Anda di halaman 1dari 13

Keilmuan Bidang Informasi

dan Perpustakaan
Pendahuluan

Karena kesalahpahaman penulis, maka makalah ini tidak langsung mengacu ke


terms of reference sebagaimana dimaksud oleh panitia sehingga soal seperti
kepribadian, pengetahuan, keilmuan dan ketrampilan dans elanjutnya hanay
dibahas secara singkat.  Karena berpegang pada judul yang diberikan panitia,
maka makalah ini mula-mula membahas aspek keilmuan Ilmu Perpustakaan &
Informasi (IP&I) atau pendahulu/kelanjutannya baru membahas butiran yang
diminta panitia. Sebahagian dari isi makalah ini menyangkut butiran keilmuan
pernah diajukan ke UNPAD dalam rangka kemungkinan pembukaan program
doktor IP&  beberapa tahun yang lalu.

Untuk membahas apa yang disebut Ilmu Perpustakaan atau Ilmu Perpustakaan &
Informasi, maka  perlu pendekatan keilmuan. Pendekatan tersebut adalah
pendekatan definisi dan pendekatan  filsafat. Pendekatan definisi menggunakan
berbagai buku ajar mau pun referens yang menghasilkan definisi. Namun definisi
tidak dapat membentuk ilmu serta tidak semua butiran (item) dapat didefinisikan
(Saracevic, 1999). Maka perlu pendekatan filsafat.

Filsafat Ilmu

Dari berbagai pengertian yang diberikan oleh Bagus (2000), salah satu batasan
mengatakan bahwa filsafat adalah penegtahuan yang dimiliki rasio manusia yang
menembus dasar terakhir dari segala sesuatu. Filsafat menggumuli seluruh
realitas, tetapi teristimewa eksistensi dan tujuan manusia.Filsafat memiliki
berbagai cabang salah satu di antaranya ialah Filsafat Ilmu (Tim Pengembangan,
1990) atau Filsafat Ilmu Pengetahuan (Bagus, 2000). Yang diartikan sebagai
studi sistematik mengenai sifat dan hakikat ilmu, khusus yang berkenaan dengan
metode, konsel, sangka wacana dan kedudukannya di dalam skema umum disiplin
intelektual.

Untuk dapat memenuhi syarat sebagai sebuah ilmu, maka kumpulan pengetahuan
harus memenuhi syarat tertentu yaitu ada objek material dan objek formal  (Tim
Dosen Filsafat ilmu 1996).  Objek material adalah segala sesuatu yang dijadikan
sasaran pemikiran (gegenstand), sesuatu yang dipelajari dan dikupas sebagai
bahan (materi) (Verhaak & Imam, 1989). Objek yang sama disoroti dari berbagai
macam sudut,  mencakup apa saja, baik hal konkrit atau pun hal abstrak.

Telaah ilmu dari segi filosofis adalah telaah yang berusaha menjawab pertanyaan
mengenai hakekat ilmu; telaah tersebut dikenal dengan nama filsafat ilmu. Filsafat
ilmu merupakan telaah secara filsafati yang ingin menjawab beberapa pertanyaan
mengenai  ilmu seperti  objek apa yang dikaji, bagaimana proses menimba ilmu,
apa manfaatnya. Pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok pertama disebut
landasan ontologis; kelompok kedua adalah epistemologis dan kelompok ketiga
adalah aksiologis. Semua pengetahuan pada dasarnya memiliki ketiga landasan
itu, yang berbeda adalah materia perwujudan serta sejauh mana landasan dari
ketiga aspek itu dikembangkan dan dilaksanakan.

Dari semua pengetahuan maka ilmu fisika merupakan pengetahuan yang aspek
ontologis, epistemologis dan aksiologisnya telah jauh lebih berkembang
dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan lain dan dilaksanakan secara
konsekuen dan penuh disiplin. Dari pengertian inilah sebenarnya berkembang
pengertian ilmu sebagai disiplin yakni pengetahuan yang mengembangkan dan
melaksanakan aturan-aturan mainnya dengan penuh tanggung jawab dan
kesungguhan.  Jadi untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dari jenis
yang lain maka pertanyaan yang dapat diajukan ialah :

 Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (ontologi).


