Anda di halaman 1dari 10

CRITICAL JOURNAL REVIEW

FILSAFAT PENDIDIKAN

NAMA : DEBORA EFNITA SIMANJUNTAK

NIM : 4172141021

JURUSAN : BIOLOGI

PROGRAM : PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Puji Syukur bagi Tuhan Allah Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunia-Nya
tugas CBR “Biologi Sistem” ini dapat saya selesaikan sebagaimana adanya.

Critical Journal Review adalah adalah tugas individu dan atau kelompok yang
mengkaji sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal internasional berbahasa Inggris
tentang teori belajar,yang bertujuan melatih mahasiswa merumuskan definisi
konseptual berdasarkan simtesis teori-teori yang berkembang dalam Jurmal yang
direview.
Tugas ini merupakan salah satu bentuk reviewer yang disarankan oleh semua
dosen pengampu setiap mata kuliah yang berada di lingkungan kampus. Topik Critical
Jurnal Review saat ini akan membahas tentang “Filsafat Pendidikan”.
Filsafat pendidikan membahas tentang segala sesuatu hal yang benar dan
sesuai dengan faktanya . Berdasarkan latar belakang di atas, saya mencoba untuk
membahas lebih lanjut dalam tugas CJR (Critical Jurnal Review) tentang “Filsafat
Pendidikan” .
Namun demikian, saya sebagai penulis menyadari bahwa tugas CJR ini
memiliki banyak kekurangan. Adanya kesalahan pengetikan huruf , makna ataupun
ejaan .Oleh karena itu, kritik dan saran selalu saya tunggu agar tugas ini di kemudian
hari akan semakin baik dari sisi isi maupun tampilannya serta dapat bermanfaat bagi
semua orang .Trimakasih.
II. Tujuan
1. Mengembangkan alternatif model filsafat ilmu pendidikan untuk Indonesia
melalui tiga macam model yang akan sangat relevan dikembangkan dalam
konteks daerah Aceh yang sedang mengembangkan sistem pendidikan Islami.
2. Mengkaji model pembelajaran bidang studi filsafat pada pendidikan di Indonesia.
3. Menghadirkan kembali Pancasila sebagai bagian dari kehidupan warga negara
Indonesia.

III. Manfaat
1. Menambah rasa syukur kita terhadap Tuhan yang telah menciptakan segalanya
untuk kebaikan makhluk-makhluk-Nya.
2. Dapat menambah wawasan , khususnya pada jurnal yang sedang dibahas kali ini.
3. Memotivasi para pembaca (khususnya saya) agar lebih menumbuhkan minat
kritis dalam segala aspek kehidupan
4. Menambah keberanian dalam hal berargumentasi berdasarkan teori-teori yang
ada.
BAB II
ISI JURNAL

I. IDENTITAS JURNAL

Jurnal Kritik

Judul : Pembelajaran Filsafat Berbasis Kearifan Lokal


Penulis : Abdul Munir Mulkhan
Tahun Terbit : 2007
Sumber : Jurnal Filsafat Vol.17, Nomor 2 , Agustus 2007

Jurnal Pembanding

Judul : Filsafat Ilmu Pendidikan Untuk Indonesia


Penulis : Darwis A. Soelaiman
Tahun Terbit : 2013
Sumber : Jurnal ISSN Pencerahan Vol.7,Nomor 2, September 2013.
II. RINGKASAN ISI JURNAL

JURNAL I “PEMBELAJARAN FILSAFAT BERBASIS KEARIFAN LOKAL”

