dan Perpustakaan
Pendahuluan
Untuk membahas apa yang disebut Ilmu Perpustakaan atau Ilmu Perpustakaan &
Informasi, maka perlu pendekatan keilmuan. Pendekatan tersebut adalah
pendekatan definisi dan pendekatan filsafat. Pendekatan definisi menggunakan
berbagai buku ajar mau pun referens yang menghasilkan definisi. Namun definisi
tidak dapat membentuk ilmu serta tidak semua butiran (item) dapat didefinisikan
(Saracevic, 1999). Maka perlu pendekatan filsafat.
Filsafat Ilmu
Dari berbagai pengertian yang diberikan oleh Bagus (2000), salah satu batasan
mengatakan bahwa filsafat adalah penegtahuan yang dimiliki rasio manusia yang
menembus dasar terakhir dari segala sesuatu. Filsafat menggumuli seluruh
realitas, tetapi teristimewa eksistensi dan tujuan manusia.Filsafat memiliki
berbagai cabang salah satu di antaranya ialah Filsafat Ilmu (Tim Pengembangan,
1990) atau Filsafat Ilmu Pengetahuan (Bagus, 2000). Yang diartikan sebagai
studi sistematik mengenai sifat dan hakikat ilmu, khusus yang berkenaan dengan
metode, konsel, sangka wacana dan kedudukannya di dalam skema umum disiplin
intelektual.
Untuk dapat memenuhi syarat sebagai sebuah ilmu, maka kumpulan pengetahuan
harus memenuhi syarat tertentu yaitu ada objek material dan objek formal (Tim
Dosen Filsafat ilmu 1996). Objek material adalah segala sesuatu yang dijadikan
sasaran pemikiran (gegenstand), sesuatu yang dipelajari dan dikupas sebagai
bahan (materi) (Verhaak & Imam, 1989). Objek yang sama disoroti dari berbagai
macam sudut, mencakup apa saja, baik hal konkrit atau pun hal abstrak.
Telaah ilmu dari segi filosofis adalah telaah yang berusaha menjawab pertanyaan
mengenai hakekat ilmu; telaah tersebut dikenal dengan nama filsafat ilmu. Filsafat
ilmu merupakan telaah secara filsafati yang ingin menjawab beberapa pertanyaan
mengenai ilmu seperti objek apa yang dikaji, bagaimana proses menimba ilmu,
apa manfaatnya. Pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok pertama disebut
landasan ontologis; kelompok kedua adalah epistemologis dan kelompok ketiga
adalah aksiologis. Semua pengetahuan pada dasarnya memiliki ketiga landasan
itu, yang berbeda adalah materia perwujudan serta sejauh mana landasan dari
ketiga aspek itu dikembangkan dan dilaksanakan.
Dari semua pengetahuan maka ilmu fisika merupakan pengetahuan yang aspek
ontologis, epistemologis dan aksiologisnya telah jauh lebih berkembang
dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan lain dan dilaksanakan secara
konsekuen dan penuh disiplin. Dari pengertian inilah sebenarnya berkembang
pengertian ilmu sebagai disiplin yakni pengetahuan yang mengembangkan dan
melaksanakan aturan-aturan mainnya dengan penuh tanggung jawab dan
kesungguhan. Jadi untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dari jenis
yang lain maka pertanyaan yang dapat diajukan ialah :
Dengan mengetahui jawaban atas ketiga pertanyaan tersebut maka dengan mudah
kita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang ada. Karena filsafat ilmu
ini dikaitkan dengan Ilmu Perpustakaan sedangkan Ilmu Perpustakaan telah
mengalami perubahan nama, onjek dan metode maka kajian ontologis akan
diterapkan pada masing-masing tahap ilmu.
Ontologi
Ontologi berasal dari bahasa Yunani on, ontos (ada, keberadaan) logos (studi,
ilmu tentang). Dari asal kata itu terbentuklah kata ontologi yang memiliki salah
satu arti yaitu cabang filsafat yang (a) menyelidiki status realitas suatu hal; (b)
menyelidiki jenis realitas yang dimiliki hal-hal dan (c) yang menyelidiki realitas
yang menentukan apa yang kita sebut realitas dan/atau ilusi Maka dalam filsafat
ilmu, ontologi berkaitan dengan :
Objek apa yang ditelaah? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek tersebut?