 Bagaimana caranya memanfaatkan pengetahuan tersebut (epistemologi).
 Untuk apa pengetahuan tersebut digunakan (aksiologi).

Dengan mengetahui jawaban atas ketiga pertanyaan tersebut maka dengan mudah
kita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang ada. Karena filsafat ilmu
ini dikaitkan dengan Ilmu Perpustakaan sedangkan Ilmu Perpustakaan telah
mengalami perubahan  nama, onjek dan metode maka kajian ontologis akan
diterapkan pada masing-masing tahap ilmu.

Ontologi

Ontologi berasal dari bahasa Yunani on, ontos (ada, keberadaan) logos (studi,
ilmu tentang). Dari  asal kata itu terbentuklah kata ontologi yang memiliki salah
satu  arti yaitu cabang filsafat yang (a) menyelidiki status realitas suatu hal; (b)
menyelidiki jenis realitas yang dimiliki hal-hal dan (c) yang menyelidiki realitas
yang menentukan apa yang kita sebut realitas dan/atau ilusi Maka dalam filsafat
ilmu, ontologi berkaitan dengan :

Objek apa yang ditelaah? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek tersebut?
Bagaimana hubungan antara objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti
berpikir, merasa, mengindera) yang membuahkan pengetahuan?

Ilmu Perpustakaan

Yang pertama-tama dibahas ialah batasan Ilmu Perpustakaan, dalam literatur


bahasa Inggeris disebut Library Science (Amerika Serikat) atau Library Studies
(Inggris).Dalam dunia ilmu pengetahuan, keberadaan sebuah objek yang dapat
diteliti  dengan ilmu yang mengkaji objek tersebut atau berhubungan dengan
pengembangan ilmu yang  membahas objek tersebut. Sebagai contoh konflik
dikembangkan  menjadi objek studi, dikenal dengan nama Conflictology.  Hal 
yang sama terjadi dengan sampah (bahasa Inggrisnya garbage) Sebagai objek
kajian timbullah ilmu baru disebut Garbology bahkan pada awal tahun 2002 an
muncul kajian yang disebut Beckhamology artinya kajian tentang David
Beckham, pemain sepakbola dari Inggeris yang terkenal itu. Pada  awal mula
perkembangan sebuah ilmu baru, maka lazimnya ilmu baru tersebut  masih
menggunakan metode, teori, filsafat yang dipinjam dari ilmu  lain; kemudian
dikembangkan menjadi metode, teori maupun filsafat  tersendiri. Demikian pula
halnya dengan perpustakaan bila  menggunakan analogi di atas. Bila ada objek
yang akan diteliti  (dalam hal ini perpustakaan) maka tentunya ada ilmu yang
mengaji  objek tersebut ataupun dapat dikembangkan ilmu baru yang mengkaji 
objek tersebut. Dengan demikian dapat dikembangkan ilmu yang  khusus
mengkaji perpustakaan. Dalam kalangan pustakawan ilmu yang  mengkaji
perpustakaan ini disebut Ilmu Perpustakaan, dalam bahasa Inggris dikenal dengan
nama Library Science  ataupun Library  Studies. Dalam bahasa lain disebut
Bibliothekwetenschap maupun  Bibliothekwissenschaft.

