sulit
e. Sangat sulit
10. Apakah ruang komunal di jalan ini terhalangi suatu hal?
a. Sangat terhalangi
b. Terhalangi
c. Cukup 10.

d. Tidak terhalangi
e. Sangat jelas terlihat

KOMPONEN PENDUKUNG
11. Apakah banyak terdapat tempat duduk untuk berkumpul di jalan ini?
a. Sangat banyak
b. Banyak
c. Cukup 11.
d. Sedikit
e. Tidak ada
12. Apakah tempat duduk tersebut mudah dijangkau?
a. Sangat mudah
b. mudah
12.
c. Cukup
d. Sulit
e. Tidak terjangkau
100
13. Bagaimana jumlah pepohonan di jalan lingkungan ini?
a. Sangat banyak
b. Banyak 13.
c. Cukup
d. Sedikit
e. Tidak ada
14. Bagaimana kondisi jalan lingkungan berdasar kondisi pohon tersebut?
a. Sangat teduh
b. teduh
c. Cukup 14.
d. Panas
e. Sangat panas

KEGIATAN SOSIAL
15. Apakah sering terdapat masyarakat yang berkumpul dan berbincang
di jalan?
a. Sangat sering
b. sering
c. Cukup 15.
d. Kadang-kadang
e. Tidak Pernah

KOMUNITAS PENGGUNA
16. Bagaimana menurut anda tentang keakraban dan kekeluargaan antar
penduduk Tambak Mulyo? Apakah terjalin keakraban yang erat?
a. Sangat setuju
b. setuju
c. Cukup 16.
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju

KATALISATOR
17. Apakah sering terdapat kegiatan menarik (pertunjukan) di jalan?
a. Sangat sering
b. sering
c. Cukup 17.
d. Kadang-kadang
e. Tidak Pernah

KEGIATAN EKONOMI DAN BUDAYA


18. Apakah jalan lingkungan sering digunakan untuk perdagangan?
a. Sangat sering
101
b. sering
c. Cukup 18.
d. Kadang-kadang
e. Tidak Pernah
19. Apakah jalan lingkungan digunakan untuk kegiatan nelayan merawat
jaring/menjemur ikan?
a. Sangat sering
b. sering 19.
c. Cukup
d. Kadang-kadang
e. Tidak Pernah

NON INDIVIDUALITAS
20. Apakah jalan lingkungan sering digunakan untuk keperluan pribadi?
a. Sangat sering
b. sering 20.
c. Cukup
d. Kadang-kadang
e. Tidak Pernah

PUBLIK
21. Apakah Anda merasa kegiatan Anda (khususnya kegiatan
bersosialisasi) terfasilitasi di jalan lingkungan?
a. Sangat setuju
b. Setuju 21.
c. Netral
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
22. Apakah menurut Anda setiap orang bebas beraktifitas di jalan
lingkungan?
a. Sangat setuju
b. Setuju 22.
c. Netral
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
23. Apakah menurut anda jalan lingkungan sangat berkaitan erat dengan
urusan pribadi dan kepentingan luas?
a. Sangat setuju
b. Setuju
23.
c. Netral
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
102
MOTIV
24. Bagaimana respon anda bila ada nelayan yang merawat jaring dijalan?
Apakah anda tetap ikutserta dalam lingkungan?
a. Sangat setuju
24.
b. setuju
c. Netral
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
25. Apakah anda setuju dengan orang yang menjauh dari jalan disaat
jalan digunakan untuk mengobrol, merawat jaring, dan menjemur
ikan?
a. Sangat setuju
25.
b. setuju
c. Netral
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju

HARAPAN
26. Apakah anda akan merubah keadaan jalan apabila tidak sesuai dengan
kegiatan anda? Misal: menaruh tempat jemur ikan di tepi jalan untuk
menjemur ikan Anda.
a. Sangat setuju
26.
b. setuju
c. Netral
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju

MINAT
27. Setujukah anda dengan kegiatan
mengobrol/berkumpul/bermain/merawat jaring di jalan?
a. Sangat setuju
b. setuju
27.
c. Netral
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju

KOGNITIF
28. Apakah Anda paham tentang kebutuhan ruang untuk warga
bersosialisasi?
a. Sangat paham
28.
b. Paham
c. Cukup
103
d. Tidak Paham
e. Sangat tahu sama sekali
29. Bagaimana pemikiran anda dengan kegiatan bersosialisasi/berkumpul
di jalan?
a. Sangat setuju 29.
b. setuju
c. Netral
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
30. Apakah Anda mengerti apakah fungsi jalan yang sebenarnya?
Jelaskan?
a. Sangat mengerti
30.
b. Mengerti
c. Cukup
d. Tidak mengerti
e. Sangat tidak mengerti

AFEKTIF
31. Apa yang anda rasakan bila melihat anak-anak bermain di jalan?
a. Sangat tenang
b. tenang 31.
c. Netral
d. Khawatir
e. Sangat khawatir
32. Apakah anda merasa terganggu saat berjalan/berkendaraan di jalan
lingkungan dan terdapat orang yang sedang berkumpul disana?
a. Sangat terganggu
b. Terganggu 32.
c. Netral
d. Tidak terganggu
e. Sangat tidak terganggu/Nyaman
33. Apakah Anda merasa nyaman disaat berkegiatan komunal
(berkumpul-kumpul, mengobrol, merawat jaring) di Jalan?
a. Sangat nyaman
b. Nyaman
c. Cukup 33.
d. Tidak nyaman
e. Sangat tidak nyaman

INTERPRETATIF
34. Menurut Anda, apakah Jalan ini bermakna sebagai ruang sosialisasi
antar warga?
104
a. Sangat setuju
b. Setuju 34.
c. Netral
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju

EVALUATIF
35. Menurut anda apakah berkumpul-kumpul di jalan adalah kegiatan
yang baik?
a. Sangat baik
b. baik
c. Netral 35.
d. Tidak baik
e. Sangat tidak baik

PENGALAMAN
36. Berapa lama anda tinggal disini?
a. <10 th (Baru saja)
b. 10-20 th (Tidak Lama)
36.
c. 20-30 th (Cukup lama)
d. 30-40 th (Lama)
e. >40 th (Sangat Lama)

V. LATIHAN DAN TEST FORMATIF


1. Apa Tujuan dan manfaat kuesioner dalam penelitian?.
2. Berapa macam jenis pertanyaan dalam kuesioner, jelaskan!
3. Berapa cara pemakaian kuesioner? Jelaskan masing-masing cara tersebut!.
4. Jika di dalam suatu RW Kecamatan Banyumanik terdapat 2570 penduduk,
maka berapa responden idealnya penelitian tentang ―Persepsi masyarakat
terhadap Eksistensi Taman Lingkungan‖ pada wilayah tersebut?

VI. UMPAN BALIK


Jika mahasiswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan kondisi 90%
benar, maka mahasiswa dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya. Selamat
kepada yang telah berhasil menjawab dengan sempurna.

VII. DAFTAR PUSTAKA

METODE KUALITATIF:
P1. Suriasumantri, Jujun.S.2007. Filsafat Ilmu-Sebuah Pengantar Populer.Pustaka
Sinar Harapan. Jakarta
105
P2. Muhadjir, Noeng.2000. Methode Penelitian Kualitatif Edisi IV. Rake Sarasin,
Yogyakarta.
P3. Djunaedi, Achmad.1989. Macam Bidang Penelitian Arsitektural. Jurusan
Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Gajah Mada-Yogyakarta.
P4. Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Transito. Bandung.
P5. Moleong, Lexy J.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.
Rosdakarya. Bandung.
P6. Groat, Linda and Wang, David.Architectural Research Methodes. John Wiliey &
Sons, Inc. New York
P7. S. Wahyu Firmandhani (2013), Faktor Pembentuk Persepsi Ruang Komunal di
Pemukiman Nelayan, Thesis Magister Teknik Arsitektur UNDIP, Semarang
(unpublished)
P8. B. Bungin (2009), Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana, Jakarta.

VIII. SENARAI

Data primer : Data penelitian yang didapat dari lokasi penelitian


Data sekunder : Data pendukung yang didapat dari instansi, perusahaan,
kantor, yang memiliki relevansi dengan tujuan penelitian.
Atribut/katagori : Bagian dari variabel yang memiliki sifat variabel
Variabel : Faktor yang diteliti/ diobservasi dalam penelitian
populasi : Seluruh individu yang berhak diteliti
sampel : Bagian dari populasi yang mewakili sifat populasi itu
sendiri.

106
MATERI XI
METODE PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA

I. Deskripsi Singkat

Tahapan penelitian yang paling penting adalah tahap Pengumpulan Data dan
Analisis Data penelitian. Di dalam tahapan ini peneliti diuji kecermatan dan
kemampuannya untuk mensintesakan (C4) seluruh pikiran dan kemampuannya
untuk melakukan sinergi antara data-data yang terkumpul dalam jumlah yang
banyak dan menganalisisnya secara cermat dan teliti.
Dengan diberikannya materi Pengumpulan Data dan Analisis pada minggu/ tatap
muka ini maka mahasiswa diharapkan mampu mensintesakan (C4) permasalahan
penelitian yang dihadapinya pada MK Metodologi Riset dan Statistik semester 4.

II. Relevansi

Dalam melakukan penelitian, diperlukan tingkat kecermatan yang tinggi dalam


tahap pengumpulan data dan analisis data. Pada tahapan pengumpulan data ada 2
jenis data yang perlu diperhatikan yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer lebih rumit daripada data sekunder, karena perlu observasi yang detail
tentang profil suatu penelitian, misalnya dengan menyebar kuesioner sampai
dnegan pengukuran yang teliti dengan menggunakan alat ukur tertentu. Dalam
analisis data kuantitatif disini akan dijelaskan secara singkat tentang analisis
faktor (AF) pada uji Statistik.

III. Kompetensi

1. Standar Kompetensi

Dengan diberikannya materi Pengumpulan Data dan Analisis pada minggu/


tatap muka ini maka mahasiswa diharapkan mampu mensintesakan (C4)
permasalahan penelitian yang dihadapinya pada MK Metodologi Riset dan
Statistik semester 4.

2. Kompetensi Dasar

Dengan diberikannya pemahaman mengenai Metode Pengumpulan Data dan


Analisis Data, maka mahasiswa diharapkan dapat melakukan data dalam
penelitiannya masing-masing, mampu menganalisa dengan cermat serta
mampu mensintesakan (C4) seluruh permasalahan penelitian yang dihadapi
pada MK Metodologi Riset dan Statisrtik pada semester 4.
107
3. Indikator

Kemampuan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur dalam menjelaskan


kembali serta menerapkan metode pengumpulan data dan analisis data
dengan indikator kemampuannya dalam :
a. Menentukan sampel dalam populasi serta melakukan sintesa data
dengan teknik pengumpulan data primer ataupun sekunder.
b. Mengorganissir data dengan seluruh variabel dan atribut/katagori
variabel dengan benar.
c. Menganalisa data sesuai dengan hipotesa dan tujuan penelitian
berdasarkan pada data yang telah diorganisir dengan benar.

IV. METODE PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA

Untuk dapat melaksanakan penelitian dengan baik, maka peneliti diharuskan


mengumpulkan data di lapangan dengan cermat sesuai dengan hipotesa dan
tujuan penelitian. Setelah data didapat, maka data kasar tersebut harus diolah dan
diorganisir dengan teliti agar dapat dianalisa dengan tepat sesuai dengan alur
penelitian yang sudah digariskan sejak awal. Berikut akan dibahas mengenai
Metode Pengumpulan Data dan Analisa Data Penelitian.

A. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Metode Pengumpulan data dalam penelitian dibagi menjadi 2 jenis, yaitu


pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.

a. Teknik Pengumpulan Data Primer


Data primer adalah data yang langsung didapat dari sumber data utama di
lokasi penelitian (Bungin, 2009). Dalam pengumpulan data primer,
peneliti menggunakan teknik kuesioner. Teknik kuesioner adalah teknik
pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
dibagikan pada responden dan harus dijawab oleh responden. Dalam
menjawab pertanyaan kuesioner, responden disyaratkan memiliki
pemahaman yang memadai pada umumnya agar dapat memahami
pertanyaan kuesioner, apabila ditemukan resonden yang kurang
memahami, maka juga dapat dilakukan teknik wawancara oleh surveyor
sebagai pemandu pengisian kuesioner oleh responden.

b. Teknk Pengumpulan Data Sekunder


Data sekunder adalah data yang didapat bukan dari lokasi penelitian. Data
ini biasanya diperoleh dari instansi, kantor, perusahaan yang berkaitan
108
erat dengan obyek penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan berupa
eksternal data yaitu data yang didapatkan dari sumber luar yang sifatnya
merupakan pengumpulan data yang relevan dalam berbagai masalah
(Bungin, 2009).
Contoh dalam penelitian thesis (S.W. Firmandhani, 2013):

TPI Tambak
Lorok

Gambar 11.01. Zonasi Pemukiman Nelayan Tambak Mulyo

Dalam variabel akses penduduk ke jalan lingkungan didapatkan data dengan


variabel akses dan katagori/atribut variabel dengan skala linkert: sanggat
dekat, dekat, cukup, jauh, sangat jauh.

Tabel XI.01: Aksesibilitas Jalan Lingkungan (S. W. Firmandhani, 2013)

Predikat Frekuensi Prosentase (%)


Sangat dekat 6 18,18
Jarak Rumah ke Jalan Dekat 19 57,57
Lingkungan Cukup 6 18,18
Jauh 2 6,06
Sangat jauh 0 0
Jumlah 33 100%

109
Gambar 11.02. Grafik Aksesibilitas

B. ANALISIS DATA

Tahap Analisis dilakukan setelah seluruh data dari responden dan sumber data
lain terkumpul. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan
statistik, dan terdapat 2 jenis data statistik yaitu statistik deskriptif dan statistik
inferensial, dimana statistik deskriptif adalah metode analisis untuk
mengetahui kesimpulan dari sampel yang diambil, sedangkan statistik
inferensial merupakan metode analisis yang digunakan untuk menyimpulkan
seluruh populasi dari uji sampel/generalisasi (Sugiyono, 2000)..
Sebagai conroh dikemukakan penelitian thesis dari mahasiswa S2 Satriya
Wahyu Firmandhani tentang ―Faktor Pembentuk Persepsi Ruang Komunal di
Pemukiman Nelayan Tambak Mulyo Semarang‖.
Dalam penelitian ini, digunakan metode statistik deskriptif dikarenakan
peneliti hanya mengambil kesimpulan dari sampel yang diuji bukan dari
seluruh populasi. Setelah melalui tahapan analisis statistik deskriptif,
dilanjutkan dengan analisis faktor-faktor di lokasi untuk mencapai tujuan
penelitian. Proses analisis penelitian ini melalui 3 tahapan yaitu pengolahan
data, analisis statistik deskriptif, dan analisis faktor.
Berikut adalah diagram pengolahan data. Data yang sudah didapat diolah
dengan melalui kompilasi data (compilating), pemberian identitas (coding)
dan proses analisis (factor analyse).

110
COMPILATING CODING ANALYZING

Proses kompilasi data Pemberian kode shingga data Proses analisis


mengolah data yang memiliki arti tertentu. menggunakan
akan digunakan pada Terdapat 2 jenis coding yaitu analisa faktor
proses tertentu. Dalam pengkodean frekuensi dengan untuk menjawab
proses ini terdapat memberikan angka/skor pada tujuan penelitian
pengorganisasian data data, dan pengkodean lambang
apabila data tidak memiliki skor

Gambar 11.03. Diagram Tahap Pengolahan dan Analisa Data

V. LATIHAN DAN TEST FORMATIF

Dalam suatu observasi penelitian tentang bangunan berlantai banyak di seputar


kawasan Simpang Lima Semarang diketemukan data beberapa gedung berlantai
banyak dengan beberapa variabel sebagai berikut :

Tabel XI.02: Contoh Soal Data Gedung Kawasan Simpang Lima Semarang

Identitas V a r i a bel
LUAS
FUNGSI ORIENTASI JUMLAH BANGUNAN KONDISI BAHAN
NO NAMA GEDUNG BANGUNAN BANGUNAN LANTAI (m2) BANGUNAN SELUBUNG
1 ARTHA GRAHA BANK Selatan 3 3300 Buruk GRC
2 PLAZA FLEXI KANTOR Selatan 4 2000 Baik ACP
3 SRI RATU MALL Timur 7 7000 Sedang PRECAST

Atribut/Katagori
4 GOLDEN FLOWER APARTEMENT Utara 10 6800 Sedang PRECAST
5 BNI TOWER BANK Selatan 5 3500 Baik ACP
6 MANDIRI SKY BANK Utara 6 5400 Baik ACP
7 PLAZA INDOSAT KANTOR Utara 5 5000 Sedang ACP
8 GRAHA TELKOM KANTOR Selatan 4 3200 Buruk PRECAST
9 BANK INDONESIA BANK Utara 5 7500 Baik GRC
SUARA MERDEKA
10 TOWER KANTOR Selatan 10 8000 Baik ACP

Dari data tersebut di atas tabulasikan pertanyaan berikut:


1. Tabulasi variabel luas lantai (m2) pada gedung berlantai banyak di kawasan
Simpang Lima Semarang.
2. Tabulasi variabel jumlah lantai pada gedung berlantai banyak di kawasan
Simpang Lima Semarang

111
VI. UMPAN BALIK

Jika mahasiswa dapat menjawab kasus penelitian tersebut dengan kondisi


90% benar, maka mahasiswa dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya.
Selamat kepada yang telah berhasil menjawab dengan sempurna.

VII. DAFTAR PUSTAKA

METODE KUANTITATIF
1. Achmad, Junaedi, 2000, Statistik untuk Arsitektur, Gama Press, Yogyakarta
2. Santoso, Singgih, 2010, Mastering SPSS 18, Kompas Gramedia, Jakarta
3. Santoso, Singgih, 2007, Statistik dengan SPSS dan Excel, Kompas Gramedia,
Jakarta
4. Arif, Pratisto, 2004, Cara mudah mengatasi masalah statistik dengan
rancangan percobaan, PT Elex Media Computindo, Jakarta
5. Agus B Purnomo, 2009, Teknik Kuantitatif untuk Arsitektur dan Perancangan
Kota, Rajawali Pers, Jakarta.

VIII. SENARAI

Data primer : Data penelitian yang didapat dari lokasi penelitian


Data sekunder : Data pendukung yang didapat dari instansi, perusahaan,
kantor, yang memiliki relevansi dengan tujuan penelitian.
Atribut/katagori : Bagian dari variabel yang memiliki sifat variabel
Variabel : Faktor yang diteliti/ diobservasi dalam penelitian
populasi : Seluruh individu yang berhak diteliti
sampel : Bagian dari populasi yang mewakili sifat populasi itu
sendiri.

112
MATERI XII
PENGENALAN STATISTIK
DALAM ARSITEKTUR

I. Deskripsi Singkat

Dalam suatu kumpulan data, kita diharuskan melakukan kesimpulan dan


interpretasi mengenai kondisi permasalahan secara singkat dan jelas dengan
kalimat yang lugas. Kecenderungan sentral merupakan cara menginterpretasikan
data dengan cara yang taktis dan dengan kalimat yang mudah dimengerti. Ada
beberapa cara mendeskripsikan kondisi permasalahan melalui sekumpulan data
dengan cara menghitung dan mencari nilai mean, median dan modus.
Karena manfaat dari materi ini adalah melakukan interpretasi data melalui
kecenderungan sentral yang terdiri dari mean, median dan modus terhadap
permasalahan penelitian, maka setelah mendapatkan kuliah ini mahasiswa dapat
menyebutkan dengan benar (C2) interpretasi data melalui kecenderungan sentral
suatu kondisi data penelitian. Pemahaman ini menjadi dasar bagi materi MK
Seminar semester 6 dan 7 serta materi landasan Perancangan mulai PA 4
semester 6.