Bagaimana hubungan antara objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti
berpikir, merasa, mengindera) yang membuahkan pengetahuan?
Ilmu Perpustakaan
Bila dikaji lebih lanjut maka pembaca akan menjumpai dua ancangan
(pendekatan) dalam hal Ilmu Perpustakaan. Ancangan pertama berdasarkan
definisi Ilmu Perpustakaan sedangkan ancangan kedua berdasarkan objeknya.
Pada ancangan pertama, Ilmu Perpustakaan dilihat dari definisinya sebagai suatu
ilmu. Dalam hal ini definisi Ilmu Perpustakaan ialah pengetahuan yang tersusun
rapi yang menyangkut tujuan, objek, fungsi perpustakaan serta fungsi, metode,
penyusunan, teknik dan teori yang digunakan dalam pemberian jasa
perpustakaan. Dalam kegiatannya sebagai cabang ilmu pengetahuan, Ilmu
Perpustakaan belum sepenuhnya berhasil mengembangkan teori yang mapan. Hal
ini terjadi karena sejak semula Ilmu Perpustakaan lebih mengarah kepada
pemberian jasa untuk pemakai perpustakaan. Orang yang berkecimpung dalam
bidang perpustakaan akhirnya “lupa” untuk mengembangkan teori yang lebih
mapan. Namun demikian hal itu tidaklah berarti bahwa dalam Ilmu Perpustakaan
tidak dikenal teori. Dalam dunia ilmu pengetahuan, sudah lazim bagi sebuah ilmu
baru untuk menggunakan atau meminjam teori dari disiplin lain untuk diterapkan
dalam ilmu baru tersebut. Demikian pula halnya dengan Ilmu Perpustakaan,
banyak teori dari disiplin lain diterapkan pada Ilmu Perpustakaan, misalnya dari
Ilmu Statistika, Managemen, Filsafat, Sejarah, “Operations Research” dan
lain-lainnya. Bila teori dari disiplin lain sahih untuk disiplin tersebut maka
biasanya teori tersebut juga sahih untuk Ilmu Perpustakaan. Jadi ancangan
pertama menekankan pada definisi untuk menunjukkan kemandirian Ilmu Per-
pustakaan.
Pada ancangan kedua yang dikaji ialah objeknya, dalam hal ini perpustakaan.
Maka objek material dalam Ilmu Perpustakaan adalah rekaman informasi yang
merupakan koleksi perpustakaan. Bila dijabarkan lebih lanjut berupa (a)
perpustakaan sebagai suatu institusi, mencakup organisasi perpustakaan,
perkembangannya, peranannya dalam masyarakat serta sumbangan perpustakaan
pada sejarah manusia (b) organisasi koleksi perpustakaan (bahan pustaka ter-
masuk cara mengolah, menyimpan serta temu kembali sebaik, secepat dan
semurah mungkin (c) pengawetan buku serta bahan pustaka lainnya (d)
penyebaran informasi serta jasa perpustakaan lainnya untuk kepentingan umum
(e) hal-hal lain yang berkaitan dengan perpustakaan serta jasa perpustakaan.
Seperti dikatakan Shera (1972) perpustakaan sebagai penyumbang pada sistem
komunikasi total dalam masyarakat. Walaupun perpustakaan adalah sebuah
instrumen yang diciptakan untuk memaksimumkan pendayagunaan rekod grafik
untuk kepentingan masyarakat, perpustakaan mencapai tujuan tersebut bekerja
melalui perorangan dan melalui perorangan mencapai masyarakat.
Berdasarkan objek formal dan material tersebut maka definisi Ilmu Perpustakaan
adalah ilmu yang mempelajari rekaman informasi: cara perolehan, pencatatan,
penyimpanan dan temu baliknya dalam suatu unit untuk didayagunakan oleh
orang lain (Ringkasan pokok 1991). Ilmu Perpustakaan termasuk himpunan Ilmu-
ilmu Budaya (Cultuurwetenschappen) karena mempelajari informasi sebagai
karya budaya dan sebagai isi budaya manusia. Alasan tersebut sering
dikemukakan mengapa Ilmu Perpustakaan masuk ke Fakultas sastra, Fakultas
Adab atau Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya.