Bila dikaji lebih lanjut maka  pembaca  akan menjumpai dua ancangan
(pendekatan) dalam hal Ilmu  Perpustakaan. Ancangan pertama berdasarkan
definisi Ilmu  Perpustakaan sedangkan ancangan kedua berdasarkan objeknya. 
Pada ancangan pertama, Ilmu Perpustakaan dilihat dari definisinya  sebagai suatu
ilmu. Dalam hal ini definisi Ilmu Perpustakaan  ialah  pengetahuan yang tersusun
rapi yang menyangkut tujuan,  objek, fungsi perpustakaan serta fungsi, metode,
penyusunan,  teknik dan teori yang digunakan dalam pemberian jasa 
perpustakaan. Dalam kegiatannya sebagai  cabang ilmu pengetahuan,  Ilmu
Perpustakaan belum sepenuhnya berhasil mengembangkan teori  yang mapan. Hal
ini  terjadi karena sejak semula Ilmu  Perpustakaan lebih mengarah kepada
pemberian jasa untuk pemakai  perpustakaan. Orang yang berkecimpung dalam
bidang perpustakaan  akhirnya “lupa” untuk mengembangkan teori yang lebih
mapan. Namun  demikian hal itu tidaklah berarti bahwa dalam Ilmu Perpustakaan 
tidak dikenal teori. Dalam dunia ilmu pengetahuan, sudah lazim  bagi sebuah ilmu
baru untuk menggunakan atau meminjam teori dari  disiplin lain untuk diterapkan
dalam ilmu baru tersebut. Demikian  pula halnya dengan Ilmu Perpustakaan,
banyak teori dari disiplin  lain diterapkan pada Ilmu Perpustakaan, misalnya dari
Ilmu  Statistika, Managemen, Filsafat, Sejarah, “Operations Research” dan
lain-lainnya. Bila teori dari disiplin lain sahih untuk  disiplin tersebut maka
biasanya teori tersebut juga sahih untuk  Ilmu Perpustakaan. Jadi ancangan
pertama menekankan pada definisi  untuk menunjukkan kemandirian Ilmu Per-
pustakaan.

Pada ancangan  kedua  yang dikaji ialah objeknya, dalam hal ini perpustakaan. 
Maka objek material dalam Ilmu Perpustakaan adalah rekaman informasi yang
merupakan koleksi perpustakaan. Bila dijabarkan lebih lanjut berupa (a)
perpustakaan  sebagai suatu institusi, mencakup organisasi perpustakaan,
perkembangannya, peranannya dalam masyarakat serta sumbangan  perpustakaan
pada sejarah manusia (b) organisasi koleksi  perpustakaan (bahan pustaka ter-
masuk cara mengolah,  menyimpan serta temu kembali sebaik, secepat dan
semurah mungkin (c) pengawetan buku serta bahan pustaka lainnya (d)
penyebaran informasi serta jasa perpustakaan lainnya untuk kepentingan umum
(e) hal-hal lain yang berkaitan dengan perpustakaan serta jasa  perpustakaan.
Seperti dikatakan Shera (1972) perpustakaan sebagai penyumbang pada sistem
komunikasi total dalam masyarakat. Walaupun perpustakaan adalah sebuah
instrumen yang diciptakan untuk memaksimumkan pendayagunaan rekod grafik 
untuk kepentingan masyarakat, perpustakaan mencapai tujuan tersebut bekerja
melalui perorangan dan  melalui perorangan mencapai masyarakat.

Berdasarkan objek formal dan material tersebut maka definisi Ilmu Perpustakaan
adalah ilmu yang mempelajari rekaman informasi: cara perolehan, pencatatan,
penyimpanan dan temu baliknya dalam suatu unit untuk didayagunakan oleh
orang lain (Ringkasan pokok  1991). Ilmu Perpustakaan termasuk himpunan Ilmu-
ilmu Budaya (Cultuurwetenschappen) karena mempelajari informasi sebagai
karya budaya dan sebagai isi budaya manusia. Alasan tersebut sering
dikemukakan mengapa Ilmu Perpustakaan masuk ke Fakultas sastra, Fakultas
Adab atau Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya.

Ilmu Perpustakaan dan Informasi  (Library & Information Science/Library&


Information Studies)

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi informasi serta dinamika masyarakat 


berimbas pada sebutan dan kajian lmu Perpustakaan. Bila dahulu disebut Ilmu
Perpustakaan kini nama tersebut berubah menjadi Ilmu Perpustakaan dan
Informasi (disingkat IP&I). Bila dikaitkan dengan ontologi timbul pertanyaan
apakah objeknya berubah dari Ilmu Perpustakaan atau tidak.

Pengertian informasi memiliki konotasi yang berbeda-beda, misalnya dalam


biologi akan berbeda dengan manajemen. Informasi tidak memiliki arti yang
universal, namun umumnya membawa konotasi data yang dinilai, divalidasi atau
berguna. Makalah ini mengambil pembagian Saracevic (1999)   menyangkut arti
informasi karena pembahasannya jelas.

