Anda di halaman 1dari 62

ANATOMI DAN FISIOLOGI

SISTEM RESPIRASI

Resti Y Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Mb


Definisi Sistem Respirasi
 Sistem yang membawa oksigen melalui jalan napas
kemudian ke alveoli, yang kemudian akan mengalami
difusi ke darah untuk ditransportasikan

 Adapun fungsi pernapasan, yaitu


1. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh
darah keseluruh tubuh (sel-selnya) untuk
mengadakan metabolisme
2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi
sebagai sisa dari metabolisme, kemudian dibawa
oleh darah ke paru-paru untuk dibuang
3. Melembabkan udara.
Struktur yang membentuk Sistem Respirasi

1. Struktur Utama 2. Struktur Pelengkap


a. Saluran a. Dinding dada,
Pernapasan Atas, b. Kosta,
b. Saluran c. Otot Pernapasan,
Pernapasan Bawah d. Diafragma,
c. Paru e. Pleura
Anatomi Sistem Pernapasan
Anatomi sistem pernapasan

Saluran Pernapasan Saluran Pernapasan


Atas Bawah
 Trachea
 Nasal Cavity
 Bronchus
 Pharynx
 Bronchiolus
 Larynx

Paru-Paru
 Paru-Paru

 Alveoli
FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
Saluran Pernapasan secara Fungsional

1. Zona Konduksi
 Zona konduksi berperan sebagai saluran tempat
lewatnya udara pernapasan, serta
membersihkan, melembabkan dan menyamakan
suhu udara pernapasan dengan suhu tubuh.
 Proses pembentukan suara.

 Zona konduksi terdiri dari hidung, faring, trakea,

 bronkus, serta bronkioli terminalis.


2. Zona Respiratorik
 Terdiri dari bronkiolus respiratorius dan alveoli.

 Pertukaran gas antara udara dan darah terjadi

dalam alveoli. Sistem pernafasan memiliki sistem


pertahanan tersendiri dalam melawan setiap
bahan yang masuk yang dapat merusak.
Rongga hidung
 Rongga hidung dimulai dari vestibulum yakni pada
bagian anterior ke bagian posterior yang
berbatasan degan nasofaring
 Rongga hidung terbagi atas dua bagian yakni
secara longitudinal oleh septum hidung dan secara
tranversal konka superior, medialis, dan inferior
Rongga hidung terdiri atas
 Vestibulum yang dilapisi oleh sel submukosa
sebagai proteksi
 Rambut di Dalam rongga hidung yang berperan
sebagai penapis udara
 Struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi
terhadap udara luar karena strukturnya berlapis
 Sel silila yang berperan melemparkan benda asing
ke luar dalam usaha untuk membersihkan jalan
napas
Fungsi Rongga Hidung dalam Respirasi
 Fungsi Preventif
 Bulu Hidung sebagai penyaring debu
 Silia yang menyaring partikel benda asing, ditangkap di
konka superior, hanya udara berpartikel 4-6 mikron yang
bisa masuk ke bawah
 Fungsi Lubrikasi
 Jalan napas menjadi tidak kering karena lubrikasi dari
kelenjar submukosa dan sel goblet
 Fungsi Pemanas dan Pendingin Udara
 Karena kayanya vaskularisasi di dalam rongga hidung,