The proper study of information science is the interface between people and
literature…[Information ascience addresses] modeling the world of publication
with a practical goal of being able to deliver their content to inquireres on
demand. . . While many scientists seek to understand communication between
persons, information seek to understand communication between persons and
certain valued surrogates for persons that literature comprises.
Ilmu informasi terbatas pada literatur yang memuat informasi serta teknik dan
sistem yang berkaitan dengan penyediaan akses yang efektif ke serta penggunaan
literatur. Hal itu berarti bahwa ilmu informasi tidak berhubungan dengan sistem
informasi yang dibayangkan umum seperti sistem informasi gaji, inventaris,
pengolahan data, tiket penerbangan dll
Dalam arti sempit informasi ditafsirkan dalam arti sinyal atau berita yang tidak
mencakup pengolahan kognitif ataupun bila, pengolahan ditafsirkan dalam
algoritma dan probabilitas. Pengertian semacam itu dikemukakan oleh Shannon
(1948)
Pendekatan ini tidak diterima oleh ilmu informasi karena pengertian informasi
yang sangat sempit. Karena itu kita beranjak ke pengertian yang lebih luas.
Masalah yang dihadapi IlmuInformasi terbagi atas dua hal yaitu masalah umum
dan khusus. Ada pun masalah umum ialah masalah berkaitan dengan keperluan
dan penggunaan informasi yang menyertakan rekaman atau cantuman
pengetahuan yang bermuara ke teknik, prosedur, dan sistem informasi. Cantuman
pengetahuan manusia ini sering disebut literatur (lazimnya digunakan di
lingkungan ilmu pengetahuan budaya) atau dokumen (ilmu pengetahuan alam)
sebagai objek yang mengandung isi dengan tidak memandang bentuk maupun
medianya
Sebenarnya tidak terdapat perubahan hakiki, hanya saja mata kuliah yang
berkaitan dengan informasi lebih ditamakan. Perguruan tinggi yang menggunakan
pola ini antara lain ialah U North Carolina in Chapel Hill, U Kolkata (1998).
Pada bentuk ini terdapat dua kubu yang bertentangan (Berry, 1998) Kubu prtama
berpegang teguh pada hubungan tradisional antara program kegiatan dan
perpustakaan sebagai lembaga. Kubu ini mendorong pengajaran teknologi baru
namun tetap terkait dengan perpustakaan serta konteks social danpolitik tempat
teknologi dan informasi berlangsung. Mereka melihat manajemen sector public
dan infromasi sebagai benda public ekonomi, tidak semata-mata sebavgai
komoditas pasar.
Kubu kedua pada tingkat paling ekstrim memuja millennium baru, di dalamnya
kemajuan komputer, web, net dan telekomunikasi menggantikan institusi dan
teknologi yang lebih tua yang brgerak dalam pertukaran informasi. Informasi
merupakan komoditas, semua program dan mekanisme pertukaran komoditas
sepenuhnya didorong oleh perubahan teknologi dan kekuatan pasar bebas (Berry,
1998), Tujuannya teknologi informasi yang baru serta mendidik spesialis
informasi bukan pustakawan. Kubu kedua ini kemudian pindah ke program yang
disebut Information studies atau kajian informasi.
iSchools
Pada ischool, kajian informasi merupakan kajian interdisipliner yang dipasok oleh
berbagai bidang. Kepustakawanan dan ilmu computer secara historsi merupakan
penyumbang utama, namun kini informasi juga dikaji oleh berbagai bidang seperti
pendidikan, psikologi, antroplogi, bisnis, jurnalisme. Hampir semua disiplin yang
mengkaji informasi berasal dari bidang ilmu pengetahuan social sehingga dapat
dikatakan IP&I atau II&P kini bergerak kea rah ilmu pengetahuan sosial.
