Anda di halaman 1dari 10

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 6 No. 2 Tahun 2018)

PENGARUH ACTIVE LISTENING MELALUI STORY TELLING


TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK KELOMPOK A

Ni Putu Dewi Trisnawati1, Ni Ketut Suarni2, Mutiara Magta3


1,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
2
Jurusan Bimbingan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: triznabedugul@ymail.com 1, niketut.suarni@undiksha.ac.id 2,


mutiara.magta@undiksha.ac.id 3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh signifikan yang menggunakan


active listening melalui story telling dengan anak yang menggunakan model
pembelajaran langsung direct instruction terhadap kemampuan menyimak anak
kelompok A di Taman Kanak-kanak Gugus II Kecamatan Buleleng Tahun Ajaran
2017/2018. Jenis peneltian ini adalah penelitian eksperimen semu, populasi penelitian
ini adalah seluruh kelompok A di gugus II Kecamatan Buleleng Tahun 2017/2018 yang
berjumlah 248 anak. Sampel penelitian ini yaitu TK Shaiwa Dharma yang berjumlah
20 anak dan TK Kemala Bhayangkari yang berjumlah 20 anak. Data kemampuan
menyimak dikumpulkan dengan menggunakan metode non tes yaitu dengan
observasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu uji-t. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan kemampua menyimak antara siswa yang menggunakan
model pembelajaran actice listening dengan siswa yang tidak menggunakan model
pembelajaran active listening dengan thit = 32,409 > ttab 2,042 ini berarti terdapat
perbedaan yang signifikan. Berdasarkan hasil analsis data model pembelajaran active
listening melalui story telling berpengaruh terhadap kemampuan menyimak. Hal ini
dapat dilihat dari skor rata-rata siswa yang menggunakan model pembelajaran active
listening yaitu 27,85 dan skor rata-rata siswa yang menggunakan model pembelajaran
direct instruction yaitu 16,15. Perbaikan dilakukan dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran active listening untuk meningkatkan
kemampuan menyimak anak dalam mengatasi kendala-kendala dalam proses
pembelajaran di kelas.

Kata-kata kunci: bercerita, active listening, kemampuan menyimak

Abstract

This study aims to determine the significant influence using story telling method with
children using direct instruction model to the ability of listening to group A children in
Kugas II Buleleng District School of the School Year 2017/2018. This type of research
is a quasi-experimental study, the population of this study is the entire group A in
cluster II Buleleng District Year 2017/2018 which amounted to 248 children. The
sample of this research is TK Shaiwa Dharma which amounted to 20 children and
Kemala Bhayangkari Kindergarten which amounted to 20 children. The listening ability
data was collected by using non test method with observation. The data obtained were
analyzed using descriptive and inferential statistical analysis technique, t-test. The

126
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 6 No. 2 Tahun 2018)

result of research shows that there is difference of listening ability between students
using actice listening learning model with students who do not use active listening
learning model with thit = 32,409 > ttab 2,042 this means there is significant difference.
Based on the results of analysis data model of active listening learning through story
telling influence on the ability to listen. This can be seen from the average score of
students using active listening learning model that is 27.85 and the average score of
students using direct instruction model that is 16.15. Improvement is done in the
learning process by using active listening learning model to improve the ability to listen
to children in overcoming obstacles in the process of learning in class.