Filsafat dalam arti perenungan mendalam yang dituangkan dalam naskah atau
yang hidup dalam tradisi pernah menjadi sumber inspirasi warga yang tinggal di satu
kawasan yang kelak disebut Indonesia. Demikian pula Pancasila sekurangnya telah
mengantarkan negeri ini ke gerbang kemerdekaan yang mampu berfungsi sebagai
nilai bersama seluruh kekuatan sosial-politik negeri ini.Namun yang ingin dibahas
ialah bagaimana menghadirkan kembali kedua situasi itu ketika kita merasa
kehilangan arti penting kebijakan (wisdom; filsafat) dan nilai-nilai Pancasila.Dua
persoalan yang hendak dikaji, yaitu pertama soal sistem dan model pembelajaran
bidang studi filsafat, Salah satu penyebab “keterasingan Filsafat” dari kehidupan
publik dan keseharian ialah kecenderungan pengemban ilmu itu sendiri yang kurang
piawai melibatkan diri dalam perbincangan berbagai problem kehidupan keseharian,
baik pada tingkat lokal, kebangsaan, atau dunia global. Yang kedua ialah bagaimana
menghadirkan kembali Pancasila sebagai bagian dari kehidupan warga yang secara
fungsional memandu setiap langkah keseharian atau perpolitikan negeri ini. Kita tahu
bahwa Pancasila lahir melalui proses transendensi yang panjang dari apa yang sejak
lama hidup dalam kehidupan masyarakat yang mudah kita temukan dalam tradisi
daerah di seluruh pelosok nusantara. Melalui proses panjang itu para pemimpin negeri
ini sampai pada kata sepakat dalam satu konsensus nasional yang secara formal
berlangsung pada tahun 1945. Dari sinilah Pancasila naik ke tingkat politik nasional
sebagai ideologi dan dasar negara. Sayangnya, justru sesudah itu Pancasila seolah
tercerabut dan terasing dari tradisi kehidupan warga. Pancasila mengalami pen-
sakral-an menjadi sesuatu yang semacam “tabu” sehingga hampir tak tersentuh warga
biasa dan rakyat kebanyakan. Dari sinilah “tragedi” Pancasila sebagai ideologi dan
dasar negara mulai berlangsung. Orang biasa menjadi seolah tak punya hak untuk
mendongengkan tentang nilai-nilai Pancasila tanpa ijin yang berwewenang.
JURNAL II “FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN UNTUK INDONESIA”

Ilmu pendidikan dan filsafat pendidikan di Indonesia telah mengalami stagnasi,


artinya tidak berkembang sebagaimana mestinya. Ilmu pendidikan sudah direduksi menjadi
ilmu pengajar, dan filsafat pendidikan tidak lagi dijadikan basis atau fondasi oleh guru dalam
kegiatannya mengajar. Kurikulum pada Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
seperti FKIP dan STKIP sudah gersang dengan mata kuliah ilmu pendidikan dan filsafat
pendidikan, sehingga calon guru lulusan LPTK itu tidak merasa perlu memahami ilmu dan
filsafat pendidikan kalau mengajar. Hal ini menjadi masalah karena ilmu pendidikan dan
filsafat pendidikan merupakan pengetahuan yang sangat esensial bagi profesinya sebagai
guru. Mengapa bisa terjadi demikian, mungkin karena kurangnya pembahasan mengenai
pentingnya ilmu pendidik dan filsafat pendidikan.Kemudian untuk mengatasi hal tersebut
maka dibuatlah sebuah model pembelajaran yang bertujuan mengembangkan alternatif
model Filsafat Ilmu Pendidikan untuk Indonesia, yang dilaksanakan melalui suatu studi
kepustakaan. Model tersebut selanjutnya disusun menjadi 3 macam model terpadu, yaitu:

1.MODEL FILOSOFIS, yaitu bertolak dari analisis terhadap Filsafat Pendidikan Barat yang
berakar pada alam pikiran masyarakat Barat, filsafat pendidikan Islam, yang berakar pada
ajaran agama Islam, dan filsafat pendidikan Pancasila, yang berakar pada masyarakat dan
budaya Indonesia. Persoalannya ialah bagaimana memadukan ketiga macamfilsafat
pendidikan dalam rangka membangun filsafat pendidikan Indonesia dan filsafat ilmu
pendidikan yang cocok untuk Indonesia.