yang berfungsi sebagai konduksi dari panas, dan adanya
perputaran udara inspirasi dan ekspirasi
FARING
 Bagian belakang dari rongga
hidung dan rongga mulut
 Terdiri dari Nasofaring (bagian
yang berbatasan dengan rongga
hidung), Orofaring (bagian yang
berbatasan dengan rongga
mulut) dan Laringofaring
(bagian yang berbatasan
dengan laring)
 Bagian dimana pemisahan
antara makanan dan udara
terjadi
FUNGSI FARING
 The surface of the nasopharynx is covered by
pseudo-stratified columnar epithelium. This is the
same epithelium found in the nasal cavity and
similarly the same mechanism of mucous secretion
from goblet cells in the epithelium to filter, warm,
and humidify the inhaled air occurs here.
 In the oropharynx and laryngopharynx, the surface
is lined with non-keratinizing stratified squamous
epithelium which is needed as it is exposed to food
moving through the passageway
LARING
 Fungsi utamanya sebagai alat suara
 Dalam saluran pernapasan sebagai jalan udara
 The laryngeal skeleton consists of nine cartilages,
three single (thyroid/adam’s apple, cricoid, and
epiglottis) and three paired (arytenoid, corniculate,
and cuneiform), connected by membranes and
ligaments
 Dibawah tulang krikoid biasanya dilakukan
tindakan trakeostomi yang bertujuan untuk
mengurangi dead space dan mempermudah
penghisapan sekresi
LARYNX
Fungsi Laring
 Lapisan mukosa bersilia laring bermanfaat untuk
menghilangkan partikel asing dan untuk
menghangatkan dan melembabkan udara yang
dihirup
 Pada saat makan, bagian belakang lidah yang
bergabung ke puncak laring, mendorong ke atas,
memaksa epiglotis untuk menutupi glotis, mencegah
makanan atau benda asing masuk
 laring.
TRACHEA
 Cincin tulang rawan yang tidak lengkap (berbentuk U)
 Panjangnya 10-20 cm
 Dibentuk oleh 20 lapis kartilago yang berbentuk huruf
C dan berakhir ketika bercabang dua karina
 Bagian yang tidak berkatilago disebut Trakea
membranosa, berada di posterior
 Pada ketinggian vertebra torakalis 4, trakea
bercabang dua di karina menjadi bronkus utama kanan
dan kiri
 Di atas tempat masuknya bronkus utama, kedua
kartilago bertemu membentuk cincin sempurna, tidak
hanya C, melainkan O
Pulmonary airway tree
BRONKUS
 Percabangan dari trakea sebelum masuk ke
mediatinum disebut bifurkasi dan sudut tajam yang
dibentuk oleh percabangan ini disebut karina
 Karina membentuk sudut 20-30 derajat pada
bronkus kiri dan 45-55 derajat pada bronkus kiri
 Bronkus utama kanan mempunyai 3 percabangan
yakni siperior, medialis, dan inferior
 Bronkus utama kiri mempunyai 2 percabangan yaitu
bronkus lobaris superior dan inferior
 Bronkus segmental merupakan percabangan dari
bronkus lobaris
BRONKUS
Sifat anatomik bronkus
 Dibentuk dan ditopang oleh cincin kartilago