Keywords: story telling, listening ability, active listening

PENDAHULUAN berkembangnya kematangan bahasa dalam


Bahasa merupakan sarana utama konteks bermain.
untuk berpikir dan bernalar. Manusia berpikir Berdasarkan observasi dan
tidak hanya dengan otaknya, dengan wawancara di sekolah Taman Kanak-kanak
bahasa manusia dapat menyampaikan hasil Gugus II Kecamatan Buleleng masih banyak
pemikiran atau penalaran, sikap serta sekolah-sekolah yang belum memberikan
perasaanya. Bahasa memiliki peran sentral stimulasi optimal terhadap kemampuan
dalam perkembangan intelektual, sosial, menyimak pada anak sejak dini. Di sekolah
emosional manusia serta menjadi anak lebih sering diberikan kegiatan-
penunjang keberhasilan dalam m empelajari kegiatan secara individu seperti:
segala bidang kehidupan baik di sekolah memberikan lembar kerja yang dikerjakan
maupun dalam bermasyarakat. Pengajaran secara individu, menebak flash card secara
bahasa berfungsi sebagai sarana untuk bergilir dan tanya jawab. Banyak hal yang
meningkatkan pengetahuan dan melatarbelakangi hal tersebut mulai dari
keterampilan berbahasa anak dalam rangka penggunaan metode belajar yang monoton
pelestarian dan pengembangan budaya. dan penggunaan media yang kurang variatif.
Bahasa tersebut berupa rangkaian bunyi, Seperti yang ditemui di Taman Kanak-kanak
tanda, atau lambang yang dikeluarkan Gugus II Kecamatan Buleleng masih
melalui alat ucap manusia untuk menggunakan model direct instruction atau
menyampaikan isi hatinya kepada manusia. pembelajaran langsung. Hal tersebut
Keterampilan berbahasa di bagi membuat anak terkadang merasa bosen
menjadi empat aspek yaitu, menyimak, dan anak mencari kesibukan sendiri seperti
berbicara, membaca, dan menulis. Keempat mengobrol bersama temannya.
aspek tersebut berkaitan dan saling Kenyataan yang ditemui di lapangan
mendukung dalam penyelenggaraan sungguh berbeda dengan harapan dan
pembelajaran di kelas. Salah satu aspek standar pendidikan anak usia dini. Dimana
terpenting yaitu menyimak. Menyimak kemampuan menyimak anak masih kurang,
merupakan dasar belajar bahasa baik hal tersebut terlihat pada kegiatan
bahasa pertama maupun bahasa kedua. pembelajaran berlangsung saat guru
Berdasarkan Permendikbud No 137 Tahun menjelaskan pembelajaran yang akan
2014 menyatakan bahwa, anak usia 4-5 diberikan. Maka dari itu beberapa solusi
tahun memiliki kemampuan menyimak penggunaan metode lain dapat dilakukan
seperti mampu menyimak perkataan orang untuk menstimulasi kemampuan anak
lain, mengerti dua perintah yang diberikan khususnya dalam hal menyimak. Salah
bersamaan, memahami cerita yang satunya dengan menggunakan active
dibacakan, dan mendengar dan listening melalui story telling.
membedakan bunyi-bunyian dalam Bahasa Mendengarkan merupakan fungsi
Indonesia. Program pengembangan bahasa penting bagi semua anak. Dimana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf mendengarkan aktif dapat membantu
d mencakup perwujudan suasana untuk seseorang untuk mencapai pemahaman

127
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 6 No. 2 Tahun 2018)