Pembahasan objek IP&I dapat menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan


definisi dan pendekatan objek. Berbagai kamus serta pengarang memberikan
definisi ilmu informasi. Kamus seperti Webster mengatakan bahwa ilmu informasi
adalah ilmu yang berhubungan dengan pengumpulan, penyimpanan dan temu
balik infromasi secara efisien. Sebagai contoh Harrod’s glossary of library terms
menyatakan

Information science as the study of information, its sources and development,


usually taken to refer to the role of scientific, industrial and specified libraries
and information units in the handling and dissemination of information
American Society for Information Science (ASIS) memberi definisi sebagai
berikut.

Information science is concerned with the generation, collection, organization,


interpretation, storage, retrieval, dissemination, transformation and use of in-
formation, with particular emphasis on the application of modern technology in
these areas. As a discipline it seeks to create and structure a body of scientific,
technological and systems knowledge related to the transfer of information. It has
both pure science (theorical components) which inquire into the subject without
regard to application and applied science (practical components)  which develops
services and products.

Orientasi utama ilmu informasi ialah cantuman pengetahuan manusia sebagai


objek yang memuat isi dalam segala bentuk, media dan format. Cantuman tersebut
dapat disebut dokumen maupun literatur.  Mungkin tepat yang dikatakan White
dan McCain (1997, 1998) :

The proper study of information science is the interface between people and
literature…[Information ascience addresses] modeling the world of publication
with a practical goal of being able to deliver their content to inquireres on
demand. . . While many scientists seek to understand communication between
persons, information seek to understand communication between persons and
certain valued surrogates for persons that literature comprises.

Ilmu informasi terbatas pada literatur yang memuat informasi serta teknik dan
sistem yang berkaitan dengan penyediaan akses yang efektif ke serta penggunaan
literatur. Hal itu berarti bahwa ilmu informasi tidak berhubungan dengan sistem
informasi yang dibayangkan umum seperti sistem informasi gaji, inventaris,
pengolahan data, tiket penerbangan dll

Pendekatan definisi tidak selalu menghasilkan penjelasan yang memuaskan


karena tidak semua objek dapat didefinisikan dengan baik mislanya kesehatan,
listrik, kakas dab (Saracevic, 1999). Maka digunakan pendekatan objek, dalam hal
ini objek kinaji atau yang dikaji adalah informasi.

Informasi dalam arti sempit

Dalam arti sempit informasi ditafsirkan dalam arti sinyal atau berita yang tidak
mencakup pengolahan kognitif ataupun bila, pengolahan ditafsirkan dalam
algoritma dan probabilitas. Pengertian semacam itu  dikemukakan oleh Shannon
(1948)

Informasi = H = -∑ p1 . log p1. < 1 = i < = n

di mana informasi dirumuskan dalam istilah matematika. Untuk sebuah sistem


dengan pesan n di mana p1 = probabilitas dari pesan i, sedangkan H =   artinya
jumlah bita (byte)  informasi dalam sebuah sistem yang terdiri dari pesan n dengan
probabilitas p1 masing-masing  maka isi informasi H adalah ukuran informasi
dalam pengertian Shannon dalam sebuah sistem pesan. Dalam bidang
Informetrika, hal itu dikembangkan lagi oleh Brillouin (1962) menyangkut
probabilitas huruf dalam sebuah bahasa. Kajian menyangkut probabilitas huruf
dalam sebuah aksara, masing-masing bahasa memiliki probabilitas huruf yang
berlainan. Contoh probabilitas huruf dalam bahasa Inggris:

Huruf Probabilitas -log10p


Spasi 0.2 0.899
E 0.105 0.979
T 0.072 11.43 dan
seterusnya

Sumber: Brillouin (1962)

Pendekatan ini tidak diterima oleh ilmu informasi karena pengertian informasi
yang sangat sempit. Karena itu kita beranjak ke pengertian yang lebih luas.

Informasi dalam arti lebih luas

Informasi diperlakukan langsung mencakup pengolahan dan pemahaman kognitif.


Hal itu berasal dari  interaksi antara dua struktur kognitif yaitu  pikiran dan teks.
Informasi adalah sesuatu yang mempengaruhi atau mengubah status pikiran.
Dalam konteks ilmu informasi, informasi  disalurkan melalui media teks,
dokumen atau cantuman artinya apa yang dipahami seorang pembaca dari teks
atau dokumen. Ada yang mengatakan informasi dalam arti luas mencakup juga
tanda (sign), sinyal dan simbol.

Ada yang mencoba memahami informasi dalam rangkaian informasi sebagai


berikut :

Peristiwa data  ->  Informasi  -> Pengetahuan -> Kearifan

Di sini data dalam konteks berubahmenjadi informasi. Maka BH 48 akan berarti


nomor mobil di provinsi Jambi atau dalam konteks asesori, BH bermakna ukuran
asesori wanita. Pendapat lain dikemukakan oleh Foskett(1996) mengutip Concise
Oxford Dictionary dan Macquarie Dictionary mengatakan

Pendekatan ini dirasakan belum cukup bagi ilmuperpustakaan dan  informasi.

Informasi dalam arti paling luas


Informasi diperlakukan dalam konteks, artinya informasi tidak hanya bermakna
berita yang diolah secara kognitif melainkan juga dikaitkan dalam konteks seperti
dalam konteks situasi, tugas, masalah yang dihadapi dll. Contoh arti paling luas
ialah menggunakan informasi yang telah diolah untuk menyelesaikan sebuah
tugas.

Saracevic  mengatakan informasi dalam pengertian ketiga yang akan digunakan


dalam ilmu informasi karena informasi digunakan dalam konteks, misalnya dalam
temu balik informasi. Hal serupa juga dikemukakan oleh Wersig dan Neveling
(1975) serta Belkin dan Robertson (1976).

Masalah yang dihadapi IlmuInformasi terbagi atas dua hal yaitu masalah umum
dan khusus. Ada pun masalah umum ialah masalah berkaitan dengan keperluan
dan penggunaan informasi yang menyertakan rekaman atau cantuman
pengetahuan yang bermuara ke teknik, prosedur, dan sistem informasi. Cantuman
pengetahuan manusia ini sering disebut literatur (lazimnya digunakan di
lingkungan ilmu pengetahuan budaya) atau dokumen (ilmu pengetahuan alam)
sebagai objek yang mengandung isi dengan tidak memandang bentuk maupun
medianya

Menyangkut masalah  masalah khusus, Saracevic menyebutkannya sebagai


berikut :

 Temu baik eksperimental


 Analisis sitiran
 Temu balik praktis
 Teori umum  sistem perpustakaan termasuk otomasi perpustakaan
 Komunikasi ilmu pengetahuan (dalam arti luas)
 Kajian dan teori pemakai
 Online Public Access Catalogue (OPAC)
 Ide yang berasal dari disiplin lain seperti ilmu kognitif, teori informasi,
ilmu komputer
 Teori pengindeksan
 Teori sitasi
 Teori komunikasi

Penulis Hawkins mengemukakan peta ilmu informasi dan ilmu perpustakaan


sebagai berikut :

Ilmu Informasi & Perpustakaan (Information & Library Science)

Sebenarnya tidak  terdapat perubahan hakiki, hanya saja mata kuliah yang
berkaitan dengan informasi lebih ditamakan. Perguruan tinggi yang menggunakan
pola ini antara lain ialah U North Carolina in Chapel Hill, U Kolkata (1998).
Pada  bentuk ini terdapat dua kubu yang bertentangan (Berry, 1998) Kubu prtama
berpegang teguh pada hubungan tradisional antara program kegiatan dan
perpustakaan sebagai lembaga. Kubu ini mendorong pengajaran teknologi baru
namun tetap terkait dengan perpustakaan serta konteks social danpolitik tempat
teknologi dan informasi berlangsung. Mereka melihat manajemen sector public
dan infromasi sebagai benda public ekonomi, tidak semata-mata sebavgai
komoditas  pasar.

