Anda di halaman 1dari 4

Musik yang Baik menurut Plato

Dewasa ini, musik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hidup manusia. Musik
hadir dan ada mengiringi proses dari lahir, tumbuh dan berkembangnya manusia. Musik adalah
suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, nada dan keharmonisan
terutama dari suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan irama. Mendengarkan
musik adalah sejenis hiburan dan bisa jadi media terapi bagi mereka yang membutuhkan.

Sejarah Musik

Musik sendiri dikenal sejak kehadiran manusia modern1, yakni sekitar 180.000 hingga
100.000 tahun yang lalu. Sebenarnya, tidak ada yang mengetahui kapan dan di mana musik
pertama kali diciptakan. Namun, dari penemuan-penemuan terkait arkeologi, ditemukan bahwa
sekitar 180.000 sampai 100.000 tahun yang lalu manusia mengalami evolusi pada bagian otak.
Sehingga, kemampuan seperti penalaran dan imajinasi menjadi lebih berkembang. Hal ini juga
berpengaruh pada cara mencari makanan, berkomunikasi dan spiritual dari manusia masa lampau.

Dari perkembangan otak tersebut, muncullah suatu ketertarikan pada manusia purba
terhadap suara-suara yang dihasilkan secara tidak sengaja dari tulang belulang hewan yang
diburunya. Ada juga manusia purba yang tertarik pada alam yang menciptakan bunyi-bunyian dari
rongga kayu ataupun bambu, sehingga terciptalah suling purba. Dengan dasar ketertarikan dan
manusia yang terinspirasi tersebut, ia mulai membuat musik dan bunyi-bunyian dari alat yang ada
di alam. Manusia mulai menyatakan perasaan takut dan gembira dengan suara-suara, menciptakan
lagu dan syair, dan sebagainya.

Musik Melankolis dan Musik Gembira

Seiring berkembangnya zaman, musik dijadikan alat untuk mengekspresikan perasaan,


seperti rasa suka pada lain jenis, jatuh cinta, patah hati, dan sejenisnya. Dari ekspresi terhadap
perasaan tersebut, musik dapat dibedakan menjadi musik melankolis dan musik gembira. Kedua
musik tersebut memiliki ciri khas tersendiri dalam penciptaannya. Di dalam musik melankolis,
beat dan tempo lagu cenderung lebih lambat. Sedangkan, di dalam musik yang mengisyaratkan

1
Homo sapiens (Latin: manusia yang tahu) adalah spesies primate dari golongan mamalia yang dilengkapi otak dan
berkemampuan tinggi (tidak seperti hewan lainnya). Wikipedia diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Manusia,
pada tanggal 19 Desember 2020.
kegembiraan, beat dan tempo dibuat lebih cepat dan cenderung kuat. Perbedaan juga dapat
ditemukan dari penggunaan lagu dan nada. Dalam musik melankolis, lagu dan nada yang
digunakan cenderung minor dengan sedikit tambahan aksen mayor. Sedangkan, di dalam musik
gembira, menggunakan nada mayor dan sedikit tambahan aksen minor. Hal ini yang menunjukkan
adanya perbedaan antara kedua jenis musik tersebut beserta juga pendengarnya.

Dari pembedaan umum antara jenis musik tersebut, muncullah anggapan miring antar
penikmat keduanya (melankolis dan up beat). Dari sisi penikmat musik gembira, orang yang
menyukai musik melankolis dianggap orang yang suka murung, penyendiri, dan pendiam.
Sebaliknya, penikmat musik melankolis menganggap mereka yang menyukai musik gembira (up
beat) cenderung berlebihan dalam mengekspresikan rasa gembiranya, terlalu larut dalam
kesenangan yang memabukkan. Lantas, bagaimana sebenarnya musik yang baik dan tepat bagi
manusia modern ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita akan menggunakan pandangan Plato
sebagai titik tolak analisis tentang musik yang baik.

Pendapat Plato tentang Musik

Bagi Plato, musik (dan puisi) yang baik adalah musik yang tidak membawa manusia
kepada kesedihan yang mendalam. Untuk memahami hal ini, kita harus memahami terlebih dahulu
konteks dari pendapat Plato tersebut. Plato hidup pada masa di mana Athena sedang bangkit
kembali setelah kalah perang dari Sparta. Pada masa itu, ada suatu cita-cita untuk membentuk
suatu negara ideal, baik bagi individu, maupun masyarakat umum.