yang lebih jelas tentang situasi, tanggung tapi hanya dilakukan pengujian saja.Secara
jawab, dan diri sendiri. Sedangkan story procedural, desain ini mengikuti pola seperti
telling adalah suatu kegiatan yang dilakukan yang ditujukan pada gambar berikut. Dalam
seseorang secara lisan kepada orang lain penelitian ini menggunakan rancangan
dengan alat atau tanpa alat tentang apa penelitian post-test only control group
yang dilakukan seseorang secara lisan design. Populasi penelitian ini adalah
dengan tujuan membagikan pengalaman seluruh kelompok B di gugus II Kecamatan
dan pengetahuan kepada orang lain. Buleleng tahun 2017/2018, dengan jumlah
Dimana keunggulan dari story telling ini 248 anak. Adapun jumlah anggota populasi
adalah dapat menjangkau jumlah anak yang 1) TK Kumara Santi Sedana berjumalh 74
relatif lebih banyak, waktu yang tersedia anak, 2) TH Kasih Ibu berjumlah 21 anak 3)
dapat dimanfaatkan dengan efektif dan TK widya Kumarasathana berjumlah 20
efisien, pengaturan kelas menjadi lebih anak, 4) TK Negri Kampung berjumlah 27
sederhana, guru dapat menguasi kelas anak, 5) TK Pradnya Paramitha berjumlah
dengan mudah dan secara relative tidak 15 anak, 6) TK Kemala Bayangkari
banyak memerlukan biaya. berjumlah 34 anak, 7) TK Saiwa Dharma
Maka dari itu metode menyimak di berjumlah 55 anak. Teknik pemilihan sampel
rasa sangat cocok jika dikaitkan dengan dalam penelitian ini yaitu dengan cara
story telling. Dimana menyimak merupakan observasi ke lapangan terlebih dahulu dan
suatu proses kegiatan mendengarkan memperoleh informasi-informasi dari setiap
lambang-lambang lisan dengan penuh sekolah yang ada di gugus tersebut.
perhatian, pemahaman, apresiasi serta Berdasarkan hasil observasi dan informasi
interprestasi untuk memperoleh informasi, dari sekolah-sekolah maka ditentukanlah
menangkap isi atau pesan serta memahami sampel dalam penelitian ini adalah
makna komunikasi yang telah disampaikan kelompok A di Gugus II Kecamatan Buleleng
oleh sang pembicara melalui bahasa lisan. sebagai kelompok kontrol yaitu Taman
Berdasarkan latar belakang di atas Kanak-kanak Kemala Bhayangkari yang
mengenai pentingnya kemampuan terdiri dari 28 anak, dan Taman Kanak-
menyimak pada anak maka peneliti kanak Shaiwa Dharma sebagai kelompok
menyusun penelitian yang berjudul eksperimen yang terdiri dari 59 anak.
Pengaruh Active Listening Melalui Story Penelitian ini mengumpulkan data
Telling Terhadap Kemampuan Menyimak mengenai kemampuan menyimak
Anak Kelompok A Di Gugus II Kecamatan menggunakan metode observasi. Observasi
Buleleng Tahun Ajaran 2017/2018. yang digunakan adalah observasi
terstruktur, yakni observasi yang telah
METODE dirancang secara sistematis, tentang apa
Penelitian ini dilaksanakan di Taman yang akan dilaksanakan, kapan dan dimana
Kanak-Kanak Kelompok A di Gugus II tempatnya (Sugiyono,2014). Metode lain
Kecamatan Buleleng. Rentang waktu yang digunakan adalah dokumentasi dalam
penelitian ini adalah di semester II (genap) hal ini merupakan teknik pengumpulan data
tahun ajaran 2017/2018 yang terdiri dari 7 yang bersifat men yang berkaitan dengan
sekolah. Penelitian ini merupakan jenis sekolah dan data skunder. Dokumentasi ini
penelitian eksperimen semu (quasi dilakukan guna memperkuat data yang
eksperimen).Data kemampuan menyimak diperoleh melalui observasi. Data tersebut
pada anak dalam penelitian ini hanya berupa foto dan dokumen yang berkaitan
diambil dari skor post-test. Desain dengan sekolah dan data anak untuk
eksperimen ini dilakukan dengan kelompok melengkapi penelitian ini.
pertama diberi perlakuan sedangkan “Sampel adalah sebagian anggota
kelompok dua tidak.Kelompok pertama populasi yang memberikan keterangan atau
diberi perlakuan oleh peneliti kemudian data yang diperlukan dalam suatu
dilakukan pengukuran, sedangkan penelitian” (Anggoro,2007:43). Menurut
kelompok kedua yang digunakan sebagai Agung (2014:69) “yang dimaksud dengan
kelompok pengontrol tidak diberi perlakuan sampel adalah sebagian dari populasi yang

128
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 6 No. 2 Tahun 2018)

diambil, yang dianggap mewakili seluruh diambil berdasarkan pertimbangan


populasi dan diambil dengan menggunakan permasalahan, kondisi kelas dan jumlah
teknik tertentu”. Dapat disimpulkan bahwa anak.
sampel penelitian adalah bagian dari Sampel penelitian pengaruh active listening
populasi yang dijadikan objek penelitian. melalui storytelling terhadap kemampuan
Teknik pemilihan sampel dalam menyimak.
penelitian ini yaitu dengan cara observasi ke Populasi sangat diperlukan dalam
lapangan terlebih dahulu dan memperoleh penelitian karena merupakan subjek dalam
informasi-informasi dari setiap sekolah yang penelitian.“Populasi adalah himpunan yang
ada di gugus tersebut. Berdasarkan hasil lengkap dari satuan-satuan individu-individu
observasi dan informasi dari sekolah- yang karakteristiknya ingin kita ketahui”
sekolah maka ditentukanlah sampel dalam (Anggoro, 2007:42).
penelitian ini adalah kelompok A di Gugus II Menurut Agung (2014:47) “Populasi
Kecamatan Buleleng sebagai kelompok adalah keseluruhan objek dalam suatu
kontrol yaitu Taman Kanak-kanak Kemala penelitian”. Dalam penelitian ini, populasi
Bhayangkari yang terdiri dari 28 anak, dan didefinisikan sebagai jumlah atau kesatuan
Taman Kanak-kanak Shaiwa Dharma individu yang memiliki beberapa kesamaan
sebagai kelompok eksperimen yang terdiri cirri atau sifat dan kepada mereka
dari 59 anak. Pemilihan sampel penelitian kesimpulan penelitian ini akan diberlakukan.
dilakukan dengan purposive sampling
karena peneliti memilih sendiri sampel yang