Kubu kedua pada tingkat paling ekstrim memuja millennium baru, di dalamnya 
kemajuan komputer, web, net dan telekomunikasi menggantikan institusi dan
teknologi yang lebih tua yang brgerak dalam pertukaran informasi. Informasi
merupakan komoditas, semua program dan mekanisme pertukaran komoditas
sepenuhnya didorong oleh perubahan teknologi dan kekuatan pasar bebas (Berry,
1998), Tujuannya teknologi informasi yang baru serta mendidik spesialis
informasi bukan pustakawan. Kubu kedua ini kemudian pindah ke program yang
disebut Information studies atau kajian informasi.

Kajian informasi (Information Studies)

Nama ini digunakan di UCLA, Syracuse U, Sheffield. Dalam kajian informasi,


Wilson mengusulkan 4 bidang dasar kajian informasi yaitu (1) muatan/isi/konten
informasi; (2) system informasi; (3) manusia/orang dan (4) organisasi
(Wilson,2001). Dari empat bidang tersebut dikembangkan kurikulum yang
merupakan irisan antara bidang, misalnya A Information Content, B Information
System C People, lalu CA orang yang berinteraksi dengan isi; membaca,
penggunaan informasi, pembelajaran dsb.

iSchools

Bidang informasi merupakan bidang yang berkembang pesat. Profesional


informasi (tidak selalu pustakawan) diperlukan karena tuntutan masyarakat dan
dunia bisnis dalam era digital.

Pada ischool, kajian informasi merupakan kajian interdisipliner yang dipasok oleh
berbagai bidang. Kepustakawanan dan ilmu computer secara historsi merupakan
penyumbang utama, namun kini informasi juga dikaji oleh berbagai bidang seperti
pendidikan, psikologi, antroplogi, bisnis, jurnalisme. Hampir semua disiplin yang
mengkaji informasi berasal dari bidang ilmu pengetahuan social sehingga dapat
dikatakan IP&I atau II&P kini bergerak kea rah ilmu pengetahuan sosial.

Kajian informasi terfokus pada irisan informasi, teknologi dan manusia, yang
mensyaratkan pendekatan interdisipliner yang luas terhadap fenomena informasi,
hubungan antara informasi dengan teknologi dan manusia serta hubungan
denganaspek lain dari kebudayaan dan  usaha maanusia. Sifat informasi yang ada
di mana-mana dalam usaha manusia memunayi imbas bahwa bidang informasi
berdampak pada semua bidang ilmu pengetahuan dan semua aspek budaya.
Organisasi iSchools didirikan pada tahun 2005 oleh sekelompok information
schoolsdengan tujua memajukan informasi pada abad 21. Lembaga penddiikan
informasi tersebut ada yang merupakan lembaga yang baru dibentuk atau bermula
dari program yang terpusat pada bidang spesifik seperti teknologi informasi, ilmu
perpustakaan, informatika, dan ilmu informasi. Setiap lembaga pendidikan
informasi memiliki kekkhasan dan spesialisasi, bersaama-sama lemabaga tersebut
berbagi minat fundamental dalam hubungan antara informasi, manusia dan
teknologi.

iSchools mendorong pendekatan antardisipliner dalam memahami peluang dan


tantangan manajemen infomasi (dalam arti luas), dengan komitmen ke konsep
seperti akses universal dan pengorganisasian informasi yang terpusat atau
berorientasi pafa pemakai. Bidang ini secara luas bertautan dengan masalah desain
dan preservasi informasi lintas ruang informasi, dari ruang maya dan digital
seperti komunitas sambung jaring (online0) jaringan sosial, World Wide Web
(Waring Wera Wanua) , pangkalan data sampai dengan ruang fisik seperti
perpustakaan, museum, koleksi dan repositori lainnya. Bila digambar nampak
sebagai berikut:

Karena pendekatan interdisipliner tersebut, maka matakuliah yang diberikan


bervariasi seperti arsitektur informasi, desain, kebjakan informasi  dan ekonomi
informasi; manajemen pengetahuan, desain pengalaman pemakai, dan
ketergunaan (usability); preservasi dan konservasi; kepustakawanan dan
administrasi perpustakaan; sosiologi informasi; interaksi manusia dengan
komputer dan ilmu komputer.

Hal yang harus dimiliki calon profesional informasi

Keahlian yang harus dimiliki calon profesional informasi adalah kemampuan


kebahasaan, kemampuan keilmuan, kemampuan  Teknologi Informasi dan
perilaku ingin tahu serta membaca.

