Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU

RESENSI BUKU
“FILSAFAT ILMU DAN ETIKA AKADEMIK”

Penulis
Prof. Dr. Drs. Abintaro Prakoso, S.H., M.S.

Disusun Oleh :
Nama : Mutiara Aisyah Alfayara
NIM : 200201110043
Dosen : Erik Sabti Rahmawati, MA.

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
2020
A. Identitas Buku

Judul Buku : Filsafat Ilmu dan Etika Akademik


Penulis : Prof. Dr. Drs. Abintaro Prakoso, S.H., M.S.
Penerbit : Madani Media
Cetakan : Pertama, Agustus 2019
Kota Penerbit : Malang
Jumlah Halaman : xii + 108

B. Daftar Isi
Hal Persembahan
Pengantar Penulis
Daftar Isi
Bab 1 : Pendahuluan
Bab 2 : Ilmu
Bab 3 : Filsafat Ilmu
Bab 4 : Filsafat Etika
Bab 5 : Perkaitan Filsafat Ilmu dengan Etika
Bab 6 : Etika Akademik

C. Isi Buku
Sebelum membahas lebih lanjut tentang filsafat ilmu dan etika akademik, penulis
menyampaikan terlebih dulu pengertian dan ruang lingkup pengetahuan. Kemudian
definisi dan klasifikasi dari Filsafat menurut beberapa tokoh filsuf terkenal.
Pada bab pertama ini, dijelaskan bahwa pengetahuan adalah hasil dari aktivitas mengetahui
suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. Manusia
memiliki beberapa pengetahuan, yaitu pengetahuan biasa (common sense), pengetahuan
ilmu (science), pengetahuan filsafat (filsafat), dan pengetahuan religi atau agama yang
bersumber dari Tuhan. Penulis juga menyebutkan bahwa filsafat adalah induk ilmu
pengetahuan (the mother of sciences, matter scientiarum) dalam arti, mencakup semua
ilmu pengetahuan khusus. Filsafat telah dikenal sejak lebih 2000 tahun silam, pada masa
Yunani kuno. Aristoteles dianggap sebagai “filsuf pertama” karena ia yang merumuskan
filsafat secara lebih konkrit dan sistematik. Kemudian terus berkembang dan memiliki
klasifikasi yang berbeda-beda. Seperti yang disampaikan Theodore Brameld, Harry
Hamersma, hingga penyusun sistematika yang dianggap “paling baik” dewasa ini, yaitu
ENSIE (Eerste Nederlandsche Systematich Ingerichte Encyclopaedie), Kemudian ada juga
Richard H. Popkin dan Avrum Astroll, Sidi Gazalba, dan yang terakhir sistematika filsafat
zaman modern.
FIlsafat mencari hakikat kebenaran dari segala-galanya. Mencari kebenaran dalam cara
berpikir menimbulkan “logika”. Mencari kebenaran dalam cara berperilaku menimbulkan
“etika”, kebenaran dalam etika disebut “kebaikan” dan kebenaran dalam mencari keaslian
(hakikat) akan menimbulkan “metafisika”. Logika bukan hanya soal berpikir mana yang
benar dan mana yang tidak benar, namun menjadi meluas pada bagaimana mendapatkan
“pengenalan yang benar” dan bagaimana menyimpulkan suatu “pengetahuan yang benar”.
Awal bab kedua diawali dengan pernyataan bahwa di seluruh dunia dan sepanjang waktu,
selalu ada orang-orang praktis yang terlibat dan terserap dalam kenyataan; seluruh dunia
dan sepanjang waktu ada orang-orang yang bertempramen filosofik yang selalu sibuk
dengan menganyam asas-asas umum.
Penulis kemudian membandingkan bahwa ilmu pada zaman Yunani atau Romawi kuno
dan ilmu modern memiliki perbedaan yang mencolok. Baik dari segi formula maupun cara
penyampaiannya. Pada zaman Yunani kuno terdapat persatuan dan kesatuan antara filsafat
dan ilmu, namun ketika teknologi menjadi bersifat scientific, lahirlah ilmu modern yang
menyebabkan putusnya rantai ilmu dan filsafat. Seiring perkembangan zaman, manusia
menyadari bahwa kemitraan keduanya masih diperlukan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan manusia.
Science (ilmu) merupakan bagian dari pengetahuan. Ilmu dapat mencakup umum (science
in general) dan bidang yang mempelajari pokok persoalan tertentu (cabang ilmu khusus).
Pengertian ilmu memiliki makna ganda. Ada ilmu sebagai kumpulan pengetahuan, ilmu
sebagai aktivitas, dan ilmu sebagai metode. Syarat ilmiah eksistensi ilmu menurut I.R.
Pudjawijatna adalah berobyek, bermetode, bersistem, dan bersifat universal. Sementara ciri
ilmu bersifat koheren, tanpa pamrih, universal, obyektif, dapat dikomonikasikan, progresif,
kritis, dan dapat digunakan sebagai keteraturan antara teori dengan praktis.
Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang membahas masalah ilmu. Penulis menjelaskan
bahwa filsafat ilmu membahas dasar-dasar wujud keilmuan untuk memberi jawaban
terhadap sejumlah pertanyaan yang mencakup ontologi (apa itu ilmu?), epistemologi
(bagaimana ilmu diperoleh?), dan aksiologi (apakah guna ilmu itu dilahirkan?). Cara
kerjanya yaitu bertitik pangkal pada gejala ilmu, mengadakan reduksi ke arah intuisi yang
ada dalam ilmu pengetahuan dan para ilmuwan, sehingga kegiatan ilmu dalam
pelaksanaannya dapat dimengerti dengan kekhasannya masing-masing.
Pembahasan selanjutnya adalah tentang etika akademik. Etika khusus dibedakan menjadi
etika individual dan etika sosial. Etika individual membahas kewajiban manusia terhadap
diri sendiri dalam kaitannya dengan kedudukan manusia sebagai warga masyarakat.
Sementara etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia lain. Salah satu
jenis etika sosial adalah etika profesi. Contoh etika profesi adalah etika akademik, etika
bisnis, etika politik, dan sebagainya. Ilmu memang telah membawa manusia ke arah
perubahan yang cukup besar, dan bersama itu pula tanggung jawab, moral dan akhlak
seorang ilmuwan diperlukan. Dalam etika akademik, para ilmuwan harus berorientasi pada
rasa sadar akan tanggung jawab yang melatarbelakangi pemikiran dan sikap ilmiahnya.

D. Kelebihan Buku
Penjelasan dalam buku ini sangat detail dan terperinci. Penulis memaparkan satu topik
secara mendalam kemudian menjelaskan hal-hal penting yang menjadi kunci terkaitnya
topik tersebut dengan topik selanjutnya dengan sangat bagus. Penulis juga mencantumkan
banyak sumber referensi yang dapat ditelusuri para pembaca terutama mahasiswa dan
dosen.

E. Kekurangan Buku
Tidak banyak kekurangan yang ditemukan pada buku ini. Hanya saja karena pembahasan
begitu banyak dan detail, para pembaca terutama yang awam akan kesulitan menemukan
inti yang ingin disampaikan oleh penulis.

Anda mungkin juga menyukai