Maka, Plato menyusun suatu kriteria negara yang ideal. Di dalam kriteria tersebut,
terdapat pendidikan sebagai komponen untuk menyusun negara ideal dengan tujuan keadilan.
Musik dan puisi menjadi bagian di dalam pendidikan tersebut. Dengan demikian, musik yang tidak
membuat manusia terlarut dalam kesedihan oleh Plato dimaksudkan sebagai pendidikan awal yang
ditanamkan kepada para murid di Akademia2 untuk selalu bersemangat dan mencintai negerinya.

Pada dasarnya, pendidikan musik dan puisi sebagaimana dimaksudkan oleh Plato,
merupakan media ajar terhadap anak muda Akademia untuk memahami rasa senang dan rasa sakit.

2
Akademia adalah institusi pendidikan yang didirikan oleh Plato di depan kuil Akademikos. Institusi ini
dimaksudkan sebagai sarana pendidikan bagi para warga polis Athena dan mempersiapkan anak-anak mereka
menjadi pejabat polis yang berkeutamaan.
Dengan memahami perasaan ini, para anak muda tersebut menjadi paham akan konsep keselarasan
dan keharmonisan yang harus dibangun di dalam polis dengan tujuan polis yang baik (adil).
Sehingga, anak muda di dalam Akademia terbiasa menemukan kualitas moral (kebaikan dan
kejahatan).3 Oleh karena alasan ini, pendidikan musik dan puisi diletakkan pada masa awal
pendidikan di Akademia Plato.

Analisis terhadap Pandangan Plato tentang Musik

Namun demikian, apakah pandangan Plato tentang musik bagi zaman modern yang
semakin banyak mematahkan hati orang mudanya? Kita perlu menarik suatu refleksi dari
pandangan Plato. Disebutkan bahwa musik yang seharusnya didengarkan oleh manusia adalah
musik yang tidak membuat manusia berlarut-larut dalam kesedihan. Artinya, musik melankolis
menjadi kontra di dalam pandangan Plato.

Namun, di zaman yang semakin kompleks ini, sebenarnya kita perlu memikirkan dua sisi
mata uang. Sebuah musik dapat digunakan sebagai media refleksi diri atas sebuah kejadian yang
dialami, termasuk di dalamnya musik melankolis dan musik gembira. Musik melankolis mewakili
perasaan manusia saat ia mengalami suatu tragedi kehidupan. Musik melankolis tersebut mampu
membuat manusia melihat lebih dalam dari peristiwa yang dialaminya. Dengan itu, manusia dapat
lebih tenang dalam menghadapi traumanya dan tidak berlarut-larut di dalamnya. Begitu pula
dengan musik gembira. Ia menjadi media refleksi atas kejadian menyenangkan pada manusia. Ia
membuat manusia merasakan kegembiraan (meskipun sesaat) saat mendengarkannya. Musik
gembira membuat otak memunculkan kenangan-kenangan manis di dalam hidup manusia. Dengan
itulah manusia mampu tenang dan mengendalikan dirinya.

Kesimpulan

Tak selamanya sebuah musik dapat menjadi lebih buruk atau lebih baik daripada jenis
musik yang lainnya. Dari pandangan Plato, kita dapat belajar bahwa sebenarnya manusia yang
memiliki kontrol atas keinginan dan perasaannya. Sehingga, apapun musik yang didengarkan oleh
manusia, ia mampu memberi batasan pada dirinya untuk tidak terlarut dalam perasaannya sendiri.

3
Blasius Mengkaka, Tarian dan Musik Menurut Plato, Kompasiana, diakses dari
https://www.kompasiana.com/1b3las-mk/5f26ecd7d541df24021faa92/tarian-dan-musik-menurut-
plato?page=all#sectionall, pada tanggal 19 Desember 2020.
Dengan demikian, manusia dapat memilih jenis musik apa yang dia inginkan pada waktu musik
tersebut dibutuhkan. Jadi, apa musik kesukaan kalian?

Link Video:

https://drive.google.com/file/d/1GcLbtb7ZhpgoeQOOIit0KnGLObLKjxHL/view?usp=sharing

Anda mungkin juga menyukai