 Kompetensi kebahasaan

Kemampuan kebahasaan mencakup sedikit-dikitnya Bahasa Indonesia dan bahasa


Inggris. Bahasa Indonesia dalam konteks kompetensi bermakna mampubertutur
dan menulis dengan baik dan benar, sedangkan untuk bahasa Inggris diharapkan
mampu membaca dan menulis (sederhana) dalam bahasa Inggris.

 Kompetensi keilmuan

Karena IP&I berada di bawah naungan fakultas yang berbeda maka perlu ada
kesepakatan di antara pengelola menyangkut kurikulum yang disepakati bersama
(untuk kemudahan sebut saja kurikulum ”nasional”). Kompetensi keilmuan
diciptakan oleh mata kuliah yang diberikan oleh program
studi/jurusan/departemen

 Kompetensi teknologi

Di sini dituntut kemampuan mendayagunakan TI untuk kepentingan lembaga


serta untuk kepentingan pustakawan.

 Perilaku lain.

Profesional informasi dituntut  untuk memiliki rasa ingin tahu yang dipenuhi dari
bacaan profesi. Maka profesional informasi dituntut suka membaca. Hal tersebut
juga disebutkan dalam kompetensi perpustakaan sekolah

Kurikulum

Kurikulum ”nasional”

Sepuluh tahun yanglalu Komisi Sastra dan Filsafat telah mengeluarkan kurikulum
nasional. Penyusunan kurikulum tersebut dilandasi era reformasi yang
menginginkan universitas menyusun kurikulumnya, bebas dari campur tangan
pemerintah pusat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) misalnya Keputusan
Menteri Pendidikan tahun 1994 yang mengatur matakuliah jurusan sangat rinci..
Tahun itu bersamaan pula keluarnya laporan Jacques Delors Learning the treasure
within (UNESCO, 1996) yang mengeluarkan prinsil Learning to know, Learning
to do, learning to live together dan learning to be. Prinsip tersebut diterjemahkan
dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tahun 2000 tentang kurikulum
imti pendidikan tinggi sebagai kelompok matakuliah pengembangan kepribadian
(MPK), kelompok matakuliah keahlin berkarya (MKB), kelompok matakuliah
perilaku berkarya (MPB), dan kelompok matakuliah berkehidupan masyarakat
(MBB).

Kurikulum ”nasional” juga diperlukan karena pendidikan IP&I diberikan di


berbagai fakultas (Sastra, Adab, Ilmu Komunikasi, Teknologi Informasi, FISIP,
Ilmu Administrasi) sehingga diperlukan kompetensi dasar atau mata kuliah dasar
yang berlaku bagi semua jurusan/program studi /departemen.

Kurikulum ”nasional” hendaknya berjumlah sesedikit mungkin namun teta


pmampu memberikan keahlian dasar sebelum dilajutkan oleh mata kuliah lain.
Semakin msedikit matakuliah kurikulum nasional, semakin sedikit SKS nya maka
semakin besar ruang gerak yang dapat dilakukan oleh jurusan/program
studi/departemen untuk mengembangkan kuliah sesuai dengan kebutuhan, sosial,
budaya serta keinginan jurusan/program studi/departemen dan semakin besar
jumlah SKS yang tersedia.
Penutup

Filsafat ilmu mengenal konsep objek material dan objek formal. Objek material
merupakan  objek yang dapat dikaji dari berbagai sudut sementara objek formal
merupakan objek yang membedakan antara satu ilmu dengan ilmu lain.

Menyangkut ilmu perpustakaan sampai dengan kajian informasi (Information


Studies) terdapat perubahan objek formal.  Pada iSchools, informasi merupakan
pengertian yang luas yang dikaji dari berbagai ilmu.

Berkaitan dengan objek formal tersebut, diperlukan keahlian, ketrampilan,


kompetensi yang berbeda-beda antara jenjang program serta antara satu mata
kuliah dengan mata kuliah lain. Tujuan pendidikan ialah menghasilkan
profesional informasi yang bergerak dalam bidang pengetahuan.Seperti dikatakan
Lankes (2011)

It is founded on the basic concept that knowledge is created through


conversation; libraries being in the knowledge business are therefore in the
conversation business. This concept, grounded in theory, leads to a new mission
for librarians: The mission of librarians is to improve society through facilitating
knowledge creation in their communities.

