Anda di halaman 1dari 8

OUTLINE LAPRES

BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data


(Semua perhitungan masuk ke lampiran, di bab 4 langsung data jadi yg dimasukkan)
4.1.1 Hasil Pengujian Metalografi
1. Quenching
Beri kata-kata pembuka, lalu buat kurva seperti dibawah ini sesuai dengan
materialnya (material 3 bikin 3 kurva karena T austenisasi berbeda) dan jenis media
pendinginnya (bikin 3 kurva untuk masing2 media pendingin, beda media pendingin
beda kemiringan quench).

Gambar 4.1 Langkah Perlakuan Panas Baja AISI…..dengan Media Pendingin…..


Beri kata-kata awalan lagi buat diagram TTT di bawah ini. Tujuan diagram TTT
untuk menunjukkan fasa apa yang terbentuk dalam struktur mikro setelah quench (dikira-
kira aja laju pendinginannya tapi juga harus memperhatikan teori). Buat topik jenis baja
perlu 3 diagram, buat topik jenis media pendingin cukup satu diagram dengan 3 garis yg
menunjukkan laju pendinginannya, beri warna yg berbeda).

Gambar 4.2 Diagram TTT Baja….Quench…..


Hubungkan antara diagram TTT di atas dengan foto hasil metalografi berikut.
Taruh foto hasil metalografi dengan perbesaran 50x (untuk melihat perbesaran struktur
mikro) dan 100x (untuk melihat persebaran fasanya lebih detail) dan tunjukkan dengan
anak panah fasa yang terbentuk.

Temper
Martensit Di gambar ini
juga
Martensit tunjukkan
fasanya
mana
Bainit

(a) (b)
Gambar 4.3 Hasil Uji Metalografi Quenching Baja ….. dengan Media Pendingin…..
Menggunakan Etsa Nital : (a) Perbesaran 50x, (b) Perbesaran 100x

2. Tempering
Beri kata-kata pembuka, bagaimana proses perlakuan panasnya. Lalu tempel
fotonya di bawah.

Di gambar ini Di gambar ini


juga juga
tunjukkan tunjukkan
fasanya fasanya
mana mana

(a) (b)
Gambar 4.4 Hasil Uji Metalografi Tempering Baja ….. dengan Media Pendingin…..
Menggunakan Etsa Nital : (a) Perbesaran 50x, (b) Perbesaran 100x

Ingat untuk plain carbon, dekomposisi austenite pada proses tempering ada struktur
sendiri. Dibaca diktatnya apa saja bentuk dekomposisinya. Untuk baja 4140 dan 4340
tidak berlaku struktur seperti di plain carbon.

4.1.2 Hasil Pengujian Kekerasan


Pengujian kekerasan dilakukan menggunakan metode vickers sehingga skalanya adalah
VHN, kemudian dikonversi ke HRc menggunakan tabel konversi ASTM E-140. Hasil pengujian
kekerasan tempering dapat dibandingkan dengan target kekerasan temper (teori) dengan menggunakan
Spies Equation. Berdasarkan Spies Equation, target kekerasan temper adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Komposisi Baja AISI 1045 Berdasarkan ASTM A-29


Unsur Komposisi (%)
Karbon, C 0.43 – 0.50
Besi, Fe 98.5099 – 98.9699
Mangan, Mn 0.6-0.9
Fosfor, P ≤ 0.040
Sulfur, S ≤ 0.050
Buat topik jenis baja berarti ada 3 tabel

HB = 2,84 Hh + 75(%C) – 0,78(%Si) + 14,24(%Mn) + 14,77(%Cr) + 128,22(%Mo) – 54(%V)


– 0,55 Tt + 435,66
Keterangan :
HB : Kekerasan setelah tempering (Brinell)
Hh : Kekerasan setelah hardening (Rockwell)
Tt : Temperatur tempering (°C)

70

60

50
Kekerasan (HRC)

40

30

20

10

0
a b c d e f

Gambar 4.5 Diagram Batang Nilai Kekerasan Baja….: (a) Quenching Media…. (b)
Quenching Media…. (c) Tempering Quench Media …. (d) Tempering Quench Media.… (e)
Kekerasan Teori Tempering Quench Media… (f) Kekerasan Teori Tempering Quench
Media…

Nilai kekerasan langsung disajikan dalam bentuk satu diagram batang. Nilai rata-rata saja
yang ditunjukkan. Data nilai kekerasan setiap titik nanti dilampirkan di lampiran saja dalam
bentuk tabel.
Kemudian hitung persentase error tempering dengan rumus:

𝐾𝑒𝑘𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑈𝑗𝑖 − 𝐾𝑒𝑘𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡


% 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 = × 100 %
𝐾𝑒𝑘𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡
4.1.3 Hasil Pengujian Hardenability
Berdasarkan pengujian jominy end-quench yang telah dilakukan didapatkan nilai
kekerasan pada jarak jominy tertentu berdasarkan ASTM A-255. Hasil pengujian kemudian
dibandingkan dengan teori menurut rumus just (khusus 1045)/menurut perhitungan grossman
(untuk 4140 dan 4340) sebagai berikut
1045 tidak bisa dihitung dengan rumus grossman karena Di-nya <1 sementara pada
ASTM A-255 nilai Di minimal adalah 1 oleh karena itu dihitung dengan rumus just.

Untuk jarak Jominy 0 - 6 mm kekerasannya dapat dihitung dengan :

Jo = 60 x √C + 20 HRC ( C < 0,6 % )

Untuk jarak Jominy 6 - 80 mm kekerasan dapat dihitung dengan :

J 6 - 80 = 95√C - 0,0028 s2 √C + 20 Cr + 38 Mo + 14 Mn + 6 Ni + 6 Si + 39V + 96 P - 0,8 K - 12 √s


+ 0,9 s - 13 HRC
Keterangan :
J = Jominy hardness (HRC)
s = Jominy distance (mm)
K = ASTM grain size number
Symbol unsur menunjukkan persentase kadar unsur tersebut.
* Persamaan ini berlaku untuk batas kadar unsur : C < 0,6 %, Cr < 2 %, Mn < 2 %,
Ni < 4 %, Mo < 0,5 % dan V < 0,2 %
*Rumus di atas adalah rumus just.

Tabel 4.3 Nilai Kekerasan Baja…..dengan Perhitungan Just


No. Jarak (mm) Baja AISI 1045 (HRC)

Menurut perhitungan Grossman didapatkan nilai kekerasan baja AISI 4140/baja AISI
4340 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Nilai Kekerasan Baja…..dengan Perhitungan Grossman


Baja AISI 4140 Baja AISI 4340
No. Jarak (mm)
(HRC) (HRC)

Nilai kekerasan teori tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai kekerasan jominy
end-quench dalam sebuah grafik sebagai berikut:

Tabel 4.5 Nilai Kekerasan Baja…..Hasil Pengujian Jominy End-Quench


Baja AISI 1045 Baja AISI 4140 Baja AISI 4340
No. Jarak (mm)
(HRC) (HRC) (HRC)
70

60

50
Kekerasan (HRc)

40
Hasil Pengujian
30
Teori
20

10

0
0 10 20 30 40 50 60
Jarak Jominy (mm)

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Kekerasan Jominy End-Quench dengan Teori


*Semua material jadikan satu grafik saja biar tau dengan jelas perbandingannya
Setelah itu plot nilai kekerasan hasil uji jominy dalam kurva cct. Ambil beberapa titik
saja misal titik awal, titik tengah, dan titik akhirnya minimal 5 titik. Satu material satu kurva
cct. Plottingnya harus sesuai contoh
`