Tabel 1. Distribusi Subjek Penelitian


NO KELAS SAMPEL JUMLAH
Kelas A TK Kemala Bhayangkari 20
Kelas A TK Saiwa Dharma 20
Jumlah 40

Pemilihan sampel penelitian yang berjumlah 20 anak sebagai kelompok


dilakukan dengan purposive sampling kontrol. Kelompok eksperimen diberikan
karena peneliti memilih sendiri sampel yang pembelajaran menggunakan model active
diambil berdasarkan pertimbangan listening melalui story telling dan kelompok
permasalahan, kondisi kelas dan jumlah kontrol diberikan model pembelajaran direct
anak. Sampel dalam penelitian ini adalah instruction. Desain Penelitian yang
Kelas A TK Kemala Bhayangkari yang digunakan adalah post-test only control
berjumlah 20 anak sebagai kelompok group design. Desain penelitian dapat dilihat
eksperimen dan Kelas A TK Saiwa Dharma pada tabel 2.

Tabel 2. Desain Penelitian Post Test Only Control Group Design


Kelas Treatment Post-test
Eksperimen X O1
Kontrol X2 O2
(Sumber : Sugiyono, 2016 : 11)

01 = post-test terhadap kelompok Pemilihan desain ini karena peneliti


eksperimen ingin mengetahui perbedaan kemampuan
02 = post-test terhadap kelompok kontrol menyimak antara kelompok eksperimen dan
X = perlakuan model pembelajaran active kelompok kontrol, dengan melakukan
listening melalui story telling observasi dan pemberian tes di akhir.
(kelompok eksperimen) Instrumen penelitian merupakan
X2 = perlakuan model direct instruction salah satu komponen penting yang
(kelompok kontrol) diperlukan dalam penelitian. Instrumen yang

129
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 6 No. 2 Tahun 2018)

digunakan untuk mengumpulkan data dalam Uji hipotesis digunakan untuk


penelitian ini pedoman lembar observasi. menguji hipotesis yang dikemukakan pada
Pedoman observasi adalah alat yang penelitian ini memaparkan satu hipotesis
digunakan untuk acuan pengamatan. yang akan diuji. Untuk pengujian ketiga
Pedoman observasi dalam penelitian ini hipotesis ini digunakan analisis varians satu
menggunakan rating scale. Rating scale jalur. Untuk mempermudah pengujian
adalah sebuah instrumen atau alat yang hipotesis ini digunakan aplikasi SPSS versi
mewajibkan pengamat untuk subjek dalam 20.0 for windows. Pengujian hipotesis
kategori dengan memberikan nomor atau tersebut dijabarkan menjadi pengujian
angka pada kategori. Skala yang digunakan hipotesis nol (H0) melawan hipotesis
pada instrumen penguji peningkatan alternatif (H1).
kemampuan menyimak anak yaitu skala Untuk bisa melakukan uji hipotesis,
likert. Data yang dianalisis dalam penelitian ada beberapa persyaratan yang harus
ini adalah kemampuan menyimak yang dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan
dikumpulkan melalui non tes observasi. Tes yang dimaksud yaitu: (1) data yang
tersebut telah di uji coba lapangan, sehingga dianalisis harus berdistribusi normal, (2)
teruji validitas dan reliabilitasnya. Hasil tes kedua data yang dianalisis harus bersifat
uji lapangan tersebut selanjutnya diberikan homogen. Untuk dapat membuktikan dan
kepada anak kelas eksperimen dan kelas mememenuhi persyaratan tersebut, maka
kontrol sebagai post-test. Prosedur yang dilakukanlah uji prasyarat analisis dengan
dilakukan dalam penyusunan pedoman melakukan uji normalitas, dan uji
observasi yaitu : (1) menetapkan konsep homogenitas.
kemampuan menyimak, (2) menyusun kisi-
kisi pedoman observasi, (3) menyusun HASIL DAN PEMBAHASAN
pedoman observasi, (4) menguji validitas isi Hal ini berarti bahwa model
pedoman observasi. pembelajaran active listening melalui story
Analisis data yang digunakan dalam telling dapat meningkatkan kemampuan
penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif menyimak anak. Sejalan dengan pendapat
dan data dianalisis dengan menghitung nilai Kelly (1999) mendefinisikan bahwa active
mean, median, modus, standar deviasi, listening adalah kegiatan mendengarkan
varian, skor maksimum, dan skor minimum. dan merespon apa yang dikatakan orang
Sedangkan teknik yang digunakan untuk lain dan kemudian mengungkapkan kembali
menganalisis data guna menguji hipotesis apa yang dipahami dari apa yang dikatakan
penelitian adalah uji-t. Uji normalitas orang lain. Sedangkan menurut Carl Rogers
sebaran data dimaksudkan untuk meyakini (1951) mendengarkan aktif adalah perilaku
bahwa data dan sampel benar-benar yang dilandasi dengan tekad kuat yang
berasal dari populasi yang berdistribusi terdiri dari empat komponen yaitu empati,
normal sehingga uji hipotesis dapat penerimaan, kongruensi, dan kekonkritan.
dilakukan. Uji normalitas untuk skor Mendengarkan secara aktif dilaksanakan
kemampuan menyimak. menggunakan untuk mengembangkan danmemupuk
analisis, digunakan teknik Kolmogoro- keempat komponen dari kekuatan tekad ini.
Smirnov (K-S) dengan bantuan program Rogers percaya bahwa keterampilan
SPSS versi 20.0 for windows. Jika angka mendengarkan aktif dapat membantu
signifikanlebih besar dari 0.05 maka data seseorang untuk mencapai pemahaman
berdistribusi normal. Varians antara yang lebih jelas tentang situasi, tanggung
kelompok digunakan untuk mengukur jawab, dan diri sendiri.
apakah sebuah kelompok data memiliki Mendengarkan secara aktif active
varian yang sama diantara kelompok listening juga mengenai cara membangun
tersebut. Dengan demikian, perbedaan yang rapport, pengertian, dan kepercayaan.
terjadi benar-benar berasal dari perbedaan Mendengarkan secara aktif active listening
perlakuan. Jika kedua kelompok mempunyai memiliki arti penuh pengertian terhadap apa
varians yang sama maka kelompok tersebut yang disampaikan oleh pasien secara verbal
dikatakan homogen. dan non verbal. Tindakan ini dapat