 Dilapisi oleh epiteL kolumnar bersilia

 Mengandung otot polos

 Mendapat vaskularisasi dari aretri bronkialis

 Diameter lebih dari 2 mm

 Tidak ada alveoli di dindingnya


BRONKUS
 Bronkus bukan merupakan pipa yang kaku,
merupakan berupa saluran dari otot dengan
intervasi vagal yangn dapat membuatnya
berdilatasi dan berkontraksi sebagai respon thdp
rangsangan neurohumoral dan kimia
BRONKIOLUS
 Saluran napas yang tidak berkartilago
 Pada saat paru kolaps, bronkus besar masih tetap
paten, sedangkan bronkus kecil, bronkiolus, dan
alveolus ikut kolaps.
 Bronkiolus paling ujung (distal) disebut terminalis
 3-5 bronkiolus terminalis membentuk asinus
Bronkiolus
Secara fungsional, bronkiolus dibagi 2 bagian :
 Bronkiolus non respiratorius, dimana tidak terdapat
pertukaran gas
 Bronkiolus Respiratorius, dimana terjadi pertukaran

gas, bersama dengan duktus alveolaris dan sakus


alveolaris
PARU-PARU
 Paru kanan
terdiri atas 3
lobus dan 10
segmen
 Paru kiri terdiri
atas 2 lobus dan
8 segmen
ALVEOLUS
 Alveolus dibentuk dan dibatasi oleh dinding
alveolus yang dibentuk oleh 2 macam sel, yaitu
 Sel Alveolar tipe I atau Pneumosit Tipe I
 Merupakan Sel Pneumosit Squamosa
 Pertukaran gass menembus dinding Pneumosit Tipe I
 Sel Alveolar tipe II atau Pneumosit Tipe II
 Disebut juga Granular Pneumocyt
 Tugas Pneumosit Tipe II yaitu menghasilkan
surfaktan.
ALVEOLUS
 Terdapat lebih dari 300 juta gelembung alveoli
dengan diameter 0,3 mm.
 Struktur gelembung ini cenderung tidak stabil
 Adanya tegangan muka cairan yang melapisi
alveoli menyebabkan gelembung cenderung
menjadi kolaps
 Namun berkat adanya surfaktan yang menurunkan
tegangan muka cairan di dinding alveoli
menyebabkn gelembungn tsb tidak mudah kolaps,
tetapi mengembang dan stabil
Otot-Otot pernapasan
Otot-Otot Pernapasan
 Terdiri atas otot skelet
 Otot Inspirasi Utama
1. Muskulus interkostalis interna
2. Muskulus interkatilaginnus parasternal
3. Otot Diafragma
 Otot Inspirasi Tambahan (Otot Bantu Napas)
1. Muskulus skalenus anterior
2. Muskulus skalenus medius
3. Muskulus skalenus posterior
Otot-Otot Pernapasan
 Saat napas biasa, ekspirasi tidak memerlukan
kegiatan otot, cukup daya elastisitas paru.
 Diperlukan active breathinng jika serangan asma,
berbicara, menyanyi, batuk, bersin, mengejan
 Otot Ekspirasi Tambahan
1. Muskulus interkostalis interna
2. Muskulus interkartilaginus parasternal
3. Muskulus rektus abdominis
4. Muskulus Oblikus abdominis eksternus
Diafragma
 Suatu septum berupa jaringan muskulotendineus
yang memisahkan rongga toraks dengan rongga
abdomen
 Dasar dari rongga toraks
 Diagfragma merupakan otot yang paling utama
untuk bernapas, merupakan lembaran-lembaran
otot tipis yang bersinergi atau melekat pada iga
terbawah dan dipersyarafi nervus freknikus yang
berasal dari segmen 3, 4 dan 5.
Pleura
 Pleura dibentuk oleh jaringan yang berasal dari
mesodermal
 Dibedakan menjadi 2 yaitu
 1. Pleura Viseralis yang melapisi paru
 2. Pleura Parietalis yang melapisi dinding
hemitoraks
 Diantara pleura terdapat rongga pleura. Pada
keadaan normal berisi caira pleura dalam jumlah
sedikit (0,1 – 0,2 ml/KgBB), yang berfungsi untuk
memisahkan kedua pleura supaya tidak lengket.
Pleura
VASKULARISASI
 Sistem Pembuluh darah terdiri atas 2 bagian :
 Arteri Pulmonalis yang keluar dari ventrikel kanan,
berfungsi dalam sistem respirasi.
 Arteri Bronkialis, berperan dalam menyediakan
bahan makanan yang dibutuhkan paru.
Tahapan Sistem Respirasi

 Ventilasi, yaitu pergerakan udara ke dalam dan


keluar paru
 Pernapasan Luar / Difusi, yaitu Pertukaran gas di
dalam alveoli dan darah.
 Transportasi gas / Perfusi melalui darah
 Pernapasan Dalam, yaitu Pertukaran gas antara
darah dengan sel-sel jaringan.
 Pernapasan Seluler, yaitu Metabolisme penggunaan
O2 di dalam sel serta pembuatan CO2
 Proses ventilasi paru adalah pengaturan inspirasi
dan ekspirasi udara antara atmosfer dan paru.
 Proses kedua respirasi eksternal (respirasi
paru/difusi) adalah pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara paru dan kapiler darah
paru.
 Proses ketiga respirasi internal (respirasi jaringan)
adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida
antara kapiler darah jaringan dan sel-sel jaringan
(Ganong, 1995).
Proses Ventilasi PARU

 Proses terjadinya pernapasan terbagi 2 bagian, yaitu :