II. Relevansi

Kecenderungan sentral yang paling populer dipergnakan dalam suatu penelitian


adalah mean (nilai rata-rata). Hal yang menyebabkan nilai rata-rata (mean) ini
lebih populer dipergunakan dalam suatu penelitian dengan statistik sebagai
alatnya adalah bahwa nilai mean ini bersifat universal dan dapat digunakan pada
sifat variabel nominal, ordinal dan rasional. Oleh karena itu, pengetahuan
mengenai kecenderungan sentral pada sebuah permasalahan penelitian melalui
sekumpulan data sebagai salah satu sub sistem dalam penelitian yang menjadi
dasar untuk MK Seminar, PA (Perancangan Arsitektur) dan Tugas Akhir akan
diberikan dalam proses belajar mengajar di semester ini.

III. Kompetensi
1. Standar Kompetensi
Dengan dikuasainya keterampilan menetapkan nilai kecenderungan sentral
pada materi ini, setelah mengikuti proses perkuliahan ini, diharapkan
mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro akan dapat meninterpretasikan data penelitian dengan 80%
benar sesuai standar dan kaidah suatu penelitian kuantitatif maupun
kualitatif.

113
2. Kompetensi Dasar
Dengan diberikannya materi kecenderungan sentral pada suatu kumpulan
data penelitian, maka mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur FT UNDIP
diharapkan mampu menerapkan interpretasi data (C3) pada suatu kumpulan
data dan permasalahan penelitian serta menjadi dasar dalam MK Seminar
semester 6 dan 7, MK Perancangan Arsitektur 4 semester 6.

3. Indikator
Kemampuan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur dalam menjelaskan
kembali serta menerapkan konsep dasar penentuan mean, median, dan
modus sebagai nilai kecenderungan sentral sebuah permasalahn penelitian
melalui sekumpulan data dengan indikator kemampuannya dalam :
a. Mencari mean, median dan modus jika diberikan suatu kasus
tertentu
b. Mampu memaknakan hasil penghitungan mean, median dan modus
secara benar sesuai dengan kaidah-kaidah kecenderungan sentral
penelitian.
c. Mampu membuat tabulasi data dari hasil mean, median dan modus
seuai dengan kaidah-kaidah pada materi ini.

IV. PENGENALAN STATISTIK DALAM ARSITEKTUR

A. MEDIAN

Kecenderungan sentral: Median (dan Mode). Mode dapat dipakai juga untuk
mengukur kecenderungan sentral variable ordinal, tetapi ada teknik yang lebih
tepat yaitu pengukuran median. Pengukuran median mengandung unsur urutan
(yang membedakan variabel, ordinal dari variable nominal). Median dari variable
ordinal adalah kategori tempat frekuensi komulatif sebesar 50% berada pada
contoh Tabel XII.01, median adalah kondisi sedang (A. Djunaedi, 2000)

Tabel XII.01: Frekuensi Rumah menurut Macam Kondisi (A. Djunaedi,2000)


Frekuensi
Kondisi Rumah Frekuensi (f) Persen
Kumulatif (%)
Sangat Buruk 4 5,4 5,4
Buruk 12 16,2 21,6
Sedang 34 45,9 67,5
Baik 9 12,2 79,7
Sangat Baik 15 20,3 100,0
Total 74 100,0

114
Disamping presentasi data berwujud table frekuensi, data ordinal dapat
dipresentasikan pula dalam bentuk grafik batang (bar chart-lihat Gambar 12.01).
dari grafik batang tersebut terlihat: mode (yaitu kondisi sedang terlihat sebagai
batang terpanjang dalam grafik) dan distribusi frekuensi (dalam wujud grafik
batang).

Gambar 12.01: Grafik batang Frekuensi Rumah Menurut Kondisi


(A. Djunaedi,2000)

B. MODUS
Kecenderungan sentral: Mode. Karena tidak ada urutan kategori, kecenderungan
sentral dalam analisis variable nominal hanya nampak dalam bentuk ―mode‖.
Mode, dalam hal ini, berarti kategori yang paling banyak frekuensinya – pada
table XII.02 petani merupakan mode dalam hal macam pekerjaan. Pemakaian
mode sebagai ukuran sentralitas mempunya tiga kelemahan. Kelemahan pertama,
mode yaitu kategori dengan frekuensi terbanyak tidak mencerminkan suatu yang
tipikal, karena yang terbanyak mungkin bukan yang merupakan mayoritas – pada
table XII.02, mode yaitu kategori petani hanya merupakan 47,3% dari
keseluruhan (kurang dari setengah).

Tabel XII.02. Frekuensi Penghuni Rumah menurut Macam Pekerjaan


Macam Pekerjaan Frekuensi (N) Persen
Pedagang 21 28,4
Petani 35 47,3
Pegawai Negeri 15 20,3
Lain-lain 3 4,0
Total 74 100,0

Kelemahan kedua: sering kali terdapat lebih dari satu mode dalam satu table
frekuensi, sehingga sulit untuk menentukan mode mana yang dapat menjadi
115
gambaran nilai ―rata-rata‖. Kelemahan ketiga berkaitan dengan penggabungan
beberapa kategori yang biasa dilakukan pada variable nominal. Variasi dalam
penggabungan beberapa kategori dapat mempengaruhi penetapan mode. Sebagai
contoh: pedagang dan pegawai negeri digabungkan. (missal menjadi ―non-
petani‖), maka gabungan ini berjumlah 43,7 dan menjadi mode. Dengan
demikian, penggabungan kategori yang ceroboh dapat memanipulasikan
penetapan mode.

C. MEAN
Kecenderungan sentral: mean (dan median). Mean merupakan pengukuran yang
umum bagi kecenderungan sentral variable interval/rasio. Pada dasarnya, mean
dihitung dari jumlah nilai semua individu dibagi jumlah individu. Teknik
perhitungan mean, secara lebih rinci, tergantung pada macam table data:
individual dan berfrekuensi (berkelompok).
1) Data individual dipresentasikan dalam bentuk table dengan tiap
barisnya merupakan data nilai individu (lihat Tabel 3.5), dipakai
rumus perhitungan mean sebagai berikut:

X 
X i

N
dengan X = mean
Xi = nilai tiap individu
N = jumlah individu dalam sampel

Tabel XII.03 Perhitungan Mean, Cara I (A. Djunaedi, 2000)


No Urut Luas Lantai m2
(i) (Xi)
1 34
2 125
3 54
4 76
5 91
N=5 Jumlah = 380

X 
X i

N
360

5
 76

116
2) Menurut A. Dujanedi, (2000), data frekuensi (berkelompok). Seperti
telah dijelaskan dimuka, data yang mempunyai jumlah individu terlalu
banyak seringkali disederhanakan dengan mengelompokkan individu-
individu dengan kategori yang sama dan mempresentasikan dalam
bentuk table frekuensi. Pada table presentasi data jenis ini, tiap baris
menunjukkan frekuensi tiap kategori (lihat table XII.04.). bila dalam
table frekuensi terdapat jumlah kategori yang terlalu banyak (sehingga
daftar kategori terlalu panjang), kategori-kategori tersebut dapat
dikelompokkan menurut interval tertentu, membentuk table frekuensi
kategori berkelompok (lihat table XII.05).

Rumus perhitungan mean yang dipakai untuk data berfrekuensi


(berkelompok) sebagai berikut:

( k . f )
X 
f
X = mean
k = kategori (nilai) pada table frekuensi tanpa kelompok atau
= nilai tengan kelompok kategori pada table frekuensi
kategori berkelompok

Tabel XII.04 Perhitungan Mean, Cara 2a (A. Djunaedi, 2000)


Luas lantai (m2) Frekuensi (k . f)
(k) (f)
27 2 54
36 1 36
45 6 270
54 9 486
63 3 189
Jumlah 21 1035
( k . f )
X 
f
1035

21
 49,286

117
Tabel XII.05: Perhitungan Mean, Cara 2 b. (A. Djunaedi, 2000)
Luas lantai (m2) Nilai Tengah (m2) Frekuensi (k. f)
(k) (f)
36 - 44 40 24 960
45 - 53 49 16 784
54 - 62 58 11 638
63 - 71 67 10 670
72 - 80 76 3 228
81 - 89 85 4 340
90 - 98 94 1 94
Jumlah 69* 3714
* jumlah aslinya = 74; dipotong nilai-nilai ekstrim sebanyak 5
individu
( k . f )
X 
f
3714

69
 53,826
Dalam hal kelompok kategori merupakan kelompok yang terbuka,
missal ―>99 m2‖. Nilai tengah perlu ditetapkan secara khusus dengan
melihat data aslinya (dalam tiap kategori aslinya). Dalam hal ini, nilai
tengah dapat dihitung dalam suatu table frekuensi terpisah dengan
rumus perhitungan mean cara ke (2) diatas dengan kategori awal 99
m2, dan seterusnya (A. Djunaedi, 2000)
Disamping presentasi dalam bentuk table frekuensi, data interval/rasio
dapat pula dipresentasikan dalam bentuk gambar histogram dan grafik
frekuensi kumulatif. Gambar histogram (seperti halnya grafik batang)
sekaligus memperlihatkan mode dan distribusi frekuensi (lihat gambar
III.2). sedamgkan grafik frekuensi kumulatif dapat membantu
penetapan median (lihat Gambar III.03).

Gambar 12.02 Histogram


118
Gambar 12.03 Grafik frekuensi kumulatif
(A. Djunaedi, 2000)

Pemakaian Mean untuk mengukur kecenderungan sentral


mengandung tiga kelemahan:
Nilai mean tidak mencerminkan distribusi data. Jelasnya, dua data
dengan distribusi yang berbeda dapat mempunyai mean yang (hampir)
sama (lihat Gambar 12.03). dalam hal ini, pengukuran sebaran
(deviasi standar) akan membantu memberikan gambaran yang lebih
jelas tentang distribusi data.

V. LATIHAN DAN TEST FORMATIF

1. Buat kelompok (masing-masing 8 orang mahasiswa) kemudian diskusikan


tentang suatu hubungan korelasi antar variabel baik variabel nominal, ordinal
maupun rasional.
2. Kemudian buatlah tabulasi seperti halnya yang sudah diberikan pada materi
sesi ini, lalu coba buatlah dalam bentuk mencari mean, median dan modus.

VI. UMPAN BALIK

Jika mahasiswa dapat menjawab kasus disain tersebut dengan kondisi 90% benar,
maka mahasiswa dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya. Selamat kepada yang
telah berhasil menjawab dengan sempurna.

VII. DAFTAR PUSTAKA

METODE KUANTITATIF
1. Achmad, Junaedi, 2000, Statistik untuk Arsitektur, Gama Press,
Yogyakarta
2. Santoso, Singgih, 2010, Mastering SPSS 18, Kompas Gramedia, Jakarta
119
3. Santoso, Singgih, 2007, Statistik dengan SPSS dan Excel, Kompas
Gramedia, Jakarta
4. Arif, Pratisto, 2004, Cara mudah mengatasi masalah statistik dengan
rancangan percobaan, PT Elex Media Computindo, Jakarta
5. Agus B Purnomo, 2009, Teknik Kuantitatif untuk Arsitektur dan
Perancangan Kota, Rajawali Pers, Jakarta.

VIII. SENARAI

Kecenderungan : Nilai kecenderungan suatu kumpulan data yang


sentral dipakai sebagai dasar untuk menginterpretasikan data-
data penelitian tersebut
Mean : Nilai rerata dari keseluruhan data. Mean dihitung dari
jumlah nilai semua individu dibagi jumlah individu
Median : Median dari variable ordinal adalah kategori tempat
frekuensi komulatif sebesar 50%
Modus : Mode, dalam hal ini, berarti kategori yang paling
banyak frekuensinya
Deviasi standar : Nilai sebaran data.

120
MATERI XIII
PENGENALAN STATISTIK DENGAN SOFTWARE SPSS
ANALISIS DESKRIPTIF, UJI T, ANOVA, CHI SQUARE

I. Deskripsi Singkat
Pada materi terdahulu kita sudah membicarakan mengenai analisis
kecenderungan sentral berupa mean, median dan modus yang dilakukan secara
manual. Sejalan dengan perkembangan teknologi, dikenal perangkat lunak SPSS
(Statistical Product and Service Solutions) yang membantu para peneliti dalam
menganalisa data-data penelitian serta membantu menginterpretasikan hasil
penelitian mereka. Beberapa metode analisis akan dibicarakan secara berturut-
turut dalam 3 materi ke depan. Yang pertama adalah analisis deskriptif, Uji T,
Anova dan Chi Square. Sedangkan materi berikutnya adalah Analisa Korelasi dan
Regresi, dan yang terakhir adalah Analisis Faktor dan Multi Dimensional Scale.
Analisis Deskriptif, Uji T, Anova dan Chi Square memiliki metode analisis
dengan menggunakan kecenderungan sentral nilai rata-rata. Karena manfaat dari
materi ini adalah mendapatkan keterampilan melakukan analisis dengan
menggunakan SPSS-18, maka setelah mendapatkan kuliah ini mahasiswa dapat
mensintesakan (C5) keterampilan tersebut dalam MK Seminar pada semester 6
dan 7 serta materi landasan Perancangan mulai semester 6..

II. Relevansi
Dalam pembahasan mengenai analisis deskriptif, Uji T, Anova dan Chi Square,
maka mahasiswa melakukan uji hubungan antara 2 variabel atau lebih serta
melakukan ranking terhadap beberapa grup variabel. Oleh karena itu,
pengetahuan mengenai statistik khususnya uji beda rata-rata sebagai salah satu
sub sistem dalam Statistik akan diberikan dalam proses belajar mengajar Mk
Metodologi Riset di semester ini.

III. Kompetensi
1. Standar Kompetensi
Dengan diketahuinya teknik analisis deskriptive, Uji T, Anova dan Chi-
Square, diharapkan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro akan dapat memetakan hubungan antar
variabel serta melakukan ranking terhadap grup variabel penelitian pada
suatu kasus penelitian dengan 80% sesuai standar metodologi penelitian dan
statistik.

2. Kompetensi Dasar
Dengan diberikannya dasar-dasar analisis hubungan atar variabel dan
ranking grup variabel dalam materi ini, maka mahasiswa diharapkan akan

121
dapat menerapkan (C3) dan menyelesaikan suatu kasus penelitian dengan
benar.

3. Indikator
Kemampuan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur dalam menjelaskan
dan menerapkan analisis nilai hubungan dan urutan grup variabel dengan
indikator kemampuannya dalam :
a. Menyebutkan dengan benar metode analisis yang benar jika diberikan
suatu kasus penelitian yang melibatkan beberapa variabel
b. Mengoperasikan dengan benar (C3) tata aturan dan urutan analisis
sesuai dengan kaidah pengoperasian perangkat lunak SPSS.
c. Menginterpretasikan dengan benar hasil analisis yang dikeluarkan
oleh perangkat lunak SPSS.

IV. PENGENALAN STATISTIK DENGAN SOFTWARE SPSS, ANALISIS


DESKRIPTIF, UJI T, ANOVA, CHI SQUARE

SPSS sebagai sofware statistik pertama kali dibuat tahun 1968 oleh tiga
mahasiswa Stanford University, yakni Norman H. Nie, C. Hadlai Hull dan Dale
H. Bent. Saat itu software dioperasikan pada komputer mainframe. Setelah
penerbit terkenal McGraw-Hill menerbitkan user manual SPSS, program tersebut
menjadi populer. Pada tahun 1984, SPSS pertama kali muncul dengan versi PC
(bisa dipakai untuk komputer desktop) dengan nama SPSS/PC+, dan sejalan
dengan mulai populernya sistem operasi Windows, SPSS pada tahun 1992 juga
mengeluarkan versi Windows.
Dan untuk memantapkan posisinya sebagai salah satu market leader dalam
business intelligence, SPSS juga menjalin aliansi strategis dengan software house
terkemuka dunia lainnya, seperti Oracle Corp., Business Object, serta Ceres
Integrated Solutions. Hal ini membuat SPSS yang tadinya ditujukan bagi
pengolahan data statistik untuk ilmu sosial (SPSS saat itu adalah singkatan dari
Statistical Package for the Social Sciences), sekarang diperluas untuk melayani
berbagai jenis user, seperti untuk proses produksi di pabrik, riset ilmu-ilmu sains,
dan lainnya. Dan kepanjangan dari SPSS sekarang menjadi Statistical Product
and Service Solutions.

A. ANALISIS DESCRIPTIF

Metode analisis deskriptif pada suatu kumpulan data penelitian biasanya


menggunakan mean. Pada materi terdahulu kita sudah mempelajari cara mencari
mean dari kumpulan data secara manual dengan menggunakan rumus mean.

122
Dalam materi ini kita belajar mencari mean dengan menggunakan perangkat
lunak (software) SPSS-18. Sebagai contoh pada tabel di bawah ini terdapat
sekumpulan data 20 rumah beserta dengan luas masing-masing kamar tidur
utamanya. Lazimnya luas ruang tidur utama sebuah rumah tinggal berkisar 9 m2
atau 3 x 3 m2, dengan pertimbangan beberapa hal:
1. Fungsi
2. Aktivitas
3. Pengaturan (lay out) furniture
Namun, pada perkembangannya banyak penghuni yang merasakan luasan
tersebut sangat kurang sejalan dengan bertambahnya aktivitas, jumlah anggota
keluarga dan keperluan-keperluan tertentu. Berikut kami sampaikan kasus
observasi data sebagai berikut:

Gambar 13.01: Transfer Data format Excel ke format SPSS

Pertama-tama buatlah tabel dengan perangkat lunak Excel tentang rumah hasil
observasi beserta dengan luasan masing-masing Ruang Tidur Utamanya. Setelah
itu transfer data tersebut ke dalam format data SPSS dengan cara copy – paste.

123
Gambar 13.02: Tampilan Variabel View

Pada menu Variable view buatlah langkah-langkah sebagai berikut :


1. Pada kolom Nama variabel (Name) ketik variabel 1 : Rumah dan variabel 2:
Luas_KM
2. Pada kolom Type, untuk variabel 1 pilih string, dan variabel 2 pilih numeric.
3. Untuk kolom width, pada variabel 1 pilih 7 karakter, dan pada variabel 2
pilih 5 karakter.
4. Pada kolom decimal, variabel 1 pilih 0 angka di belakang koma (kalau di
SPSS, koma dalam bentuk titik). Pada variabel 2 pilih 2 decimal di belakang
koma.
5. Tulis label sesuai dengan kolom Name
6. Pada pilihan menu di atas pilih: Analyze – Descriptive Statictic –
Descriptive

Gambar 13.03 : Tampilan Menu SPSS untuk Descriptive Analyzis

7. Pindahkan ―Luas KT utama‖ ke kolom variabel di sebelah kanan


8. Klik OK
9. Hasilnya sebagai berikut:

Tabel XIII. 01: Output Descriptive Analyzis SPSS-18

124
B. UJI – T

Dalam SPSS, Uji T digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata dari beberapa
grouping sample sama ataukah berbeda siknifikan.
Dalam contoh dikemukakan fakta tentang perbedaan orientasi perumahan
terhadap landas pacu bandara yang mengakibatkan perbedaan tingkat bunyi yang
diterima oleh penghuni perumahan. Berikut adalah rekaman data tingkat bunyi
(dB) rumah yang menghadap landas pacu (unrotated house) dan rumah yang
membelakangi landas pacu bandara (rotated house).

Gambar 13.04: Transfer Data format Excel ke format SPSS

Pertama-tama buatlah tabel dengan perangkat lunak Excel tentang tingkat bunyi
rumah hasil observasi dalam deci Bell, baik rumah yang orientasinya menghadap
landas pacu bandara (unrotated house) maupun rumah yang orientasinya
membelakangi landas pacu bandara (rotated house). Setelah itu transfer data
tersebut ke dalam format data SPSS dengan cara copy – paste.

Pada menu Variable view buatlah langkah-langkah sebagai berikut :


125
1. Pada kolom Nama variabel (Name) ketik variabel 1 : unrotated dan variabel 2:
rotated
2. Pada kolom Type, untuk variabel 1 pilih numeric, dan variabel 2 pilih numeric.
3. Untuk kolom width, pada variabel 1 pilih 5 karakter, dan pada variabel 2 pilih 5
karakter.
4. Pada kolom decimal, variabel 1 pilih 4 angka di belakang koma (kalau di SPSS,
koma dalam bentuk titik). Pada variabel 2 pilih 4 decimal di belakang koma.
5. Tulis label sesuai dengan kolom Name
6. Pada pilihan menu di atas pilih: Analyze – Compare Means – Paired Sample T
Test

Gambar 13.05: Tampilan Menu Analyze untuk Uji T Berpasangan (T paired


sample Test)

7. Lalu muncul Paired Sample T Test Menu, pindahkan kedua variabel ke kolom
sebelah kanan, lalu click OK. Maka muncul output SPSS sebagai berikut:

Gambar 13.06: Tampilan menu Paired Sample T Test

126
Tabel XIII.02 : Paired Samples Statistics

Tabel XIII. 03: Paired Samples Test

8. Interpretasi Output SPSS


a. Tabel Paired Samples Statistics (Tabel XII. 01)
Terlihat bahwa rata-rata tingkat bunyi untuk rumah menghadap landas pacu
(0º) adalah 61,9160 dB, sedangkan rata-rata tingkat bunyi untuk rumah
membelakangi landas pacu (180º) adalah 37,6400 dB
b. Paired Samples Correlations
Koefisien korelasi antara tingkat bunyi rumah menghadap landas pacu dan
membelakangi landas pacu sebesar 0,669, dengan tingkat siknifikansi 0,000
yang berarti < 0,05, berarti sangat siknifikan.
c. Paired Samples Test
Hipotesis penelitian :
H0 = Tidak ada perbedaan tingkat bunyi antara bangunan menghadap
landas pacu dan rumah membelakangi landas pacu
Ha = Tingkat bunyi antara rumah menghadap landas pacu dan
membelakangi landas pacu berbeda siknifikan.
Membandingkan nilai probabilitas dengan α= 5% (0,05)
Jika probabilitasnya >0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitasnya <0,05 maka H0 ditolak
Oleh karena nilai probabilitasnya 0,00 atau < 0,05 maka H0 ditolak yang
artinya Ha diterima, atau dengan kata lain:
Ada perbedaan yang siknifikan antara tingkat bunyi rumah menghadap
landas pacu dan tingkat bunyi rumah membelakangi landas pacu.
Hal ini menjadi indikasi bahwa pemutaran arah orientasi bangunan akan
menurunkan nilai tingkat bunyi.

127
C. UJI ANOVA

Dalam SPSS, One way anova digunakan untuk menguji apakah rata-rata dari
beberapa sample sama atau berbeda siknifikan One way anova memiliki varian
lain berupa Post- Hoc test yang digunakan untuk menentukan ranking dari
beberapa grouping variable/sample. Pada contoh ditampilkan 3 kuda-kuda kayu
yaitu: bangkirai, jati dan mahoni. Penelitian ini akan mencari manakah diantara
ketiga kuda-kuda tersebut yang memiliki kuat tekan paling baik.
Pertama-tama buatlah tabel dengan perangkat lunak Excel tentang nilai kuat
tekan (kg/ m3) ketiga kuda-kuda kayu: bangkirai, jati dan mahoni yang masing-
masing diuji kuat tekannya sebanyak 10 kali. Setelah itu transfer data tersebut ke
dalam format data SPSS dengan cara copy – paste, setelah sebelumnya membuka
menu software SPSS 18.

Gambar 13.07: Transfer Data format Excel ke format SPSS

Prosedur komputasinya adalah sebagai berikut:


1. Entrilah data dari Excel ke SPSS data viewer, dengan merubah format: Kuda-
kuda Bangkirai diberi kode 1, kuda-kuda Jati diberi kode 2, sedangkan kuda-
kuda Mahoni diberi kode 3.
2. Klik variabel view di pojok kiri bawah,

128
Gambar 13.08 : Tampilan Variable View SPSS

3. Pada kolom value, definisikan jenis kuda-kuda kayu:


4. Klik Analyze I Compare Mean I One-way ANOVA..... pindahkan variabel
Kuat Tekan ke kolom Dependent List dan Jenis kuda-kuda ke kolom Factor.
5. Klik Option..... aktifkan Descriptive dan Homogeneity of variance test.
6. Klik Continue lalu OK
7. Interpretasi data:
a. Tabel Descriptives (tabel XII. 03-04)
Pada tabel terlihat ringkasan statistik deskripsi, rata-rata, standar deviasi,
standar error dan lain-lain.
b. Tabel Anova (tabel XII.05)
Analisis ini bertujuan untuk menguji apakah ketiga kuda-kuda memiliki
rata-rata means yang sama. Oleh karena itu dikemukakan hipotesis
penelitian:
H0 = Ketiga kuda-kuda kayu memiliki kuat tekan yang sama (tidak ada
perbedaan diantara ketiganya)
Ha = Ketiga kuda-kuda kayu memiliki kuat tekan yang berbeda secara
siknifikan.
Hal ini bisa diinterpretasikan dari nilai probabilitas/ derajad siknifikansi
yang sebesar 0,00 , yang artinya 0,00<0,05 sehingga H0 ditolak. Jika H0
ditolak, maka Ha diterima, yang artinya
―Ketiga kuda-kuda kayu memiliki kuat tekan yang berbeda secara
siknifikan‖.

Tabel XIII. 04: Tabel Descriptive Analysis

129
Tabel XIII. 05: Test Homogeneity of Variances

Tabel XIII. 06: Tabel Anova

Pertanyaan selanjutnya adalah: Kuda-kuda kayu yang manakah yang memiliki


kekuatan tekan paling baik? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu
dilakukan uji lanjut atau Post Hoc Test.

8. Klik Analyze I Compare Means I One-way Anova .... Post Hoc

Gambar 13.09: One-way ANOVA, Post Hoc Multiple Comparisons

Equal Variances Assumed


Merupakan uji lanjut dengan menggunakan asumsi bahwa varian homogen.
Terdapat beberapa uji lanjut, mulai dari LSD (Least Significant Different),
Bonferroni, Sidak, dan lain-lain.

130
Equal Variances Not Assumed
Merupakan uji lanjut yang tidak mengasumsikan varian yang homogen. Terdapat
beberapa uji lanjut, mulai dari Tamhane’sT2, Dunnet’ T3, Games-Howell, dan
Dunet’s C.

Significance Level
Merupakan taraf siknifikan yang akan digunakan. Dalam keadaan default, taraf
siknifikan yang digunakan adalah 0,05.
Pada Test of Homogeneity of variances yang telah dilakukan di atas, ternyata
varian kuat tekan dari kuda-kuda kayu yang diteliti adalah berbeda siknifikan,
sehingga kita menggunakan salah satu uji dengan tidak mengasumsikan varian
yang homogen (Equal Variances Not Assumed)

Selanjutnya kita memilih metode analisis Tamhane’s T2.

9. Klik Continue lalu OK

Tabel XIII. 07: Tabel Multiple Comparisons

10. Interpretasi
Tabel Multiple Comparisons
Pada kolom Mean Difference, rata-rata perbedaan kuat tekan antara kuda-
kuda kayu adalah sebagai berikut (Lihat Tukey HSD):

Bangkirai dikurangi jati = -1,300


Bangkirai dikurangi mahoni = 5,400*
Jati dikurangi bangkirai = 1,300
Jati dikurangi mahoni = 6,700*
Mahoni dikurangi bangkirai = -5,400*
131
Mahoni dikurangi jati = -6,700*
Arti tanda * adalah bahwa perbedaan tersebut siknifikan, misalnya perbedaan
kuat tekan antara bangkirai dan mahoni adalah 5,400. Perbedaan sebesar 5,400
kg/m3 secara statistik dianggap berbeda nyata (siknifikan). Selain ditunjukkan
dengan tanda *pada kolom Mean Difference, kondisi ini juga diperjelas pada
kolom probabilitas (Sig), Nilai probabilitas (sig) sebesar 0,00<0,05 yang
artinya perbedaan kuat tekan antara kedua kuda-kuda kayu sangatlah
siknifikan.
Hal yang berbeda ditunjukkan oleh selisih antara kuat tekan kuda-kuda
bangkirai dan jati yang menunjukkan angka -1,300 kg/m3. Secara statistik
angka ini masuk dalam katagori tidak siknifikan. Hal ini sesuai dengan nilai
angka 0,525 > 0,05 yang artinya tidak siknifikan.
Berikut adalah tabel ranking kuda-kuda kayu yang diteliti:

Tabel XIII. 08: Ranking kuat tekan (kg/m3) Kuda-kuda kayu

Dalam tabel diketahui bahwa nilai ranking tertinggi kuat tekan ditunjukkan oleh
kuda-kuda jati dengan nilai rata-rata kuat tekan sebesar 130,0 kg/m3, sedangkan
ranking kedua adalah kuda-kuda bangkirai dengan nilai rerata kuat tekan sebesar
128,7 kg/m3. Dan yang terakhir, kuat tekan terlemah ditunjukkan oleh kuda-kuda
mahoni dengan nilai rerata kuat tekan sebesar 123,3 kg/m3.

D. CHI-SQUARE

Chi-square merupakan salah satu analisis statistik yang banyak digunakan dalam
pengujian Hipotesis. Chi-square terutama digunakan untuk uji Homogenitas, uji
independensi, dan uji keselarasan (goodness of fit).
Sebagai contoh akan diuji apakah variabel pendapatan akan berhubungan secara
siknifikan dengan variabel jenis rumah yang dibedakan menjadi rumah bertingkat
dan rumah tidak bertingkat.
Dalam Chi-Square ini, sebuah hipotesa akan diuji apakah Hipotesa awal akan
terbukti kebenarannya setelah dilakukan test ataupun analisis. Dalam Chi-square
akan berlaku 2 (dua) hipotesa, yaitu:
132
a. Hipotesa Nul (H0) : bahwa tidak ada hubungan antara variabel pendapatan
dan variabel jenis rumah
b. Hipotesa Satu (H1) : bahwa ada hubungan siknifikan antara variabel
pendapatan dengan variabel jenis rumah.

Gambar 13.10: Transfer Data format Excel ke format SPSS

Gambar 13.11: Tampilan Variabel View SPSS

Langkah-langkah analisa dalam SPSS akan terdiri dari beberapa tahapan sebagai
berikut:
1. Analyze I Descriptive Statistic Icrosstabs
2. Pindahkan variabel pendapatan ke kanan
3. Pindahkan variabel jenis rumah ke kolom Column
133
4. Click Statistic , aktifkan Chi – square
5. Click OK, continue
Dalam mensintesakan analisa data melalui output SPSS akan berlaku hal-hal
sebagai berikut:
1. Jika probabilitas (Asymp Sig)>0,05, maka H0 diterima
2. Jika probabilitas (Asymp Sig)<0,05, maka H0 ditolak

Seperti terlihat pada tabel-tabel output SPSS di bawah ini:

6. Interpretasi data
a. Tabel Case Processing Summary
Tabel ini menerangkan jumlah data yang dianalisis. Pada tabel terlihat
jumlah data validsejumlah 15 dengan presentase 100% serta data hilang
(missing) 0%.

Tabel XIII.09: Case Processing Summary

b. Tabel Pendapatan * Perilaku Belanja Crosstabulation


Tabel ini merupakan tabulasi silang antara variabel Pendapatan dengan
variabel Jenis Rumah (bertingkat atau tidak bertingkat). Secara mudah
dapat dibaca dari tabel bahwa sampel yang mempunyai pendapatan tinggi
dan memiliki rumah dengan jenis bertingkat ada 3 orang. Sampel dengan
pendapatan menengah - memiliki jenis rumah bertingkat ada 3 orang,
pendapatan menengah – rumah tidak bertingkat ada 3 orang. Sampel
dengan pendapatan rendah – rumah tidak bertingkat ada 6 orang, dan tidak
ada satu sampelpun pada level pendapatan rendah yang memiliki rumah
jenis bertingkat.

Tabel XIII. 10: Crosstabulation

134
c. Tabel Chi-Square Tests
Dalam Chi-square ini ditetapkan hipotesa penelitian sebagai berikut:
H0 = tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan jenis rumah
Ha = terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan jenis rumah

Berdasarkan nilai probabilitas,


Jika probabilitas (Asymp Sig)>0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas (Asymp Sig)<0,05 maka H0 ditolak

Tabel XIII. 11: Chi-Square Test

Oleh karena nilai probabilitasnya adalah 0,013<0,05 maka H0 ditolak,


artinya terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan jenis rumah,
atau dengan kata lain bahwa:
― Tingkat pendapatan seseorang akan mempengaruhi jenis rumah yang
dimilikinya (bertingkat atau tidak bertingkat)‖

V. LATIHAN DAN TEST FORMATIF

1. Dalam metode analisis dikenal Uji T dan Anova. Apa persamaan dan
perbedaan atara kedua, jelaskan dengan singkat!
2. Kecenderungan sentral apakah yang dipergunakan dalam Analisis deskriptif?
3. Apakah itu standar deviasi, bagaimana penerapannya dalam penelitian?.
4. Jika diketahui hubungan antar 2 variabel memiliki nilai 0,459, apakah artinya
nilai hubungan tersebut ?.

Kesimpulan dan Rekomendasi tentang Disain Ruang Musik

VI. UMPAN BALIK


Jika mahasiswa dapat menjawab kasus disain tersebut dengan kondisi 90%
benar, maka mahasiswa dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya. Selamat
kepada yang telah berhasil menjawab dengan sempurna.

135
VII. DAFTAR PUSTAKA

METODE KUANTITATIF
1. Achmad, Junaedi, 2000, Statistik untuk Arsitektur, Gama Press, Yogyakarta
2. Santoso, Singgih, 2010, Mastering SPSS 18, Kompas Gramedia, Jakarta
3. Santoso, Singgih, 2007, Statistik dengan SPSS dan Excel, Kompas Gramedia,
Jakarta
4. Arif, Pratisto, 2004, Cara mudah mengatasi masalah statistik dengan
rancangan percobaan, PT Elex Media Computindo, Jakarta
5. Agus B Purnomo, 2009, Teknik Kuantitatif untuk Arsitektur dan Perancangan
Kota, Rajawali Pers, Jakarta.

VIII. SENARAI

Descriptive Analyzes : Analisa Deskriptif.


Probabilitas : Nilai kemungkinan yang muncul, siknifikansi
Ho : Hipotesa Nol
Ha : Hipotesa alternatif/ statistik

136
MATERI XIV
UJI KORELASI DAN REGRESI

I. Deskripsi Singkat
Dalam sebuah penelitian, seringkali diketemukan kelompok variabel yang
memiliki hubungan satu sama lain. Untuk dapat menganalisis keterhubungan
antara kelompok variabel tersebut maka diperlukan metode analisa uji korelasi
dan uji regresi. Dalam metode uji Regresi mahasiswa diperkenalkan tentang 2 hal
yaitu: Regresi Linier dan Regresi Berganda. Manfaat dari materi ini adalah
mendapatkan keterampilan menganalisa pola hubungan antar variabel, seberapa
jauh keeratan hubungan tersebut serta memprediksikan model hubungan antara
kelompok variabel. Oleh karena itu setelah mendapatkan kuliah ini mahasiswa
dapat mensintesakan (C5) metode analisis uji korelasi dan uji regresi tersebut
dalam MK Metodologi Riset pada semester 4 dan menindak lanjutinya dalam
penelitian di MK Seminar semester 6 atau 7.

II. Relevansi
Dalam pembahasan mengenai uji korelasi maka mahasiswa diberi pengetahuan
mengenai bagaimana mengkorelasikan hubungan antara kelompok variabel satu
dengan yang lain serta seberapa jauh korelasinya. Dalam pembahasana mengenai
uji regresi, mahasiswa diberi materi tentang bagaimana korelasi antara kelompok
variabel serta bagaimana membuat ataupun memprediksikan pola hubungan itu
ke dalam suatu model matematis. Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman
mengenai Uji korelasi dan Uji Regresi sebagai salah satu sub sistem dalam
Metodologi Riset dan Statistik akan diberikan dalam proses belajar mengajar di
semester ini.

III. Kompetensi
1. Standar Kompetensi
Dengan dikuasainya pemahaman mengenai Uji korelasi dan Uji Regresi,
maka dengan diberikannya suatu kasus penelitian, setelah mengikuti proses
perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro akan dapat menganalisa (C4)
dengan 80% sesuai standar dan kaidah penelitian dalam penelitian dan
sebagai entry behaviour pada MK Seminar semester 6 dan semester 7.

2. Kompetensi Dasar
Dengan diberikannya pemahaman mengenai Uji korelasi dan Uji Regresi
dalam MK Metodologi Riset ini, maka mahasiswa dapat menganalisa (C4)
dan mensintesakan (C5) suatu kasus penelitian dalam MK Metodologi Riset
dan Statistik semester 4, MK Seminar semester 6 dan 7.
137
3. Indikator
Kemampuan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur dalam menjelaskan
kembali serta menerapkan metode uji korelasi dan uji regresi melalui
pemahaman kaidah analisis kuantitatif dalam penelitian arsitektur dengan
indikator kemampuannya dalam :
a. Menyebutkan dengan benar semua fungsi dan tujuan metode uji
korelasi dan uji regresi dengan benar..
b. Dengan diberikannya suatu kasus penelitian, mahasiswa dapat
memahami grouping variabel serta menganalisa dan mensintesakan
dengan menggunakan metode uji korelasi dan uji regresi dengan
benar..
c. Memahami bahwasanya Uji korelasi dan uji regresi adalah bagian dari
sub sistem metodologi penelitian yang dapat diterapkan untuk suatu
kasus penelitian tertentu.
d. Mensintesakan uji regresi dalam programming pada MK Perancangan
Arsitektur semester 5, 6, dan 7 serta MK Tugas Akhir

IV. UJI KORELASI DAN REGRESI

Seringkali kita menemukan dua atau lebih kelompok variabel pada saat kita
melakukan observasi di lokasi penelitian. Untuk dapat mengetahui pola keeratan
hubungan antara dua variabel atau lebih kita dapat menggunakan Analisa Uji
Korelasi.
Namun, seringkali kita juga harus memprediksikan tentang pola keterhubungan
antara dua variabel atau lebih untuk durasi waktu tertentu. Oleh karena itu di
dalam SPSS disediakan alat analisis yang disebut dengan Uji Regresi. Uji regresi
memiliki perbedaan prinsip dengan uji korelasi. Perbedaan prinsip tersebut adalah
jika uji korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua
variabel atau lebih, maka uji regresi digunakan selain untuk mengetahui pola
keeratan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga dapat menganalisa dan
memprediksikan model hubungan tersebut.

A. UJI KORELASI

Uji korelasi dipergunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara 2


variabel atau lebih. Menurut A. Pratisto (2004) arah hubungan antara dua
variabel dapat dibedakan menjadi:
a. Direct Correlation (Possitive correlation)
Perubahan pada satu variabel diikuti perubahan variabel lain secara
teratur dengan arah gerakan yang sama.

138
Gambar 14.01: Grafik Korelasi Positif
www.docstoc.com/docs/4083546/Scatter-Plot---Grafik

b. Inverse Correlation (Negative Correlation)


Perubahan pada satu variabel diikuti perubahan variabel lainsecara teratur
dengan arah gerakan yang berlawanan.

Gambar 14.02: Grafik Korelasi Negatif


www.docstoc.com/docs/4083546/Scatter-Plot---Grafik

c. Nihil Correlation
Arah hubungan kedua variabel yang tidak teratur.

Gambar 14.03: Grafik Korelasi Tidak teratur


www.docstoc.com/docs/4083546/Scatter-Plot---Grafik

139
Koefisien Korelasi (r)
Keeratan hubungan antara dua variabel atau lebih akan digambarkan dengan nilai
koefisien korelasi. Untuk mengetahui koefisien korelasi tersebut maka kedua
variabel digambarkan sebagai diagram Scatter Plot yang merepresentasikan
kedudukan koordinat (X,Y) antara kedua variabel. Koefisien korelasi yang
dilambangkan dengan huruf (r) merupakan bilangan bulat antara 0 sampai dengan
1. Sedangkan tanda positif (+) dan negatif (-) di depan angka koefisien korelasi
menggambarkan Direct Correlation (Possitive Correlation) dan Inverse
Correlation (Negative Correlation).
Dalam contoh pertama tentang uji korelasi adalah akan menganalisis apakah ada
keterhubungan antara pendapat awam dan pendapat ahli tentang persepsi visual
disain 6 (enam) tipikal rumah toko (ruko).

(1) (2)

(3) (4)

(5) (6)
Gambar 14.04: Persepsi Visual Disain 6 Ruko

140
Pendapat awam akan sangat sederhana penilaiannya. Sedangkan untuk pendapat
ahli yang memiliki latar belakang keilmuan arsitektur tentu akan sangat berbeda.
Berikut adalah kriteria penilaian pendapat ahli tentang disain keenam ruko
tersebut.
1. MM= Penampilan modern minimalis
2. CUJ= Penggunaan Curtain Wall ataupun jendela, keharmonisan dan
keselarasan tampak
3. ADV= Ketersediaan Media Advertisement. Integrasi media terhadap tampak
secara keseluruhan
4. WR= aspek warna, keharmonisan warna dalam penampilan bangunan
5. AA= Akhiran atap, keindahan akhiran atap dalam tapak secara keseluruhan

Tabel XIV. 01: Tabel Pendapat awam


nilai
tampak awam
T1 8
T2 5
T3 7
T4 4
T5 2
T6 1

Tabel XIV.02: Tabel Pendapat awam dan Pendapat ahli


ASPEK PENDAPAT AHLI
tampak awam
MM CUJ ADV WR AA
T1 8 3 5 5 7 1
T2 5 4 2 3 0 7
T3 7 0 1 5 7 0
T4 4 5 2 -1 0 0
T5 2 5 2 0 3 1
T6 1 -2 -2 0 9 1

1. Masukkan data pada kedua tabel di atas dalam software SPSS 18


2. Buka Software SPSS, tampilkan data menu seperti di bawah ini:

Tabel XIV.03: Tampilan Datal view SPSS

141
3. Lakukan proses labelling dengan memasukkan nama-nama variabel pada
Variable sheet :

Tabel XIV.04: Tampilan Variable View SPSS

4. Klik Analyze I Correlate I Bivariate......, lalu pindahkan variable awam dan


MM (modern minimalis) ke kolom Variables. Pada Correlation Coefficients,
pilihlah Pearson.

Gambar 14.05. Tampilan Bivariate Correlation antara Awam dan MM

Lalu dalam output SPSS 18 akan muncul sebagai berikut:


Tabel XIV.05: Output Tabel Correlation antara Awam dan MM (modern
minimalis)

142
5. Dengan cara yang sama seperti langkah 4, namun untuk Awam dan
CUJ, akan didapat :
Tabel XIV.06: Output Tabel Correlation antara Awam dan CUJ
(Pemakaian Curtain Wall dan Jendela)

6. Dengan cara yang sama seperti langkah 4, namun untuk Awam dan
CUJ, akan didapat :
Tabel XIV. 07: Output Tabel Correlation antara Awam dan ADV
(Ketersediaan Space untuk Advertisement)

7. Dengan cara yang sama seperti langkah 4, namun untuk Awam dan
WARNA (Penggunaan Aspek Warna dalam Disain Ruko), akan
didapat :
Tabel XIV. 08: Output Tabel Correlation antara Awam dan warna

8. Dengan cara yang sama seperti langkah 4, namun untuk Awam dan
AKHIRAN ATAP

143
Tabel XIV. 09: Output Tabel Correlation antara Awam dan akhiran atap

Dari seluruh rangkaian analisis uji korelasi maka dapat disimpulkan tabel sebagai
berikut:
Tabel XIV.10: Ringkasan Korelasi antara Pengamat Awam dengan Pengamat
Ahli

koef
tampak korelasi
MM 0,114
CUJ 0,714
ADV 0,871
WR 0,056
AA 0,027

CONTOH 2:
Dalam contoh kedua seorang mahasiswa S1 akan meneliti suatu pemukiman di
kawasan Banyumanik mengenai apakah ada hubungan yang siknifikan antara
besarnya pendapatan dengan luas rumah yang mereka miliki.

Tabel XIV.11: Tabel Pendapatan dan Luas Rumah


Luas
pendapatan rumah
3 27,5
4,5 35
5 37
6 40
4 30
3 27
2 21
7 64
5 36
3,5 28
4,2 32
6,6 54

1. Masukkan data pada tabel di atas pada software SPSS 18


144
2. Buka software SPSS 18 tampilkan menu data :Maka akan muncul Data View
SPSS 18 sebagai berikut:

Gambar 14.06: Data view SPSS 18

3. Buat langkah labelling pada variable view SPSS 18. Maka akan muncul
tampilan Varable View sebagai berikut:

Gambar 14.07: Variable View SPSS 18

4. Klik Analyze I Correlate I Bivariate......, lalu pindahkan variable ―pendapatan‖


dan ―luas_rumah‖ ke kolom Variables. Pada Correlation Coefficients, pilihlah
Pearson.

Tabel XIV.12: Output Korelasi SPSS

145
5. Interpretasi Data:
Angka koefisien korelasi 0,936 artinya hubungan antara pendapatan dengan
variabel luas rumah sangat erat (mendekati 1). Koefisien korelasi bertanda
positif (+), artinya hubungan antara variabel pendapartan dan luas_rumah
bersifat searah, artinya jika pendapatan semakin besar maka luas rumah juga
semakin besar.
Tanda ** menunjukkan bahwa koefisien korelasi tersebut siknifikan pada taraf
kepercayaan 99%.

B.UJI REGRESI

Analisa korelasi digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dua
atau lebih variabel. Sedangkan analisis regresi berguna untuk memprediksi
seberapa jauh pengaruh satu atau beberapa variabel bebas (independen) terhadap
variabel bergantung.
Ada 2 macam uji regresi ( paling tidak untuk koridor Sarjana Strata 1)
a. Regresi Linier sederhana
b. Regresi Linier Berganda

a. Regresi Linier Sederhana


Contoh untuk Regresi Linier sederhana digambarkan sebagai pola hubungan
antara dua variabel :
Seorang manajer pemasaran real estate PT. KARSA MAJU ingin mengamati
pengaruh harga jual produk unit type rumah 45 terhadap volume penjualan unit
rumah.
Untuk itu dilakukan pengamatan di berbagai daerah penjualan. Data – data yang
didapat seperti tercantum dalam data excel regresi (1)

Tabel XIV.13: Tabel Data Harga Jual dan Volume Penjualan

harga jual volume penjualan


200 27231
225 25320
350 20220
375 12700
220 26000
270 22000
400 16450
450 15210
370 19650
500 12410

146
Langkah-langkah:
1. Masukkan data di atas pada software SPSS 18
2. Buka software SPSS, tampilkan Medu Data. Maka akan muncul data sebagai
berikut

Tabel XIV.14: Data View SPSS

3. Buat langkah labelling pada Variable view, maka akan muncul sebagai berikut

Tabel XIV.15: Variable View SPSS

4. Klik Analyze I Regression I Linier pada menu bar


5. Pindahkan pendapatan ke variabel bebas ke kolom Independent(s), dan
variabel luas rumah ke kolom variabel tergantung (Dependent Variable).

Gambar 14. 08: Tampilan Menu Linier Regression pada SPSS 18

147
Klik menu statistic... Tandai estimates, Confidenceinterval, Model fit, dan
Descriptives, kemudian klik Continue. Pada kotak Regression Coefficient
terdapat beberapa item, sebagai berikut:

Gambar 14.09: Tampilan menu Statistic pada SPSS 18

a. Estimates berguna untuk memperkirakan hasil analisa regresi


b. Confidence intervals merupakan interval taraf kepercayaan dari
persamaan regresi yang didapat. Pada interval taraf kepercayaan akan
ditampilkan lower bound dan upper bound kurva normal.
c. Covariance matrix akan menampilkan matriks varian/ kovarian
d. Model fit akan menampilkan analisis regresi yang disertakan analisis
varian atau uji F regresi. Uji F ini berguna untuk mengetahui semua
variabel prediktor (variabel bebas) yang berpengaruh terhadap
variabel kriterium (variabel bergantung)

6. Klik Option.....
Use probability of F digunakan untuk menentukan pada taraf kesalahan berapa
variabel prediktor akan dikeluarkan dari persaman dan pada taraf kesalahan
berapa variabel prediktor akan dimasukkan ke dalam persamaan. Pada kondisi
default, variabel prediktor akan masuk dalam persamaan jika kesalahannya
kurang dari 0,05 (5%) dan dikeluarkan jika lebih dari 0,1 (10%).

Use F Value juga digunakan untuk menentukan taraf kesalahan dimana


variabel prediktor akan dikeluarkan dari persamaan dan taraf kesalahan
dimana variabel prediktor akan dimasukkan ke dalam persamaan. Jika Use

148
probability of F menggunakan angka probabilitas, maka use F value
menggunakan nilai F pada tabel.

Gambar 14.10: Menu Linier Regression Option pada SPSS 18

Include Constant in equation digunakan untuk menampilkan konstanta


persamaan garis regresi.
Pada pilihan missing values, pilih Replace with mean, yang artinya data-data
yang hilang digantikan dengan rata-rata.

7. Klik Continue.... OK...


8. OUTPUT SPSS :

Tabel XIV.16: Descriptive Statistic

Mean Std. Deviation N

Volume Penjualan 19719.10 5440.755 10

harga dalam juta 336.00 103.005 10

Tabel deskriptif dapat dibaca sebagai berikut :


Rata-rata volume penjualan = 19719,10 unit
Rata-rata harga unit rumah = Rp. 336 juta
Standar deviasi volume penjualan = 5440,755 unit
Standar deviasi harga = Rp. 103 juta

149
Tabel XIV.17: Correlation Table

Korelasi Pearson (Pearson Correlation) = -0.935


Nilai -0,935 merupakan nilai r hitung. Angka ini menunjukkan korelasi atau
hubungan negatif antara harga dan penjualan, artinya jika harga dinaikkan maka
jumlah volume penjualan akan turun.

Sig (1-tailed) atau probabilitas = 0,00


Untuk mengetahui apakah nilai Thitung tersebut siknifikan atau tidak maka
Thitung perlu dibandingkan dengan Ttabel atau dengan melihat nilai
probabilitasnya. Korelasi siknifikan jika Thitung lebih besar dari Ttabel
(Thitung>Ttabel) atau nilai probabilitasnya kurang dari taraf kesalahan, dimana
uji dilakukan satu sisi (1tailed). Oleh karena sudah diketahui bahwa korelasinya
negatif maka dilakukan uji kiri satu sisi. Terlihat bahwa nilai probabilitasnya
0,000 < 0,05 (taraf siknifikansi) yang berarti korelasi/hubungan siknifikan.

Tabel XIV.18: Variable Entered/ Removed

Variables Entered (variabel yang masuk persamaan)


Variabel prediktor yang dimasukkan berdasarkan kriteria Use Probability of F
Entry 0,05 dan Removal 0,10. Dapat dilihat bahwa variabel harga (dalam juta)
masuk dalam persamaan karena masuk kriteria.

Variables Removed (variabel yang dikeluarkan dalam persamaan)


Dapat dilihat bahwa tidak ada variabel prediktor yang dikeluarkan.

150
Method (metode) merupakan pilihan metode yang digunakan dalam hal ini
digunakan metode enter. Metode-metode lain akan dibahas dalam bagian Regresi
Linier Berganda.

Tabel XIV.19: Model Summary

R disebut juga dengan koefisien korelasi. Dapat dibaca bahwa nilai


koefisien korelasi antara variabel harga dan volume penjualan adalah
0,935, berarti hubungan antara harga dan volume penjualan adalah sebesar
93,5% (pada tabel ini tidak dituliskan nilai korelasi tersebut bernilai positif
atau negatif)
R square disebut Koefisien Determinasi. Dari tabel dapat dibaca bahwa
nilai R square (R2) adalah 0,873, artinya 87,3% variasi yang terjadi
terhadap banyak sedikitnya jumlah volume penjualan disebabkan variasi
harga jual dan sisanya (12,7%) tidak dapat diterangkan.
Adjusted R square merupakan nilai R2 yang disesuaikan sehingga
gambarannya lebih mendekati mutu penjajakan model dalam populasi.

 n 1 
 
AdjustedR 2  1  1  R 2  
nk 
dim ana
n   sampel
k   parameter
 10  1 
AdjusterR 2  1  1  0,873   0,857
 10  2 

Standard Error of the Estimation merupakan kesalahan standar dari


penaksiran dan bernilai 2054,103.

151
Tabel XIV.20 : Tabel ANOVA

Tabel ini menampilkan nilai Fhitung. Uji F dipergunakan untuk menentukan


apakah model penaksiran yang kita gunakan tepat atau tidak.
Model yang digunakan adalah model linier Y=a+bX selain itu masih banyak
model-model penaksiran yang lain seperti:

Model kuadratik Y=a+bX+cX2


Model eksponensial Y=abx
Model growth (pertumbuhan) Y=a.ebx

Untuk menguji apakah model linier Y=a+b X tersebut sudah tepat atau belum.
Fhitung pada ANOVA harus diperbandingkan dengan Ftabel.
Fhitung = 55,142
Ftabel dilihat pada tabel F dalam lampiran
Taraf siknifikansi 5%
df pembilang = jumlah variabel -1 = (2-1) = 1
df penyebut = jumlah data – jumlah variabel = (10-2) = 8
Sehingga Ftabel = 5,32
Maka dapat dikatakan bahwa Fhitung>Ftabel atau 55,142>5,32, oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa Y=a+bX sudah tepat dan dapat dipergunakan.
Selain membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel, ada cara yang lebih mudah
untuk menentukan ketepatan model di atas, yaitu dengan membandingkan
probabilitas (pada tabel Anova tertulis Sig) dengan taraf nyatanya 0,05
Jika probabilitas >0,05 maka model ditolak
Jika probabilitas<0,05 maka model diterima
Dapat dilihat bahwa nilai probabilitas (Sig) adalah 0,00<0,05berarti model
diterima atau dapat disimpulkan bahwa persamaan linier Y=a+bX sudah tepat.

Tabel XIV.21: Tabel Coeficient

152
Dalam tabel Coefficients
Kolom Unstandardized Coefficients
Constant = 36.304,376
Harga unit rumah = -49,361 (juta)
Dari sini didapat persamaan regresi linier :
Y= 36.304,365 – 49,361 X

b. Regresi Linier Berganda

Contoh untuk Regresi Linier Berganda digambarkan sebagai pola hubungan lebih
dari dua variabel sebagai berikut:
Untuk meningkatkan jumlah penerimaan dari penjualan mebel, PT KARSA
MAKMUR menggunakan strategi promosi dan pengendalian mutu (Quality
Control) produk. Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan promosi dan
pengendalian mutu sangat besar.
Manajer ingin meneliti sejauh mana pengaruh iklan dan pengendalian mutu
dalam mempengaruhi pendapatan perusahaan. Data pengeluaran tahunan untuk
iklan dan pengendalian mutu serta penerimaan pendapatan perusahaan
digambarkan dalam tabel excel sheet regresi berganda (2)

Tabel XIV. 22: Tabel Data Regresi

iklan QC Penerimaan
(juta)
10 3 44
9 4 40
11 3 42
12 3 46
11 4 48
12 5 52
13 6 54
13 7 58
14 7 56
15 8 60

Langkah-langkah:
1. Masukkan data di atas pada software SPSS 18
2. Buka software SPSS, tampilkan Medu Data. Maka akan muncul data sebagai
berikut:

153
Tabel XIV.23: Data View SPSS

3. Buat langkah labelling pada Variable view, maka akan muncul sebagai
berikut:

Tabel XIV.24: Variable View SPSS

4. Klik Analyze I Regression I Linier pada menu bar


5. Pindahkan pendapatan ke variabel PENERIMAAN/PENDAPATAN ke kolom
Independent(s), dan variabel IKLAN DAN QC ke kolom variabel tergantung
(Dependent Variable). Pada default pilih BACKWARD

Gambar 14.11: Tampilan Menu Linier Regression pada SPSS 18

154
6. Klik menu statistic... Tandai estimates, Model fit ABAIKAN YANG LAIN,
kemudian klik Continue. Pada kotak Regression Coefficient terdapat beberapa
item, sebagai berikut:

Gambar 14.12: Tampilan menu Statistic pada SPSS 18

a. Estimates berguna untuk memperkirakan hasil analisa regresi


b. Confidence intervals merupakan interval taraf kepercayaan dari
persamaan regresi yang didapat. Pada interval taraf kepercayaan akan
ditampilkan lower bound dan upper bound kurva normal.
c. Covariance matrix akan menampilkan matriks varian/ kovarian
d. Model fit akan menampilkan analisis regresi yang disertakan analisis
varian atau uji F regresi. Uji F ini berguna untuk mengeathui semua
variabel prediktor (variabel bebas) yang berpengaruh terhadap variabel
kriterium (variabel bergantung)

Gambar 14.13: Menu Linier Regression Option pada SPSS 18


155
7. Klik Option.....
Use probability of F digunakan untuk menentukan pada taraf kesalahan berapa
variabel prediktor akan dikeluarkan dari persaman dan pada taraf kesalahan
berapa variabel prediktor akan dimasukkan ke dalam persamaan. Pada kondisi
default, variabel prediktor akan masuk dalam persamaan jika kesalahannya
kurang dari 0,05 (5%) dan dikeluarkan jika lebih dari 0,1 (10%).
Use F Value juga digunakan untuk menentukan taraf kesalahan dimana
variabel prediktor akan dikeluarkan dari persamaan dan taraf kesalahan
dimana variabel prediktor akan dimasukkan ke dalam persamaan. Jika Use
probability of F menggunakan angka probabilitas, maka use F value
menggunakan nilai F pada tabel.
Include Constant in equation digunakan untuk menampilkan konstanta
persamaan garis regresi.
8. Pada pilihan missing values, pilih Exclude Case Listwise, yang artinya data-
data yang hilang digantikan dengan rata-rata.
9. Klik Continue.... OK...
10. OUTPUT SPSS :

Tabel XIV.25: Variable Entered Removed

Variables Entered (variabel yang masuk persamaan)


Variabel prediktor yang dimasukkan berdasarkan kriteria Use Probability of F
Entry 0,05 dan Removal 0,10. Dapat dilihat bahwa variabel Biaya Quality
Control (QC) dan Biaya Iklan masuk dalam persamaan karena masuk kriteria.

Variables Removed (variabel yang dikeluarkan dalam persamaan)


Dapat dilihat bahwa tidak ada variabel prediktor yang dikeluarkan.
Method (metode) merupakan pilihan metode yang digunakan dalam hal ini
digunakan metode enter.

Tabel XIV. 26: Model Summary

156
R disebut juga dengan koefisien korelasi. Dapat dibaca bahwa nilai koefisien
korelasi antara variabel harga dan volume penjualan adalah 0,964, berarti
hubungan antara harga dan volume penjualan adalah sebesar 96,4% (pada tabel
ini tidak dituliskan nilai korelasi tersebut bernilai positif atau negatif)
R square disebut Koefisien Determinasi. Dari tabel dapat dibaca bahwa nilai R
square (R2) adalah 0,930, artinya 93,0% variasi yang terjadi terhadap banyak
sedikitnya jumlah volume penjualan disebabkan variasi harga jual dan sisanya
(7,0%) tidak dapat diterangkan.
Adjusted R square merupakan nilai R2 yang disesuaikan sehingga gambarannya
lebih mendekati mutu penjajakan model dalam populasi.

 n 1 
 
AdjustedR 2  1  1  R 2  
nk 
dim ana
n   sampel
k   parameter
 10  1 
AdjusterR 2  1  1  0,930    0,910
 10  2 

Standard Error of the Estimation merupakan kesalahan standar dari penaksiran


dan bernilai 2,09531.

Tabel XIV. 27: Anova

Tabel ini menampilkan nilai Fhitung. Uji F dipergunakan untuk menentukan


apakah model penaksiran yang kita gunakan tepat atau tidak.
Model yang digunakan adalah model linier Y=a+b 1X1+b2X2 selain itu masih
banyak model-model penaksiran yang lain seperti:

Model kuadratik Y=a+bX+cX2


Model eksponensial Y=abx
Model growth (pertumbuhan) Y=a.ebx

157
Untuk menguji apakah model linier Y=a+b 1X1+b2X2 tersebut sudah tepat atau
belum. Fhitung pada ANOVA harus diperbandingkan dengan Ftabel.
Fhitung = 46,610
Ftabel dilihat pada tabel F dalam lampiran
Taraf siknifikansi 5%
df pembilang = jumlah variabel -1 = (3-1) = 2
df penyebut = jumlah data – jumlah variabel = (10-3) = 7
Sehingga Ftabel 0,05(2;7)= 4,74
Maka dapat dikatakan bahwa Fhitung>Ftabel atau 46,610>4,74, oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa Y=a+b1X1+b2X2 sudah tepat dan dapat dipergunakan.
Selain membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel, ada cara yang lebih mudah
untuk menentukan ketepatan model di atas, yaitu dengan membandingkan
probabilitas (pada tabel Anova tertulis Sig) dengan taraf nyatanya 0,05
Jika probabilitas >0,05 maka model ditolak
Jika probabilitas<0,05 maka model diterima
Dapat dilihat bahwa nilai probabilitas (Sig) adalah 0,00<0,05berarti model
diterima atau dapat disimpulkan bahwa persamaan linier Y=a+b 1X1+b2X2 sudah
tepat.

Tabel XIV. 28: Coefficient

Persamaan regresi :

Y=a+b1X1+b2X2
Y=17,944+1,873X1+1,916X2

Y = pendapatan Perusahaan (juta Rp)


X1 = Biaya Iklan (Rp)
X2 = Biaya Quality Control (Rp)

Konstanta (a) = 17,944, artinya tanpa perlu mengeluarkan biaya iklan dan biaya
quality control, perusahaan CV Karsa Makmur akan memperoleh penerimaan
mebel sebesar Rp. 17,944 juta. (mebel)
pendapatan penjualan pupuk
Koefisien regresi X1 (b1) = 1,873, artinya dengan perusahaan mengeluarkan
biaya iklan sebanyak 1 juta akan memberikan tambahan penerimaan pendapatan
perusahaan sebesar Rp. 1,873 juta.

158
Koefisien regresi X2 (b2) = 1,915, artinya pengeluaran perusahaan sebesar 1 juta
untuk kegiatan quality control akan memberikan tambahan penerimaan
pendapatan sebesar Rp. 1,915 juta.

V. LATIHAN DAN TEST FORMATIF

1. Buat kasus penelitian yang analisisnya menggunakan Uji Korelasi


2. Buat kasus penelitian yang analisisnya menggunakan Uji Regresi.
3. Analisis masing-masing kasus baik dengan Uji Korelasi maupun dengan
Uji Regresi sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah diberikan pada
modul ini.

VI. UMPAN BALIK

Jika mahasiswa dapat menjawab kasus disain tersebut dengan kondisi 90%
benar, maka mahasiswa dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya. Selamat
kepada yang telah berhasil menjawab dengan sempurna.

VII. DAFTAR PUSTAKA

METODE KUANTITATIF
1. Achmad, Junaedi, 2000, Statistik untuk Arsitektur, Gama Press, Yogyakarta
2. Santoso, Singgih, 2010, Mastering SPSS 18, Kompas Gramedia, Jakarta
3. Santoso, Singgih, 2007, Statistik dengan SPSS dan Excel, Kompas
Gramedia, Jakarta
4. Arif, Pratisto, 2004, Cara mudah mengatasi masalah statistik dengan
rancangan percobaan, PT Elex Media Computindo, Jakarta
5. Agus B Purnomo, 2009, Teknik Kuantitatif untuk Arsitektur dan
Perancangan Kota, Rajawali Pers, Jakarta.
6. www.docstoc.com/docs/4083546/Scatter-Plot---Grafik akses 27 Agustus
2013

VIII. SENARAI

Uji Korelasi : Metode Analisis untuk mengetahui sejauh apa korelasi antar
variabel.
Uji Regresi : Metode Analisis untuk mengetahui sejauh apa korelasi antar
variabel serta memprediksikan model hubungan antar variabel
Data View : Tampilan Data pada SPSS 18.

159
MATERI XV
ANALISIS FAKTOR DAN
MULTI DIMENSIONAL SCALE (MDSCAL)

I. Deskripsi Singkat

Pada saat masuk ke lokasi penelitian, seringkali kita dihadapkan banyak sekali
faktor yang berhubungan dengan topik yang akan kita teliti. Faktor-faktor yang
bisa saja sangat banyak jumlahnya tersebut harus kita kelompokkan untuk
memudahkan analisis dan pembahasan. Metode analisis faktor ini akan mengajak
dan membimbing mahasiswa untuk mengelompokkan sejumlah faktor menjadi
kelompok variabel yang mudah dianalisis. Dengan demikian, maka analisis faktor
ini juga akan membuang faktor-faktor yang tidak relevan dengan topik penelitian.
Oleh karena itu, manfaat dari materi ini adalah mendapatkan keterampilan
menganalisis faktor-faktor yang muncul dalam suatu penelitian serta
mengelompokkan menjadi kelompok variabel yang mudah dipahami inter
korelasinya terhadap tema penelitian yang diambil. Tujuan pembahasan setelah
mendapatkan materi kuliah ini maka mahasiswa diharapkan dapat mensintesakan
(C5) keterampilan analisis faktor dengan menggunakan software SPSS 18 dalam
MK Metodologi Riset dan Stattistik pada semester 4, MK Seminar semester 6 dan
7 serta MK Perancangan Arsitektur dan Tugas Akhir.
Perancangan denah pada Mata Kuliah Perancangan Arsitektur merupakan proses
berpikir kreatif. Sebagain besar mahasiswa mengandalkan cara berpikir intuitif
untuk membuat suatu rancangan denah. Namun tidak semuanya dapat berhasil
dengan baik konfigurasi ruang yang tepat bahkan banyak yang kurang tepat
meletakkan ruang-ruang dengan baik. Metode analisis ruang dengan
menggunakan teknik Mutidimensional Scalling akan mengesampingkan pola
berpikir intuitif dan menggantinya menjadi pola berpikir obyektif yang memiliki
tingkat akurasi yang tinggi. Manfaat dari materi ini adalah mendapatkan
keterampilan mendisain denah yang obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan
secara akurat sesuai dengan analisis keruangan yang terdapat dalam alat bantu
software SPSS 18. Oleh karenanya, setelah mendapatkan kuliah ini mahasiswa
diharapkan dapat mensintesakan (C5) keterampilan tersebut dalam MK
Perancangan Arsitrektur minimal pada semester 4.

II. Relevansi

Dalam pembahasan mengenai analisis faktor, maka mahasiswa perlu mempelajari


sub-sub variabel dan indikator variabel dalam penelitian serta menjabarkannya
dalam inventarisasi faktor yang akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan
analisis faktor dalam software SPSS 18. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai

160
Analisis Faktor (AF) sebagai salah satu sub sistem dalam MK Metodologi Riset
dan Statistik akan diberikan dalam proses belajar mengajar di semester ini
Dalam melakukan analisis disain tata ruang yang terdapat dalam perancangan
denah MK Perancangan Arsitektur, mahasiswa melakukan sintesa keterdekatan
antar ruang yang dituangkan dalam Matriks Hubungan Ruang (MHR) yang
menjadi dasar bagi software SPSS untuk mensintesakan Eucladian Distance
Model (EDM) dalam bentuk grafik. Grafik EDM inilah yang akan diolah secara
grafis menjadi Denah berdasarkan nilai keterdekatan yang ada dalam Matriks
Hubungan Ruang (MHR). Oleh karena itu, pengetahuan mengenai nilai
keterdekatan antar ruang dan Matriks Hubungan Ruang yang diberikan dalam
MK Perancangan Arsitektur akan diintegrasikan dalam analisis MDScall
semester ini.

III. Kompetensi
1. Standar Kompetensi

Dengan dikuasainya materi Analisis Faktor, identifikasi sub-sub variabel dan


indikator variabel penelitian, pengelompokan faktor-faktor dalam variabel,
serta dasar-dasar pembuatan kuesioner untuk menetapkan faktor-faktor apa
saja yang muncul dalam penelitian, maka dengan diberikannya suatu kasus
penelitian tertentu, setelah mengikuti proses perkuliahan ini, diharapkan
mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro akan dapat menganalisa (C4) serta mensintesakan (C5) dengan
80% sesuai standar dan kaidah penelitian yang benar.
Dengan dikuasainya kreatifitas desain tata letak dan denah rancangan
bangunan dalam metode MDScall ini, maka dengan diberikannya kasus
suatu bangunan dalam hal ini materi Perancangan pada MK Perancangan
Arsitektur semester 4, setelah mengikuti proses perkuliahan ini, diharapkan
mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro akan dapat merancang denah bangunan secara obyektif dengan
80% sesuai standar dan kaidah arsitektur.

2. Kompetensi Dasar

Dengan diberikannya kemampuan analisis faktor pada suatu kasus penelitian


, maka mahasiswa dapat mensintesakan (C5) permasalahan penelitian dalam
MK Metodologi Riset semester IV.
Dengan diberikannya metode MDScall pada MK Metode Riset semester 4
ini, maka mahasiswa dapat mensintesakan (C5) disain rancangan denah
suatu bangunan pada MK Perancangan Arsitektur semester IV.

161
3. Indikator

Kemampuan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur dalam menjelaskan


kembali serta menerapkan konsep dan metode analisis faktor (AF) dalam
penelitian dengan indikator kemampuannya dalam :
a. Menyebutkan dengan benar semua faktor yang terdapat dalam suatu
kasus penelitian sesuai dengan hasil kuesioner yang disebarkan
kepada para responden.
b. Dengan diberikannya suatu kasus pada suatu penelitian kawasan
perumahan, mahasiswa dapat memahami faktor-faktor yang muncul
serta dapat menyebutkan dengan tegas langkah-langkah analisis yang
dibutuhkan untuk dapat melakukan pengelompokan faktor ke dalam
variabel-variabel.
c. Memahami prosedur sederhana pembuatan kuesioner dengan
pertanyaan dan jawaban tertutup (bukan merupakan pembahasan
utama materi ini).
d. Mampu mebuat topik penelitian yang relevan dengan penggunaan dan
penerapan Analisis Faktor
Kemampuan mahasiswa semester 4 Jurusan Arsitektur dalam menjelaskan
kembali serta menerapkan konsep disain denah suatu bangunan pada Mk
Perancangan Arsitektur dengan indikator kemampuannya dalam :
a. Mengolah tingkat keterdekatan antar ruang.
b. Mengolah tingkat keterdekatan antar ruang dalam MHR (Matriks
Hubungan Ruang).
c. Menganalisa dan mensintesakan MHR dalam perangkat lunak SPSS
18.
d. Menerapkan step-step ataupun langkah-langkah yang ada dalam
instruksi SPSS 18 secara benar, urut dan tepat
e. Melakukan komparasi antara denah hasil pemikiran intuitif dan denah
hasil analisis dengan MDScall.
f. Melakukan sintesa akhir tentang denah yang paling nyaman, tepat dan
benar.

IV. ANALISIS FAKTOR DAN MULTI DIMENSIONAL SCALE (MDSCAL)

A. ANALISIS FAKTOR

Analisis Faktor merupakan teknik untuk mengidentifikasi variabel atau faktor


yang memiliki pola hubungan tertentu dalam sebuah kelompok variabel. Secara
umum analisis faktordigunakan untuk mengidentifikasi sejumlah faktoratau
variabel yang memiliki karakter sama. Dengan demikian, anda dapat membuang
atau menyertakan variabel yang memiliki korelasi pada konteks penelitian.
162
CONTOH ANALISIS FAKTOR
Seorang mahasiswa S1 dalam MK Seminar akan melakukan penelitian tentang
persepsi ruang komunal pada pemukiman nelayan Tambak Mulyo Semarang.
Ada 20 orang responden yang telah menjawab 9 item pertanyaan tentang :
1. Fungsi jalan
2. Kegiatan komunal di jalan
3. Moda
4. Kualitas moda
5. Keberadaan sitting group
6. Aksesibilitas dan visibilitas sitting group
7. Keberadaan pepohonan
8. Pemanfaatan ruang untuk bersosialisasi
9. Kegiatan local wisdom di ruang komunal

TPI
Tambak
Lorok

Sebenarnya, pada data yang diperoleh terdapat beberapa kemiripan antara satu
variabel dengan variabel lainnya. Oleh karena itu peneliti hendak meringkas, dan
menggabungkan variabel yang memiliki karakteristik yang sama menjadi satu
variabel atau satu faktor saja. Setelah mengetahui faktor mana saja yang layak,
baru kemudian proses analisa faktor dilakukan. Berikut ini data yang diperoleh.

163
Tabel XV.01: Data Responden Survai format Excel

MEMILIH VARIABEL 1
Langkah-langkah untuk melakukan analisis faktor adalah:
1. Definisikan variabel dalam Variable View
VARIABEL 1
Nama : P1
Type : Numeric
Decimal : 0
Width : 9
Label : Fungsi jalan
Value : 1= buruk; 2= kurang baik; 3= baik

VARIABEL 2
Nama : P2
Type : Numeric
Decimal : 0
Width : 9
Label : Kegiatan Komunal pada Jalan Lingkungan
Value : 1= buruk; 2= kurang baik; 3= baik

164
VARIABEL 3
Nama : P3
Type : Numeric
Decimal : 0
Width : 9
Label : Keberadaan moda transportasi
Value : 1= buruk; 2= kurang baik; 3= baik

VARIABEL 4
Nama : P4
Type : Numeric
Decimal : 0
Width : 9
Label : Kualitas Moda Transportasi
Value : 1= buruk; 2= kurang baik; 3= baik

VARIABEL 5
Nama : P5
Type : Numeric
Decimal : 0
Width : 9
Label : Keberadaan sitting group
Value : 1= buruk; 2= kurang baik; 3= baik

VARIABEL 6
Nama : P6
Type : Numeric
Decimal : 0
Width : 9
Label : Kualitas Sitting group
Value : 1= buruk; 2= kurang baik; 3= baik

VARIABEL 7
Nama : P7
Type : Numeric
Decimal : 0
Width : 9
Label : Ketersediaan lansekap pepohonan
Value : 1= buruk; 2= kurang baik; 3= baik

165
VARIABEL 8
Nama : P8
Type : Numeric
Decimal : 0
Width : 9
Label : Nilai Manfaat Ruang Komunal
Value : 1= buruk; 2= kurang baik; 3= baik

VARIABEL 9
Nama : P9
Type : Numeric
Decimal : 0
Width : 9
Label : Kegiatan Local Wisdom pada ruang Komunal
Value : 1= buruk; 2= kurang baik; 3= baik

2. Masukkan data ke data editor

Gambar 15.01 : Mengisi Data View Analis Faktor – SPSS 18

3. Klik menu Analyze Dimension Reduction Factor

166
Gambar 15.02: Memilih sub menu Data Reduction

4. Setelah itu akan muncul kotak dialog Factor Analysis


5. Masukkan semua variabel (variabel P1 sampai dengan P9) ke kotak variabel
(s)

Gambar 15.03 : Kotak Dialog Factor Analysis

6. Klik tombol Descriptives sehingga muncul kotak dialog Descriptives.


7. Pada pilihan Statistic, pilih Initial Solution.
8. Untuk menentukan matriks korelasi, pada pilihan Correlation Matrix aktifkan
KMO and Bartlett’s test of sphericity dan Anti Image.

167
Gambar 15.04: Kotak Dialog Descriptives

9. Abaikan pilihan lain kemudian klik Continue, lalu klik OK. Hasilnya pada
jendela output akan muncul beberapa tampilan.
FACTOR
/VARIABLES P1 P3 P4 P5 P6 P7 P9 P2 P8
/MISSING LISTWISE
/ANALYSIS P1 P3 P4 P5 P6 P7 P9 P2 P8
/PRINT INITIAL KMO AIC EXTRACTION ROTATION
/PLOT EIGEN
/CRITERIA MINEIGEN(1) ITERATE(25)
/EXTRACTION PC
/CRITERIA ITERATE(25)
/ROTATION VARIMAX
/METHOD=CORRELATION.

Factor Analysis
[DataSet1] D:\11 METORIS\ERNI\METORIS 11062013\DATA AF 3.sav

KMO and Bartlett's Test


Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .508
Bartlett's Test of Approx. Chi-Square 41.227
Sphericity df 36
Sig. .253
Gambar 15.05 : KMO and Bartkett’s Test
168
Untuk mengetahui variabel mana saja yang layak untuk dimasukkan dalam analisa lanjut, Anda dapat melihat KMO and
Bartlett’s test. Jika dalam tabel itu Anda melihat nilai KMO MSA (Kaiser Meyer Olkin Measure of Samling Adequency) lebih
dari 0,5 maka Anda dapat melanjutkan proses Analisa. Pada hasil perhitungan diperoleh nilai KMO MSA adalah 0,508,
artinya > 0,500 maka proses analisa dapat dilanjutkan.