130
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 6 No. 2 Tahun 2018)

memfasilitasi komunikasi klien. (Potter & diidentifakasi, dikelompokkan menjadi suku


Perry, 2005) kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan
Jadi berdasarkan pendapat para ahli di akhirnya menjadi wacana (Sutari, dkk. 1997:
atas dapat disintesiskan bahwa active 17). Selain itu, menyimak juga mempunyai
listening adalah kegiatan mendengarkan pengertian lain yaitu: Menyimak adalah
dan merespon apa yang dikatakan orang suatu proses kegiatan mendengarkan
lain dan kemudian mengungkapkan kembali lambang-lambang lisan dengan penuh
apa yang dipahami dari apa yang dikatakan perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
orang lain. Dimana mendengarkan aktif interprestasi untuk memperoleh informasi,
adalah perilaku yang dilandasi dengan tekad menangkap isi atau pesan serta memahami
kuat yang terdiri dari empat komponen yaitu makna komunikasi yang telah disampaikan
empati, penerimaan, kongruensi, dan oleh sang pembicara melalui ujaran atau
kekonkritan. bahasa lisan (Tarigan, 1993 :28).
Bruner (1986) juga mengungkapkan Hasil analisis data terhadap skor
bahwa story telling adalah bagian dari kemampuan menyimak anak, diketahui
proses menerjemahkan pengalaman bahwa rata-rata skor kemampuan menyimak
personal individu atas pemahamannya anak-anak pada kelompok eksperimen
kepada khalayak. Egan (1995) adalah 27,85, sedangkan rata-rata
mendefinisikan story telling sebagai suatu kemampuan menyimak anak pada
aktivitas linguistic yang mendidik, karena kelompok kontrol adalah 16,15. Hal ini
memungkinkan individu untuk berbagi cerita menunjukkan bahwa rata-rata skor
tentang pemahamannya tentang suatu kemampuan menyimak anak pada
cerita kepada orang lain. kelompok eksperimen berada pada kategori
Menyimak merupakan kegiatan sangat tinggi dibandingkan dengan rata-rata
komunikasi dua arah yang bersifat langsung skor kemampuan menyimak anak-anak
dan bersifat tatap muka, melibatkan proses pada kelompok kontrol. Hasil uji hipotesis
menginterpretasi dan menterjemahkan dengan menggunakan uji-t diperoleh
suara yang didengar sehingga memiliki arti bahawa thitung = 32,409 > ttabel = 2,042 dengan
tertentu. Kegiatan menyimak dapat taraf signifikansi 5% sehingga H1 diterima
dilakukan oleh seseorang dengan bunyi dan H0 ditolak. Dengan kata lain,
bahasa sebagai sumbernya, sedangkan kemampuan menyimak anak antara
mendengar dan mendengarkan bisa bunyi kelompok kelas yang dibelajarkan dengan
apa saja. Jadi, menyimak memiliki model pembelajaran active listening melalui
kandungan makna yang lebih spesifik bila story telling lebih baik daripada kelompok
dibandingkan mendengar dan kelas yang dibelajarkan model direct
mendengarkan (Dhieni 2008 : 4.4). instruction pada anak kelompok A di Gugus
Sedangkan Menyimak memiliki II Kecamatan Buleleng tahun ajaran
makna mendengarkan atau memperhatikan 2017/2018.
baik- baik apa yang dikatakan orang lain. Didukung oleh Moeslichatoen (1999
Jelas faktor kesengajaan dalam kegiatan : 170) yang menyatakan bahwa tujuan dari
menyimak cukup besar, lebih besar metode bercerita adalah untuk “memberikan
daripada mendengarkan karena dalam informasi atau menanamkan nilai-nilai
kegiatan menyimak ada usaha memahami sosial, moral, dan keagamaan, pemberian
apa yang disimaknya sedangkandalam informasi tentang lingkungan fisik dan
kegiatan mendengarkan tingkatan lingkungan sosial”. Rangkuman hasil
pemahaman belum dilakukan. Dalam analisis deskripsi data kemampuan
kegiatan menyimak bunyi bahasa yang menyimak pada kelompok eksperimen dan
tertangkap oleh alat pendengar lalu kontrol disajikan pada tabel 3.