Gambar 4.7 Plotting Kurva Jominy Baja… pada Diagram CCT

4.2 Pembahasan
Kata-kata pembuka…..
 Beri penjelasan teorinya kenapa fasa terbentuk pada quenching. Dan bahas kenapa
nempel foto dengan perbesaran 50x dan 100x
 Beri penjelasan teori kenapa fasa/stuktur bisa terbentuk setelah dilakukannya
tempering.
 Beri penjelasan apakah nilai kekerasan material sudah sesuai dengan teori atau belum,
bagaimana kesesuainnya. Dan bahas kenapa error tempering terjadi
 Bahas kenapa rumus just hanya dilakukan pada plain carbon. Bagaimana perbandingan
hasil pengujian jominy dengan perhitungan teorinya
 Harus ada pembahasan tentang pengaruh unsur paduan/pengaruh jenis media pendingin
terhadap kekerasan dan hardenability.
LAMPIRAN
Pada lampiran laporan disertakan dokumen-dokumen sebagai berikut
1. Laporan sementara simulasi quench dan simulasi jominy
2. Perhitungan (Konversi nilai kekerasan VHN ke HRC, Perhitungan spies equation,
Perhitungan Error Tempering, Perhitungan Grossman Equation, Perhitungan Just
Equation)

Contoh Perhitungan Grossman


IV.4 Grossmann Method Counting Result
In order to validate our hardness test result, we do an alternate way of calculating the
hardenability of the specimen, which is through Grossman method. In real experiment condition, we
would need to make a specimen which has exactly 50% martensite at the center, and find its critical
diameter, but due to time constrains, we find the critical diameter by calculation based on ASTM A-
255 on measuring hardenability of steels, taking into account the chemical composition of the metal in
question.
Because we do not know the exact composition of the steel tested, we refer to ASTM A-29 and
make an estimation of the composition. The composition of AISI 4340 Steel can be seen in the table
below:

Tabel 4.1 Composition of AISI 4340 steel based on ASTM A-29

Element Composition (%)


Iron, Fe 95,1449 - 96,3199
Nickel, Ni 1,65 - 2,00
Chrom, Cr 0,70 - 0,90
Mangan, Mn 0,60 - 0,80
Carbon, C 0,38 - 0,43
Molybdenum, Mo 0,20 - 0,30
Silicon, Si 0,15 - 0,35
Sulfur, S 0,040
Fosfor, P 0,035

Besides the chemical composition, we need to know the ASTM grain size of the steel. For purpose
of simplicity, we assume it as 7, because it is recommended to do so based on standards, and because
most steels have a grain size number of 7 as well. To find hardenability based on ASTM A-255 the
steps are as follow:

1. Find value of ideal critical diameter (Di)


This is calculated by consulting tables in the ASTM A-255 documents, and getting a
multiplying factor (MF) for every alloying element in the steel. Sulfur and phospor is not
considerated in this calculation because their effect tends to cancel each other out. Those
multiplying factors are then multiplied together to get a ideal critical diameter as shown in the
table below:

Table 4.2 Ideal critical diameter for AISI 4340 Steel


Unsur C = 0,4 Si = 0,15 Mn = 0,60 Cr = 0,7 Ni = 1,65 Mo = 0,20
Di=3,04
MF (in) 0,214 1,105 3,00 2,512 1,611 1,06
2. Calculating Initial hardness (IH)

The value of initial hardness is based on the total weigth% of carbon in the steel. For %C =
0.4%, based on ASTM A-255, the initial hardness IH = 56 HRC

3. Find value of Dividing factor (Df)

The value of dividing factor is also acquired from the ASTM A-255 document. For a critical
diameter of 3,04 inch, we get a dividing factor as follow:

Tabel 4.3 Df value based on ASTM A-255


Distance
2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 14 16 18 20 24 28 32
(in)
DF 1 1,02 1,1 1,19 1,31 1,37 1,44 1,5 1,56 1,73 1,82 1,92 1,98 2,05 2,20 2,31 2,41

4. Finding hardness value on each jominy points


The hardness value for a certain distance from the quench end is acquired by dividing the
initial hardness with the dividing factor DH = IH/DF, so that we get the result:

Tabel 4.4 Hardness value on each point


Distance
2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 14 16 18 20 24 28 32
(/16 in)
HRc 56 54,9 50,9 47,1 42,7 40,9 38,9 37,3 35,9 32,4 30,8 29,2 28,3 27,3 25,4 24,2 23,2

Anda mungkin juga menyukai