1. Menarik napas (inspirasi)
2. Menghembus napas (ekspirasi)
 Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekskresi
secara bergantian, teratur, berirama dan terus
menerus.
 Bernapas merupakan gerak reflek yang terjadi pada
otot-otot pernapasan.
 Reflek bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang
terletak di dalam sumsum penyambung (medulla
oblongata).
 Oleh karena seseorang dapat menahan,
memperlambat atau mempercepat napasnya, ini
berarti bahwa reflex napas juga di bawah
pengaruh korteks serebri.
 Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan
kadar karbon dioksida dalam darah dan
kekurangan oksigen dalam darah
Faktor Fisik / Mekanika Ventilasi
 Varians Tekanan Udara
 Udara mengalir dari region yang tekanan tinggi ke
region tekanan lebih rendah
 Selama inspirasi, gerakan diafragma dan otot-otot
pernapasan lain memperbesar rongga toraks, sehingga
memperbesar tekanan dalam toraks sampai tingkat di
bawah tekanan atmosfer, sehingga udara tertarik
melalui trakea dan bronkus ke alveoli
 Selama ekspirasi, diafragma rileks, paru-paru
mengempis, tekanan alveolar melebihi tekanan
atmosfer, sehingga udara mengalir dari paru-paru ke
atmosfer
Faktor Fisik / Mekanika Ventilasi
 Resistensi Jalan Udara
 Resistensi adalah hambatan jalan udara karena
bentuk dari saluran napas atau hambatan.
 Resistensi ditentukan oleh diameter atau kelebaran
bronkial, yang akan mempengaruhi resistensi jalan
udara dan kecepatan aliran udara
 Faktor yang dapat mengubah diameter bronkial
termasuk kontraksi otot polos bronkial yaitu asma,
penebalan mukosa bronkus spt bronkitis kronis,
obstruksi jalan napas spt lendir, tumor, benda asing
Faktor Fisik / Mekanika Ventilasi
 Compliance
 Elastisitas paru pada saat mengembang di saat inspirasi
 Semakin menurun compliance paru, semakin kecil tidal
volume yang dapat ditampung
 Pada keadaan normal, setiap Pinsp 1 cmH2O paru-paru
dapat mengembang 130-200 ml. Jadi untuk memenuhi TV
normal 500 ml hanya diperlukan tekanan 3-4 cmH2O
 Faktor yang menentukan compliance paru adalah tahanan
permukaan alveoli (normalnya rendah dengan adanya
surfaktan) dan jaringan ikat, misal kolagen dan elastin paru
Faktor Fisik / Mekanika Ventilasi
 Compliance
 Compliance akan meningkat ketika paru-paru
kehilangan daya elastisitasnya dan toraks terlalu
tertekan (misal emfisema)
 Compliance akan turun pada saat paru-paru kaku
(spt pneumotoraks, efusi pleura, ARDS), sehingga
akan butuh banyak energi untuk mencapai ventilasi
normal. Pada edema pulmo, compliance paru
menurun karena alveolus terisi cairan sehingga
menghambat alveolus untuk mengembang.
Mekanika Sistem Pernapasan
Inspirasi
 Bila diafragma berkontraksi akan terjadi mekanik
sebagai berikut yakini : dimulai dari isi perut akan
tertekan ke bawah, sehingga memperbesar verikal,
sehingga tekanan dirongga dada mengecil,
kemudian diikuti oleh tulang rusuk yang bergerak
ke arah atas dan ke luar.
 Pada pernapasan normal diagfragma
bergesersekitar 1 cm tetapi pada inspirasi yang
dipaksa dan ekspirasi yang tergolong
 menyimpangan dapat mencapai 10 cm.
INSPIRASI
 Inspirasi merupakan proses aktif, disini kontraksi otot-otot
inspirasi akan meningkatkan tekanan di dalam ruang
antara paru-paru dan dinding dada (tekanan
intraktorakal).
 Inspirasi terjadi bila mulkulus diafragma telah dapat
rangsangan dari nervus prenikus lalu mengkerut datar.
 Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah dapat
dapat rangsangan kemudian mengkerut datar. Dengan
demikian jarak antara stenum (tulang dada) dan vertebrata
semakin luas dan lebar.
 Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik,
dengan demikian menarik paru-paru maka tekanan udara
di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar.
INSPIRASI
 Inspirasi adalah proses yang aktif, proses ini terjadi
bila tekanan intra pulmonal (intra alveol) lebih
rendah dari tekanan udara luar.
 Pada tekanan biasa, tekanan ini berkisar antara -
1 mmHg sampai dengan -3 mmHg. Pada inspirasi
dalam tekanan intra alveoli dapat mencapai -30
mmHg.
 Menurunnya tekanan intra pulmonal pada waktu
inspirasi disebabkan oleh mengembangnya rongga
toraks akibat kontraksi otot-otot inspirasi.
Ekspirasi
 Pada pernapasan normal ekspirasi merupakan pernapasan
pasif, paru-paru dan dinding dada elastis dan cenderung
untuk kembali pada posisi keseimbangan setelah ekspansi
secara aktif selama inspirasi.
 Otot dinding abdomen merupakan otot yang paling penting
untuk ekspirasi. Pada ekspirasi otot perut dan diagfragma
mengendor bergerak ke atas dan kembali cembung
menonjol ke atas masuk ke rongga dada.
 Otot-otot di dinding depan perut menekan perut sehingga
kedalaman perut mendorong diagfragma ke arah kranial
yakni ke dalam torak. Oleh karena itu volume rongga dada
berkurang dan udara dalam paru-paru didorong keluar
Ekspirasi
 Ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak
memerlukan konstraksi otot untuk menurunkan
intratorakal.
 Ekspirasi terjadi apabila pada suatu saat otot-otot
akan kendur lagi (diafragma akan menjadi cekung,
muskulus interkoatalis miring lagi) dan
 Dengan demikian rongga dada menjadi kecil
kembali, maka udara didorong keluar.
Proses Difusi
 Difusi merupakan dimana terjadi pertukaran
oksigen dan karbondioksida pada tempat
pertemuan udara-darah
 Membran alveolar-kapiler merupakan tempat
ideal untuk difusi karena membran ini mempunyai
permukaan yang luas dan tipis
 Proses difusi terjadi secara pasif sampai terjadi
keseimbangan yang sama diantara dua tempat
Difusi karena perbedaan tekanan alveoli

