Artikel ini pada dasarnya berisikan tentang ulasan ‘perjalanan’ Ilmu Perpustakaan dan
Informasi sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang layaknya berbagai mata ilmu yang lain,
mengalami sebuah proses natural dari perkembangan ilmu itu sendiri berupa pendefinisian-
pendefinisian serta dialektika teoritis baik dari segi epistemologis, ontologis, maupun aksiologis.
Hal ini bertujuan untuk semakin memperjelas cakupan dari objek analisis serta bahasan dari
Ilmu Perpustakaan dan Informasi sebagai sebuah cabang ilmu yang saintifik khususnya dalam
konteks yang terjadi di Indonesia. Pada bagian awal, penulis membuka tulisan ini dengan
berusaha melemparkan pemantik kepada pembaca dengan beberapa pertanyaan mendasar
yang turut menjadi titik tolak ‘kegelisahan’ para akademisi dan insan cendekia terkait
keabsahan serta kejelasan saintifik Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Indonesia. Pertanyaan-
pertanyaan dasar seperti bagaimana makna terminologi ‘Perpustakaan’ dan ‘Informasi’ dapat
dijelaskan dalam satu nomenklatur keilmuan bernama ‘Ilmu Perpustakaan dan Informasi’; lalu
mengapa terdapat penambahan kata ‘Informasi’ dalam sejarah perjalanan Ilmu Perpustakaan
sebagai sebuah cabang ilmu dilontarkan oleh penulis sebagai bahan pokok refleksi terkait
kejelasan aspek ilmu ini bagi para pembaca.
Premis-premis ini merupakan kerangka awal yang dijadikan pijakan oleh penulis untuk
menjelaskan topik yang kemudian ia khususkan hanya akan membahas tentang aspek ontologi
dari Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Selain itu, penulis juga secara langsung menyatakan
bahwa perkembangan Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang terjadi di Indonesia sangat kental
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu ini yang terjadi di Amerika Serikat. Dalam pembahasan
penulis juga berfokus pada aspek sosiologis dari perkembangan ilmu ini yang menurutnya
penting untuk mengetahui latar belakang lahirnya Ilmu Perpustakaan dan Informasi serta
signifikansi dan efeknya terhadap sebuah tatanan dan dinamika masyarakat yang menjadi lokus
dari beredarnya diskursus serta praksis dari ilmu itu sendiri.
Pada bagian pengelaborasian aspek sosiologis dari Ilmu Perpustakaan dan Informasi,
penulis menyatakan bahwa ia berfokus pada perspektif ilmu dari dua sisi. Yakni yang pertama
adalah ilmu sebagai sebuah institusi sosial; dan yang kedua ialah ilmu sebagai sebuah kegiatan
spesifik yang bertujuan untuk menghasilkan pengetahuan ilmiah yang kebenaran serta
kegunaannya turut ditentukan oleh masyarakat melalui proses-proses sosial yang tertata.
Penulis menyoroti, bagaimana perkembangan Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Indonesia
lebih didominasi oleh diskursus dimensi ilmu yang pertama (ilmu sebagai sebuah institusi
sosial). Banyak diskursus, penelitian, serta kajian-kajian yang cenderung lebih berfokus kepada
hal-hal yang memiliki implikasi praktis dari ilmu ini, sebab hal ini dianggap lebih memiliki
signifikansi bagi profesi yang akan mereka geluti nantinya sebagai akademisi lulusan Ilmu
Perpustakaan dan Informasi. Hal inilah yang menurut penulis kemudian menyebabkan
munculnya kesan bahwa perkembangan Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Indonesia seperti
abai terhadap adanya perkembangan teori yang terjadi di ranah ilmu ini. Arah perkembangan
Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Indonesia yang cenderung berfokus pada ranah-ranah
praktis dan terapan ilmu, serta kurang adanya penggunaan teori yang spesifik dalam berbagai
kajian dan penelitiannya, dinilai penulis merugikan perkembangan Ilmu Perpustakaan dan
Informasi itu sendiri. Sebab fenomena seperti ini cenderung menimbulkan keraguan dari para
insan akademik terhadap keabsahan Ilmu Perpustakaan dan Informasi sebagai sebuah ilmu
yang saintifik.
Pustaka kemudian dijelaskan dari sisi historis, bagaimana ia merupakan sebuah bagian
penting dari setiap peradaban. Ketiga unsur tradisi yang dimaksud dengan pustaka tadi secara
keseluruhan selalu dilakukan dalam setiap generasi peradaban. Hal ini menunjukkan
bagaimana tradisi ini dianggap penting oleh setiap peradaban sebab mereka terus
mempertahankan kelangsungan tradisi ini ─walaupun dengan bentuk dan wujud yang berubah-
ubah─. Pustaka sendiri juga memiliki unsur moralitas, falsafah, serta motif yang biasa disebut
sebagai kandungan atau isi dari tradisi pustaka, yaitu: 1) Penghargaan dan pewarisan budaya;
2) Budaya membaca; 3) Peradaban berbasis pengetahuan; serta 4) Pemanfaatan pengetahuan
bersama.
Adanya perkembangan objek kajian yang terjadi dalam Ilmu Perpustakaan dan
Informasi yang disebabkan oleh penggunaan komputer dalam layanan perpustakaan, sekaligus
juga mengkonfirmasi bagaimana tradisi pustaka yang secara kontinyu mengalami perubahan.
Selain itu, pada bagian akhir penulis juga menyampaikan perbedaan term ‘Informasi’ dalam
konteks Ilmu Perpustakaan dan Informasi dengan makna ‘Informasi’ di luar disiplin ilmu ini,
yakni bagaimana IP&I lebih berfokus pada penggunaan pendekatan sosial budaya dan hanya
menggunakan informasi sebagai latar belakang penelitian, bukan sebagai instrumen dalam
metode penelitian itu sendiri.