Gambar 15.06: Anti Image Matrics


Proses selanjutnya adalah melihat tabel Anti Image Matrics, untuk menentukan variabel mana saja yang layak digunakan dalam
analisa lanjutan. Pada tabel tersebut ada kode ―a’ yang artinya tanda untuk Measures of Sampling Adequacy (MSA). Diketahui
bahwa nilai MSA untuk masing-masing variabel adalah P1 0,759 , P2 0,281 ; P3 0,459; P4 0,565; P5 0,572; P6 0,613; P7
0,521; P8 0,266; P9 0,572.
Berdasarkan teori, variabel layak untuk dianalisis adalah bila nilai MSA lebih dari 0,5. Dari data hasil analisa diperoleh 3
variabel yang nilai MSAnya < 0,500 yaitu P2, P3, dan P8. Variabel yang pertama kali harus dikeluarkan adalah variabel dengan
nilai MSA terkecil, yaitu: P8
169
Tabel XV.02: Communalities

Tabel XV.03: Total Variance Explained

Tabel XV.04: Component Matrix

170
MEMILIH VARIABEL 2:

1. Klik menu Analyze Dimension Reduction Factor


2. Setelah itu akan muncul kotak dialog Factor Analysis
3. Masukkan semua variabel (variabel P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P9) ke kotak
variabel (s). P8 tidak diikutkan karena memiliki nilai MSA terkecil.
4. Klik tombol Descriptives sehingga muncul kotak dialog Descriptives.
5. Pada pilihan Statistic, pilih Initial Solution.
6. Untuk menentukan matriks korelasi, pada pilihan Correlation Matrix aktifkan
KMO and Bartlett’s test of sphericity dan Anti Image.
7. Abaikan pilihan lain kemudian klik Continue. Klik OK sehingga pada jendela
output akan muncul beberapa tampilan sebagai berikut:

Gambar 15.07 : KMO – Bartlett’s Test

171
Gambar 15.08 : Anti-Image Matrics
Dari hasil output pada nilai MSA terlihat bahwa masih ada 1 variabel yang memiliki nilai MSA<0,500 yaitu P2 atau
variabel kegiatan komunal di jalan lingkungan. Oleh karena itu sesuai dengan teori, maka P2 akan dikeluarkan dari
analisa.

MEMILIH VARIABEL 3
1. Klik menu Analyze Dimension Reduction Factor
2. Setelah itu akan muncul kotak dialog Factor Analysis
3. Masukkan semua variabel (variabel P1, P3, P4, P5, P6, P7, P9) ke kotak variabel (s). P2, dan P8 tidak diikutkan karena
memiliki nilai MSA terkecil.
4. Klik tombol Descriptives sehingga muncul kotak dialog Descriptives.

172
5. Pada pilihan Statistic, pilih Initial Solution.
6. Untuk menentukan matriks korelasi, pada pilihan Correlation Matrix aktifkan KMO and Bartlett’s test of sphericity
dan Anti Image.
7. Abaikan pilihan lain kemudian klik Continue. Klik OK sehingga pada jendela output akan muncul beberapa tampilan
sebagai berikut:

Gambar 15.09: KMO and Bartlett’s Test

173
Gambar 15.10: Anti- Image Factors SPSS 18

Dari hasil nilai KMO MSA menunjukkan paling kecil adalah variabel keberadaan Sitting group (P4) namun masih diatas
0,500. Artinya tidak perlu lagi mengekstrasi dan memilih variabel.
ANALISIS FAKTOR (FACTOR ANALYSIS)
Setelah menyeleksi dua variabel yang memiliki nilai MSA kurang dari 0,500 yaitu P2 dan P8, dan tidak lagi diketemukan
variabel dengan nilai MSA < 0,500, maka Anda dapat melakukan analisa faktor dengan mengikuti langkah berikut:
1. Klik menu Analyze Dimension Reduction Factor
2. Setelah itu akan muncul kotak dialog Factor Analysis

174
3. Masukkan semua variabel (variabel P1, P3, P4, P5, P6, P7, P9) ke kotak
variabel (s). P2 dan P8 tidak diikutkan karena memiliki nilai MSA terkecil.
4. Klik tombol Descriptives sehingga muncul kotak dialog Descriptives.
5. Pada pilihan Statistic, pilih Initial Solution.
6. Untuk menentukan matriks korelasi, pada pilihan Correlation Matrix aktifkan
KMO and Bartlett’s test of sphericity dan Anti Image.
7. Klik Extraction sehingga muncul kotak dialog Extraction.

Gambar 15.11: Kotak Dialog Extraction

8. Pada Display, aktifkan Unrotated Factor Solution dan screen Plot.


9. Abaikan pilihan lain kemudian klik Continue. Klik OK sehingga pada jendela
output akan muncul beberapa tampilan sebagai berikut:

Gambar 15.12: KMO and Bartlett’s Test

175
Gambar 15.13: Tampilan Tabel KMO- Bartlett’s Test dan Anti-Image Factors

176
Gambar 15.14 : Communalities

COMMUNALITIES
Communalities menunjukkan nilai faktor yang menjelaskan varian variabel. Nilai
yang ada pada Communalities selalu positif. Misal, pada variabel Ketersediaan
Moda transportasi (P3) menunjukkan angka 0,722

Gambar 15.15 : Total Varian Explained

TOTAL VARIANCE EXPLAINED

Total Variance Explained menunjukkan nilai masing-masing variabel yang


dianalisa. Pada contoh menggunakan 7 variabel berarti nilai ada 7 komponen
yang dianalisa. Ada dua macam analisa penjelasan varian, yaitu Extraction Sums
of Squared Loading dan Initial Eigenvalues.
Pada Extraction Sums of Squared Loadings menunjukkan jumlah varian yang
diperoleh, pada hasil output ada 2 varian, yaitu 2,724 dan 1,321. Sedangkan pada
Initial Eigenvalues menunjukkan faktor yang terbentuk, yang apabila semua
faktor dijumlahkan menunjukkan jumlah variabel. Pada contoh disebutkan nilai

177
itu secara berurutan, yaitu 2,724 + 1,321 + 0,983 + 0,829 + 0,459 + 0,400 + 0,284
= 7.

Gambar 15.16: Factor Analysis- Screen Plot

SCREEN PLOT

Screen Plot menunjukkan jumlah faktor terbentuk, dengan melihat ada berapa
banyak slope dengan kemiringan yang hampir sama. Pada contoh ada 7 titik yang
dihubungkan dengan 6 garis yang memiliki kemiringan berbeda. Garis pertama
mempunyai kemiringan yang terjal dan berbeda dengan kemiringan garis yang
lain. Sedangkan kemiringan garis ke 2 dan ketiga hampir sama, begitu pula
dengan garis ke 5 dan 6. Kemiringan yang berbeda juga ditunjukkan oleh garis ke
4.

Gambar 15.17: Component Matrix

178
COMPONENT MATRIX
Component Matrix menunjukkan nilai korelasi antara suatu variabel dengan
faktor yang terbentuk. Terlihat pada variabel ―Fungsi Jalan‖ korelasi variabel ini
dengan faktor 1 adalah 0,634, dan korelasi pada faktor 2 adalah 0,312. Dengan
demikian variabel ―Fungsi jalan‖ masuk pada faktor 1.
Terlihat pola dalam tabel Component Matrix bahwa semakin component
bertambah maka semakin kecil nilai angka korelasinya. Namun jika diperhatikan
secara cermat tabel di atas terdapat variabel yang rancu yaitu variabel ― Kegiatan
Local Wisdom‖ dimana memiliki ariabel dengan nilai korelasi menurun dari
komponent 1 ke 2. Untuk menyelesaikan persoalan ini digunakan METODE
ROTASI.

ANALISIS FAKTOR DENGAN ROTASI (ROTATED- FACTOR


ANALYSIS)
1. Klik menu Analyze Dimension Reduction Factor
2. Setelah itu akan muncul kotak dialog Factor Analysis
3. Masukkan semua variabel (variabel P1, P3, P4, P5, P6, P7, P9) ke kotak
variabel (s). P2, dan P8 tidak diikutkan karena memiliki nilai MSA terkecil.
4. Klik tombol Descriptives sehingga muncul kotak dialog Descriptives.
5. Pada pilihan Statistic, pilih Initial Solution.
6. Untuk menentukan matriks korelasi, pada pilihan Correlation Matrix aktifkan
KMO and Bartlett’s test of sphericity dan Anti Image.
7. Klik Extraction sehingga muncul kotak dialog Extraction.
8. Pada Display, aktifkan Unrotated Factor Solution dan screen Plot.
9. Klik Rotation sehingga muncul kotak dialog Rotation
10. Agar seragam pilih metode Varimax.
11. Abaikan pilihan lain kemudian klik Continue. Klik OK sehingga pada jendela
output akan muncul beberapa tampilan sebagai berikut:

Gambar 15.18: Kotak Dialog Rotation

179
Maka akan diperoleh gambar seperti di bawah ini:

Gambar 15.19: Rotated Component Matrix

Gambar 15.20: Component Transformation Matrix

Untuk mengetahui bagaimana membaca hasil analisa di atas, Anda dapat


mengikuti penjelasan berikut :
1. Variabel Fungsi Jalan
Pada variabel fungsi jalan, pada nilai komponen faktor 1 adalah 0,675 ;
pada komponen faktor 2 adalah 0,210. Karena nilai tertinggi pada
komponen faktor 1, maka variabel fungsi jalan termasuk pada Faktor 1.
2. Variabel Ketersediaan Moda
Nilai tertinggi variabel Ketersediaan Moda Transportasi adalah pada
komponen faktor 1. Maka variabel ini dikelompokkan pada Faktor 1
3. Variabel Kualitas Moda
Nilai tertinggi variabel Kualitas Moda ada pada komponen faktor 1. Maka
variabel ini masuk pada Faktor 1
4. Variabel Ketersediaan Sitting Group

180
Variabel sitting group masuk pada Faktor 2, karena nilai komponen faktor
2 adalah 0,439
5. Variabel akses Sitting Group
Variabel ini termasuk pada faktor 2
6. Variabel Ketersediaan Lansekap Pepohonan
Variabel pepohonan masuk pada Faktor 2
7. Variabel Kegiatan Local Wisdom
Variabel kegiatan local wisdom masuk pada Faktor 2.

Dari hasil perhitungan faktor dengan metode rotasi pada 7 variabel tersebut dapat
diringkas menjadi 2 faktor seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel XV. 05: Faktor dan Variabel

Faktor Variabel
1 Fungsi Jalan, Ketersediaan Moda, Kualitas Moda
2 Ketersediaan Sitting Group, Akses Sitting Group,
Lansekap Pepohonan dan Kegiatan Local Wisdom
pada Ruang Komunal

B. MULTI DIMENSIONAL SCALE (MDSCALL)

Tata ruang dalam Matriks Hubungan Ruang (MHR) pada dasarnya dapat
dianggap sebagai sebuah dimensi sehingga matriks tersebut sebenarnya adalah
gambaran suatu ruang multi dimensi. Namun untuk memahamiruang multi
dimensi tidak mudah untuk dilakukan. Kompleksitas yang diperlihatkan oleh
MHR biasanya sulit dipahami oleh arsitek.
Multi dimensional scalling (MDScall) adalah teknik kuantitatif yang berfungsi
untuk mengubah informasi numerik multi dimensi seperti MHR menjadi peta
atau denah dengan dimensi yang lebih kecil. Selama ini arsitek dan perancang
kota mematakan MHR dengan cara menggeser, mendekatkan atau menjauhkan
ruang dengan ruang lain sehingga dapat diperoleh peta atau denah yang secara
intuitif dianggap paling baik. Masalahnya yang disebut sebagai peta atau denah
yang baik itu sering tidak jelas.
Menurut Agus (2009) pemetaan MHR dengan menggunakan MDScall pada
dasarnya mirip dengan proses tersebut. Oleh MDScall, ruang-ruang dianggap
sebagai titik. Hubungan antar titik dianggap elastisi sehingga dapat ditarik
atau diulur. Proses ini akan menimbulkan atau mengurangi ketegangan atau stress
kepada penghubung elastis itu. MDScall menganggap bahwa konfigurasi ruang

181
yang optimum tercapai bila jumlah stress telah mencapai titik minimum
(SPSS,1966).
Menurut B.P. Agus (2009) di awal proses MDScall mengasumsikan bahwa
susunan ruang-ruang berbentuk lingkaran (Gambar 15.21). Jarak antar ruang
adalah ukuran keeratan atau proximity antar ruang. Makin kecil jarak antara dua
ruang, kedua ruang dianggap makin erat. Pada posisi awal tidak semua hubungan
ruang yang sesuai dengan MHR, tapi ada juga hubungan yang berbeda dengan
MHR. Dalam proses untuk mencari konfigurasi ruang yang paling mirip dengan
MHR, ruang-ruang diubah berkali-kali hingga jumlah stress paling kecil tercapai.

Gambar 15.21 : Konfigurasi ruang di awal proses MDScall ( B.P. Agus, 2009)

Menurut BP. Agus (2009) pada saat tertentu dalam proses perubahan tersebut,
ada hubungan-hubungan yang menjadi terlalu kencang dan ada juga hubungan
yang menjadi terlalu kendur. Penyesuaian jarak dua titik dengan jarak yang ada
dalam MHR dapat mengubah jarak titik itu dengan titik lain sehingga jarak
tersebut tidak sama lagi dengan jarak yang ada dalam MHR. Sebagai contoh,
perubahan jarak antara A dengan B menjadi jarak yang ada MHR, akan
mengubah jarak antara A dan C dan menyebabkan jarak antara A dan C tidak lagi
sama dengan jarak yang ada di MHR (Gambar 15.22).

Gambar 15.22: Perubahan jarak AB menjadi 4 unit (BP. Agus, 2009)

182
Perubahan tersebut menimbulkan stress kepada hubungan antara A dan C. Proses
dilanjutkan hingga jumlah stress minimum tercapai. Secara matematis, proses
yang telah diterangkan di atas rumit untuk dilakukan. Menggunakan SPSS,
MDScall dapat dilakukan hanya dengan memilih dan mengklik ikon-ikon
tertentu. Jadi pembaca tidak perlu mengetahui secara detail operasional
matematis yang berlaku dalam software SPSS.
Bila hendak menggunakan MDScall, maka kolom pertama MHR harus berisi
nama-nama ruang. Tiap kolom selanjutnya mewakili satu ruang dalam MHR. Sel
MHR yang merupakan pertemuan antara baris suatu ruang dengan kolom ruang
lainnya berisi ukuran hubungan antara kedua ruang tersebut. MHR hendaknya
ditulis ke dalam file yang dapat dipanggil oleh SPSS. B.P. Agus (2009)
menganjurkan agar MHR ditulis ke dalam file dengan format Excel Worksheet.
MDScall dapat memetakan MHR dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Setelah file MHR dipanggil ke dalam SPSS, klik Analyze
ScaleMultidimensional Scalling. (Lihat gambar 15.23). Dalam boks di kiri
atas, sorot satu persatu nama-nama ruang yang akan dimasukkan ke dalam
analisa. Pindahkan ke kolom variabel di sebelah kanan. Pada boks Distance
tentukan bentuk matriks data. MHR adalah matriks bujur sangkar yang
simetris relatif terhadap diagonal. Oleh karena itu, pilih shape yang square
symetric. Nilai sel MHR adalah jarak. Oleh karena itu, beri tanda ― Data are
distance‖.

Gambar 15.23: Window Multidimensional Scalling (B.P. Agus, 2009)

2. Klik Model dan akan terlihat window Multidimensional Scalling (Gambar


15.24). Pada window tersebut, pilih jenis data yang menjadi ukuran jarak
(Level of Measurement), Scalling Model dan lain-lain. Kemudian Klik
Continue. Jarak dapat berupa data ordinal, nominal atau interval. Sebagai
contoh jarak antara ruang dalam kasus di atas adalah angka 0-2, dimana 0=
dekat, 1= sedang, 2= jauh. Pada boks Dimensions isikan jumlah dimensi peta

183
yang diharapkan sebagai luaran nanti. Bila luaran yang diinginkan berupa
denah dua dimensi, maka isikan angka 2 pada noks Maksimum dan minimum.

Gambar 15.24: Window Multidimensional Scalling Model

3. Selanjutnya klik Option, dan pada display akan muncul window


Multidimensional ScallingOption (Gambar 15.25). Dalam boks display pilih
hal-hal yang akan ditampilkan dalam window/output. Klik OK dan akan
muncul window output.

Gambar 15.25: Window Multidimensional Scalling Option

Dalam window output dapat dilihat jumlah stress yang ada dalam konfigurasi
ruang terakhir. Dalam window tersebut juga dapat dilihat tabel koordinat
ruang-ruang setelah stress minimum tercapai. Berdasarkan koordinat tersebut
184
posisi relatif ruang-ruang dapat dipetakan. Selanjutnya peta tersebut dapat
dikembangkan menjadi denah atau peta.

MENGUBAH MHR MENJADI DENAH DENGAN MENGGUNAKAN


MDSCALL

Salah satu tugas utama arsitek ialah membuat denah bagi sebuah fungsi
bangunan tertentu. Dalam denah yang baik hubungan antar ruang-ruang
sesuai dengan kebutuhan dan fungsi tertentu dari tiap ruang (DHR). DHR
dibuat berdasarkan MHR (Palmer, 1981, Snyder, 1983).
Menurut BP.Agus (2009) membuat denah serhana mungkin tidak
memerlukan MHR, tapi untuk denah yang besar dan rumit, MHR sangat
berguna. Diperlukan suatu proses tertentu untuk mengubah MHR menjadi
denah. Biasanya proses dilakukan secara intuitif, berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan sang arsitek atau perancang (Palmer, 1981) sehingga proses
tersebut sulit untuk ditransfer ke orang lain.
Menurut BP. Agus (2009), arsitek dan perancang kota memerlukan suatu alat
bantu yang dapat secara sistematis dan jelas mengubah MHR menjadi denah.
Hanya dengan cara seperti itu proses pembuatan denah dari MHR dapat
ditransfer ke anak didik, mahasiswa. Salah satu teknik statistika yang dapat
membantu arsitek dan perancang kota dalam mengubah MHR menjadi denah
adalah MDScall (BP. Agus , 2009). Berikut akan diterangkan sebuah contoh
pemanfaatan MDScall untuk mengubah MHR menjadi denah.

Gambar 15.26: tampilan Data View MHR pada SPSS


185
Gambar 15.27: Tampilan Variabel view data MHR pada SPSS

Tabel XV. 06: Kode dan Nama Ruang

R01 R. Tidur utama R10 Teras Belakang


R02 R. Tidur R11 Taman Belakang
R03 R. Tidur R12 R. Tidur Pembantu
R04 Kamar mandi R13 R. cuci, gudang
R05 R. Keluarga R14 R. jemur
R06 R. Tamu R15 Teras Depan
R07 Garasi R16 Carport
R08 R. makan R17 Taman Depan
R09 Dapur

Variabel jarak antar ruang bersifat ordinal 0=dekat ; 1= sedang; 2=jauh

Sebagai penutup dari bagian ini dapat disimpulkan bahwa dari contoh yang
telah diterangkan di atas terlihat bahwa MDScall dapat digunakan sebagai alat
bantu yang efektif dalam mengubah MHR menjadi denah. Denah pada gambar
2.08 dan 2.09 dapat dianggap sebagai denah awal dan denah final dari Matriks
Hubungan Ruang (MHR) pada contoh kauss di atas.

186
MHR pada contoh adalah matriks hubungan ruang bangunan berlantai satu.
Namun dengan sedikit perubahan MDScall juga dapat diterapkan pada
bangunan berlantai banyak. Dengan menggunakan beberapa layer data,
pemetaan MHR ke denah berlantai banyak dapat dilakukan dengan
menggunakan MDScall. Dengan demikian, MDScall dapat dianggap berguna
bagi arsitektur dan perancangan kota. MDScall tidak lagi hanya dianggap
sebagai sebuah alat statistik, tapi sekarang MDScall juga dapat dimasukkan ke
dalam khasanah teknik-teknik arsitektur dan perancangan kota.