2. MODEL “KEMAS KEDEPAN” : (Kebudayaan, Masyarakat, dan Kehidupan Masa Depan)


yang bertolak dari analisis terhadap masyarakat dan kebudayaan Indonesia serta kehidupan
masa depan, atau analisis sosio-budaya. Dengan demikian apabila kita perlu merumuskan
bagaimana tujuan pendidikan haruslah bertolak dari masyarakat dan kebudayaan, artinya
dari kebutuhan dan aspirasi masyarakat sertadari nilai-nilai budaya masyarakatnya.
Demikian pula halnya kalau kita perlu mengembangkan suatu filsafat pendidikan atau filsafat
ilmu pendidikan untuk Indonesia, haruslah pula bertolak dari masyarakat dan kebudayaan
Indonesia. Tanpa demikian maka pendidikan tidak relevan dengan kehidupan nyata dalam
masyarakat dan akan terlepas dari akar budaya masyarakat Indonesia.

3. MODEL SISTIM PEMIKIRAN 4L (SP4L) : yang merupakan pemikiran saintifik tentang


manusia seutuhnya, terdiri dari pemikiran LUHUR, Pemikiran LAHIR, Pemikiran LOGIK, dan
pemikiran LATERAL. Pemikiran luhur adalah sejenis pemikiran yang tinggi martabatnya, yang
berdasarkan ketauhidan, kewahyuan, keimanan, dan ketaqwaan. Pemikiran ini adalah
pemikiran keagamaan yang berhubungan dengan unsur-unsur gaib dan ketuhanan.
Pemikiran lahir ialah jenis pemikiran tentang kemampuan manusia berpikir, atau tentang
potensi otak manusia. Pemikiran logic ialah pemikiran yang berlandaskan ilmu-ilmu pasti,
sains, dan matematika. Pemikiran ini memerlukan bukti, fakta, alasan-alasan rasional.
Pemikiran lateral adalah sejenis pemikiran yang tidak mementingkan logika, fakta, tetapi
lebih mementingkan kreativitas, motivasi, imajinasi, dayakhayal, dan daya cipta.Dalam sistim
pendidikan kita ke-4 macam pemikiran santifik tersebut kurang mendapat perhatian, baik
dalam keluarga maupun dalam pendidikan formal sejakdari pendidikan dasar sampai dengan
pendidikan tinggi.
III. TEORI-TEORI PENUNJANG

