Anda di halaman 1dari 20

LIBERALISASI SEKTOR PENDIDIKAN DI NEGARA BAHRAIN

Oleh: Muhammad Afief Maulana Iskhaq


Muhammad.afief92@ui.ac.id / 1906390355

Abstrak
Pendahuluan

Bahrain merupakan negara yang sangat maju dalam bidang pendidikannya

terutama di antara negara-negara Timur Tengah. Bahrain juga memiliki sistem

pendidikan tertua di Semenanjung Arab. Menurut data dari sensus 2010 tingkat melek

huruf di negara Bahrain juga termasuk sangat besar mencapai 94,6%. Hal tersebut

merupakan suatu pencapaian yang luar biasa tentunya. Pemerintah negara Bahrain

juga sangat fokus dalam memajukan pendidikan di negaranya. Hal tersebut dibuktikan

dengan adanya pengeluaran pendidikan sebesar 2,7% dari PDB di Negara tersebut.

Memang kemajuan pendidikan di negara Bahrain sudah banyak terbukti dan di

ketahui oleh negara-negara lain. Salah satu bukti lainnya adalah dengan gratisnya

semua pendidikan disana karena biaya pendidikan dari sekolah dasar sampai tingkat

perguruan tinggi ditanggung oleh negara. Selain dari biaya salah satu faktor majunya

pendidikan di Bahrain adalah karena banyaknya lembaga pendidikan disana.

Pemerintah Bahrain memberikan kebebasan bagi siapa saja yang ingin

mendirikan lembaga pendidikan. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya lembaga

pendidikan dari berbagai kalangan termasuk sekolah swasta asing. Bahkan dari segi

kurikulumnya saja banyak sekali kurikulum disana tergantung dari lembaga

pendidikannya. Setiap lembaga pendidikan diberikan kebebasan dalam menentukkan

kurikulum apa yang mereka pakai. Begitupun terhadap warga negara yang akan

memilih lembaga pendidikan tempat mereka belajar. Dengan mudahnya regulasi

dalam mendirikan lembaga pendidikan dan banyaknya pilihan lembaga pendidikan

inilah yang mempengaruhi kemajuan pendidikan di negara Bahrain disamping

dukungan pemerintah dan sudah lamanya sistem pendidikan disana.


Adapun rumusan masalah dalam artikel ini adalah bagaimana kondisi negara

Bahrain? bagaimana sistem pemerintah negara Bahrain? apa saja faktor kemajuan

pendidikan di Bahrain? siapa yang berperan dalam memajukan pendidikan di

Bahrain? Dan kapan awal mula lembaga pendidikan ada di Bahrain?.

Tujuan dari ditulisnya artikel ini adalah untuk mengetahui apa saja faktor

kemajuan pendidikan di Bahrain, menjelaskan gambaran profil negara Bahrain,

menjelaskan sejarah lembaga pendidikan di Bahrain dan mengetahui peran

pemerintah Bahrain dalam memajukan pendidikan disana.

Artikel ini akan menambah wawasan pembaca mengenai negara bahrain dan

sektor pendidikan di Bahrain. Juga menambah wawasan mengenai apa saja faktor yang

mendukung kemajuan negara bahrain dalam sektor pendidikan dan sejarah lembaga

pendidikan disana. Mengetahui lebih lanjut bagaimana masyarakat Bahrain bisa mencapai

tingkat melek huruf yang tinggi dan peran pemerintah Bahrain dalam memajukan

pendidikan di negaranya.
Metodologi
Pembahasan

1. Profil Negara Bahrain

Bahrain merupakan sebuah negara kecil berbentuk monarki konstitusional yang

terletak di teluk Persia. Terdapat sekitar 33 pulau di negara ini sehingga membuat Bahrain

dijuluki dengan negara kepulauan. Luas wilayah Bahrain hanya 295 mil persegi yang

mana luas wilayahnya hampir setara dengan luas wilayah DKI Jakarta.. Hal tersebut

menjadikan Bahrain sebagai negara terkecil di Timur Tengah serta negara terkecil ketiga

di Asia setelah Maladewa dan Singapura. Bahrain berada dalam kelompok negara

kepulauan antara Semenanjung Qatar dan sebelah timur laut pesisir Arab Saudi. [ CITATION

Sin20 \l 1033 ]

Jika kita lihar dari letak geografisnya negara ini hanya berjarak sekitar 23 km sebelah

timur Arab Saudi, yang dihubungkan dengan Jembatan Raja Fahd. Bahrain dengan

Semenanjung Qatar juga terbilang dekat, hanya dengan jarak sekitar 50 km sebelah

tenggara Teluk Bahrain. Bahrain dengan Iran berjarak sekitar 200 km ke utara melintasi

Teluk Persia.

Populasi penduduk Bahrain pada tahun 2010 mencapai 1,234,567 jiwa termasuk

666,172 warga negara asing. Beberapa institusi keuangan berskala besar berpusat di

Manama, yang mana merupakan ibu kota negara ini. Bahrain memiliki tingkat Indeks

Pembangunan Manusia yang tinggi dan dikenal oleh Bank Dunia sebagai sebuah negara

berpendapatan tinggi. 16 Desember merupakan hari nasional Bahrain yang mana hari itu

ditetapkan sebagai hari nasional dikarenakan memperingati naik tahtanya Raja pertama

Bahrain, Shaikh Isa bin Salman Al Khalifa. Lagu kebangsaannya berjudul Bahrainona
( our Bahrain). Bahrain merupakan negara yang memiliki bendera berwarna putih dan

merah marun dengan lima segitiga yang melambangkan lima pilar Islam atau rukun

Islam. Bahasa yang dipakai di negara Bahrain adalah Arab, Inggris, Parsi, dan Urdu.

Agama yang dianut oleh masyarakat setempat mayoritas Islam dengan persentase 70.3%

(terdiri dari Sunni 40% dan Shiah 60%), Kristen 14.5%, Hindu 9.8%, Budha 2.5%,

Yahudi dan terakhir 0.6%, Bahai. Mata uang yang dipakai disana adalah Bahrain Dinar

(BD) 1 BD setara dengan 3,75 USD.

Kondisi daratan negara bahrain tidak jauh dengan negara-negara Timur Tengah

lainnya. Terdiri dari daratan gersang dengan padang berbatuan dan berpasir, dataran

tinggi, pegunungan dan tidak ada aliran sungai permanen. Bahrain memiliki iklim kering.

Bahrain memiliki dua musim: musim panas sangat panas dan musim dingin yang relatif

ringan. Selama musim panas, dari bulan April sampai Oktober, suhu siang 40 ° rata C

(104 ° F) dan bisa mencapai 48 ° C (118,4 ° F) selama bulan Juni dan Juli. Sumber daya

alam yang paling utama yang dimiliki Bahrain adalah minyak dan gas serta

perikanan[ CITATION KBR18 \l 1033 ].

Jumlah penduduk keseluruhan negara Bahrain pada tahun 2020 mencapai 1.701.575

jiwa dengan persentase suku bangsanya berupa penduduk asli Bahraini 37% dan warga

negara asing 62,75% dan warga negara Indonesia saat sensus penduduk pada tahun 2011

berjumlah 9000 orang yang tinggal di Bahrain. Jika kita lihat dari komposisi

penduduknya hal yang unik di negara Bahrain ini mayoritas penduduknya adalah warga

negara asing. Hal itulah yang memicu banyaknya lembaga pendidikan swasta asing di

negara Bahrain. Bahkan hal yang unik lagi dari negara ini adalah setiap lembaga

pendidikan berhak menentukan kurikulumnya sendiri sesuai lembaga pendidikannya.

Salah satu contohnya jika lembaga pendidikan atau sekolah itu didirikan oleh warga
negara Amerika yang tinggal di Bahrain maka kurikulum yang dipakai disana juga

kurikulum pendidikan di Amerika.

2. Sejarah berdirinya Lembaga Pendidikan di Bahrain

Bahrain merupakan negara di Timur Tengah yang memiliki sistem pendidikan publik

tertua di Semenanjung Arab. Sistem ini didirikan pada tahun 1930 ketika pemerintah

Bahrain mengambil tanggung jawab untuk mengoperasikan dua sekolah dasar umum

untuk laki-laki yang sudah ada sebelumnya. Selanjutnya baru sekolah perempuan dan

berbagai universitas terpisah didirikan pada abad ke-20.

Sebelum itu, sekolah Alqur’an merupakan satu-satunya sumber pendidikan di Bahrain

sebelum abad ke-20. Sekolah itu didedikasikan khusus untuk studi Alqur’an. Sekolah

Alqur’an merupakan sekolah tradisional yang bertujuan untuk mengajarkan anak-anak

dan remaja untuk bisa membaca Alqur’an. Walaupun sudah ada Sekolah Alqur’an,

Masyarakat Bahrain banyak yang merasa bahwa pendidikan jenis ini tidak cukup

memenuhi efisiensi akademik yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Para orang tua yang mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka seringkali

mengirim anak-anaknya ke sekolah-sekolah di Bombay ataupun Baghdad. Keluarga

dengan latar belakang agama yang kuat sering mengirim anak-anak mereka untuk

menuntut ilmu di lembaga keagamaan di wilayah tersebut. Biasanya mereka juga

mengirim anaknya ke madrasah-madrasah di Mekkah dan al-Hasa di daratan Arab bagi

mereka yang menganut Islam Sunni. Sedangkan bagi mereka yang menganut Islam Syiah

kebanyak dari mereka mengirim anak-anakne ke Najaf dan Karbala. Salah satu bentuk

hasil kuatnya pendidikan agama tradisional ini, pada waktu itu terdapat stigma negatif
yang melekat pada The American Mission School yang menyebabkan sedikit sekali orang

tua yang berani menyekolahkan anaknya disana. Sebelum pendirian sekolah umum di

negara Bahrain, siswa dari kalangan Sunni dan Syiah memiliki interaksi yang terbatas

selama mereka menjalani pendidikan. Hal ini dapat disebabkan karena mereka berada di

lingkungan pembelajaran yang berbeda. Diluar lembaga keagamaan memang siswa Syiah

memperoleh ilmu dari matam yaitu sebuah bangunan yang berbentuk Aula tempat mereka

belajar sedangkan siswa Sunni memperoleh ilmu dari Majelis meskipun keduanya tidak

secara resmi diakui sebagai lembaga pendidikan resmi oleh pemerintah.

Setelah perang dunia pertama usai, banyak hal yang telah berubah dan membuka mata

mereka setelah mereka melihat kebangkitan bangsa barat modern. Perubahan politik dan

sosial yang terjadi di negara Bahrain juga menimbulkan kesadaran sosial dan budaya di

kalangan masyarakat. Karena berbagai alasan tersebutlah, permintaan akan lembaga

pendidikan modern yang berbeda dari Sekolah Alqur’an mucul dalam hal sistem,

kurikulum maupun tujuan pendidikannya.

Setelah itu dibangunlah sekolah modern pertama yang dibukan di negara Bahrain

pada tahun 1899 di Manama oleh Gereja Reformasi Amerika. Sekolah tersebut

merupakan sekolah dasar misionaris dengan silabus sekolah yang terdiri dari bahasa

inggris, Matematika, dan studi Kristen. Biasanya pedagang terkemuka di negara Bahrain

mengiirim anak-anak mereka ke sekolah yang kemudian sekarang dikenal sebagai The

American Mission School. Lalu pada tahun 1980 sekolah itu berganti nama menjadi Al

Raja School dan beroperasi hingga saat ini.

Sebelum tahun 1919, sejumlah tokoh masyarakat Bahrain yang berada di Pulau

Muharraq berdiskusi dan sepakat untuk mendirikan sekolah formal modern. Sejumlah

orang dari kerajaan mendukung hal ini dan berkontribusi dalam pembangunan sekolah
formal modern ini. Tahun 1919 menandai dimulainya sistem sekolah umum modern di

Bahrain. Setelah itu sekolah khusus laki-laki Al-Hidaya Al-Khalifa didirikan di ujung

Utara Muharraq. Komite Pendidikan pertama didirikan setelah itu yang terdiri dari

beberapa pedagang terkemuka dan dipimpin oleh mendiang Syaikh Abdulla bin Isa Al-

Khalifa yang kemudian dikenal sebagai menteri pendidikan pertama di Bahrain. Syaikh

Abdulla bin Isa Al-Khalifa juga bertanggung jawab atas pengelolaan sekolah Al-Hidaya

Al-Khalifa. Pada tahun 1926 Komite Pendidikan juga mendirikan sekolah umum kedua

untuk anak laki-laki di Manama. Lalu selanjutnya baru pada tahun 1928 sekolah umum

untuk anak perempuan pertama didirikan di Muharraq. Karena kesulitan keuangan dan

administrasi yang dihadapi oleh Komite Pendidikan, setelah itu sekolah berada di bawah

kendali langsung oleh pemerintah pada tahun 1930[CITATION Min20 \l 1033 ].