 Pengambilan O2 dari alveoli ke darah karena


adanya perbedaan tekanan partial O2 antara
alveoli dan pembuluh kapiler
 Oksigen berdifusi dari alveolus  kapiler pulmonal
 arteri besar  sel
 Karbondioksida dimulai dari sel  vena  kapiler
pulmonal  alveolus
Gas Atmosfer Alveoli Arteri Vena Jaringan

PO2 160 105 105 40 40

PCO2 0,3 40 40 45 45
PERFUSI
 Perfusi yang terjadi pada paru-paru diartikan
sebagai proses mengalirnya darah dari arteri
pulmonal menuju kapiler pulmonal (Q)
 Jumlah yeng menuju kapiler pulmonal sama dengan
CO
 Jika pada pasien dewasa dengan berat badan 50
kg, CO yang menuju kapiler pulmonal 5 liter/menit,
ventilasi (V) dalam semenit 4 liter pe menit
 Perbandingan V/Q adalah 4/5 = 0,8
TRNSPORTASI
 Transportasi oksigen dalam darah dibawa oleh plasma
dan hemoglobin
 Di dalam plasma dalam bentuk PO2 (tekanan) dan
dengan Hb dalam bentuk saturasi oksigen (persen)
 Daya ikat dengan plasma 0,3 ml O2 dalam setiap 100
ml darah, dan hemoglobin 19,4 ml O2 dalam setiap
100 ml darah
 Plasma hanya dapat mengikat oksigen dalam jumlah
kecil namun sangat penting sebelum digunakan dalam
jaringan harus larut dalam plasma
 Setiap 1 gr HB maksimal dapat mengikat 1,36 ml
oksigen
Tekanan Parsial Oksigen
 Normal tekanan PO2 adalah 80-100 mmHg.
Semakin tinggi PO2 dalam darah, maka daya ikat
hemoglobin semakin tinggi pula.
 Sebaliknya jika konsentrasi PO2 rendah maka daya
ikat HB oskigen rendah dan saturasi oksigen
menurun.
Kontrol Neurologis Pernapasan
 Rimisitas Pernapasan dikontrol oleh pusat pernapasan
yang terletak dalam otak.
 Pusat inspirasi dan ekspirasi terletak di medula
oblongata dan pons mengontrol frekuensi dan
kedalaman ventilasi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik
 Pusat apneustik pada pons bagian bawah menstimulus
pusat medullar inspirasi untuk meningkatkan inspirasi,
kedalaman, dan lama.
 Pusat Pneumotaksik yang terlatak pada pons bagian
atas berperan mengontrol pernapasan
Kontrol Neurologis Pernapasan
 Kemoreseptor sentral  terletak pada medula 
berespon pada peningkatan dan penurunan PH
 Kemoreseptor Perifer  terletak pada arkus aorta
dan arteri karotis  berespon terhadap perubahan
PaO2, PaCO2, dan PH
 Proprioseptor  dalam otot dan persendian 
berespon terhadap gerakan tubuh saat olah raga yang
meningkatkan ventilasi
 Baroreseptor  terletak di korpus aortik dan karotis,
berespon terhadap peningkatan atau penurunan
tekanan darah arteri dan menyebabkan refleks
hiperventilasi atau hipoventilasi
Kontrol Pernapasan
 Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai