Anda di halaman 1dari 13

Nama : Alfonsa Octavia C

NIM : 17208241029

RANGKUMAN
BAB I PENGERTIAN ESTETIKA DAN ESTETIKA MUSIK

Di abad kita yang semakin maju ini kehidupan semakin menjadi rumit. Hal ini terjadi
tidak hanya pada kehidupan sehari-hari akan tetapi juga pada kehidupan ilmu pengetahuan
dengan segala cabang-cabangnya. Kerumitan-kerumitan ini timbul terutama oleh karena
cabang-cabang kehidupan itu satu sama lain semakin saling berkaitan, isi mengisi dan
melengkapi. Contoh, misalnya dalam bidang perfilman. Film sebagai media informasi
maupun komunikasi modern membutuhkan banyak sekali keterlibatan bidang-bidang
profesi lainnya yang satu sama lain saling berkaitan. Ia tidak hanya memerlukan
keterlibatan para bintang film, sutradara, para kamera dan lain sebagainya, tetapi juga
penulis naskah, para pemusik, ahii-ahli teknik, para perekam suara, para organisator,
pedagang atau pengusaha, pembuat disain, penata rias, dan masih banyak lagi lainnya.
Kehidupan kita sehari-hari semakin rumit, contohnya dahulu seorang ahli mesin hampir
mengerjakan segalanya yang berhubungan dengan mesin itu sendiri. Sekarang pekerjaan
tersebut terbagi-bagi sedemikian rupa, sehingga untuk tiap bagian menuntut keahlian
tersendiri. Begitu pula musik, Ia tidak berdiri sendiri dan jika "dibongkar" akan
menam[pilkan banyak bagian / pengetahuan yang dapat dikupas sendiri. Dari sudut sejarah,
bentuk dan strukturnya, dari segi konsep dan teorinya, dari segi filsafat dan idenya dan
masih banyak lagi. Pengetahuan yang menjelaskan musik dari segi keindahan adalah
Estetika Musik. Estetika musik banyak sekali berkaitan dengan masalah-masalah psikologi,
filsafat, estetika, dan ilmu-ilmu tentang musik itu sendiri. Ilmu pengetahuan teoritis akan
sangat berguna dan banyak membantu menerangkan pengalaman batin seseorang dalam
hubungannya dengan keindahan yang terkandung dalam hakekat musik. Seseorang yang
akan mendengarkan sebuah karya musik akan lebih memahami persoalan keindahan
apabila mengerti, mengapa suatu musik mengandung keindahan. Estetika musik menjadi
kelihatan demikian baik untuk pembuat musik maupun penerima musik.

Istilah atau kata Estetika berasal dari kata Yunani Aesthesis, yang kurang lebih berarti
rasa atau sesuatu yang berhubungan dengan cita rasa. Istilah atau aesthesis ini kemudian
lebih kita kenal sebagai esthetic dalam bahasa Inggris, atau aesthetica atau kemudian
estetika dalam bahasa Indonesia. Pengertian estetika masih sangat simpang siur. Kriteria
estetika sebagai suatu pengertian maupun sebagai ilmu berkembang terus-menerus dari
zaman ke zaman. Secara umum estetika dapat dianggap sebagai teori atau pengetahuan
yang mencoba menerangkan keindahan sebagai objeknya. Pemahaman kita tentang Estetika
sangat dipengaruhi oleh penafsiran kita terhadap apa Estetika itu. Artinya, seperti di atas
yang diterangkan, apakah Estetika itu sekedar merupakan teori atau pengetahuan
keindahan; atau apakah Estetika itu dianggap sebagai filsafat keindahan seni. Estetika
sebagai teori atau pengetahuan keindahan tentulah akan sangat bermanfaat sebagai pisau
analisis pengetahuan yang akan menerangkan banyak hal. Akan tetapi sebagai ilmu
pengetahuan tentang keindahan tentu mempunyai kelemahan karena ia hanya akan
mencoba menerangkan aspek keindahan secara ilmiah dengan sistematika obyektif yang
membatasi diri. Estetika sebagai suatu filsafat akan banyak membantu menjawab . Estetika
sebagai filsafat keindahan tentulah akan lebih leluasa dalam membahas obyeknya, yaitu
keindahan. Estetika akan cenderung mengajarkan kita sesuatu yang tidak jarang sangat
subyektif dalam keyakinannya.