 Plato, bahwa “apa yang tampak dan kita lihat sehari-hari ini adalah maya, bukan
sesungguhnya, dan bayangan dari ada yang hanya ada dalam dunia ide” lebih
membingungkan lagi bagi mereka yang terperangkap pada kosa kata harian.
 Professor Buchori (1988) ,mengatakan bahwa ilmu pendidikan di Indonesia kini
sedang mengalami krisis identitas, antara lainkarena ilmu pendidikan telah direduksi
ke taraf ilmu keguruan.
 Profesor Tilaar (1996), mengatakan bahwa ilmu pendidikan di Indonesia sekarang ini
adalah dalam keadaan buta dan tuli, karena ilmu tersebut tidak ditopang oleh
falsafah yang mendasari pendidikan nasional, tidak memperhitungkan kehidupan
masyarakat Indonesia yang majemuk (bhinneka), dan tidak didasarkan kepada
pengetahuan yang nyata tentang perkembangan jiwa dan fisik anak Indonesia, serta
ilmu pendidikan itu tidak didukung oleh “body of knowledge “ yang relevan dengan
masyarakat Indonesia dan juga tidak didukung oleh lembaga yang menjadi soko guru
dari ilmu pendidikan di Indonesia.
 Profesor Winano Surakhmad (1996) ,mengatakan bahwa ilmu pendidikan (bukan
hanya di Indonesia) merupakan ilmu yang kontra produktif, karena
ilmu pendidikan itu sekarang ini tidak memiliki daya pikat, bukan saja karena ia
lamban dan statis, tetapi juga karena tidak peka dan tidak menghiraukan aspirasi
kemajuan. Ia semakin terlepas dari kontekss budaya dan masyarakat yang diabdinya,
dan karena itu ia semakin mengalami astrofi dan dinilai tidak berguna.
 Profesor Achmad Sanusi (1989), berkesimpulan bahwa ilmu pendidikan di Indonesia
ada pada taraf perkembangan, belum lagi merupakan suatu disiplin yang kokoh,
belum lengkap atau bulat.
 Peters (1966) ,pendidikan bukan suatu disiplin ilmu, tetapi hanya sebagai sebuah
profesi.
 O’Connors (1969), memang telah banyak teori pendidikan, tetapi teori-teori itu tidak
memenuhi criteria teori ilmiah.
 Oliva (1988), setiap disiplin ilmu memiliki 3 ciri, yaitu: ada teori atau prinsip
mengenai ilmuitu, ada knowledge and skills yang dikembangkan oleh ilmu itu, dan
ada teoritisi dan praktisi yang mengembangkan ilmu itu.
 Profesor Hirst , bahwa unsur-unsur non-ilmiah sangat berperan dalam studi
tentang fenomena pendidikan, dan bahwa teori pendidikan dapat muncul dari
berbagai sumber pengetahuan seperti filsafat (metafisika, epistemologi), berbagai
pengetahuan, keyakinan, agama, kebudayaan, dan lain-lain.
 Roger Sperry(1990), otak manusia terbagi atas dua hemisfera yang berbeda
fungsinya. Pertama “Left brain Hemisphere” atau Hemisfera Otak Kiri (HOKI), dan
Hemisfera Otak Kanan (HOKA). Kalau Hoki mempunyai kemampuan sain dan
teknologi, maka HOKA mempunyai kemampuan kreativitas, inovasi, dan sastra.
 Hulon Wilis (1975),ilmu logika adalah ilmu tentang ketepatan berpikir, atau “the
science of reasoning”.Ilmu logika ialah keseluruhan proses yang membawa kepada
keputusan, melalu penalaran yang berdasarkan bukti-bukti yang jelas dan konkrit,
dan karena itu ilmu logika itu hanya dapat dipakai untuk pengetahuan duniawi
(acquired knowledge” bukan “revealed knowledge”.
IV. PEMBAHASAN

JURNAL I “PEMBELAJARAN FILSAFAT BERBASIS


KEARIFAN LOKAL”

a. Layout

Jenis Tulisan : Tulisan pada jurnal ini memakai tulisan”Times New Roman” dengan
jenis BOLD pada judulnya dan bercetak miring( Italic) pada point-point
penting.Dengan kata lain tulisan pada jurnal ini dapat dibaca dengan baik oleh
pembaca.
Tata letak : Tata letaknya sudah sesuai dengan standart pengetikan jurnal. Namun
pada jurnal ini tidak ditemukan grafik atau ilustrasi gambar yang menjelaskan
penjelasan pada topiknya.
Warna Tulisan : Warna tulisan pada buku ini memakai tema”Automatic/Black”
secara keseluruhan nya.

b. Kelengkapan Isi Jurnal

Isi dari jurnal“Pembelajaran Filsafat Berbasis Kearifan Lokal”, lebih memfokuskan


kepada studi pembelajaran bidang studi filsafat di Indonesia dan bagaimana
menghadirkan kembali Pancasila sebagai bagian dari kehidupan warga yang secara
fungsional memandu setiap langkah keseharian atau perpolitikan negeri ini.Dalam
jurnal ini akan dibahas retradisi pancasila berguru pada rakyat,berguru pada rakyat
kecil,strategi pembelajaran,romantisme surgawi,belajar pada kearifan lokal,sosiologi
filsafat dan keterasingan filsafat.