Kajian informasi terfokus pada irisan informasi, teknologi dan manusia, yang
mensyaratkan pendekatan interdisipliner yang luas terhadap fenomena informasi,
hubungan antara informasi dengan teknologi dan manusia serta hubungan
denganaspek lain dari kebudayaan dan usaha maanusia. Sifat informasi yang ada
di mana-mana dalam usaha manusia memunayi imbas bahwa bidang informasi
berdampak pada semua bidang ilmu pengetahuan dan semua aspek budaya.
Organisasi iSchools didirikan pada tahun 2005 oleh sekelompok information
schoolsdengan tujua memajukan informasi pada abad 21. Lembaga penddiikan
informasi tersebut ada yang merupakan lembaga yang baru dibentuk atau bermula
dari program yang terpusat pada bidang spesifik seperti teknologi informasi, ilmu
perpustakaan, informatika, dan ilmu informasi. Setiap lembaga pendidikan
informasi memiliki kekkhasan dan spesialisasi, bersaama-sama lemabaga tersebut
berbagi minat fundamental dalam hubungan antara informasi, manusia dan
teknologi.
Kompetensi kebahasaan
Kompetensi keilmuan
Karena IP&I berada di bawah naungan fakultas yang berbeda maka perlu ada
kesepakatan di antara pengelola menyangkut kurikulum yang disepakati bersama
(untuk kemudahan sebut saja kurikulum ”nasional”). Kompetensi keilmuan
diciptakan oleh mata kuliah yang diberikan oleh program
studi/jurusan/departemen
Kompetensi teknologi
Perilaku lain.
Profesional informasi dituntut untuk memiliki rasa ingin tahu yang dipenuhi dari
bacaan profesi. Maka profesional informasi dituntut suka membaca. Hal tersebut
juga disebutkan dalam kompetensi perpustakaan sekolah
Kurikulum
Kurikulum ”nasional”
Sepuluh tahun yanglalu Komisi Sastra dan Filsafat telah mengeluarkan kurikulum
nasional. Penyusunan kurikulum tersebut dilandasi era reformasi yang
menginginkan universitas menyusun kurikulumnya, bebas dari campur tangan
pemerintah pusat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) misalnya Keputusan
Menteri Pendidikan tahun 1994 yang mengatur matakuliah jurusan sangat rinci..
Tahun itu bersamaan pula keluarnya laporan Jacques Delors Learning the treasure
within (UNESCO, 1996) yang mengeluarkan prinsil Learning to know, Learning
to do, learning to live together dan learning to be. Prinsip tersebut diterjemahkan
dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tahun 2000 tentang kurikulum
imti pendidikan tinggi sebagai kelompok matakuliah pengembangan kepribadian
(MPK), kelompok matakuliah keahlin berkarya (MKB), kelompok matakuliah
perilaku berkarya (MPB), dan kelompok matakuliah berkehidupan masyarakat
(MBB).
Filsafat ilmu mengenal konsep objek material dan objek formal. Objek material
merupakan objek yang dapat dikaji dari berbagai sudut sementara objek formal
merupakan objek yang membedakan antara satu ilmu dengan ilmu lain.
Bibliografi
Beerling (et al). (1990). Pengantar filsafat ilmu. Yogya: Tiara Wacana
Berry, John. (1998). Choosing a library school. Library Journal, November 15,36
Brillouin, Leon. (1962). Science and Information Theory, 2nd ed. New York:
Academic Press
Cox, Richard J and Larsen, Ronald L. (2008). iSchools and archival studies.
Archival Science, 8:307-326
Delors, Jacques. (1996). Learning the treasure within. Paris: Unesco
Foskett, A.C. (1996). The subject approach to information. 5th ed. London:
Library Association Publishing
Jakarta:http://www.dikti.go.id/.Archive2007/kepmendiknas_n0.045u2002 Disalin
berkas 3 Mei 2011
Lankes, R.D. 2011. The atlas of new librarianship. Cambridge,Mass.: MIT Press
and ACRL
Peursen, C.A. van (1989). Susunan ilmu pengetahuan: sebuah pengantar filsafat
ilmu. Jakarta: Gramedia
Wilson, T.D. (2001). Mapping the curriculum in information studies. New Library
World, 102, 1170/1171,436-442