131
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 6 No. 2 Tahun 2018)

Tabel 3. Deskripsi Data Analisis Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Variabel Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Banyak Anak 20 20
Mean 27,85 16,15
Median 27,9 16,1
Modus 28,9 15,5
Standar Devisiasi 1,31 1,31

Sebelum melakukan uji hipotesis maka windows. Jika angka signifikan lebih besar
harus dilakukan beberapa uji prasyarat dari 0.05 maka data berdistribusi normal.
terhadap sebaran data yang meliputi uji Selanjutnya uji homogenitas
normalitas dan uji homogenitas terhadap dilakukan terhadap varians pasangan antar
kemampuan menyimak anak. kelompok eksperimen dan kontrol. Uji
Uji normalitas sebaran data homogenitas varians antar kelompok
dilakukan untuk mengetahui apakah data bertujuan untuk memeriksa kesamaan
yang diperoleh berdistribusi normal atau varians antar kelompok perlakuan. Dalam
tidak. Jika berdistribusi normal maka uji penelitian ini, uji homogenitas dilakukan
hipotesis dapat dilakukan. Uji normalitas terhadap varians pasangan antar kelompok
dalam penelitian ini menggunakan uji uji eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan
kolmogorov smirnov, (K-S) Tabel data adalah uji-F dengan kriteria data homogen
perilaku proposional kelompok eksperimen jika Fhit < Ftab. Rekapitulasi hasil uji
dan kontrol. homogenitas antar kelompok eksperimen
Uji Kolmogoro-Smirnov (K-S) dengan dan kontrol disajikan pada tabel 4 di bawah
bantuan program SPSS versi 17.0 for ini.

Tabel 4
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Data Fhitung Ftabel Kesimpulan
Post-test Kelompok Eksperimen dan
1 2,21 Homogen
Kelompok Kontrol

Berdasarkan tabel 3 diatas, diketahui Fhit normal dan homogen. Setelah diperoleh
hasil kelompok eksperimen dan kontrol hasil dari uji prasyarat analisis data,
adalah 1 sedangkan Ftab pada dbpembilang = dilanjutkan dengan pengujian hipotesis
19, dbpenyebut = 19, dan taraf signifikansi 5% penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Kriteria
adalah 2,21. Hal ini berarti, varians data pengujian adalah tolak H0 jika thit> ttab,
kemampuan menyimak kelompok dimana ttab diperoleh dari tabel distribusi t
eksperimen dan kontrol adalah homogen. pada taraf signifikansi 5% dengan derajat
Berdasarkan uji prasyarat analisis kebebasan db = n1 + n2 – 2. Rangkuman
data, diperoleh bahwa data hasil post–test hasil analisis uji-t ditampilkan pada tabel 5
kelompok eksperimen dan kontrol adalah berikut.

