Laporan Praktikum Kimia Fisika Sistem Bi
Laporan Praktikum Kimia Fisika Sistem Bi
I. TUJUAN PERCOBAAN
• Membuat kurva komposisi pada sistem fenol-air terhadap suhu dan tekanan.
• Menentukan suhu kritis kelarutan timbal balik sestem fenol-air.
1
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
T daerah 1 fasa L0
L1
A2 B2
T2
Suhu A1 B1 T1
To
XA = 1 XC XF = 1
Gambar 01. Diagram fasa sistem biner fenol-air
Keterangan:
L1 = fasa fenol dalam air
L2 = fasa air dalam fenol
xA = mol fraksi air mol
xF = mol fraksi fenol
xC = mol fraksi komponen pada titik kritis (TC)
Pada daerah di dalam kurva terdapat dua fasa. Titik-titik pasangan komposisi
temperatur di dalam kurva selalu menggambarkan dua fasa. Komposisi tiap fasa terletak
pada kurva. Diluar kurva hanya terdapat satu fasa. Titik maksimum kurva disebut titik
kritis maksimum atau temperatur konsulat atas. Diatas temperatur titik kritis tidak
mungkin terdapat dua fasa.
Sistem ini mempunyai suhu kritis (TC) pada tekanan tetap yaitu suhu minimum
pada saat dua zat bercampur secara homogen dengan komposisi CC. Pada T1 dengan
komposisi antara A2 dan B2, sistem berada pada dua fasa (keruh). Sedangkan pada saat
sistem berada pada satu fasa, campuran berubah dari keruh menjadi jernih. Jika percobaan
dilakukan pada suhu yang lebih tinggi akan diperoleh batas kelarutan yang berbeda.
Semakin tinggi suhu, kelarutan masing-masing komponen komponen sati sama lain
meningkat sehingga saerah dua fasa semakin menyempit.
2
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
Batang Pengaduk
Termometer
Fenol + air
Penangas air
3
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
dari keruh menjadi bening. Biarkan suhu naik menjadi T1 + 4°C. Kemudian tabung
dikeluarkan dari penangas dan biarkan campuran mendingin di udara sambil diaduk.
Suhunya dicatat (T2) pada saat kekeruhan muncul kembali, kemudian dihitung suhu
rata-rata (T).
6. Selanjutnya ditambahkan aquades untuk mendapatkan T1 dan T2 sesuai dengan langkah
5.
V. HASIL PENGAMATAN
1. Suhu kamar : 26oC
Kadar fenol yag digunakan : 99,5%
Massa fenol yang ditimbang : 5,0098 gram
Massa jenis aquades : 1 gram/mL
2. Penambahan aquades sebelum terjadi kekeruhan
No. Aquades (mL) Pengamatan
1. 0,1 Fenol mencair
2. 0,2 Terdapat kristal fenol yang belum mencair dan larutan
berwarna orange.
3. 0,3 Terdapat kristal fenol yang belum mencair dan larutan
berwarna orange.
4. 0,4 Terdapat kristal fenol yang belum mencair dan larutan
berwarna orange.
5. 0,5 Semua kristal fenol mencair dan terbentuk larutan
orange bening.
6. 0,6 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
7. 0,7 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
8. 0,8 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
9. 0,9 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
10. 1,0 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
11. 1,1 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
12. 1,2 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
13. 1,3 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
4
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
5
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
Penyelesaian
berat zat
% berat = x 100 %
berat campuran
6
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
= 4,985 gram
massa fenol
Mol fenol =
Mr fenol
4,985 gram
Mol fenol =
94
7
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
Penyelesaian
massa
Mol air =
Mr air
2 gram
=
18
= 0,111 mol
Langkah yang sama dapat digunakan untuk menentukan mol air pada suhu berikutnya.
8
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
Untuk membuat kurva komposisi pada sistem fenol-air terhadap suhu pada
tekanan yang tetap terlebih dahulu dihitung % mol dari fenol dan air. Dimana % mol air
dan 5 mol fenol dapat dihitung sebagai berikut:
mol fenol × 100%
%mol fenol =
mol fenol + mol air
mol air × 100%
%mol air =
mol fenol + mol air
Adapun perhitungan untuk mencari % mol fenol dan % mol air yaitu sebagai berikut:
Pada suhu 360C
0,053 mol x 100%
% mol fenol =
(0,053 + 0,111) mol
= 32,32 %
% mol air = 100% - 32,32%
= 67,68%
Langkah yang sama dapat digunakan untuk menghitung % mol fenol dan % mol air pada
suhu berikutnya.
9
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
Berdasarkan data hasil percobaan dan setelah dilakukan perhitungan, maka dapat
dibuat kurva komposisi pada sistem biner fenol-air terhadap suhu pada tekanan tetap
adalah sebagai berikut:
80
70
SUHU
60
50
KURVA KOMPOSISI SISTEM BINER FENOL-AIR
Suhu
40
30
20
10
0
0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0
%Mol
% Mol
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
Kristal fenol ditimbang sebanyak 5,0098 gram dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berdiameter 4 cm. Kemudian ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,1 mL
aquades secara terus menerus sampai terbentuk kekeruhan. Pada penambahan 0,1 mL-0,5
mL aquades menyebabkan fenol melarut, dimana larutan fenol berwarna merah
kekuningan yang merupakan sistem satu fasa. Pada penambahan aquades 0,6 mL-1,9 mL
terbentuk dua lapisan dan kekeruhan, namun setelah dikocok kekeruhan yang timbul
hilang. Hal ini menunjukkan bahwa sistem fenol-air mulai memasuki keadaan dua fase.
Pada penambahan 0,1 mL yang ke 20, terbentuk kekeruhan yang setelah dikocok
kekeruhan terebut tidak hilang. Hal ini menunjukkan bahwa sistem fenol air sudah
memasuki keadaan dua fase. Keadaan ini sesuai dengan diagram berikut ini.
T daerah 1 fasa L0
. L1
A2 B2
T2
Suhu A1 B1 T1
To
XA = 1 XC XF = 1
Gambar 04. Diagram fasa sistem biner fenol-air
11
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
penting karena kedua komponen yaitu fenol dan air dapat bercampur secara sempurna
apabila suhu campuran dinaikkan dari temperatur mula-mula.
Pada percobaan ini, kurva komposisi sistem biner fenol-air terhadap suhu pada
tekanan tetap lebih condong ke arah komposisi air, hal ini dapat terjadi akibat dari
beberapa faktor yaitu:
1. Kesulitan dalam melakukan pengadukan sehingga ada kemungkinan suhu yang
terukur adalah suhu saat sistem fenol-air belum tercampur sempurna.
2. Sangat sulit untuk mangamati suhu pada saat sistem berubah dari keruh ke bening
atau sebaliknya dari bening ke keruh sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan
dapat melakukan pengamatan cukup besar. Kelompok kami kurang mengetahui
sejauh mana kekeruhan yang dimaksud sehingga pengukuran suhu saat pemanasan
menjadi kurang teliti. Hal ini berdampak pada perolehan titik kritis dari sistem fenol-
air yang dilakukan.
3. Komposisi air yang ditambahkan tidak konstan dimana mula-mula 0,1 mL dan
setelah terjadinya kekeruhan ditambahkan 0,5 mL-3 mL aquades.
4. Ketelitian dalam menambahkan aquades dengan menggunakan buret, dimana
kelompok kami kemungkinan kurang terampil dalam membuka dan menutup keran
buret sehingga akan sangat mempengaruhi ketelitian dalam penambahan jumlah
aquades ke dalam larutan fenol.
KESALAHAN RELATIF
Berdasarkan data hasil percobaan, suhu kritis kelarutan timbal balik sestem biner
fenol-air adalah 68°C sedangkan secara teoritis suhu kritisnya adalah 65,85oC. Untuk
mengetahui kesalahan relatif yang terjadi dalam praktikum ini dapat diketahui dengan
persamaan berikut:
nt − n p
KR = x 100 %
nt
65,85 − 68
= x100 %
65,85
= 3,265 %
Nilai KR yang didapat di bawah 10% sehingga masih dapat diterima.
12
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
SUHU
VII. SIMPULAN
Berdasarkan data hasil percobaanKURVA KOMPOSISI
dan setelah SISTEM
dilakukan analisis BINER
data FENOL-AIR
maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Kurva komposisi sistem biner fenol-air terhadap suhu pada tekanan tetap adalah
sebagai berikut:
80
70
60
50
Suhu
40
30 % Mol
20
10
0
0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0
%Mol
2. Suhu kritis dari sistem biner fenol-air dapat ditentukan dari pertemuan titik pada
suhu konsulat atas yaitu 68 °C.
13
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
DAFTAR PUSTAKA
Bird, Tony. 1987. Penuntun Praktikum Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta:
Gramedia.
Barrow, Gardon M. 1996. Physical Chemistry. USA: Mc Graw-Hill.
Retug, I Nyoman dkk. 2002. Penuntun Praktikum Kimia Fisika II. Singaraja: IKIP Negeri
Singaraja.
Sienko, Michel J. 1985. Eksperimental Chemistry. United States: Mc Graw-Hill.
Suardana, I Nyoman. 2005. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Singaraja: Jurusan
Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja.
Tony, Bird. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Gramedia.
14