Pada tahun ajaran 1986-1987 terdapat 88.152 siswa yang bersekolah di 139 sekolah

negeri di Bahrain. Pendidikan di Bahrain semuanya gratis dari jenjang sekolah dasar

enam tahun, sekolah menengah pertama tiga tahun, sekolah menengah atas tiga tahun.

Bahkan seluruh siswa mendapat transportasi gratis pulang-pergi ke sekolah. Hampir

seluruh anak yang berusia enam sampai sebelas tahun bersekolah di sekolah dasar. Dan

sekitar dua pertiga dari semua anak usia dua belas sampai empat belas tahun terdaftar

disekolah menengah. Namun ada tingkat putus sekolah yang sangat signifikan, terutama

untuk anak perempuan, setelah menyelesaikan sekolah menengah pertama. Pada tahun

ajaran 1986-1987, hanya 41% dari anak usia lima belas hingga tujuh belas tahun yang

bersekolah di sekolah menengah atas.

Pada tahun ajaran 2008/2009 jumlah kelas umum di Bahrain (termasuk kelas agama)

adalah 4326, dengan jumlah siswa laki-laki 62381 dan siswa perempuan 63233. dengan

sebaran 6.2172 di kelas dasar, 32.327 di kelas persiapan (SMP tinggi) dan 31115 di

sekolah menengah.
Untuk sejarah sekolah swasta yang ada di Bahrain, selain The American Misson

School terdapat juga Al-Ittihad School yang mana sekolah ini dibangun oleh komunitas

Persia Bahrain. Untuk perguruan tingginya pada tahun 1927 kelompok orang-orang

Bahrain pertama yang menerima pendidikan tinggi adalah mereka yang terdaftar di

American University of Beirut di Lebanon. Hal itu disebabkan karena pada tahun itu di

Bahrain belum ada Lembaga Pendidikan tingkat Perguruan tinggi. Lalu pada tahun 1968

didirikanlah lembaga pendidikan tinggi pertama di Bahrain yaitu The Gulf Polythechnic.

Selanjutnya pada tahun 1984, The Gulf Polythechnic bergabung dengan University

College of Art, Science, and Education (UCB) yang didirikan pada tahun 1979, dengan

tujuan untuk membuat universitas nasional yang mencetak gelar sarjana seni dan sarjana

sains.
3. Kebebasan mendirikan Lembaga Pendidikan di Bahrain

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, Bahrain merupakan negara dengan

penduduk yang mayoritasnya adalah warga negara asing. Sebesar 62,75% penduduk

Bahrain adalah warga negara asing. Oleh sebab itu, banyak sekali warga negara asing

yang membutuhkan pendidikan sesuai dengan kultur dan kebutuhan mereka. Maka dari

itu sejak awal mula berdirinya lembaga pendidikan di Bahrain adalah lembaga pendidikan

yang dibangun oleh bangsa asing yang mana pada saat itu adalah Amerika. Seiring

perkembangan zaman dan dikarenakan plural nya penduduk Bahrain dari berbagai macam

negara asalnya banyak didirikan lembaga pendidikan sesuai asal negaranya. Bahkan

sekolah swasta di Bahrain berbeda satu sama lain, karena perbedaan sistem pendidikan

yang dianut oleh masing-masing sekolah. Ada sekolah swasta nasional, yang didirikan

dan dijalankan oleh warga negara Bahrain dan mengikuti kurikulum nasional atau

kurikulum yang disetujui oleh kementrian, di bawah pengawasannya. Kemudian ada

sekolah swasta asing yang didirikan, dioperasikan dan dibiayai oleh warga negara asing

tersebut. Begitupun kurikulum yang dianutnya juga kurikulum luar negeri baik

pengawasan pendidikan dan pemberian ijazahnya pun dari negara asal. Hal itulah yang

sangat membuat sektor pendidikan di Bahrain sangat menonjol akan liberalisasinya.

Walaupun dengan begitu bahasa arab diajarkan di semua sekolah asing. Selain

pendidikan Islam juga wajib bagi siswa muslim. Di Bahrain juga ada lembaga pendidikan

yang didirikan dan dibiayai oleh komunitas asing di Bahrain yang bertujuan untuk

mendidik anak-anak di komunitas mereka saja. Terdapat juga lembaga atau pusat

pendidikan lain yang berfokus pada kursus yang berorientasi pada pekerjaan. Terdapat

banyak sekali lembaga kursus tersebut berbada satu sama lain tergantung program yang
mereka tawarkan. Mereka ada yang menawarkan program pelatihan dalam komputer,

bahasa asing, pengetikan elektronik, ataupun keterampilan lain dalam komunikasi,

manajemen, dan perdagangan[ CITATION Edu20 \l 1033 ].

a) Asal mula Reformasi Liberalisasi di Bahrain

Awal abad ke-21 merupakan titik balik di negara-negara Dewan Kerjasama Teluk

(GCC) karena mereka mulai menyadari dan membawa kesadaran bahwa reformasi sosial

dan ekonomi adalah hal yang utama dan suatu keharusam demi menghindari penurunan

ekonomi di masa depan. Sejauh ini ekonomi negara-negara GCC sangat bergantung

kepada minyak. Namun mereka menyadari bahwa kendala demografis yang terkait

dengan pertumbuhan populasi yang cepat akan mengancam kepada minimnya

ketersediaan minyak karena dalam waktu dekat kekayaan minyak harus dibagikan kepada

populasi yang lebih besar. Sedangkan pada saat itu para pekerja asing mendominasi

mereka disisi lain mereka menghadapi masalah pengangguran kaum muda masyarakatnya

sendiri.

Maka dari itu, sebab berbagai pertimbangan dan alasan di atas pemerintah Bahrain

mulai melakukan reformasi liberalisasi dalam sektor pendidikan. Pada tahun 2000-an

Bahrain mengalami sedakan pendidikan tinggi swasta. Terdapat 12 institusi swasta

didirkan dalam dekade terakhir. Sebaliknya hanya satu institusi publik yaitu Politeknik

Bahrain yang dibuka pada tahun 2008 yang berfunsi sebagai pusat pendidikan profesional

dan teknis. Banyak sekali lembaga pendidikan yang dibangun atas modal awal negara lalu

dikelola pihak swasta ataupun dari investasi luar negri. Pemerintah Bahrain pada saat itu

membuka peluang investasi yang sangat luas bagi asing maupun warga negara guna

membuka lembaga pendidikan. Pada tahun 2008, pendaftaran pendidikan tinggi di

Bahrain naik menjadi 32,8% dan diharapkan mencapai 57,6% pada tahun 2020 [ CITATION
Alp11 \l 1033 ]. Ketika reformasi liberalisasi diperkenalkan pada tahun 1999, institusi

swasta mengakui peluan pasar baru di Bahrain. Mereka menarik warga Bahrain serta

warga negara teluk lainnya yang lebih suka melanjutkan pendidikan mereka di Timur

Tengah daripada di Eropa ataupun di AS untuk menghindari kesulitan setelah peristiwa

besar 11 September 2001[ CITATION Hab10 \l 1033 ].

Gelombang kedua perkembangan pendidikan di Bahrain merupakan bagian dari tren

internasional dalam perdagangan jasa pendidikan. Terbukanya pendidikan ke pasar

internasional memberikan berbagai peluang baru seperti pilihan pendidikan yang lebih

luas, kepuasan kebutuhan pasar lokal serta inovasi yang baik melalui kolaborasi. Namun

disisi lain, hal tersebut menimbulkan tantangan dan kekhawatiran atas standar kualitas

dan perlindungan hak konsumen. Kurangnya standar dan peraturan yang tepat juga

memengaruhi kualitas lembaga pendidikan yang banyak didirikan.

b) Tinjauan institusi Bahrain

Salah satu solusi atas meningkatnya permintaan pendidikan tinggi adalah dengan

mendorong pendirian perguruan tinggi swasta. Beberapa lembaga yang baru didirikan

dibentuk oleh modal lokal, sementara yang lain melibatkan investor asing. Peraturan yang

ditetapkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan, berdasarkan perjanjian

perdagangan, memungkinkan pembentukan HEIs sepenuhnya dimiliki oleh GCC, Inggris

atau Amerika.

Salah satu aspek positif dari status pendidikan tinggi saat ini di Bahrain adalah

institusi yang ada memberikan siswa Bahrain pilihan yang luas dari disiplin studi dan

gelar yang banyak tersedia. Misalnya program yang ditawarkan oleh Universitas Ahlia

yang memungkinkan warga Bahrain memeroleh gelar Ph.D. dibanding membutuhkan

waktu lama tinggal di luar negeri. Selain itu pilihan program internasional merupakan

peluang bagi warga negara asing yang banyak tinggal di Bahrain serta penduduk negara-
negara Teluk tetangga. Dalam beberapa kasus, HEI swasta mencatat hingga 30% siswa

non-Bahrain dari berbagai negara mendaftar di program akademik mereka, sementara

lembaga publik seperti Universitas Teluk Arab memiliki lebih banyak siswa internasional

daripada yang lokal. Di samping itu,Gelar Inggris atau Amerika dianggap sebagai aset

saat melamar pekerjaan di perusahaan internasional di GCC.