Tabel 5. Hasil Uji-t


Kelompok N Db Mean s2 thit ttab
Eksperimen 20 27,85 1,71
38 32,409 2,042
Kontrol 20 16,15 1,71

132
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 6 No. 2 Tahun 2018)

Berdasarkan tabel 4 diatas analisis Seperti penelitian yang dilakukan


dapat diketahui thit = 32,409 dan ttab = 2,042 oleh Noviana (2014) tentang Pengaruh
untuk db = 38 pada taraf signifikansi 5%. Metode Bercerita Terhadap Kemampuan
Berdasarkan kriteria pengujian, karena thit > Menyimak Pada Anak Kelompok Bermain
ttab maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, Tunas Bangsa di Ds. Wontansari, Kec
terdapat perbedaan yang signifikan kelas Balongpanggang, Kab Gersik.Dimana
yang diberikan perlakuan model penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh
pembelajaran active listening melalui story yang signifikan antara kemampuan
telling dengan kelas yang diberikan model menyimak anak sebelum dan sesudah
direct instruction terhadap kemampuan diterapkannya metode bercerita ini.Hal ini
menyimak pada anak kelompok A di Gugus terlihat dari nilai rata-rata pada kelompok
II Kecamatan Buleleng tahun ajaran kontrol dan kelompok eksperimen yaitu
2017/2018. memiliki nilai rata-rata pretest sebesar 2,57
Uji-t dibantu dengan bantuan SPSS- setelah diberikan perlakuan berupa metode
20.0 for windows yang diperoleh hasil bercerita maka hasil kemampuan
seperti yang disajikan pada tabel 6 sebagai menyimaknya meningkat dengan rata-rata
berikut. Berdasarkan uji-t dengan SPSS, posttest sebesar 3,46. Dengan demikian
dilihat pada Sig (2-tailed) yang lebih kecil hipotesis yang menyatakan terdapat
dari pada 0,05 pada taraf signifikansi 5% itu pengaruh metode bercerita terhadap
berarti terdapat perbedaan yang signifikan. kemampuan menyimak anak sebelum dan
sesudah penerapan metode bercerita pada
anak kelompok bermain Tunas Bangsa.
PENUTUP Kemudian penelitian yang dilakukan
Fitria, dkk., (2014) tentang pengaruh active
Berdasarkan hasil pengujian listening melalui storytelling terhadap
hipotesis dan pembahasan, maka temuan kelancaran berbicara pada anak usia 4-6
dalam penelitian ini menyatakan bahwa tahun di TK Tunas Rimba di Tuban. Dimana
terdapat perbedaan yang signifikan penelitian ini menunjukan bahwa adanya
kemampuan menyimak antara kelas yang pengaruh setelah dibandingkannya antara
diberikan perlakuan model pembelajaran kelompok kontrol dengan kelompok
active listening melalui story telling dengan eksperimen.Hal ini terlihat pada saat
kelas yang diberikan model direct pemberian pemberian posttest pada
instruction. Hasil analisis menunjukkan kelompok kontrol menggunakan buku cerita
bahwa thit = 32,409 dengan ttab = 2,024 hal ini yang berbeda ketika pretest.Subjek pada
berarti nilai thit > ttab. Kualifikasi kemampuan kelompok kontrol ini diminta untuk
menyimak anak yang diberikan perlakuan menceritakan tentang buku cerita tersebut,
model pembelajaran active listening melalui sedangkan pada kelompok kontrol
story telling berada pada kategori tinggi storyteller menanyakan beberapa
sedangkan kemampuan menyimak anak pertanyaan mengenai cerita yang telah
yang diberikan perlakuan model direct disampaikan. Setelah menghitung hasil
instruction berada pada kategori rendah. pretest dan posttest setelah itu dibandingkan
Penelitian ini di dasari oleh pemikiran antara kelompok kontrol dengan kelompok
logis bertolak dari berbagai macam sumber eksperimen kemudian melakukan analisa
serta penelitian-penelitian yang dilakukan dan terlihat adanya pengaruh pemberian
oleh beberapa pakar dan hasil karya storytelling terhadap kelompok eksperimen
mahasiswa sehingga menjadi acuan Dan penelitian yang dilakukan Rahmat
banding untuk mengembangkan serta lebih (2016) tentang Pengaruh Metode Bercerita
memantapkan kembali mengenai penelitian Terhadap Kemampuan Menyimak Anak Di
yang telah dilakukan sebelumnya.Penelitian Kota Selatan Gorontalo. Dimana dalam
ini dilakukan untuk menguji keefektifan penelitian ini kemampuan menyimak anak
model pembelajaran yang sesuai dengan baik sebelum dan sesudah pemberian
kemampuan menyimak pada anak. perlakuan dapat diketahui dari skor total
yang diperoleh melalui instrument