Musik sebagai istilah, Pengertian ini tentang musik memang harus dilihat dari
beberapa sudut pandang. Istilah Musik berasal dari kata Yunani musike. Musike berasal dari
perkataan musemuse yaitu sembilan dewi-dewi Yunani dibawah apollo yang melindungi
seni dan Ilmu pengetahuan. Pengertian kita tentang musik dewasa tentulah jauh berbeda
denga pengertian orang Yunani tentang musik ribuan tahun lalu. Dalam mitologi Yunani ada
dua orang dewi yang berwenang mengurusi soal musik yang kita kenal dewasa ini. Yang
pertama adalah Euterpe, dewi yang menjadi pelindung musik dan puisi lyris. Dewi
Terpsichore melindungi seni suara dan tari. Pembidangan terpisah antara musik dan seni
suara. Pengertian musik dan unsurnya harus melakukan pendekatan dengan melihat musik
itu sebagai sesuatu yang dapat kita uraikan bagiannya. Harus memiliki kesadaran dan
materi, kita haruslah mengerti terlebih dahulu bahwa musik yang kita uraikan adalah suatu
sebagai substansi. Dalam hal ini existensi musik akan nyata kalau kita tampilkan dalam
hubungannya dengan manusia. Di sini (indera) kesadaran kita sebagai manusia memegang
peran yang sangat penting, apakah sesuatu itu kita kenal sebagai musik atau bukan. Tingkat
kesadaran kitalah yang menentukan musik (dan semua benda) itu ada atau tidak. Musik
sebagai materi (obyek) dan musik sebagai subyek menempati hal yang kedua. Kita dapat
merasakan getaran atau kehadiran musik tanpa harus menerima kenyataan konkritnya.
Unsur terpenting dalam kehadiran musik secara nyata adalah dalam bentuk bunyi,
sebagaimana gerak dalam tari, warna dalam lukisan, bentuk dalam patung dan seterusnya.
Bunyi sebagai materi terpenting daripada musik baru dapat memenuhi fungsinya sebagai
bagian atau materi musik apabila ia telah mengalami modifikasi-modifikasi yang
berhubungan dengan tingkat kesadaran dan daya kreasi manusia. Modifikasi bunyi itu bisa
kita tuangkan dalam timbul tenggelamnya bunyi secara teratur naik turunnya gelombang
bunyi baik yang saya terputus dengan bcrsambung, yaitu Melodi. Perbedaan kwalitas bunyi,
apakah ia berdering, melengking, sengau, serak, bergetar, polos dan sebagainya menjadikan
paduan-paduan bunyi tersebut sebagaimana kita dapat mengenalnya sebagai warna dalam
seni lukis. Corak-corak dan sifat-sifat bunyi tersebut secara sendiri-sendiri maupun bersama
membangun suatu bentuk tertentu atau beraneka ragam yang kemudian menimbulkan
pengertian kita terhadap apa yang kita sebut sebagai musik. Nada, Frekwensi, Ritme,
Melodi, Harmoni, dan Warna secara bersama membentuk kerangka bangunan musik.
Vitalitas manusia hadir dalam musik sebagai sifat-sifat yang dinamis seperti lemah-keras,
cepat-lambat, sedih-gembira, halus-kasar dan seterusnya. Musik kita kenal sebagai musik
apabila ia menjadi media ekspresi manusia dengan segala sifat-sifat alamiah dan
manusiawinya. Apabila estetika kita fahami sebagai pengetahuan atau penelaahan tentang
keindahan maka Estetika Musik haruslah kita mengerti sebagai suatu pengetahuan teori
atau penelaahan tentang aspek keindahan musik. Estetika Musik haruslah berhubungan
dengan hal hal yang tidak selamanya indah. Musik pada abad kita sekarang ini sebagai hasil
cipta seni manusia tidak harus selalu indah. Estetika sebagai rasa yang sangat relatif
sifatnya.

Ilmu pengetahuan selalu memerlukan untuk membelah diri- nya menjadi karena
golongan. Ilmu pengetahuan yang praktis dan ilmu pengetahuan biasa atau sering juga
disebut ilmu pengetahuan spekulatit. Orang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan
spekulatif dilakukan demi ilmu pengetahuan itu sendiri, tanpa mengharap adanya hasil yang
dapat diketahui secara nyata. Filsafat tumbuh karena kesadaran manusia atas keberadaan
dirinya dan kagum atas lingkungan yang berada di sekitar dirinya. Pengetahuan estetika
tumbuh karena kesadaran manusia atas adanya getaran yang ia rasakan pada dirinya
tentang sesuatu rangsangan yang kemudian ia ketahui sebagai sesuatu yang mengandung
nilai indah dan tidak indah. Estetika bukanlah cara untuk menikmati keindahan akan tetapi
sebuah usaha untuk memahami persoalan keindahan. Pertama, pengetahuan estetika dan
estetika Musik dapat membantu tingkat apresiasi kita pada persoalan keindahan dan
keindahan musik. Pengetahuan estetika tentulah baik untuk melengkapi obyek keindahan
yang mampu dinikmati oleh siapa saja. Kedua, pengetahuan estetika dan estetika musik juga
akan membantu pengamatan kita dalam memberikan penilaian terhadap persoalan yang
indah dan tidak indah. Sebagai pengetahuan Estetika, Estetika Musik tidak berdiri sendiri. Ia
tidak dapat dilepaskan dari induknya, yaitu Estetika dan pengetahuan musik itu sendiri.

Sepintas lalu karena estetika adalah sebuah studi yang bergerak dalam persoalan-
persoalan yang ada hubungannya dengan keindahan kita akan segera menduga bahwa
obyek estetika adalah keindahan. Estetika musik tidak hanya membahas masalah musik dan
hal indah itu sendiri, akan tetapi juga tentang manusia yang menjadi pangkal persoalan
timbulnya masalah indah dan tidak indah dalam musik. Aspirasi dan ide-ide manusia pun
berkembang dari waktu ke waktu sehingga tidaklah mungkin buat kita untuk membuat
hukum-hukum Estetika dan Estetika Musik yang permanen sifatnya. Estetika musik
sangatlah perlu untuk melengkapi pengetahuan kita.
RANGKUMAN
BAB II DUNIA KEINDAHAN

Keindahan Natura perlu diketahui bahwa yang dimaksud dunia keindahan adalah tentang
hal keindahan dengan nilai – nilai. Sehingga bukan dunia Platonis dengan segala teorinya tetapi
mengenai hal keindahan yang berhubungan dengan kehidupan sehari – hari. Natura atau nature
berarti alam. Yang dapat diartikan keindahan pemandangan laut, gunung, sawah dan sebagainya.
Alam tidak hanya dipandang satu sudut saja. Cara memandangnya dipengaruhi oleh sudut
kepentingannya. Alam yang dilihat dari sudut ilmu pengetahuannya sangatlah berbeda dengan alam
yang dilihat oleh mata religi. Dan alam juga berbeda jika dilihat dari sudut filsafat. Sejak semula alam
itu hanya satu. Namun kepentingan pragmatis dalam mempelajari Estetika Musik sementara
konotasi keindahan alam adalah keseluruhan yang menjadsi lingkungan kehidupan manusia baik
jasmani dan rohani. Plato yang berpendapat bahwa keindahan alam bersifat mutlak. Yang dimaksud
Pluto mungkin saat ini disebut keindahan Ilahi. Sedangkan keindahan duniawi yang kita alami adalah
pancaran keindahan dari keindahan Ilahi. Socrates berpendapat bahwa Keindahan adalah bukan
sifat tertentu yang berada pada suatu yang tertentu pula. Keindahan bagi Socrates adalah keindahan
itu sendiri sebagaimana manusia adalah manusia itu sendiri. Sedangkan bagi Aristoteles, keindahan
adalah keselarasan harmoni setinggi – tingginya. Dan keindahan adalah perpaduan antara roh dan
alam. Keindahan duniawi adalah keindahan semu. sedangkan keindahan mutlak adalah keindahan
yang sejati. Pendapat Pluto dan Russel mirip dengan pandangan orang Jawa bahwa keindahan yang
tertinggi adalah keindahan adiluhung. Sedangkan keindahan jasmani sekedar kenikmatan. Santayan
berpendapat bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan. Keindahan bagi banyak orang
adalah hanya sekedar sesuatu untuk dinikmati haruslah dilihat dari pretensi pertanyaan itu sendiri.
Estetika tidak mempunyai kepentingan penikmat keindahan. Estetika bahkan tidak mempunyai
wewenang untuk memutuskan bahwa sesuatu adalah indah atau tidak indah. Estetika hanya
mencoba memahami persoalan persoalan keindahan yang menyangkut keindahan alam dan
keindahan seni. Seandainya ada suatu keindahan alam yang bersifat obyektif, artinya bahwa
keindahan itu diakui semua orang, misal pemandangan pegunungan terjadi karena proses alam itu
sendiri. Manusia tidak ikut campur terhadap proses tersebut. Hal lain yang membedakan antara
keindahan alam dan keindahan seni adalah keaslian atau kewajarannya yang tidak memerlukan
penafsiran. Secara estetis manusia menerima perubahan alam dan keindahannya dengan segala
kewajarannya. Keindahan alam juga bersifat independent artinya ia tidak terpengaruh oleh aktivitas
manusia. Keindahan alam tidak dipersoalkan didalamnya, seolah – olah ia bukan misteri akan tetapi
suatu kenyataan alam yang harus diterima.
Keindahan alam terjadi karena faktor alam, seni adalah hasil karya manusia. Keindahan seni
mempunyai kelebihan niali artistik, keindahan alam tidak memerlukannnya. Keindahan seni pun
dapat berubah. Namun proses dan latar belakang perubahannyalah yang berbeda. Seni berubah
bukan karena dirinya sendiri, akan tetapi karena faktor manusiannya. Karya seni selalu dituntut
dalam bentuknya yang rampung atau paripurna. Keindahan alam dan keindahan seni dapat langsung
dialami oleh setiap manusia sesuai dengan tingkat kesadaran masing-masing. Seni hanyalah
mengenai cara atau tingkat kemampuan seseorang melakukan suatu pekerjaan tertentu. Aktivitas
artistik yang menjadi dasar dan tujuan untuk mencapai nilai – nilai yang intrinsik dalam produk
artistik digolongkan kedalam kategori kesenian. Dalam kesenian inilah seni musik, seni tari , seni
rupa, dan sebagainya membedakan dirinya dengan seni – seni yang lain. Kesenian selalu merupakan
kegiatan manusia dengan dasar, semangat, tujuan dan hasil artistik pada stasiun akhirnya. Apabila
apa yang artistik itu dimasukkan kedalam niali yang estetis, maka tingkatannya semakin tak
terhingga. Pengalaman estetis membawa kita ke alam yang tak terbatas.
Orang Jawa bilang manusia terdiri dari cipta, rasa , dan karsa. Dalam bahasa awam pikiran,
perasaan, dan kemauan. Para filsuf mengatakan, keindahan tumbuh karena rasa kekaguman kita.
Para psikolog mengatakan, keindahan muncul karena keinginan kita untuk memiliki. Indah dapat
kita anggap sebagai sesuatu, maka manusia sering memperlakukan indah dengan berbagai cara.
Keindahan yang terwujud dalam karya atau ciptaannya dianggap sebagai manifestasi dirinya sendiri.
Cara demikian adalah jalan yang pada umumnya ditempuh oleh seniman. Filsafat Estetika
merupakan bidang tesendiri yang amat luas kawasannya. Estetika sebagai disiplin pengetahuan
dimulai di Yunani. Istilah estetika sendiri baru dipakai sekitar awal permulaan abad ke delapan belas.
Socrates adalah orang pertama yang mempertanyakan hakikat keindahan. Dia dianggap sebagai
peletak batu pertama penegtahuan estetika. Menurut Plato sesuatu bersifat umum pastilah sesuatu
yang bersifat mutlak dan yang mutlak tadi ia sebut sebagai idea. Pada perkembangan ini ide Plato
tersebut barangkali kita sebut sebagai cantik Ilahi. Aristoteles tidak percaya pada sesuatu yang oleh
pendahulunya disebut umum. Apa yang disebut umum tadi adanya hanya pada khayalan. Aliran –
aliran ini didalam sejarah pengetahuan estetika disebut aliran dogmatis. Aliran ini berkembang
sampai kemudian ahli filsafat abad XVIII yang dipelopori oleh Immanuel Kant memecahkan tradisi
tentang perubahan. Beralih dari faham dogmatisme ke faham nasionalisme yang lebih kritis, orang
beralih dari pemikiran tentang hakekat keindahan ke pemikiran analitis tentang keindahan. Orang
tidak akan menanyakan apa itu indah tetapi tentang bagaimana dan mengapa indah. Pengetahuan
estetika pada abad XX lebih cenderung bersifat eksperimental dan lebih banyak dikaitkan dalam
disiplin estetika sebagai pengetahuan tentang keindahan seni dan umumnya disebut sebagai periode
positif. Estetika membahas langsung obyek – obyek yang berhubungan langsung dengan terjadinya
indah di dalam seni. Disini yang dibahas bukan indahnya saja, bukan pula manusia melainkan
manusia dan karyanya. Keindahan musik terletak bukan saja pada keselarasan harmoni, dinamika
harmoni, timbul tenggelamnya melodi, akan tetapi lebih karena kehadiran waktu dan bunyi pada diri
manusia. Manusia mencipta, memainkan dan mendengarkan musik karena ingin melihat dirinya
sendiri.

BAB III Musik dan Keindahannya


Hal bunyi harus ditekankan karena bunyi juga menjadi bahan penyelidikan ilmu
pengetahuan lain selain musik. Misal penyelidikan bahwa didalam ilmu fisika bunyi didalam
ilmu akustik, bunyi didalam ilmu psikologi dan sebagainya. Karena yang menjadi landasan
pernyataan musik adalah bunyi didalam ruang dan waktu maka kita dihadapkan pada
kesulitan justru karena ruang dan waktu didalam kenyataan hidup kita tidak mungkin
ditangkap pada perabaan maupun penglihatan kita. Kita hanya bisa merasakannya.
Sehumann mengatakan bahwa ilmu-ilmu pengetahuan dapat membuktikan dirinya melalui
matematika, logika dan puisi menyatakan dirinya pada kekuatan kata, kesenian dapat
bercermin pada alam dan manusia, akan tetapi apabila musik adalah bunyi, maka bunyi
tersebut adalah bunyi itu sendiri. Musik yang keadaannya einmalig menimbulkan kerinduan
karena manusia tak pernah mampu memilikinya. Anatomi bunyi kita pinjam sekedar sebagai
sarana yang menunjukkan bahwa bunyi pun dapat kita analisa aspek – aspeknya. Suara
menunjukkan kepada pengertian yang bersifat umum untuk menunjukkan bunyi manusia
dan binatang. Lalu bunyi lebih menunjukkan pada pengertian lebih khusus dan
mencerminkan suatu pengertian tertentu. Lalu nada hanya dipakai dalam hubungan dengan
frekwensi didalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan musik . Nada menunjukkan
pada adanya ketinggian tertentu yang frekwensinya sudah pasti. Didalam musik perkataan
nada menunjukkan pada adanya suara manusia (vokal) dan suara benda (instrumen).
Volume atau intensitas bunyi dapat dibagi dua golongan yaitu bunyi keras dan bunyi lemah.
Bunyi lemah dapat berkembang jadi bunyi keras. Jarak didalam perkembangan lemah keras
ini tak terhingga dan dalam variable yang sangat berbeda – beda. Volume bunyi (keras-
lemah) adalah raga/badan sedangkan intensistas bunyi adalah roh/jiwa. Jangkauan atau
interval pada posisi bunyi yang satu dengan bunyi yang lain. Jadi sedikitnya harus ada dua
bunyi yang berbeda yaitu bunyi rendah dan bunyi tinggiu. Manusia memberikan citra
tentang perbedaan kelompok jarak tersebut. Kwalitas bunyi terdapat dua golongan yaitu
bunyi kasar dan bunyi halus atau dominan dan disonan. Dalam pewayangan suara kurawa
dianggap kasar. Suara ksatria dan para Pandawa digambarkan halus/ sopan. Bunyi tentu
saja juga bisa dihitung cara menghitung dilakukan oleh indera pendengar dan penglihatan.
Bunyi juga dapat menampakkan gejalanya secara tunggal. Cahaya bunyi bergerak ke segala
arah bahkan dapat menembus ruang, sedangkan cahaya sanagt terikat pada ruang. Lalu
bentuk bunyi pun mempunyai dimensi atau bentu. Semua benda – benda yanbg ada diatas
bumi mempunyai dimensi atau bentuk. Dimensi sangat sangat dipengaruhi oleh bentuk
sumbernya. Warna didalam bunyi lebih ditekankan pada kesan simbolik yang disaampaikan
bunyi kepada pendengarnya. Bunyi dapat terdengar pecah, halus,kasar dan sebagainya.
Disamping melodi, harmoni, ritme dan sebagainya, bunyi memang menjadi materi dasar
yang paling utama daripada musik. Sebuah musik dapat dianalisa dari berbagai sudut yang
tak terhingga. Bunyi ibarat titik didalam garis yang menentukan struktur dan konstruksi
bentuk selanjutnya.
Indahnya alam harus dilihat sebagai isi daripada keindahan alam itu sendiri.
keindahan seni tampak tidak berubah justru karena bentuknya yang tetap. Bentuk di dalam
karya seni terjadi karena kreasi manusia. Keindahan seni terlektak pada kemampuan kreatif
manusia. keindahan seni adalah keindahan kreatif. Keindahan alam adalah keindahan
natura, keindahan asli. bentuk dalam pengertian yang luas, termasuk bentuk bunyi sebagai
hasil usaha manusia, bentuk cara-cara mengekspresikan bunyi sebagai pernyatan diri (seni)
dan sebagainya. jadi, bukan hanya semata-mata bentuk dalam pengertian struktur musik.
oleh karena itu, maka kedudukan bunyi sebagai isi di dalam musik adalah di dalam bentuk.
bunyi sebagai isi di dalam musik menampilkan dirinya dalam bentuk ritme, melodi, harmoni,
dan vitalis musik lainnya. ritme menjadi stasiun pertama dimana bunyi menampilkan
dirinya. ritme bersifat universal dan mutlak oleh karena ritme adalah alam itu sendiri. ritme
yang terjadi di dalam kreasi manusia dalam bentuk buatan yang pada dasarnya berasal dari
ritme universum, sebagaimana keindahan yang dinikmati manusia dalam bentuk apa saja
berasal dari pancaran keindahan Yang Maha Sempurna. oleh karena ritme menjadi dasar
pijak pertama daripada pernyataan diri bunyi, dan oleh karena ritme dan bunyi sama-sama
bersifat universal. maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa ritme dan bunyi tak
terpisahkan. bunyi telah terjadi di dalam benak kita di dalam khayalan dan imajinasi.

melodi dan harmoni merupakan keterampilan manusia dalam seni dikerahkan untuk
menyusun deformasi dan modifikasi baik ritme, melodi, dan harmoni. melodi lah yang
membuat wajah bunyi menjadi menarik dan terus-menerus berubah. Ia naik turun,
melengkung membelok, bergerak berhenti, menjerit tiada putus-putusnya. bunyi yang
menampilkan dirinya dalam bentuk melodi pada musik ibarat figur seorang gadis. Ia sangat
indah menggiurkan mempesona akan tetapi tidak jarang juga bisa sangat menyebalkan.
harmoni sebagai salah satu bagian daripada terminal bunyi di dalam musik sangat
menentukan watak dan temperamen maupun kerapihan musik dengan segala
keindahannya. bunyi sebagai isi bertolak dari alam. bentuk adalah hasil karya manusia.
pertemuan antara manusia dan alam akan menghasilkan karya seni yang melahirkan
indahnya keindahan.

bunyi sebagai alam itu sendiri dengan sendirinya sangat sugestif terhadap manusia
sebagaimana manusia tak dapat mengelak dari alam, demikian pula kita tak dapat
menghindar dari bumi. dalam pengertian praktis sebagai lambang. dalam hal bunyi dan
sugestinya terhadap manusia, dalam hal ini dalam mendukungnya dengan musik, baiklah di
sini gunakan istilah lambang saja untuk keseluruhannya. Pikiran kita, musik sebagai karya
manusia. Upaya manusia membentuk hasil karyanya tentulah tidak menerima begitu saja
alam atau bunyi secacar telanjang. Pengubahan/ modifikasi alam atau bunyi yang dilakukan
manusia inilah yang dapat kita sebut sebagai hasil seni. Lalu bunyi asli yang bersumber pada
alam ini harus dapat dibuat (diartikulasikan) atau diolah menjadi bunyi buatan yang
mengandung nilai-nilai artistik. Jika menurut pengalaman sugesti bunyi adalah bunyi yang
dianggap baik atau cocok untuk diterima oleh masing-masing orang, suatu kelompok orang
atau masyarakat tertentu. Orang Tapanuli senang pada suara-suara yang melengking tinggi,
orang Jawa senang pada bunyi yang tenang, orang Bali senang pada suara- suara gaduh dan
seterusnya. Gambaran tentang baik buruknya bunyi yang diterima dan kemudian terbentuk
dibenak manusia kira-kira sama seperti terbentuknya ideal. Lalu yang disebabkan karena
pendidikan sugesti bunyi dapat juga terbentuk karena pendidikan. Orang Jawa dididik untuk
selalu berbicara lemah lembut. Buat mereka suara demikian dianggap baik. Gambaran
tentang suara yang indah buat mereka adalah apa yang perah mereka terima didalam
latihan dan pelajaran teknik vokal. Demikian juga dalam pelajaran bermain instrumen
musik. Pendidikan yang sugestif sangat mempengaruhi pandangan kita tentang baik-buruk,
indah-jelek dan seterusnya. Hal demikian juga berlaku pada sikap kita terhadap bunyi.
Kebiasaan membentuk persepsi pendengaran kita. Tidak jarang kita merasa terganggu oleh
suara atau bunyi tertentu. Gangguan tersebut selalu hadir dihadapan kita, lama-lama suara
atau bunyi tersebut kita terima sebagai kenyataan yang harus diterima. Kita amalah merasa
kehilangan apabila suara tersebut tidak hadir pada pendengaran kita. Lalu timbulah
khayalan atau imajinasi yang membentuk kesadaran kita tentang bunyi yang indah.
Penerimaan kita tentang bunyi yang kita anggap baik kita bentuk melalui naluri-naluri,
fantasi dan konsep-konsep pemikiran tentang bunyi yang baik. Dalam keadaan demikian
"budaya" bunyi kita didalam musik lahir. Dan oleh karena naluri, fantasi, pemikiran dan
sebagainya itu pribadi, maka nilai-nilai indahnya bunyi pun juga sangat pribadi.

Musik memiliki beberapa persoalan keindahannya, padahal musik sebagai hasil karya
manusia tidak hanya menampilkan hal indah saja. Justru musik yang dengan demikian akan
sangat membosankan dan tidak manusiawi. Harus kita bedakan antara musik sebagai hasil
karya manusia dengan sekadar suara alam. Immanuel Kant membuat gambaran bagus
tentang perbedaan indahnya alam dan karya seni. Alam itu indah. seni adalah gambaran
manusia yang indah tentang alam. Musik adalah bahasa ekspresi yang harus diterjemahkan.
Penterjemah musik dilakukan melalui pengertian dan pemahaman. Ada beberapa
persamaan dan perbedaan antara seni rupa dan seni musik. Ketika kita melihat sebuah
patung maka akan segera tampak keseluruhan bentuk dimensional patung tersebut dengan
segala gesture dan ekspresinya. Musik bermula pada detail dan urutan-urutan waktu untuk
mencapai tahap gestalt yang lebih besar. Baru pada tahap inilah sebagian dari pada kesan
dan gesture ekspresif musik muncul tidak sempurna. Menangkap keindahan musik berarti
melibatkan diri di dalam waktu, selama seluruh proses berlangsung. Menangkap keindahan
musik berarti mengikuti detail dan hanyut dalam keseluruhan. Dalam kontak batin, musik
pun ada karena kesadaran kita.John Cage mengatakan bahwa pada dasarnya manusia
tenggelam dalam lautan bunyi abadi. dapat dikatakan bahwa dengan dukungan naluri-naluri
musikal, kepekaan perasaan, suasana batin, ketajaman intelektual dan pemusatan pikiran
dan sebagainya, peristiwa keindahan musik dapat bertemu dengan kesadaran kita setiap
saat. Setiap usaha untuk menerangkan wujud keindahan musik akan mengalami kegagalan
dan akan semakin membingungkan. Indah hanya bisa dialami dan dirasakan, akan tetapi
tidak untuk dijelaskan. Estetika musik hanya membahas persoalan-persoalannya.
BAB IV
MUSIK DAN MANUSIANYA

Musik dan manusia sangatlah berkaitan, masalah keindahan dan karya seni (musik)
timbul hanya dalam kaitannya dengan manusia. Keindahan musik dan manusia, adalah tiga
hal yang melahirkan seluruh persoalan yang kita permasalahkan. Dari segi manusianya yang
paling penting kita bicarakan adalah manusia sebagai pencipta musik, manusia sebagai
pemain (penyaji) musik, dan manusia sebagai penerima musik (pendengar). Komponis
adalah pencipta musik. Musik adalah hasil karya manusia. Padahal yang dianggap
"manusia" dalam kedudukan demikian, yaitu mencipta musik, disebut komponis. Maka
dengan demikian, komponis adalah sebagian dari sumber persoalan musik itu. Dianggap
komponis dianggap "mewakili" manusia sebagai pencipta musik, maka dengan sendirinya
apa yang (dapat) dipersoalkan dari karya para komponis haruslah persoalan estetika dan
persoalan artistik. Dengan demikian, dalam persoalan ini kita telah mendudukkan komponis
pada proporsi yang sangat penting dalam masalah estetika musik. Di sanalah kita
berhadapan dengan konsep dan keyakinan yang berhubungan dengan masalah estetika
musik. Komponis memiliki banyak pemikiran dalam aliran bermusik. Pada dasarnya aliran
adalah suatu keyakinan yang dianut oleh seseorang atau segolongan masyarakat dalam
suatu kurun waktu. Dalam musik aliran-aliran tersebut mewakili suatu keyakinan hidup
dalam kerangka pandangan estetis karya seni. Begitu banyak aliran didalam sejarah musik
baik barat maupun timur. Di Timur para pencipta musik (tradisional) pada umumnya
memandang dunia musik (estetika) dalam kaitannyadengan ajaran-ajaran ethica, ajaran-
ajaran tentang moral, agama, kepercayaan dan sebagainya. lalu di Barat,komponis berdiri
di garis depan dalam suatu karya musik. Berbicara tentang Barok harus menunjuk pada
Bach, Haendel dan pengikut-pengikutnya. Berbicara tentang klasik harus menunjuk pada
Mozart, Haydn dan sebagainya. Berbicara tentang romantik harus menunjukkan pada
Schumann, Chapin, Derlioz, Wagnes, dan sebagainya. Tiap golongan yang paling kecil pun
masih bisa dipisah-pisah pada individu-individu masing-masing sesuai keyakinannya. Bach
misalnya, adalah orang yang sangat taat pada agamanya. Akan tetapi juga sangat yakin
pada kemampuan manusia. Dan baginya keagungan karya musik hanya bisa dihubungkan
dengan kebesaran Tuhan. Sikap estetisnya bertolak dari keyakinan ini, meskipun tidak
berarti bahwa musiknya harus musik religius. Lalu klasik, aliran klasik berpandangan
manusia harus berdiri pada proporsinya sedang alam adalah cermin kehidupan. Hukum
alam adalah hukum keseimbangan. Karya Mozart adalah contoh dari keyakinan. Karya-
karyanya penuh dengan prinsip keseimbangan, tidak berlebih-lebihan. Dia adalah
perimbangan antara bentuk dan isi, antara perasaan dan akal, antara ego dan kebenaran,
antara kemampuan manusia dan kebenaran. Lalu Romantik dipengaruhi oleh faham
rationalisme subyektif yang sangat kuat, aliran romantik mewakili pandangan manusia
tentang alam, manusia, Tuhan penciptanya. Karya Setiap komponis menjadı menonjol
sebagai dirinya sendiri. Musik-musik Beethoven, Schubert, Schu- mann, Berlivz, Chopin,
Liszt, Wagner, Tchaikovsky, Grieg, Sibelius dan masih lebih banyak lagi, bukan saja mewakili
zamannya saja. Akan tetapi juga mewakili dirinya. Estetika adalah estetika diri yang sangat
subyektif Setiap karya adalah sebuah karya yang terbuka pada penafsiran individual.
Seniman mencoba menisbikan kemutlakan. Bunyı bukan lagi "hitam-putih” tapi warna-
warni yang masing-masing memiliki kebenarannya. Pandangan-pandangan di atas ditolak
oleh Debussy, penganut faham impresionisme. Manusia tak akan pernah bisa mengungkap
rahasia hidup. Orang cukup memetik kesan- kesannya saja. Debussy juga tidak melihat
perlunya mengikuti pandangan orang-orang klasik, di mana laut adalah keindahan-
keindahan alam di mana manusia bisa bercermin. Bagi Debussy moment perubahanlah yang
menarik. Jika musik itu ibarat gadis, maka kitalah yang mengatakan dia cantik, bukan
sebaliknya. Bukan musik yang harus meyakinkan perasaan kita, tapi kitalah, hati kitalan yang
menyentuh keindahannya. Bukan musik yang datang ke indera keindahan manusia, api
kitalah yang mencari keindahannya. Pada abad XX penemuan-penemuan teknologi telah
mengubah hampir seluruh prinsip-prinsip estetika bunyi. Bukan hanylah sekedar
menyangkut bentuk dan isi. Bukan juga sekedar masalah apa dan bagaimana keindahan itu.
Eman- sipasi pendengaran, yang memengaruhi pandangan dan sikap estetika kita. Berabad-
abad lamanya manusia telah menerima doktrin bunyi tonal yang membentuk pendengaran
"telinga" kita sedemikian rupa sehingga kita tidak berdaya menerima fenomena keindahan
bunyi lainnya di luar sistim tonal.

Adapula musik dan pemainnya. Pemain di sini bukan hanya pemain (piano, trompetis
dan sebagainya), instrumen saja, akan tetapi juga penyanyi, dirigen, narator dan sebagai
nya. Yang dimaksud pemain dalam uraian ini adalah mereka yang memainkan,
menyanyikan atau mempergelarkan karya musik baik dengan naskah musik (partitur atau
partisi), tanpa naskah maupun improvisasi. Perbedaan mendasar antara komponis atau
pencipta musik dan pemain musik. Tugas pokok dari seorang pencipta musik adalah
merancang gagasan atau ide-ide yang menjadi keyakinannya ke dalam rancangan atau
konsep-konsep musikal artistik. Konsep-konsep tersebut bisa tertulis, bisa tak tertulis dan
bisa kompromi dari keduanya. Tugas paling pokok daripada pemain musik, instrumentalis-
vocalis dirigent dan sebagainya, adalah merealisir atau mengungkapkan kembali rancangan
dan konsep musik yang dibuat oleh penciptanya. Bermain tanpa naskah, apabila ide-ide dan
konsep dasar daripada musik yang ia mainkan tidak memerlukan naskah. Musik yang
dimainkan tanpa naskah disebabkan antara lain ide dasar dan konsep-konsepnya terlalu
sederhana dan mudah diingat, didalam musik tradisi, dalam permainan inprovisasi , dan
karena hafal. Musik tradisi (terutama di Timur) meskipun sebagian besar juga tidak tertulis
tetapi menuntut bahasa dan disiplin lain dan umumnya lebih ketat daripada contoh jenis
musik pertama yang kita sebut di atas. Hal ini terjadi karena aturan, rumusan-rumusan dan
petunjuk-petunjuk permainan telah dibakukan selama bertahun-tahun sebelumnya dan
telah menjadi mapan. Aturan-aturan main tradisional demikian hampir meliputi seluruh
kebudayaan musik Timur. Aturan tradisional yang sangat ketat pada musik India, Cina,
Jawa, Bali dan sebagainya. Sama rumitnya adalah di dalam musik jazz yang dimainkan atas
dasar improvisasi. Bermain musik tanpa naskah atau catatan – catatan apapun tentulah
sangat menguntungkan, kita tidak diganggu oleh kesibukan dan hambatan. Bermain musik
sangat membutuhkan konsentrasi. Pada dasarnya bermain musik juga harus melepaskan
diri dari ikatan-ikatan pun yang tidak ada hubungannya dengan musik. lagu "Bengawan
Solo" pastilah menimbulkan kesulitan. Akan tetapi mengingat seluruh karya musik yang ada
jelas tidak ada seorang manusia pun yang mampu. Komponis mencoba menuangkan seluruh
keyakinan estetisnya dalam bentuk ide-ide, pikiran-pikiran, konsep-konsep, fantasi, imajinasi
dan sebagainya ke dalam notasi. Notasi (musik) telah menimbulkan jarak yang bermacam-
macam antara keyakinan musikal penciptanya dengan upaya sang pemain untuk
mengungkapkannya kembali.

Perbedaan itu tidak saja terjadi pada status dan tanggung jawab masing-masing
terhadap musik, akan tetapi juga mencangkup sikap mereka terhadap musik. Sudah jelas
bahwa tugas utama dari pencipta adalah menyampaikan ide-ide, alam pikiran dan dunia
mereka dalam bentuk konsep-konsep dan rancangan-rancangan artistik, yaitu musik.
Pencipta akan mengalami kepuasan estetis apabila harapannya terpenuhi, yaitu karya
musiknya dimainkan oleh pemain seperti yang ia harapkan dan diterima baik oleh
pendengarnya. Dengan demikian ia bisa merasakan kepuasannya. Di samping memuaskan
orang lain, pencipta dan pemain berkewajiban memuaskan dirinya sendiri pula. Pendengar
hanya mencari penikmat untuk dirinya sendiri. Melihat latar belakang sikap dasar antara
pencipta dan pemain di satu pihak dengan pendengar di pihak lain, maka apa yang
dipertaruhkan masing-masing pihak pada musik memang juga sangat berbeda.

MUSIK DAN FUNGSINYA


Berbicara "fungsi" musik, maka sebenarnya yang sedang kita bahas adalah "pengaruh"
musik. Sebagai contoh, sering dikatakan tentang musik yang berfungsi sebagai alat
pendidikan. Musik adalah bahasa ekspresi yang bersifat artistik. Musik adalah ungkapan,
bukan pernyataan. Musik memiliki banyak pengaruh yakni teori mutlak menganut faham
bahwa musik pada hakekatnya telah lahir bersamaan dengan lahirnya alam semesta dan
manusia. Teori ini menganut faham dogmatisnbahwa materi yang paling cocok daripada
musik adalah bunyi atau ritme. Teori pertama dilihat sebagai teori absolut dan dogmatis. Ia
bertolak dari pemikiran sebab alamlah sumber dari segala sebab akibat. Teori ini sangat
berbat hipotetis. Teori kedua berpendirian bahwa walau pun alam itu penting, akan tetapi
manusia dan segala budi dayanya adalah sumber sebab akibat. Teori ini lebih bersifat ilmiah
dan analitis.

Secara garis besar hanya ada dua wilayah persoalan musik. Yaitu persoalan yang
bersifat teoritis dan persoalan yang berfungsi praktis. Persoalan yang bersifat teoritis
menyangkut masalah ilmu pengetahuan musik. Antara lain filsafat musik,psikologi musik,
sosiologi musik, estetika musik, analisa musik, phenomenologi musik, sejarah musik, dan
masih banyak lagi lainnya. Musik yang bersifat teoritis dapat dipelajari dari buku-buku
perpustakaan yang terbilang jumlahnya. Jaman dahulu dan sekarang memiliki banyak
perubahan, perubahan-perubahan tersebut sangat menentukan dan sangat mempengaruhi
sikap dan cara berpikir manusia mengenai konsep ruang dan waktu. Dimensi-dimensi bunyi
dalam musik mengalami perubahan yang sangat menentukan. Musik bukan lagi benda elit
yang terasing dari masyarakat. Musik telah menjadi industri masal yang didukung oleh
massa dari semua lapisan masyarakat. Fenomena bunyi dalam bentuk musik menjadi
demikian agresif dan manusia sekarang tak dapat menghindar lagi dari musik. Dulu seniman
musik dan para penyelenggara atau produser yang menentukan musik apa yang bisa
dinikmati pendengarnya. Sekarang pendengarlah yang menentukan sendiri pilihannya atas
apa yang ia kehendaki. Dunia modern dengan segala penemuan teknologinya telah mampu
mengubah seluruh kebiasaan-kebiasaan bahkan budaya musik manusia. Konsep-konsep dan
pikiran-pikiran musik dipertentangkan dari hari ke hari sesuai dengan perubahan-perubahan
dan penemuan-penemuan teknologi yang terus berkembang. Acara musik di suatu tempat
yang dulunya hanya mampu menampung ratusan orang sekarang dituntut untuk
menyediakan kapasitas duduk ribuan orang. Teknologi modern juga dapat merubah bunyi
seperti, apa yang dikehendaki oleh manusia. Suara-suara alat musik yang tadinya harus
dibentuk bertahun-tahun untuk mencapai tingkat kebagusan yang dikehendaki. Dapat
disulap dirubah dengan alat-alat mutakhir dalam sekejap. Manusia tidak perlu lagi
berpegang pada satu selera musik. Orang bisa pindah-pindah dari satu kesenangan ke
kesenangan yang lain, dari selera yang satu ke selera yang lain seperti kita berganti baju
saja. Hal inilah yang menyebabkan pengetahuan kita tentang estetika musik, seperti juga
pengetahuan-pengetahuan lainnya, akan terus berkembang dan tidak akan pernah
membuat manusia lebih banyak lagi. Sebaliknya ia akan membuat manusia lebih banyak
bertanya.
BAB V
PENUTUP

Musik pada tingkatannya yang lebih lanjut bukan hanya tentang bermainanan yang dinyanyi
saja, akan tetapi melibatkan perhatian dan pengetahuan kita tentang hal hal yang lebih
ilmiah dan intelektual. masalah-masalah pandangan manusia secara mendalam tentang
dunia, keyakinan estetis dan tentang manusia itu sendiri. Pengetahuan estetika juga
mengantar kepada kita untuk belajar berpikir dialektis dan rasional, karena kita berhadapan
dengan masalah-masalah musik yang tidak emosional saja sifatnya akan tetapi juga rasio-
nal. Estetika mengajarkan kepada kita bagaimana kita seharusnya menghargai keindahan,
alam, manusia, karya seni, dan seluruh persoalan hidup yang kita hadapi. Oieh karena itulah
pelajaran estetika juga sangat dekat dengan ajaran agama, kepercayaan, etika, moral,
filsafat, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Akhirnya, di samping sebagai wawasan teoritis
dan ilmiah, pengetahuan musik estetika sangat berharga untuk kepentingan kegiatan musik
kita sehari-hari, baik sebagai pencipta, pemain, pendengar dan pengamat musik lainnya.
Paling tidak kita akan melihat diskusi-diskusi estetika yang timbul dari dalam kehidupan
musik dengan sudut pandang yang memadai.

Anda mungkin juga menyukai