PENUTUP

Teknik Statistika ialah bagian dari teknik kuantitatif yang mempunyai sejarah
panjang dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Biasanya teknik statistika
digunakan untuk mengabstraksi pola-pola yang ada dalam data. Tapi dalam
bab ini teknik-teknik tersebut dapat juga dianggap sebagai alat alat yang
digunakan untuk mengelola data sehingga pola-pola yang ada dalam data
dapat dipahamidengan lebih mudah.
Bagi arsitektur dan perancangan kota, mungkin fungsi kedua lebih penting
daripada funmgsi pertamanya. Walaupun demikian , pembaca bisa mengambil
manfaat sebaik-baiknya dari dua fungsi tersebut.

Gambar 15.28 : Derived Stimulus Configuration dalam output MDScall


SPSS (Output SPSS 18)

187
Gambar 15.29: Tampilan denah awal pada Derived Stimulus Configuration

Gambar 15.30 : Tampilan Denah Final

188
V. LATIHAN DAN TEST FORMATIF

1. Buat topik penelitian yang membutuhkan analisis faktor dalam proses


penelitiannya !
2. Buat rencana kuestioner yang dapat mendukung teridentifikasinya faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi topik penelitian !
3. Buatlan perkiraan jawaban kuesioner serta analisis dengan software SPSS
18 sesuai dengan materi yang telah diberikan pada modul praktikum ini !
4. Coba Review Denah MK Perancangan II kalian dengan mengunakan
MDScall!
5. Bandingkan Denah hasil MDScall kalian dengan denah yang dihasilkan
secara intuitif sebelum kalian mengenal MDScall, manakah yang lebih
baik?
6. Renungkan metode ini untuk skala kawasan!

VI. UMPAN BALIK

Jika mahasiswa dapat menjawab kasus disain tersebut dengan kondisi 90% benar,
maka mahasiswa dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya. Selamat kepada yang
telah berhasil menjawab dengan sempurna.

VII. DAFTAR PUSTAKA

METODE KUANTITATIF
1. Achmad, Junaedi, 2000, Statistik untuk Arsitektur, Gama Press, Yogyakarta
2. Santoso, Singgih, 2010, Mastering SPSS 18, Kompas Gramedia, Jakarta
3. Santoso, Singgih, 2007, Statistik dengan SPSS dan Excel, Kompas
Gramedia, Jakarta
4. Arif, Pratisto, 2004, Cara mudah mengatasi masalah statistik dengan
rancangan percobaan, PT Elex Media Computindo, Jakarta
5. Agus B Purnomo, 2009, Teknik Kuantitatif untuk Arsitektur dan
Perancangan Kota, Rajawali Pers, Jakarta.
6. S.W. Firmandhani (2013), Faktor Pembentuk Persepsi Ruang Komunal di
Pemukiman Nelayan, Studi Kasus Lingkungan Pemukiman Nelayan Tambak
Mulyo, Semarang. Thesis Magister Teknik Arsitektur Universitas
Diponegoro.
7. Wahana Komputer (2002), Mengolah Data Statistik Penelitian dengan SPSS
18, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia, Jakarta.

189
VIII. SENARAI

Factor Analysis : Metode analisis yang digunakan untuk mengelompokkan


faktor-faktor ke dalam grup variabel serta mengeliminasi
faktor-faktor pada lokasi penelitian yang tidak memiliki
relevansi dengan topik penelitian yang sedang dilaksanakan.
Data View : Tampilan Data pada SPSS 18
Ordinal : Sifat Variabel yang dapat diurutkan
Screen Plot : Grafik yang menunjukkan keterhubungan antar grup variabel

Multidimensional : Metode analisis yang mengubah Matriks Hubungan Ruang


Scale (MHR) menjadi denah, sehingga perencanaan denah dalam
MK Perancangan Arsitektur dapat bersifat obyektif dan tidak
intuitif lagi.
Data View : Tampilan Data pada SPSS 18
Ordinal : Sifat Variabel yang dapat diurutkan
MHR : Matriks Hubungan Ruang

190
MATERI XVI UJIAN AKHIR SEMESTER
(RANGKUMAN MATERI METODE PENELITIAN KUANTITATIF)

1. Macam teknik pengumpulan data yang biasa dilakukan dalam bidang arsitektur
meliputi: survai (survai lapangan), pencatatan peristiwa (dengan mengisi
formulir daftar isian), wawancara, kuesioner, dan pengamatan (observasi).
2. Cara penentuan sample dalam suatu populasi disebut metode sampling
3. Macam Metode sampling :

SIMPLE RANDOM SAMPLING

STRATIFIED SAMPLING
PROBABILITY/RANDOM
SAMPLING
SYSTEMATIC SAMPLING
4. SAMPLING
CLUSTER SAMPLING
NON PROBABILITY
SAMPLING

Gambar 16.01. Macam Sampling

5. Untuk mengolah satu variabel maka dipakai metoda analisis univariat


(univariate) sedangkan untuk mengolah dua variabel dipergunakan metoda
bivariat (bivariate). Pengolahan variabel lebih dari dua menggunakan metoda
multivariate (multivariate).
6. Data yang telah terkumpul dan terorganisir kemudian perlu dianalisis dengan
cara tertentu (dalam hal ini, diasumsikan: dianalisis dengan bantuan statistic).
Terdapat tiga factor yang mempengaruhi cara menganalisis data:
a. Jumlah variable yang akan dianalisis.
b. Tujuan analisis, dan
c. Tingkat pengukuran variable.
7. Statistic deskriptif berguna untuk menyimpulkan pola data dari sample
sedangkan statistic inferensial menerangkan hubungan pola dari sample dengan
pola dari populasi
8. Variable nominal mempunyai perbedaan hanya pada ―nama‖nya saja. Misal
lain: laki-laki, perempuan.
9. Variable ordinal mempunya kategori-kategori yang mempunyai hubungan
bertingkat, tapi tidak diketahui secara tepat seberapa beda antara suatu kategori
dengan kategori diatas (atau dibawahnya). Contoh variable ordinal: kondisi
rumah.
10. Variable interval/ratio, selain mempunyai urutan juga dapat diketahui secara
tepat (secara kuantitatif) jarak antara dua kategori. Misal luas rumah100 m2
adalah dua kali lebih luas disbanding rumah seluas 50 m2.
191
11. Tujuan pokok pembuatan kuesioner tersebut adalah:
- Memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survai
- Memperoleh data dengan reliabilitas yang tinggi

12. Kecenderungan sentral: Median (dan Mode). Mode dapat dipakai juga untuk
mengukur kecenderungan sentral variable ordinal, tetapi ada teknik yang lebih
tepat yaitu pengukuran median. Pengukuran median mengandung unsur urutan
(yang membedakan variabel, ordinal dari variable nominal).
13. Kecenderungan sentral: mean (dan median). Mean merupakan pengukuran yang
umum bagi kecenderungan sentral variable interval/rasio. Pada dasarnya, mean
dihitung dari jumlah nilai semua individu dibagi jumlah individu.
14. Metode analisis deskriptif pada suatu kumpulan data penelitian biasanya
menggunakan mean.
15. Dalam SPSS, Uji T digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata dari beberapa
grouping sample sama ataukah berbeda siknifikan.
16. Dalam SPSS, One way anova digunakan untuk menguji apakah rata-rata dari
beberapa sample sama atau berbeda siknifikan One way anova memiliki varian
lain berupa Post- Hoc test yang digunakan untuk menentukan ranking dari
beberapa grouping variable/sample.
17. Chi-square merupakan salah satu analisis statistik yang banyak digunakan
dalam pengujian Hipotesis. Chi-square terutama digunakan untuk uji
Homogenitas, uji independensi, dan uji keselarasan (goodness of fit).
18. Uji regresi memiliki perbedaan prinsip dengan uji korelasi. Perbedaan prinsip
tersebut adalah jika uji korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan
antara dua variabel atau lebih, maka uji regresi digunakan selain untuk
mengetahui pola keeratan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga dapat
menganalisa dan memprediksikan model hubungan tersebut.
19. Metode analisis faktor ini akan mengajak dan membimbing mahasiswa untuk
mengelompokkan sejumlah faktor menjadi kelompok variabel yang mudah
dianalisis. Dengan demikian, maka analisis faktor ini juga akan membuang
faktor-faktor yang tidak relevan dengan topik penelitian.
20. Metode analisis ruang dengan menggunakan teknik Mutidimensional Scalling
akan mengesampingkan pola berpikir intuitif dan menggantinya menjadi pola
berpikir obyektif yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Manfaat dari materi
ini adalah mendapatkan keterampilan mendisain denah yang obyektif dan dapat
dipertanggungjawabkan secara akurat sesuai dengan analisis keruangan yang
terdapat dalam alat bantu software SPSS 18.

192
21.

LAMPIRAN TABEL
STATISTIK

193
Tabel L1.01: Statistik Durbin-Watson untuk Taraf Kepercayaan 95% dL dan du
n k' = 1 k' = 2 k' = 3 k' = 4 k' = 2
dL du dL du dL du dL du dL du
15 1.08 1.36 0.95 1.54 082 1.75 0.69 1.97 0.56 2.21
16 1.10 1.37 0.98 1.54 0.86 1.73 0.74 1.93 0.62 2.15
17 1.13 1.38 1.02 1.54 0.90 1.71 0.78 1.90 0.67 2.10
18 1.16 1.39 1.05 1.53 0.93 1.69 0.82 1.87 0.71 2.06
19 1.18 1.40 1.08 1.53 0.97 1.68 0.86 1.85 0.75 2.02
20 1.20 1.41 1.10 1.54 1.00 1.68 0.90 1.83 0.79 1.99
21 1.22 1.42 1.13 1.54 1.03 1.67 0.93 1.81 0.83 1.96
22 1.24 1.43 1.15 1.54 1.05 1.66 0.96 1.80 0.86 1.94
23 1.26 1.44 1.17 1.54 1.08 1.66 0.99 1.79 0.90 1.92
24 1.27 1.45 1.19 1.55 1.10 1.66 1.01 1.78 0.93 1.90
25 1.29 1.45 1.21 1.55 1.12 1.66 1.04 1.77 0.95 1.89
26 1.30 1.46 1.22 1.55 1.14 1.65 1.06 1.76 0.98 1.88
27 1.32 1.47 1.24 1.56 1.16 1.65 1.08 1.76 1.01 1.86
28 1.33 1.48 1.26 1.56 1.18 1.65 1.10 1.75 1.03 1.85
29 1.34 1.48 1.27 1.56 1.20 1.65 1.12 1.74 1.05 1.84
30 1.35 1.49 1.28 1.57 1.21 1.65 1.14 1.74 1.07 1.83
31 1.36 1.50 1.30 1.57 1.23 1.65 1.16 1.74 1.09 1.83
32 1.37 1.50 1.31 1.57 1.24 1.65 1.18 1.73 1.11 1.82
33 1.38 1.51 1.32 1.58 1.26 1.65 1.19 1.73 1.13 1.81
34 1.39 1.51 1.33 1.58 1.27 1.65 1.21 1.73 1.15 1.81
35 1.40 1.52 1.34 1.58 1.28 1.65 1.22 1.73 1.16 1.80
36 1.41 1.52 1.35 1.59 1.29 1.65 1.24 1.73 1.18 1.80
37 1.42; 1,53 1.36 1.59 1.31 1.66 1.25 1.72 1.19 1.80
38 1.43 1.54 1.37 1.5.9 1:32 1.66 1.26 1.72 1.21 1.79
39 1.43 1.54 1.38 1.60 1.33 1.66 1.27 1.72 1.22 1.79
40 1.44 1.54 1.39 1.60 1.34 1.66 1.29 1.72 1.23 1.79
45 1.48 1.57 1.43 1.62 1.38 1.67 1.34 1.72 1.29 1.78
50 1.50 1.59 1.46 1.63 1.42 1.67 1.38 1.72 1.34 1.77
55 1.53 1.60 1.49 1.64 1.45 1.68 1.41 1.72 1.38 1.77
60 1.55 1.62 1.51 1.65 1.48 1.69 1.44 1.73 1.41 1.77
65 1.57 1.63 1.54 1.66 1.50 1.70 1.47 1.73 1.44 1.77
70 1.58 1.64 1.55 1.67 1.52 1.70 1.49 1.74 1.46 1.77
75 1.60 1.65 1.57 1.68 1.54 1.71 1.51 1.74 1.49 1.77
80 1.61 1.66 1.59 1.69 1.56 1.72 1.53 1.74 1.51 1.77
85 1.62 1.67 1.60 1.70 1.57 1.72 1.55 1.75 1.52 1.77
90 1.63 1.68 1.61 1.70 1.59 1.73 1.57 1.75 1.54 1.78
95 1.64 1.69 1.62 1.71 1.60 1.73 1.58 1.75 1.56 1.78
100 1.65 1.69 1.63 1.72 1.61 1.74 1.59 1.76 1.57 1.78

Keterangan:
n = jumlah observasi
k' = jumlah variabel bebas
dL = d bawah
du = d atas
Sumber : J. Durbin dan G.S.Watson, Testing for Serial Correlation in Least Squares
Regression (Biometrika Vol.38, 1951)

194
Tabel L1.02: Statistik Durbin-Watson untuk Taraf Kepercayaan 99% dL dan dy
n k' = 1 k' = 2 k' = 3 k' = 4 k' = 2
dL du dL du dL du dL du dL du
15 0.81 1.07 0.70 1.25 0.59 1.45 0.49 1.70 0.39 1.96
16 0.84 1.09 0.74 1.25 0.63 1.44 0.53 1.66 0.44 1.90
17 0.87 1.10 0.77 1.25 0.67 1.43 0.57 1.63 0.48 1.85
18 0.90 1.12 0.80 1.26 0.71 1.42 0.61 1.60 0.52 1.80
19 0.93 1.13 0.83 1.26 0.74 1.41 0.65 .1.58 0.56 1.77
20 0.95 1.15 0.86 1.27 0.77 1.41 0.68 1.57 0.60 1.74
21 0.97 1.16 0.89 1.27 0.80 1.41 0.72 1.55 0.63 1.71
22 1.00 1.17 0.91 1.28 0.83 1.40 0.75 1.54 0.66 1.69
23 1.02 1.19 0.94 1.29 0.86 1.40 0.77 1.53 0.70 1.67
24 1.04 1.20 0.96 1.30 0.88 1.41 0.80 1.53 0.72 1.66
25 1.05 1.21 0.98 1.30 0.90 1.41 0.83 1.52 0.75 1.65
26 1.07 1.22 1.00 1.31 0.93 1.41 0.85 1.52 0.78 1.64
27 1.09 1.23 1.02 1.32 0.95 1.41 0.88 1.51 0.81 1.63
28 1.10 1.24 1.04 1.32 0.97 1.41 0.90 1.51 0.83 1.62
29 1.12 1.25 1.05 1.33 0.99 1.42 0.92 1.51 0.85 1.61
30 1.13 1.26 1.07 1.34 1.01 1.42 0.94 1.51 0.88 1.61
31 1.15 1.27 1.08 1.34 1.02 1.42 0.96 1.51 0.90 1.60
32 1.16 1.28 1.10 1.35 1.04 1.43 0.98 1.51 0.92 1.60
33 1.17 1.29 1.11 1.36 1.05 1.43 1.00 1.51 0.94 1.59
34 1.18 1.30 1.13 1.36 1.07 1.43 1.01 1.51 0.95 1.59
35 1.19 1.31 1.14 1.37 1.08 1.44 1.03 1.51 0.97 1.59
36 1.21 1.32 1.15 1.38 1.10 1.44 1.04 1.51 0.99 1.59
37 1.22 1.32 1.16 1.38 1.11 1.45 1.06 1.51 1.00 1.59
38 1.23 1.33 1.18 1.39 1.12 1.45 1.07 1.52 1.02 1.58
39 1.24 1.34 1.19 1.39 1.14 1.45 1.09 1.52 1.03 1.58
40 1.25 1.34 1.20 1.40 1.15 1.46 1.10 1.52 1.05 1.58
45 1.29 1.38 1.24 1.42 1.20 1.48 1.16 1.53 1.11 1.58
50 1.32 1.40 1.28 1.45 1.24 1.49 1.20 1.54 1.16 1.59
55 1.36 1.43 1.32 1.47 1.28 1.51 1.25 1.55 1.21 1.59
60 1.38 1.45 1.35 1.48 1.32 1.52 1.28 1.56 1.25 1.60
65 1.41 1.47 1.38 1.50 1.35 1.53 1.31 1.57 1.28 1.61
70 1.43 1.49 1.40 1.52 1.37 1.55 1.34 1.58 1.31 1.61
75 1.45 1.50 1.42 1.53 1.39 1.56 1.37 1.59 1.34 1.62
80 1.47 1.52 1.44 1.54 1.42 1.57 1.39 1.60 1.36 1.62
85 1.48 1.53 1.46 1.55 1.43 1.58 1.41 1.60 1.39 1.63
90 1.50 1.54 1.47 1.56 1.45 1.59 1.43 1.61 1.41 1.64
95 1.51 1.55 1.49 1.57 1.47 1.60 1.45 1.62 1.42 1.64
100 1.52 1.56 1.50 1.58 1.48 1.60 1.46 1.63 1.44 1.65
Keterangan:
n = jumlah observasi
k' = jumlah variabel bebas
dL = d bawah
du = d atas
Sumber : J. Durbin dan G.S.Watson, Testing for Serial Correlation in Least Squares
Regression (Biometrika Vol.38, 1951)

195
Tabel L1.03: Daerah di Bawah Distribusi Normal Standar (Tabel Z)
Z .00 .01 .02 .03 .04 .05 .06 .07 .08 .09
0.1 .0398 .0438 .0478 .0517 .0557 .0596 .0636 .0675 .0714 .0753
0.2 .0793 .0832 .0871 .0910 .0948 .0987 .1026 .1064 .1103 .1141
0.3 .1179 .1217 .1255 .1293 .1331 .1368 .1406 .1443 .1480 .1517
0.4 .1554 .1591 .1628 .1664 .1700 .1736 .1772 .1808 .1844 .1879
0.5 .1915 .1950 .1985 .2019 .2054 .2088 .2123 .2157 .2190 .2224
0.6 .2257 .2291 .2324 .2357 .2389 .2422 .2454 .2486 .2517 .2549
0.7 .2580 .2611 .2642 .2673 .2704 .2734 .2764 .2794 .2823 .2852
0.8 .2881 .2910 .2939 .2967 .2995 .3023 .3051 .3078 .3106 .3133
0.9 .3159 .3186 .3212 .3238 .3264 .3289 .3315 .3340 .3365 .3389
1.0 .3413 .3438 .3461 .3485 .3508 .3531 .3554 .3577 .3599 .3621
1.1 .3643 .3665 .3686 .3708 .3729 .3749 .3770 .3790 .3810 .3830
1.2 .3849 .3869 .3888 .3907 .3925 .3944 .3962 .3980 .3997 .4015
1.3 .4032 .4049 .4066 .4082 .4099 .4115 .4131 .4147 .4162 .4177
1.4 .4192 .4207 .4222 .4236 .4251 .4265 .4279 .4292 .4306 .4319
1.5 .4332 .4345 .4357 .4370 .4382 .4394 .4406 .4418 .4429 .4441
1.6 .4452 .4463 .4474 .4484 .4495 .4505 .4515 .4525 .4535 .4545
1.7 .4554 .4564 .4573 .4582 .4591 .4599 .4608 .4616 .4625 .4633
1.8 .4641 .4649 .4656 .4664 .4671 .4678 .4686 .4693 .4699 .4706
1.9 .4713 .4719 .4726 .4732 .4738 .4744 .4750 .4756 .4761 .4767
2.0 .4772 .4778 .4783 .4788 .4793 .4798 .4803 .4808 .4812 .4817
2.1 .4821 .4826 .4830 .4834 .4838 .4842 .4846 .4850 .4854 .4857
2.2 .4861 .4864 .4868 .4871 .4875 .4878 .4881 .4884 .4887 .4890
2.3 .4893 .4896 .4898 .4901 .4904 .4906 .4909 .4911 .4913 .4916
2.4 .4918 .4920 .4922 .4925 .4927 .4929 .4931 .4932 .4934 .4936
2.5 .4938 .4940 .4941 .4943 .4945 .4946 .4948 .4949 .4951 .4952
2.6 .4953 .4955 .4956 .4957 .4959 .4960 .4961 .4962 .4963 .4964
2.7 .4965 .4966 .4967 .4968 .4969 .4970 .4971 .4972 .4973 .4974
2.8 .4974 .4975 .4976 .4977 .4977 .4978 .4979 .4979 .4980 .4981
2.9 .4981 .4982 .4983 .4984 .4984 .4985 .4985 .4986 .4986 .4986
3.0 .4987 .4987 .4987 .4988 .4988 .4989 .4989 .4989 .4990 .4990
Contoh: untuk z = l,74 luas daerah yang diarsir adalah 0,4591 dari total daerah 1

196
Tabel L1.04 : Daerah di Bawah Distribusi Normal Standar (Tabel Z)
Derajat Probabilitas
bebas 0.40. 0.30 0.20 .10 .05 .025 .01 .005
1 0.325 0.727 1.376 3.078 6.314 12.706 31.821 63.657
2 0.289 0.617 1.061 1.886 2.920 4.303 6.965 9.825
3 0.277 0.584 0.978 1.638 2.353 3.182 4.541 5.841
4 0.271 0.569 0.941 1.533 2.132 2.776 3.747 4.604
5 0.267 0.559 0.920 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032
6 0.265 0.553 0.906 1.440 1.943 2.447 3.143 3.707
7 0.263 0.549 0.896 1.415 1.895 2.365 2.998 3.499
8 0.262 0.546 0.889 1.397 1.860 2.306 2.896 3.355
9 0.261 0.543 0.883 1.383 1.833 2.262 2.821 3.250
10 0.260 0.542 0.879 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169
11 0.260 0.540 0.876 1.363 1.796 2.201 2.718 3.106
12 0.259 0.539 0.873 1.356 1.782 2-179 2.681 3.055
13 0.259 0.538 0.870 1.350 1.771 2.160 2.650 3.012
14 0.258 0.537 0.868 1.345 1.761 2.145 2.624 2.977
15 0.288 0.536 0.866 1.341 1.753 2.131 2.602 2.947
16 0.258 0.535 0.865 1.337 1.746 2.120 2.583 2.921
17 0.257 0.534 0.863 1.333 1.740 2.110 2.567 2.898
18 0.257 0.534 0.862 1.330 1.734 2.101 2.552 2.878
19 0.257 0.533 0.861 1.328 1.729 2.093 2.539 2.861
20 0.257 0.533 0.860 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845
21 0.257 0.532 0.859 1.323 1.721 2.080 2.518 2.831
22 0.256 0.532 0.858 1.321 1.717 2.074 2.508 2.819
23 0.256 0.532 0.858 1.319 1.714 2.069 2.500 2.807
24 0.256 0.531 0.857 1.318 1.711 2.064 2.492 2.797
25 0.256 0.531 0.856 1.316 1.708 2.060 2.485 2.787
26 0.256 0.531 0.856 1.315 1.706 2.056 2.479 2.779
27 0.256 0.531 0.855 1.314 1.703 2.052 2.473 2.771
28 0.256 0.530 0.855 1.313 1.701 2.048 2.467 2.763
29 0.256 0.530 0.854 1.311 1.699 2.045 2.462 2.756
30 0.256 0.530 0.854 1.310 1.697 2.042 2.457 2.750
40 0.255 0.529 0.851 1.303 1.684 2.021 2.423 2.704
60 0.254 0.527 0.848 1.296 1.671 2.000 2.390 2.660
120 0.254 0.526 0.845 1.289 1.658 1.980 2.358 2.617
 0.253 0.524 0.842 1.282 1.645 1.960 2.326 2.576

197
Tabel L1.05: Chi Square (X2)
Derajat bebas X20,05 X2 0.025 X20.01 X20.005
1 3.841 5.024 6.635 7.879
2 5.991 7.378 9.210 10.597
3 7.815 9.348 11.345 12.838
4 9.488 11.143 13.277 14.860
5 11.070 12.832 15.086 16.750
6 12.592 14.449 16.812 18.548
7 14.067 16.013 18.475 20.278
8 15.507 17.535 20.090 21.955
9 16.919 19.023 21.666 23.589
10 18.307 20.483 23.209 25.188
11 19.675 21.920 24.725 26.757
12 21.026 23.337 26.217 28.300
13 22.362 24.736 27.688 29.819
14 23.685 26.119 29.141 31.319
15 24.996 27.488 30.578 32.801
16 26.296 28.845 32.000 34.267
17 27.587 30.191 33.409 35.718
18 28.869 31.526 34.805 37.156
19 30.144 32.852 36.191 38.582
20 31.410 34.170 37.566 39.997
21 32.671 35.479 38.932 41.401
22 33.924 36.781 40.289 42.796
23 35.172 38.076 41.638 44.181
24 36.415 39.364 42.980 45.558
25 37.652 40.646 44.314 46.928
26 38.885 41.923 45.642 48.290
27 40.113 43.194 46.963 49.645
28 41.337 44.461 48.278 50.993
29 42.557 45.722 49.588 52.336
30 43.773 46.979 50.892 53.672

198
Tabel L1.06: F0,01
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 15 20 24 30 40 60 120 
1 4052 4999 5404 5624 5764 5859 5928 5981 6022 6056 6107 6157 6209 6235 6261 6287 6313 6339 6366
2 98,5 99,0 99,2 99,3 99,3 99,3 99,4 99,4 99,4 99,4 99,4 99,4 99,4 99,5 99,5 99,48 99,48 99,49 99,5
3 34,12 30,82 29,46 28,71 28,24 27,91 27,67 27,49 27,34 27,23 27,05 26,87 26,69 26,60 26,50 26,41 26,32 26,22 26,1
4 21,20 18,00 16,69 15,98 15,52 15,21 14,98 14,80 14,66 14,55 14,37 14,20 14,02 13,93 13,84 13,75 13,65 13,56 13,5
5 16,26 13,27 12,06 11,39 10,97 10,67 10,46 10,29 10,16 10,05 9,89 9,72 9,55 9,47 9,38 9,29 9,20 9,11 9,02
6 13,75 10,92 9,78 9,15 8,75 8,47 8,26 8,10 7,98 7,87 7,72 7,56 7,40 7,31 7,23 7,14 7,06 6,97 6,88
7 12,25 9,55 8,45 7,85 7,46 7,19 6,99 6,84 6,72 6,62 6,47 6,31 6,16 6,07 5,99 5,91 5,82 5,74 5,65
8 11,26 8,65 7,59 7,01 6,63 6,37 6,18 6,03 5,91 5,81 5,67 5,52 5,36 5,28 5,20 5,12 5,03 4,95 4,86
9 10,56 8,02 6,99 6,42 6,06 5,80 5,61 5,47 5,35 5,26 5,11 4,96 4,81 4,73 4,65 4,57 4,48 4,40 4,31
10 10,04 7,56 6,55 5,99 5,64 5,39 5,20 5,06 4,94 4,85 4,71 4,56 4,41 4,33 4,25 4,17 4,08 4,00 3,91
11 9,65 7,21 6,22 5,67 5,32 5,07 4,89 4,74 4,63 4,54 4,40 4,25 4,10 4,02 3,94 3,86 3,78 3,69 3,60
12 9,33 6,93 5,95 5,41 5,06 4,82 4,64 4,50 4,39 4,30 4,16 4,01 3,86 3,78 3,70 3,62 3,54 3,45 3,36
13 9,07 6,70 5,74 5,21 4,86 4,62 4,44 4,30 4,19 4,10 3,96 3,82 3,66 3,59 3,51 3,43 3,34 3,25 3,17
14 8,86 6,51 5,56 5,04 4,69 4,46 4,28 4,14 4,03 3,94 3,80 3,66 3,51 3,43 3,35 3,27 3,18 3,09 3,00
15 8,68 6,36 5,42 4,89 4,56 4,32 4,14 4,00 3,89 3,80 3,67 3,52 3,37 3,29 3,21 3,13 3,05 2,96 2,87
16 8,53 6,23 5,29 4,77 4,44 4,20 4,03 3,89 3,78 3,69 3,55 3,41 3,26 3,18 3,10 3,02 2,93 2,84 2,75
17 8,40 6,11 5,19 4,67 4,34 4,10 3,93 3,79 3,68 3,59 3,46 3,31 3,16 3,08 3,00 2,92 2,83 2,75 2,65
18 8,29 6,01 5,09 4,58 4,25 4,01 3,84 3,71 3,60 3,51 3,37 3,23 3,08 3,00 2,92 2,84 2,75 2,66 2,57
19 8,18 5,93 5,01 4,50 4,17 3,94 3,77 3,63 3,52 3,43 3,30 3,15 3,00 2,92 2,84 2,76 2,67 2,58 2,49
20 8,10 5,85 4,94 4,43 4,10 3,87 3,70 3,56 3,46 3,37 3,23 3,09 2,94 2,86 2,78 2,69 2,61 2,52 2,42
21 8,02 5,78 4,87 4,37 4,04 3,81 3,64 3,51 3,40 3,31 3,17 3,03 2,88 2,80 2,72 2,64 2,55 2,46 2,36
22 7,95 5,72 4,82 4,31 3,99 3,76 3,59 3,45 3,35 3,26 3,12 2,98 2,83 2,75 2,67 2,58 2,50 2,40 2,31
23 7,88 5,66 4,76 4,26 3,94 3,71 3,54 3,41 3,30 3,21 3,07 2,93 2,78 2,70 2,62 2,54 2,45 2,35 2,26
24 7,82 5,61 4,72 4,22 3,90 3,67 3,50 3,36 3,26 3,17 3,03 2,89 2,74 2,66 2,58 2,49 2,40 2,31 2,21
25 7,77 5,57 4,68 4,18 3,85 3,63 3,46 3,32 3,22 3,13 2,99 2,85 2,70 2,62 2,54 2,45 2,36 2,27 2,17
30 7,56 5,39 4,51 4,02 3,70 3,47 3,30 3,17 3,07 2,98 2,84 2,70 2,55 2,47 2,39 2,30 2,21 2,11 2,01
40 7,31 5,18 4,31 3,83 3,51 3,29 3,12 2,99 2,89 2,80 2,66 2,52 2,37 2,29 2,20 2,11 2,02 1,92 1,80
60 7,08 4,98 4,13 3,65 3,34 3,12 2,95 2,82 2,72 2,63 2,50 2,35 2,20 2,12 2,03 1,94 1,84 1,73 1,60
120 6,85 4,79 3,95 3,48 3,17 2,96 2,79 2,66 2,56 2,47 2,34 2,19 2,03 1,95 1,86 1,76 1,66 1,53 1,38
 6,63 4,61 3,78 3,32 3,02 2,80 2,64 2,51 2,41 2,32 2,18 2,04 1,88 1,52 1,70 1,59 1,47 1,32 1,00

199
Tabel L1.07: F0,05
Derajat bebas pembilang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 15 20 24 30 40 60 120 
1 161 199 216 225 230 234 237 239 241 242 244 246 248 249 250 251 252 253 254
2 18,5 19,0 19,2 19,2 19,3 19,3 19,4 19,4 19,4 19,4 19,4 19,4 19,4 19,5 19,5 19,5 19,5 19,5 19,5
3 10,13 9,55 9,28 9,12 9,01 8,94 8,89 8,85 8,81 8,79 8,74 8,70 8,66 8,64 8,62 8,59 8,57 8,55 8,53
4 7,71 6,94 6,59 6,39 6,26 6,16 6,09 6,04 6,00 5,96 5,91 5,86 5,80 5,77 5,75 5,72 5,69 5,66 5,63
5 6,61 5,79 5,41 5,19 5,05 4,95 4,88 4,82 4,77 4,74 4,68 4,62 4,56 4,53 4,50 4,46 4,43 4,40 4,37
6 5,99 5,14 4,76 4,53 4,39 4,28 4,21 4,15 4,10 4,06 4,00 3,94 3,87 3,84 3,81 3,77 3,74 3,70 3,67
7 5,59 4,74 4,35 4,12 3,97 3,87 3,79 3,73 3,68 3,64 3,57 3,51 3,44 3,41 3,38 3,34 3,30 3,27 3,23
8 /532\ 4,46 4,07 3,84 3,69 3,58 3,50 3,44 3,39 3,35 3,28 3,22 3,15 3,12 3,08 3,04 3,01 2,97 2,93
9 5,12 4,26 3,86 3,63 3,48 3,37 3,29 3,23 3,18 3,14 3,07 3,01 2,94 2,90 2,86 2,83 2,79 2,75 2,71
10 4,96 4,10 3,71 3,48 3,33 3,22 3,14 3,07 3,02 2,98 2,91 2,85 2,77 2,74 2,70 2,66 2,62 2,58 2,54
11 4,84 3,98 3,59 3,36 3,20 3,09 3,01 2,95 2,90 2,85 2,79 2,72 2,65 2,61 2,57 2,53 2,49 2,45 2,40
12 4,75 3,89 3,49 3,26 3,11 3,00 2,91 2,85 2,80 2,75 2,69 2,62 2,54 2,51 2,47 2,43 2,38 2,34 2,30
13 4,67 3,81 3,41 3,18 3,03 2,92 2,83 2,77 2,71 2,67 2,60 2,53 2,46 2,42 2;38 2,34 2,30 2,25 2,21
14 4,60 3,74 3,34 3,11 2,96 2,85 2,76 2,70 2,65 2,60 2,53 2,46 2,39 2,35 2,31 2,27 2,22 2,18 2,13
15 4,54 3,68 3,29 3,06 2,90 2,79 2,71 2,64 2,59 2,54 2,48 2,40 2,33 2,29 2,25 2,20 2,16 2,11 2,07
16 4,49 3,63 3,24 3,01 2,85 2,74 2,66 2,59 2,54 2,49 2,42 2,35 2,28 2,24 2,19 2,15 2,11 2,06 2,01
17 4,45 3,59 3,20 2,96 2,81 2,70 2,61 2,55 2,49 2,45 2,38 2,31 2,23 2,19 2,15 2,10 2,06 2,01 1,96
18 4,41 3,55 3,16 2,93 2,77 2,66 2,58 2,51 2,46 2,41 2,34 2,27 2,19 2,15 2,11 2,06 2,02 1,97 1,92
19 4,38 3,52 3,13 2,90 2,74 2,63 2,54 2,48 2,42 2,38 2,31 2,23 2,16 2,11 2,07 2,03 1,98 1,93 1,88
20 4,35 3,49 3,10 2,87 2,71 2,60 2,51 2,45 2,39 2,35 2,28 2,20 2,12 2,08 2,04 1,99 1,95 1,90 1,84
21 4,32 3,47 3,07 2,84 2,68 2,57 2,49 2,42 2,37 2,32 2,25 2,18 2,10 2,05 2,01 1,96 1,92 1,87 1,81
22 4,30 3,44 3,05 2,82 2,66 2,55 2,46 2,40 2,34 2,30 2,23 2,15 2,07 2,03 1,98 1,94 1,89 1,84 1,78
23 4,28 3,42 3,03 2,80 2,64 2,53 2,44 2,37 2,32 2,27 2,20 2,13 2,05 2,01 1,96 1,91 1,86 1,81 1,76
24 4,26 3,40 3,01 2,78 2,62 2,51 2,42 2,36 2,30 2,25 2,18 2,11 2,03 1,98 1,94 1,89 1,84 1,79 1,73
25 4,24 3,39 2,99 2*76 2,60 2,49 2,40 2,34 2,28 2,24 2,16 2,09 2,01 1,96 1,92 1,87 1,82 1,77 1,71

200
Tabel L1.08: r untuk α 0,05 dan Uji Satu Sisi
df T df r
1 0,9511 21 0,2774
2 0,8000 22 0,2711
3 0,6870 23 0,2653
4 0,6084 24 0,2598
5 0,5509 25 0,2546
6 0,5067 26 0,2497
7 0,4716 27 0,2451
8 0,4428 28 0,2407
9 0,4187 29 0,2366
10 0,3981 30 0,2327
11 0,3802 40 0,2018
12 0,3646 50 0,1806
13 0,3507 60 0,1650
14 0,3383 70 0,1528
15 0,3271 80 0,1430
16 0,3170 90 0,1348
17 0,3077 100 0,1279
18 0,2992 130 0,1123
19 0,2914 160 0,1012
20 0,2841 200 0,0905

201
BIODATA PENULIS I

Dr.Ir.Bambang Setioko, M.Eng


Dilahirkan di Klaten (Jawa Tengah), 5 Oktober 1948. Meraih gelar Insinyur Arsitek
pada tahun 1977 dari Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Pada tahun 1982
mendapatkan beasiswa dari Monbusho-Japan untuk melanjutkan pendidikan Master
of Engineering di Department of Regional Planning -Toyohashi University of
Technology dan diselesaikannya pada tahun 1985. Dengan Beasiswa Pendidikan
Pasca Sarjana (BPPS) Dikti , gelar Doktor diperoleh pada tahun 2010 pada Program
Doktor Teknik Arsitektur dan Perkotaan – Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro.
Meniti karier sebagai dosen di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNDIP sejak tahun
1977 dan telah memiliki sejumlah pengalaman menduduki berbagai jabatan struktural
di UNDIP: Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNDIP, Direktur Polyteknik
UNDIP, Pembantu Dekan I Bidang Akademis Fakultas Teknik UNDIP, Dekan
Fakultas Teknik UNDIP, Ketua Program Magister Teknik Arsitektur - Program Pasca
Sarjana UNDIP.
Berbagai pengalaman profesional telah dilakukan dibuktikan dengan pernah
menduduki berbagai jabatan pada asosiasi perusahaan dan asosiasi profesi antara lain:
Ketua III Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Daerah(LPJKD) Jawa Tengah,
Wakil Ketua Dewan Kehormatan Ikatan Konsultan Indonesia (INKINDO) Cabang
Jawa Tengah, Anggota Dewan Penasehat Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Cabang Jawa
Tengah, Anggota Dewan Pertimbangan Pembangunan Kota Semarang.

202
BIODATA PENULIS II

Dr Ir. Erni Setyowati, MT telah menjadi Anggota GSTF (Global Science and
Technology Forum), Singapura sejak Maret 2013. Lahir di Yogyakarta, Indonesia, 4
April 1967 dan menyelesaikan studinya gelar sarjana Arsitektur di Universitas
Diponegoro, Semarang pada tahun 1990. Kemudian pada universitas yang sama, ia
menyelesaikan studinya untuk starta S2 pada tahun 2000 dan gelar doktor pada tahun
2011. Bidang studi utama yang ditekuni adalah Sains dan Teknologi Bangunan
(Building Science and Technology) serta Metodologi Riset/Statistik.
Sejak tahun 1997 sampai dengan sekarang bekerja di Jurusan Arsitektur, Fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro ,Indonesia diangkat menjadi menjadi Kepala
Laboratorium Teknologi Bangunan sejak 2011 serta menjadi Sekretaris Program Studi
S1 sejak April 2013 hingga sekarang.
Dr Ir. Setyowati, MT juga menjalin kerjasama dan menjadi anggota AMER
(Association of Malaysian on Environmental Behaviour Researcher) sejak 2013,
Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) sejak tahun 2005. Melakukan penelitian tentang Nano-
material dengan murid-muridnya dan memperoleh ―The best five‖ untuk kategori
Eco-material di Lomba Penelitian Nasional pada tahun 2013.

203

Anda mungkin juga menyukai