133
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 6 No. 2 Tahun 2018)

pengukuran. Hal ini dapat dibuktikan oleh untuk menambah wawasan penelitian yang
skor rata-rata pre test 25,89 dan skor rata- dilakukan.
rata post test 31,05 serta penguji hipotesis
yang menggunakan uji t yang menerangkan DAFTAR RUJUKAN
bahwa harga numeric t = 5,68 dan t = 1,67.
Kemampuan menyimak anak sesudah Bruner, Edward. M. 1986. Experince and its
pemberian perlakuan (posttest) lebih tinggi Expressions. University of Illinois
dari pada sebelum perlakuan (pretest). Dan Press Urbana and Chicago.
untuk total skor pretest sebesar 932 dan total
skoe post test sebesar 1118, maka hipotesis Dhieni, N. dkk. 2007. Metode
penelitian dapat dinyatakan terdapat Pengembangan Bahasa. Jakarta:
pengaruh metode bercerita terhadap Universitas Terbuka.
kemampuan menyimak anak diterima.
Maka dapat disimpulkan bahwa Egan. 1995. “Proposal Eksperimen” dalam
pembelajaran dengan model pembelajaran https://www.academia.edu/7646902/
active listening melalui story telling PROPOSAL_EKSPERIMEN_Penga
berpengaruh positif terhadap kemampuan ruh_Active_Listening_Melalui_Story
menyimak pada anak kelompok A di Gugus _Telling_Terhadap_Kelancaran_Ber
II Kecamatan Buleleng tahun ajaran bicara_Pada_Anak_Usia_4-
2017/2018. 6_Tahun_di_TK_Tunas_Rimba_di_
Saran yang dapat disampaikan Tuban diakses 22 Februari 2018.
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut. Gunarti, Winda dkk. 2010. Metode
a). Bagi Siswa Pengembangan Perilaku dan
1. Meningkatkan pengetahuan anak Kemampuan Dasar Anak Usia Dini.
tentang pengetahuan bahasa Jakarta: Universitas Terbuka.
khususnya dalam hal menyimak.
2. Siswa lebih memiliki minat dan Rogers, Carl. 1951. “Pengertian Active
kecintaan terhadap pengetahuan yang Listening” dalam
berhubungan dengan pengalaman https://www.dictio.id/t/apa-yang-
mereka sendiri. dimaksud-dengan-mendengarkan-
3. Dapat memberikan kesan kepada secara-aktif-active-listening/10439.
siswa dalam memberikan cerita diakses 22 Februari 2018.
semenarik mungkin.
b). Bagi Guru Moeslichatoen, R. 1999. Pengaruh Metode
1. Memberikan masukan penggunaan Bercerita Terhadap Kemampuan
metode bercerita/story telling dalam Menyimak Pada Anak Kelompok
kegiatan mengajar. Bermain Tunas Bangsa Di Desa
2. Memberikan informasi pada guru Wotansari, Kec Balongpanggang,
dalam meningkatkan kreatifitas Kab Gresik.
mengajar dan melakukan berbagai
upaya untuk meningkatkan kualitas Sugiyono, 2015. Statistic Nonparametis
dan proses hasil pembelajaran. Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
c). Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Agung, I Gusti Ngurah. 2014. Penyajian
memberikan informasi kepada kepala Analisis Data Sederhana. Jakarta:
sekolah untuk dapat meningkatkan Rajawali Pers
kualitas pembelajaran yang efektif dan
efisien. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Berbicara
d). Bagi Peneliti Lain Sebagai Suatu Keterampilan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai Berbahasa.
acuan, penelitian lanjutan, penelitian
perbandingan, serta sebagai bahan refrensi

134
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 6 No. 2 Tahun 2018)

Potter, dkk. 2005. “Pengertian dan Teknik active-listening-skills/. Diakses 20


Active Listening” dalam Maret 2018.
http://rajapresentasi.com/2010/11/tek
nik-mendengarkan-secara-aktif- Sugiyono, 2015. Statistic Nonparametis
Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

135

Anda mungkin juga menyukai