c. Kemutakhiran Isi Jurnal

Jurnal ini diterbitkan pada tahun 2007 oleh Jurnal Filsafat Vol.17,Nomor 2.Yang
ditulis oleh Abdul Munir Mulkhan.Melihat tahun diterbitkannya jurnal ini , terlihat
bahwa jurnal ini merupakan sumber yang tertinggal (out up to date) yakni tertinggal 10
tahun untuk pengambilan referensi.Kepustakaan jurnal ini juga sangat minim.
JURNAL II “FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN UNTUK
INDONESIA”

a. Layout

Jenis Tulisan : Tulisan pada buku ini memakai tulisan”Times New Roman” dengan
jenis BOLD pada setiap judulnya dan bercetak miring( Italic) pada point-point
penting.Dengan kata lain tulisan pada buku ini dapat dibaca dengan baik oleh
pembaca.
Tata letak : Tata letaknya sudah sesuai dengan standart pengetikan buku.Dalam jurnal
ini ditemukan bagan atau ilustrasi gambar yang menjelaskan penjelasan pada
topiknya. Peletakan nya juga disesuaikan dengan isi ,dimana setelah gambar maka
dilanjut dengan penjelasan.
Warna Tulisan : Warna tulisan pada buku ini memakai tema”Automatic/Black”.

b. Kelengkapan Isi Jurnal

Isi dari jurnal“Filsafat Ilmu Pendidikan”, lebih memfokuskan untuk mengembalikan


ilmu pendidikan dan filsafat pendidikan di Indonesia ynag telah mengalami
stagnasi ,yang artinya tidak berkembang sebagaimana mestinya. Dalam jurnal ini akan
dibahas eksistensi dan status ilmu pendidikan di Indonesia,alternatif model untuk
filsafat ilmu pendidikan Indonesia,yaitu: (1) model filosofis:bertolak dari analisis
terhadap filsafat pendidikan barat,filsafat pendidikan Islam,dan filsafat pendidikan
Pancasila (2)model “kemas kedepan”: kebudayaan masyarakat dan kehidupan masa
depan yang bertolak dari analisis terhadap masyarakat dan kebudayaan Indonesia
serta kehidupan masa depan atau analisis sosio-budaya (3)Model sistem pemikiran 4L
(SP4L) : yang merupakan pemikiran saintifik tentang manusia seutuhnya,terdiri dari
pemikiran luhur,pemikiran lahir,pemikiran logik, dan pemikiran lateral

c. Kemutakhiran Isi Jurnal

Jurnal ini diterbitkan pada tahun 2013 oleh Jurnal ISSN Pencerahan Vol.7,Nomor
2 .Yang ditulis oleh Darwis A. Soelaiman .Melihat tahun diterbitkannya jurnal ini
,terlihat bahwa jurnal ini masih merupakan sumber terbaru (up to date) untuk
pengambilan referensi. Terlebih lagi dengan dilengkapinya daftar pustaka yang akurat
sehingga memudahkan pembaca untuk mencari sumber dari teori-teori yang
tercantum dijurnal tersebut.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan saya, dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi calon
pendidik yang kurang atau tidak mau memaham betapa penting nya ilmu filsafat
dalam hal memacukan pendidikan Indonesia, maka disusunlah 3 macam model
pembelajaran yang nantinya akan membantu para pendidik untuk memahami ilmu
filsafat, model tersebut antara lain : (1) Model Filosofis, yaitu bertolak dari analisis
terhadap filsafat pendidikan barat, filsafat pendidikan islam, dan filsafat pendidikan
Pancasila.( 2) Model “kemas kedepan” ,yaitu kebudayaan, masyarakat, dan kehidupan
masa depan yang bertolak dari analisis terhadap masyarakat dan kebudayaan
Indonesia serta kehidupan masa depan, atau analisis sosio-budaya. (3) Model Sistim
Pemikiran 4L (SP4L) ,yaitu pemikiran saintifik tentang manusia seutuhnya, terdiri
dari pemikiran luhur, pemikiran lahir, pemikiran logik, dan pemikiran lateral.

SARAN

Saya berharap dengan dibuat nya tugas Critical Journal Review ini serta semua
pembahasan yang telah dipaparkan ,maka semua pembaca terkhusus kepada
mahasiswa/i da tentu saja saya sendiri dapat lebih mengerti dan memahami betapa
penting nya ilmu dan pembelajaran filsafat terhadap pendidik dan sistem pendidikan
di negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai