PROPOSAL DISERTASI
KHAIRUNNISA ETIKA SARI
bukunya, maka pastilah bangsa itu akan musnah, demikian kutipan seorang penulis
terkenal berkebangsaan Republik Ceko yaitu Milan Kundera (1929) dalam setiap
yang dihimpun dan dibaca masyarakat berbagai bentuk peradaban bangsa itu harus
masa depan. Perpustakaan merupakan bagian tidak terpisahkan dari buku dan
negara.
kemunduran, hal ini disebabkan Baghdad pada masa Khalifah Abbasiyah adalah
1
terlihat dari besarnya kontribusi ilmuan masa itu terhadap perkembangan keilmuan
diskusi adalah aktivitas kaum intelektualnya. Pada masa kehancuran kota Baghdad
dibuang di sungai Tigris (Ensiklopedia Islam, 1994: 518). Sebagai pusat ilmu
yang besar terhadap sejarah umat Islam. Jatuhnya kota Baghdad bukan saja
dunia Islam. Ketika Baghdad hancur berbagai khazanah ilmu pengetahuan yang ada
kekuasaan adalah perjuangan ingatan melawan lupa. Agar masalah lupa yang
dialami oleh suatu bangsa akan sejarah dan nilai-nilai masa lampau, diperlukan
kebudayaan hanya akan tersimpan dengan baik dalam sebuah perpustakaan yang
dengan setara, sehingga setiap orang akan memiliki modal kultural dengan
2
bahwa perpustakaan adalah penyedia informasi yang bersifat netral atau tidak
menyimpan, dan menyebarkan ide maupun informasi tanpa suatu batasan dan
America (ALA) melalui The ALA Office for Intellectual Freedom mendefinisikan
kebebasan intelektual sebagai hak setiap orang untuk mencari dan menerima
menyediakan akses terbuka bagi segala ekspresi dan gagasan melalui berbagai
jenis tindakan dan mengarahkan individu pada kebebasan untuk menerima dan
menyebarkan gagasan/ide.
3
Osburn (1991:169) yang mengatakan fokus pada hubungan antara kebijakan
seleksi koleksi. Seleksi koleksi merupakan nucleus (inti) dan sebagai manifestasi
proses seleksi koleksi merupakan inti dari proses kegiatan pengembangan koleksi.
The ALA Office for Intellectual Freedom menjelaskan sensor merupakan tekanan
terhadap ide/gagasan dan informasi yang dilakukan oleh pihak tertentu baik
informasi yang dianggap tidak sesuai dan berbahaya. Beberapa penerapan sensor
Dikotomi kebebasan intelektual dan sensor merupakan dua sisi mata uang
karya intelektual kepada semua pemustaka dengan baik, namun di sisi lain,
perpustakaan harus tunduk terhadap peraturan sensor dan kebijakan negara yang
bersangkutan. ALA dalam Library Bill of Right (1996) pasal pertama mengatakan
bahwa bahan perpustakaan tidak dilarang atau dikeluarkan atas latar belakang
4
sudut pandang atau ideologi pemikiran dari penciptaannya (penulis dan
Menurut Drs. Budiono, SIP selaku Pustakawan Madya BPAD DIY dalam
pengembangan koleksi yaitu dalam pengadaan dan seleksi koleksi. Drs Budiono,
5
Byrne (1999:2) bahwa kebebasan intelektual sebagai prinsip dasar praktek
menjaga kebebasan intelektual merupakan peran yang stategis dan penting dalam
aktivitas kepustakawanan. Hal ini agar menciptakan koleksi yang beragam dan
adanya sentimen atau bias selektor hal ini bertentanga dengan prinsip- prinsip
kebebasan intelektual untuk mengelola dan menciptakan koleksi yang tepat dan
sesuai dengan kebutuhan pemustaka sangat diperlukan dan penting. Maka peneliti
pengembangan perpustakaan.
6
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
yang sejenis dengan penelitian ini. Hal ini peneliti melakukan pembandingan
dengan hasil penelitian atau literatur lain yang sesuai dengan topik penelitian
7
mempengaruhi sikap pustakawan terhadap permasalahan ini. Penelitian ini
intelektual darı sudut pandang teori dari pada praktek kebebasan intelektual..
Research Library Vol.78 No.6 Tahun 2017, dengan judul Intellectual Freedom
ini, para dekan dan direktur perpustakaan akademik yang ada di Amerika
8
sebagian besar responden mengatakan mereka jarang memikirkan kebebasan
adalah isu tentang kebebasan intelektual dan sensor sebagai elemen penting
9
Penelitian ke-empat dilakukan oleh Isna Alfiathi dengan judul
semiotika pada serial animasi Toshokan Senso (Library War) 2009 Penelitian
kebijakan sensor dari pemerintah dalam serial animasi tersebut melalui adegan
berupa razia buku, pembakaran buku, peraturan mengenai sensor dan juga
10
latar belakang,status sosial, agama, suku, pendidikan, dan sebagainya. Konsep
hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status
sosial-ekonomi.
yang adil tanpa diskriminasi. Hal ini telah dijelaskan pada UU no 43 Tahun 2007
pasal 5 ayat 3 masyarakat yang memiliki cacat dan /atau kelainan fisik,
masing.
11
mencipta, mengakses, menggunakan, dan berbagi informasi serta pengetahuan
sebagai sarana yang paling demokratis untuk belajar sepanjang hayat demi
berikut :
kelompok
yang dilayani.
12
1.5.3 Tujuan Perpustakaan Umum
sebagai berikut:
kesejahteraan
2. Menyediakan informasi yang mudah, cepat dan tepat yang berguna bagi
masyarakat
4. Bertindak selaku agen kultural, sebagai pusat utama kehidupan budaya bagi
masyarakat sekitarnya
13
apresiasi semua bentuk seni; 4) rekreasi, perpustakaan memainkan peran
informasi serta gagasan lewat berbagai media tanpa suatu batasan. Konsep
14
perpustakaan. Lembaga tersebut bertanggung jawab untuk mendidik dan
15
informasi, kebebasan berekspresi serta mengenali privasi pengguna
perpustakaan.
menyebarkan gagasan/ide.
16
kepentingan dan kebutuhan serta berguna bagi masyarakat
tidak boleh ditolak atau dibatasi atas dasar ras, umur, dan latar
belakang sosial.
pemikirandan kebudayaan.
17
2. Perpustakaan mendukung dalam pembelajaran sepanjang hayat,
kemanusiaan.
keagamaan tertentu.
sensor.
perpustakaan
18
10. Pustakawan dan staf harus menjunjung prinsip-prinsip
kebebasan intelektual
pengguna.
membatasi dan melarang buku. Selain perlarangan buku, salah satu yang
dengan sentiment atau selera pribadi selector, yang dapat menciptakan bias
19
koleksi dan melanggar tanggung jawab sebagai penyedia informasi yang
netral.
buku. Seleksi buku merupakan nucleus atau inti dari proses pengembangan
aspek yaitu bebas mengakses informasi dan bebas berekspresi. Hal ini
layanan teknis dan layanan umum. Layanan teknis berkaitan dengan seleksi
terdiri daari layanan sirkulasi, referensi dan serial. Menurut Byrne (1999:2)
20
prinsip dalam kebijakan pengembangan koleksi perpustakaan, dan prinsip
pengembangan koleksi.
menentang sensor. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi bias selektor dalam
21
kebijakan seleksi dengan sensor sebagai berikut; kebijakan seleksi
masyarakat pengguna.
terhadap tekanan untuk memasukkan bahan yang tidak pantas dan tidak
22
mereka yang menuntut bahwa perpustakaan menerima hadiah atau membeli
1.5.6 Sensorship
kontrol atau pengendalian atas ide maupun informasi yang tersebar luas di
suatu penerbitan buku, namun juga pada akhirnya sebagai usaha untuk
23
Beberapa bentuk penyensoran begitu tidak sadar sehingga bahkan individu-
menyensor. Masih ada bentuk lain yang sistemik dan hanya bisa dikurangi
alternatif(independently-published materials)
kelompok tertentu
oleh masyarakat.
24
Lebih lanjut Moody menambahkan sensor dapat berupa isu
sensor adalah hal yang negatif, karena memberikan alasan untuk menolak
sedangkan sensor muncul atas dasar menolak bahan perpustakaan dari isi
kelompok tertentu.
25
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan kebebasan intelektual
masyarakat luas.
26
Tabel 1
Indikator Analisis Kebebasan Intelektual
2. Perpustakaan 2. Perpustakaan
menyediakan bahan menyediakan bahan
perpustakaan dari segala perpustakaan yang luas
sudut pandang dan dan beragam, sebagai
displin ilmu. Bahan manifestasi masyarakat
perpustakaan tidak yang plural.
diperkenankan dilarang
atau dikeluarkan karena
desakan suatu lembaga
dan kelompok tertentu.
3. Perpustakaan harus
menentang kebijakan
sensor sebagai rasa
tanggung jawab sebagai
27
sumber penyedia
informasi.
2. Perpustakaan
sebaiknya
mengadakan,
mengelola, dan
menyebarkan
informasi dengan
bebas.
28
perpustakaan dan informasi dengan pertimbangan professional dari berbagai
dan menerima informasi yang ada di perpustakaan tanpa suatu batasan tertentu.
29
1.6 Metodelogi Penelitian
studi kasus (case study). Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang
individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya
dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan
mendalam dari sebuah entitas. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya
penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan
arsip. Creswell (1998) menjelaskan bahwa suatu penelitian dapat disebut sebagai
penelitian studi kasus apabila proses penelitiannya dilakukan secara mendalam dan
menyeluruh terhadap kasus yang diteliti, serta mengikuti struktur studi kasus seperti
yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (dalam Heigham dan Croker, 2009),
Banyak penelitian yang telah mengikuti struktur tersebut tetapi tidak layak
disebut sebagai penelitian studi kasus karena tidak dilakukan secara menyeluruh
dan mendalam. Dari sifat kasusnya yang kontemporer, dapat disimpulkan bahwa
menggunakan teori yang sudah ada sebagai acuan untuk menentukan posisi hasil
penelitian terhadap teori yang ada tersebut. Posisi teori yang dibangun dalam
30
menyempurnakan teori yang ada berdasarkan perkembangan dan perubahan fakta
BPAD Daerah Istimewa Yogyakarta, apakah sudah selaras, sudah sesuai standar
Lokasi, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian sebagai sasaran yang
sangat membantu untuk menentukan data yang diambil, sehingga lokasi ini sangat
dengan tanggal 16 Juni 2021. Alasan peneliti memilih tempat penelitian tersebut
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Jakarta
Kundera, Milan. Novel Kitab Lupa dan Gelak Tawa. 2015. Penerbit Narasi:
Yogyakarta.
Johnson, Peggy. Fundamentals of Collection Development and Management. 2009.
ALA Publisher
Layyina, Lilik. Evaluasi Kebijakan Pengembangan Bahan pustaka Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Yogyakarta. 2011. Skripsi
Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Mangemba. Censorship Impedes Intellectual Freedom. 2011
www.academia.edu/11368225/Censorship_impedes_intellectual_freed
om_the librarianship_dilemma.
McNikol, Sarah. School Librarian’s Intellectual Freedom Attitude and Practices.
2016. New Library World. Vol.117 Iss 5/6 pp.329-342. Dalam
www.emeraldinsight.com/doi/full/.
Moody, Kim. Covert Censorship in Libraries : a discussion paper. 2005.The
Australian Library Journal, Hal.138-147: Australia.
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. 2013. Remaja Rosdakarya:
Bandung.
Nazir, M. Metode Penelitian. 1988. Ghalia Indonesia. Jakarta
Osburn, Charles B. Collection Management and Intellectual Freedom. 1991.
Library Trends. Vol.39, Nos 1&2 pp.168-182. University of Alabama.
Pooley, Alexandra. Ethical Training:Censorship and Intellectual Freedom in the
Public Library.2007. University of Sheffield.
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, R&D. 2013. Alfabeta:
Bandung.
-----------. Memahami Penelitian Kualitatif. 2008. Alfabeta: Bandung.
Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. 1991. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
33
Undang-Undang Perpustakaan No. 43 Tahun 2007. Dalam
http://www.perpusnas.go.id/law/undang-undang-nomor-43-tahun-2007-
tentang-perpustakaan/.
34