Disisi lain tentu dengan menjamurnya institusi pendidikan membawa banyak risiko.

Karena kelemahan sistem pengawasan dan regulasi nasional, institusi pendidikan

mungkin kekurangan akademis yang berkualitas untuk menyampaikan materi

pembelajaran, kurangnya dana dan akibatnya dapat memberikan kualitas pendidikan yang

sangat rendah[CITATION Mar07 \l 1033 ]. Terdapat beberapa kasus yang membuktikan hal

ini, salah satunya adalah universitas asing yang hanya memiliki motivasi untuk mendapat

keuntungan cepat lalu memberikan pendidikan dengan kualitas di bawah standar di

kampus cabang mereka. Masalah-masalah seperti ini telah terlihat di Bahrain sampai

tahun 2007. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2007 oleh Dewan Pendidikan tinggi

mengungkapkan sejumlah penyimpangan akademik dan administrasi, seperti penerbitan

gelar tanpa kredit yang diperlukan[ CITATION Hab10 \l 1033 ]. Kekhawatiran tentang

pendidikan berkualitas rendah disuarakan di depan umum dan lembaga yang dinyatakan

bersalah atas penyimpangan disebutkan. Situasi tersebut membutuhkan pendekatan yang

konsisten terhadap peningkatan kualitas pendidikan tinggi.

c) Upaya pembenahan kualitas

Upaya maupun strategi demi menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas telah

muncul selangkah demi selangkah selama dekade terakhir, seiring reformasi ekonomi

nasional dan sektor pemerintahan. Pada tahun 2001, penilaian dari Bahrain Economic

Development Board (BEDB) mengidentifikasi pendidikan sebagai salah satu dari enam

bidang pembangunan ekonomi. Selanjutnya, Program Ketenagakerjaan dan Pelatihan


Nasional menekankan perlunya pelatihan yang memadai dan kesempatan pendidikan

untuk meningkatkan kemampuan kerja warga Bahrain. Lebih lanjut, pada tahun 2004

Strategi Nasional Bahrain dirumuskan untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan dan pembangunan yang berkelanjutan. Pendidikan diidentifikasi sebagai

prioritas perhatian. kemudian, reformasi nasional dari seluruh sistem pendidikan

diluncurkan pada tahun 2005. Reformasi tersebut mendorong perubahan penting dalam

sistem hukum mengenai pengendalian kualitas pendidikan tinggi. Undang-undang tentang

pendidikan tinggi 3/2005 menyatakan bahwa : "Komite Akreditasi Akademik akan

dibentuk, yang terdiri dari sejumlah ahli dan spesialis di pendidikan tinggi, dengan

keputusan perdana menteri, berdasarkan rekomendasi Kabinet; Komite ini bertugas

menetapkan kriteria akademik dan membuat rekomendasi untuk akreditasi lembaga

pendidikan tinggi yang beroperasi di Kerajaan, akan didukung oleh Dewan. "

Perumusan kriteria akreditasi merupakan langkah yang menguntungkan menuju

kualitas karena terdapat "kesepakatan luas bahwa salah satu metode terpenting untuk

penjaminan mutu adalah akreditasi" ( Jaringan Universitas Global untuk

Inovasi , 2007:28). Untuk melaksanakan undang-undang tersebut, pada tahun 2006

dibentuk Sekretariat Jenderal Dewan Pendidikan Tinggi di lingkungan Departemen

Pendidikan. Dewan tersebut antara lain ditugasi dengan tugas-tugas seperti penetapan

syarat dan kriteria pemberian izin kepada perguruan tinggi, penerbitan izin lembaga

pendidikan swasta baru, penelaahan laporan tahunan yang disampaikan lembaga

swasta; menindaklanjuti pekerjaan lembaga pendidikan tinggi dan memantau program

dan layanan pendukung mereka, kualitas kinerja dan output mereka (AlSaleh, 2008:

16). Dewan tersebut mempunyai tugas untuk mengawasi dan memantau lembaga-

lembaga pendidikan terutama berurusan dengan lembaga-lembaga swasta.


Langkah penting lainnya dalam pembentukan strategi menuju peningkatan pendidikan

ditetapkan dalam Visi Ekonomi Bahrain 2030. Program pembangunan nasional

komprehensif yang diterbitkan pada tahun 2008 oleh BEDB ini bertumpu pada tiga pilar,

yaitu ekonomi, pemerintah, dan kerakyatan. Dalam lingkup pembangunan sosial, Visi

tersebut menekankan pada pentingnya pendidikan. Untuk melaksanakan strategi BEDB di

bidang pendidikan, Otoritas Penjaminan Mutu untuk Pendidikan dan Pelatihan (QAAET)

secara resmi diluncurkan pada tahun 2008. QAAET adalah entitas independen yang

terdiri dari empat unit: Unit Peninjau Sekolah, Unit Review Kejuruan, Unit Review

Pendidikan Tinggi dan Unit Ujian Nasional. Unit Peninjau Pendidikan Tinggi (HERU)

adalah entitas pelengkap dari Dewan Pendidikan Tinggi. Berbeda dengan dewan, HERU

mereview institusi publik dan swasta secara keseluruhan dan melakukan review

kelembagaan serta program.Perannya dalam sistem pendidikan mencakup peningkatan

kualitas pendidikan tinggi di Bahrain dengan melakukan tinjauan; penegakan

akuntabilitas publik penyelenggara pendidikan tinggi, dan promosi penjaminan mutu di

perguruan tinggi. Kajian HERU memberikan lembaga referensi yang sesuai dengan

peningkatan yang dapat diukur.

D) Temuan the Quality Assurance Authority for Education and Training

Organisasi jaminan kualitas di GCC membangun kapasitas mereka dari pengalaman

lembaga akreditasi Barat (Abouammoh, 2010 ). Untuk tujuan tinjauan kelembagaan,

QAAET menggunakan 25 indikator yang berasal dari Badan Kualitas Universitas

Australia, yang dikelompokkan ke dalam kriteria yang lebih luas, yaitu misi,

perencanaan, dan tata kelola; standar akademik; jaminan dan peningkatan

kualitas; kualitas pengajaran dan pembelajaran; dukungan siswa; sumber daya manusia,

infrastruktur, dan sumber daya lainnya; penelitian dan keterlibatan masyarakat. Tinjauan

program didasarkan pada empat kriteria umum. Sejak 2008, QAAET telah melakukan
tinjauan terhadap universitas, yang meliputi laporan evaluasi diri, wawancara mahasiswa

dan fakultas, dan survei di lokasi institusi. Sejauh ini 12 institusi swasta telah dinilai dan

kami akan mendasarkan penelitian kami pada studi kasus ini.

Kekurangan lainnya spesifik untuk setiap jenis institusi. Pertama-tama, dua dari lima

universitas cabang ditemukan beroperasi seperti bisnis daripada lembaga pendidikan

untuk memaksimalkan keuntungan mereka. Ini adalah salah satu tantangan yang

berkaitan dengan internasionalisasi pendidikan, ketika keuntungan dapat mengganggu

kualitas pendidikan tinggi. Pendekatan usaha bisnis ini juga ditemukan di salah satu

universitas setempat. Selain itu, perguruan tinggi cabang tidak memiliki otonomi yang

memadai tetapi semuanya bergantung pada kampus induknya, yang menghambat dalam

pengembalian administrasi dan manajemen mereka. Di sisi lain, operasional perguruan

tinggi swasta lokal terhambat oleh tantangan khusus. Dua universitas menunjukkan

kurangnya tata kelola, perencanaan dan manajemen;salah satunya menunjukkan

kurangnya integritas dengan menyampaikan rencana strategis pembangunan yang dijiplak

ke HERU. Dua universitas lain tidak dapat mengkoordinasikan upaya mereka secara

memadai, karena pertumbuhan lembaga mereka yang cepat. Mereka tidak memiliki

rencana strategis pengembangan yang terperinci untuk mendukung misi pendidikan

mereka.