Maka untuk menyusun kurikulum hendaknya mengacu ke komunitas yang


dilayani dengan tetap berpegang pada tujuan perpustakaan berupa preservasi,
pendidikan dan infomasi (Cossette, 2009). Untuk itu, penyusunan kurikulum di
Indonesia hendaknya memperhatikan konteks sosial budaya

Bibliografi

Beerling (et al). (1990). Pengantar filsafat ilmu. Yogya: Tiara Wacana

Berry, John. (1998). Choosing a library school. Library Journal, November 15,36

Bonici, Laurie J.; Subramaniam, Manimegelai and Burnett, Kathleen (200).


Everything old is new again: the evolution og library and information science
education from LIS to IFIeld.  Journal of Education for Library and Informatuion
Science, 50,4,263-274

Brillouin, Leon. (1962). Science and Information Theory,  2nd ed. New York:
Academic Press

Cossette, Andre. (2009). Humanism and libraries an essay on the philosophy of


librarianship. Transl. by Rory Liwin. Duluth,Minn.: Library Juicy Press.

Cox, Richard J and Larsen, Ronald L. (2008). iSchools and archival studies.
Archival Science, 8:307-326
Delors, Jacques. (1996). Learning the treasure within. Paris: Unesco

Foskett, A.C. (1996). The subject approach to information. 5th ed. London:
Library Association Publishing

Hawkins, Donald T. (2001). Information Science Abstracts: tracking the literature


of information science. Part I: Definition and map Journal of the American
Society for Information Science and Technology, jan, 51,1,44-53

Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Keputusan … nomor


0314/P/1994 tentang kurikulum yang berlaku secara nasional program sarjana
Ilmu Sastra dan Filsafat. Jakarta

——–. (2000). Keputusan … nomor 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan


kurikulum pendidikan tinggi  dan  penilaian hasil belajar. Jakarta:
http://www.dikti.go.id/Archive2007/kepmen232-2000 Diunduh 2 Mei 2011

——–. (2002) Keputusan … nomor 045/U/2002 tentang kurikulum inti pendidikan


tinggi.

Jakarta:http://www.dikti.go.id/.Archive2007/kepmendiknas_n0.045u2002 Disalin
berkas 3 Mei 2011

Lankes, R.D. 2011. The atlas of new librarianship. Cambridge,Mass.: MIT Press
and ACRL

Meliono, Irmayanti. (2009). Filsafat ilmu pengetahuan: refleksi kritis terhadap


realitas dan objektivitas ilmu pengetahuan. Jakarta: Yayasan Kota Kita.

Peursen, C.A. van (1989). Susunan ilmu pengetahuan: sebuah pengantar filsafat
ilmu. Jakarta: Gramedia

”Ringkasan pokok-pokok pikiran tentang ilmu perpustakaan.” 1991.


Perpustakaan &Bibliografi, 1 (2) Desember :5-7

Saracevic, Tefko. “Information science.” Journal of the American Society for


Information Science, 50 (12) 1999:1051-1063

Shannon, C E and Weaver, Warren. (1963) A mathematical theory of


communication. University of Illinois

Suriasumantri, Jujun S. Filsafat ilmu: sebuah pengantar populer.    Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan, 1990. Khusus Bab I Ke arah pemikiran filsafat.

Tim Pengembangan Studium Generale IKIP Semarang.(1990). Filsafat ilmu.


Semarang: IKIP Semarang Press
Verhaak, C dan Imam, R. Haryono. (1989). Filsafat ilmu pengetahuan” telaahh
atas cara kerja ilmu-ilmu. Jakarta: Gramedia

White, H.D. & McCain, K.W.(199u8) “Visualizing a discipline: an author co-


citation analysis of information science, 1972-1995” Journal of the American
Society for Information Science, 49 (4) 1998:327-355.

Wilson, T.D. (2001). Mapping the curriculum in information studies. New Library
World, 102, 1170/1171,436-442

Anda mungkin juga menyukai