Oleh karena itu, pentingnya proses penjaminan kualitas menjadi penting. QAAET

sejauh ini menolak untuk mengomentari pencapaiannya di Bahrain, mengingat bahwa

proses evaluasi belum sepenuhnya selesai; itu menekankan perannya sebagai mitra jangka

panjang dalam proses jaminan kualitas, di mana QAAET bertindak sebagai pendukung

untuk meningkatkan standar pendidikan lebih dari sebagai auditor. HEI diundang untuk

mengirimkan kembali laporan evaluasi diri mereka dengan penyempurnaan berdasarkan

rekomendasi QAAET. Peninjauan kedua masih dalam proses, namun satu lembaga telah
meningkatkan peringkatnya. Dalam jangka panjang, HEI mungkin merasa sangat penting

untuk meningkatkan posisi mereka karena ulasan negatif akan menodai reputasi HEI yang

bersangkutan dan menurunkan pendaftaran siswa.

Proses jaminan kualitas baru dimulai di Bahrain baru-baru ini. Mereka adalah bagian dari

strategi besar pembangunan ekonomi yang menekankan pendidikan sebagai sarana

menasionalisasi pasar tenaga kerja. Kurangnya sistem formal pengawasan lembaga

pendidikan tinggi menyebabkan rendahnya standar dan pendekatan berorientasi pasar di

banyak lembaga swasta. Langkah-langkah yang diambil oleh otoritas Bahrain sangat

penting untuk menegakkan budaya kualitas. Memang, kurangnya kepatuhan terhadap

persyaratan baru menyebabkan penangguhan sementara pendaftaran di 6 universitas

swasta oleh Dewan Pendidikan Tinggi pada tahun 2009. Kami mengakui fakta bahwa

studi kami belum selesai karena kurangnya tinjauan HERU terhadap lembaga publik di

saat penulisan.Namun kami percaya bahwa ini memberikan wawasan penting tentang

masalah pendidikan tinggi di Bahrain mengingat kurangnya penelitian di bidang ini.

4. Sekolah Swasta Asing di Bahrain

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya banyak sekali sekolah swasta asing di

Bahrain. Selain faktor memang mayoritas penduduk yang tinggal di Bahrain adalah warga

negara asing, dan regulasi pemerintah Bahrain yang membuka peluang bagi warga negara

asing mendirikan lembaga pendidikan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Selain the

American Mission School, sekolah swasta asing pertama yang dibuka pada tahun 1910 ada

juga sekolah Al-Ittihad yang mana sekolah tersebut didirikan dan didanai oleh komunitas

Persia Bahrain. Lalu setelah itu mulai banyak sekali sekolah swasta asing yang bermunculan
di Bahrain sampai saat ini. Berikut adalah beberapa sekolah swasta asing yang ada di Bahrain

• The Asian School Bahrain

• Bahrain Indian School

• Bangladesh School

• British School of Bahrain

• Pakistan School, Bahrain

• Philippine School, Bahrain

• St. Christopher's School Bahrain

Kesimpulan

Demikianlah artikel ini yang dapat penulis paparkan, Penulis tentunya masih

menyadari jika artikel ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.

Penulis akan memperbaiki artikel tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta

kritik yang membangun dari para pembaca. Tentu sangat diharapkan kritik, saran ataupun

masukan dari para pembaca yang dapat melengkapi kekurangan artikel ini.
Daftar Pustaka

Bahrain, K. K. (2018). Bahrain. Retrieved from Kemlu.go.id:


https://kemlu.go.id/manama/id/read/bahrain/1469/etc-menu
Capital, A. (2011, April 26). Industri Pendidikan GCC. Retrieved from
www.alpencapital.com: http://www.alpencapital.com/includes/GCC-Education-
Industry-Report-September 2010.pdf
Education. (2020, 12 29). Retrieved from mybahrain.net:
http://www.mybahrain.net/education/
Listiyana, S. (2020, Oktober 30). 5 Fakta Unik Bahrain, Negara Imut di Timur Tengah.
Retrieved from idntimes.com: https://www.idntimes.com/travel/destination/sinta-
listiyana-2/5-fakta-unik-bahrain-c1c2/5
Martin, M. (2007, April 6). Cross-border higher education: regulation, quality assurance
and impact. Retrieved from Unesdoc.unesco.org:
http://unesdoc.unesco.org/images/0015/001538/153897e.pdf
Ministry of Education. (2020). Retrieved from www.mova.gov.bh:
https://www.mofa.gov.bh/AboutBahrain/Education/tabid/132/language/en-
US/Default.aspx
Toumi, H. (2010). Bahrain higher education council defends decision to freeze summer
courses in four private universities. Manama: Gulf News.

Anda mungkin juga menyukai