ABSTRAK
Pendidikan merupakan investasi besar bagi suatu negara. Pendidikan menyangkut pada
kepentingan semua warga negara dan institusi-institusi lainnya. Hal ini disebabkan
pendidikan berkaitan erat dengan tersedianya sumber daya manusia yang andal untuk
menyuplai berbagai kepentingan. Oleh sebab itu, titik berat pembangunan infrastruktur
pendidikan khususnya sekolah terletak pada peningkatan mutu setiap jenis dan bangunan
jenjang sekolah, serta peluasan kesempatan belajar pada banyak daerah.
I. Pendahuluan
II. Pembahasan
1) Definisi Pendidikan, Sekolah, dan Infrastruktur Sekolah
a. Pendidikan dan Sekolah
Sekolah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bangunan atau lembaga
untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran; waktu
atau pertemuan ketika murid-murid di beri pelajaran; usaha menuntut kepandaian;
belajar di sekolah.
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa atau
murid di bawah pengawasan pendidik atau guru. Sebagian besar negara memiliki
sistem pendidikan formal yang umumnya wajib dalam upaya menciptakan anak
didik yang mengalami kemajuan setelah mengalami proses melalui pembelajaran.
b. Infrastruktur Sekolah
Pemerintah pusat juga membuat standar sarana dan prasarana pendidikan dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan. Pada Pasal 42 Peraturan Pemerintah tersebut disebutkan
bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana berupa perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai,
serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang tentram dan berkelanjutan serta prasarana berupa lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan,
ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin,
instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain,
tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
1) kelas
2) perpustakaan
3) laboratorium IPA
4) ruang pimpinan
5) ruang guru
6) tempat beribadah
7) UKS
8) kamar mandi
9) gudang
1) kelas
2) perpustakaan
3) laboratorium IPA
4) ruang pimpinan
5) ruang guru
7) tempat beribadah
8) ruang konseling
9) UKS
12) gudang
1) kelas
2) perpustakaan
3) laboratorium biologi
4) laboratorium fisika
5) laboratorium kimia
6) laboratorium komputer
7) laboratorium bahasa
8) ruang pimpinan
9) ruang guru
13) UKS
16) gudang
Sebagai perbandingan dengan data tahun 2021, maka akan disajikan data pokok
pendidikan pada masa pemerintahan Presiden Jokowi sebelum dan saat pandemi.
Sumber: Kemendikbud
Jumlah sekolah di Indonesia diperkirakan mencapai 307.655 sekolah yang terdata di
badan Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2017-2018, yang mana jumlah sekolah
negeri adalah 169.378 dan sekolah swasta 138.277. Jumlah sekolah di Indonesia jika
dibagi menjadi berbagai tingkat sekolah dan jenjang pendidikan pada 2017-2018 adalah
TK 91.089 bangunan, SLB 2.157 bangunan, SD 148.244 bangunan, SMP 38.960
bangunan, SMA 13.495 bangunan, dan SMK 13.710 bangunan. Dari data tersebut bisa
terlihat bahwa sekolah negeri masih tinggi bahkan terus bertambah seiring berjalannya
waktu.
Tabel 3. Jumlah Ruang Kelas Menurut Kondisi dan Jenjang Pendidikan 2017/2018
Sumber: Kemendikbud
Sumber: Kemendikbud
d. Kondisi Infrastruktur Keagamaan (pesantren) di Indonesia Sebelum
Merdeka, Orde Lama, Orde Baru, Reformasi, dan Masa Transisi.
Keberadaan pesantren merupakan patner yang ideal bagi institusi pemerintah untuk
bersama-sama meningkatkan mutu pendidikan yang ada sebagai basis bagi pelaksanaan
transformasi sosial melalui penyediaan sumber daya manusia yang qualified dan
berakhlakul karimah. Terlebih lagi, proses transformasi sosial di era otonomi,
mensyaratkan daerah lebih peka menggali potensi lokal dan kebutuhan masyarakatnya
sehingga kemampuan yang ada dalam masyarakat dapat dioptimalkan. Dengan
demikian, maka pesantren bekerja keras untuk memperbaiki segala kekurangannya dan
menambah hal-hal yang baru yang menjadi kebutuhan umat sekarang ini. Sebab, model
pendidikan pesantren yang mendasarkan diri pada sistem konvensional atau klasik tidak
akan banyak cukup membantu dalam penyediaan sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi integratif baik dalam penguasaan pengetahuan agama, pengetahuan umum
dan kecakapan teknologis.
Berdasarkan laporan pemerintah kolonial Belanda, bahwa pada tahun 1831 terdapat
1.853 Pondok Pesantren di daerah Jawa dengan jumlah santri tidak kurang dari 16.500
santri. Jumlah ini belum termasuk pesantren yang berada di luar tanah Jawa. Pada tahun
1885 Pondok Pesantren berkembang menjadi 14.929 Pondok Pesantren dengan jumlah
222.663 santri. Pada masa penjajahan Jepang tahun 1942, Kantor Urusan Agama
militer Jepang (Shumumbu) melakukan survei tentang jumlah pesantren dan madrasah
di tanah Jawa. Berikut adalah hasilnya:
Tabel 4. Jumlah Pesantren dan Madrasah Sebelum Merdeka
Berdasarkan laporan pemerintah kolonial Belanda, bahwa pada tahun 1831 terdapat
1.853 Pondok Pesantren di daerah Jawa dengan jumlah santri tidak kurang dari 16.500
santri. Jumlah ini belum termasuk pesantren yang berada di luar tanah Jawa. Pada tahun
1885 Pondok Pesantren berkembang menjadi 14.929 Pondok Pesantren dengan jumlah
222.663 santri. Pada masa penjajahan Jepang tahun 1942, Kantor Urusan Agama
militer Jepang (Shumumbu) melakukan survei tentang jumlah pesantren dan madrasah
di tanah Jawa. Berikut adalah hasilnya: Pendidikan agama tetap mendapat perhatian
serius dari pemerintah setelah kemerdekaan, baik di sekolah negeri maupun swasta.
Dalam anjuran oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) tanggal 27
Desember 1945, disebutkan, “Madrasah dan pesantren yang pada hakikatnya adalah
satu sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang telah berurat dan berakar
dalam masyarakat Indonesia pada umumnya, hendaknya mendapatkan perhatian dan
bantuan nyata berupa tuntunan dan bantuan material dari pemerintah.“
Menurut data Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama bahwa data
Pondok Pesantren pada tahun 2011-2012 berjumlah 27.230 Pondok Pesantren yang
tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan jumlah santri Pondok Pesantren secara
keseluruhan adalah 3.759.198 orang santri, terdiri dari 1.886.748 orang santri laki-laki
(50,19%), dan 1.872.450 orang santri perempuan (49,81%). Data terbaru dalam website
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI bahwa
jumlah Pondok Pesantren di Indonesia sebanyak 28194.
Tabel 5. Pertumbuhan Pondok Pesantren Sebelum Merdeka, Orde Lama, Orde Baru,
Reformasi, dan Masa Transisi.
Di antara contoh Pondok Pesantren yang masih kokoh berdiri dan terus berkembang
sejak sebelum kemerdekaan adalah Pondok Modern Darussalam Gontor. Pondok
Modern Darussalam Gontor bermula pada abad ke-18. Pondok Tegalsari sebagai cikal
bakal Pondok Modern Darussalam Gontor. Pada tanggal 20 September 1926 bertepatan
dengan 12 Rabi’ul Awwal 1345 dideklarasikan pembukaan kembali Pondok Gontor.
Gontor berkembang dengan bekal awal 40 santri. Pada tiga tahun pertama para santri
yang belajar di Pondok Gontor mencapai jumlah 300. Pada tahun ketujuh mencapai 500
orang putra dan putri. Saat ini Pondok Modern Darussalam Gontor memiliki puluhan
cabang dengan ribuan santri yang belajar di dalamnya. Pada tahun 2019-2020, Pondok
Modern Darussalam Gontor menerima 5488 pelajar dengan rincian pelajar putra
sebanyak 2824 siswa dan pelajar putri sebanyak 2664 siswi. Angka ini meningkat
dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 4398 pelajar.
Dari data di atas terlihat bahwa infrastruktur sekolah memanglah persoalan yang
tidak pernah ada habisnya untuk diatasi. Dalam kurun waktu 2020-2024, Kemendikbud
sebagai kementerian yang membantu Presiden dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang pendidikan bahkan akan terus meningkatkan pembinaan dan
pengawasan atas pelaksanaan pembangunan pendidikan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
3. Membina sekolah swasta agar kualitasnya sejajar atau bahkan lebih baik dari sekolah
negeri dengan tetap mempertahankan keunggulan tertentu sesuai ciri khasnya sebagai
sekolah swasta.
4. Melaksanakan program afirmasi bagi daerah khusus termasuk anak dengan kondisi
tidak sekolah atau dengan kebutuhan khusus.
Jumlah Satuan Data Infrastruktur Sekolah Per-Provinsi Saat Ini
Sumber: Kemendikbud
Jumlah Satuan Data Infrastruktur Sekolah Khusus Per-Provinsi Saat Ini
Tabel 7. Data Pokok Pendidikan Khusus Menurut Jenjang Pendidikan Saat Ini
Sumber: Kemendikbud
Jumlah Satuan Data Infrastruktur Sekolah Keagamaan (Pesantren) Per-Provinsi Saat
Ini
Tabel 8. Data Pokok Pendidikan Keagamaan Menurut Jenjang Pendidikan Saat Ini
Keterlibatan sektor swasta ini akan menjadi pola integrated terhadap sistem
kerjasama masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta. Sektor swasta memegang
peranan yang sangat penting untuk membantu program pendidikan, baik pendidikan
formal, nonformal, dan informal. Peran sektor swasta harus dikolaborasikan dengan
peran masyarakat dan pemerintah. Masyarakat harus mampu menjadi motor penggerak
dalam pelaksanaan program pendidikan. Pemerataan pendidikan harus dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan dan education mapping terhadap kebutuhan anak yang belum
mendapatkan layanan pendidikan. Banyak program corporate social responsibility
merupakan program pengabdian dan sosial yang dilaksanakan secara komprehensif
terhadap kebutuhan masyarakat. Beberapa program best practice dalam bidang
pendidikan yang dilaksanakan oleh sektor swasta yaitu program pendidikan oleh PT.
Pembangunan Jaya Ancol,Tbk, PT. Telkom peduli pendidikan, Bank Mandiri peduli
pendidikan, Bank Raykat Indonesia peduli pendidikan, Indosat, Pro XL, dan lain-lain.
Oleh karena itu, sektor swasta harus menjadi bagian yang utuh dari pengembangan
program sosial kemasyarakatan.
Selanjutnya pada masa pandemi kerjasama lintas sektor juga dibutuhkan untuk
mengatasi tantangan yang ada dan mendukung lebih lanjut perkembangan sektor
pendidikan, khususnya Program Merdeka Belajar. Sepanjang 2020 hingga saat ini,
Kemendikbudristek aktif menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, salah satunya
Danone Indonesia. Kerja sama dalam peningkatan kualitas belajar serta layanan
pendidikan ini merupakan salah satu contoh praktik baik kemitraan pemerintah dan
sektor usaha untuk mendukung pendidikan anak-anak Indonesia.
Kemendikbudristek Nadiem Anwar Makarim menyampaikan bahwa mencerdaskan
kehidupan bangsa merupakan tanggung jawab pemerintah dan seluruh elemen
masyarakat. Kebijakan dan aturan yang ditetapkan pemerintah tidak akan bisa
mencapai tujuannya tanpa dukungan dari masyarakat sebagai pelaksana di lapangan.
Pada saat yang sama, masyarakat juga membutuhkan pemerintah untuk mewujudkan
aspirasi dan harapannya. Oleh karena itu, Mendikbudristek menambahkan kerja sama
yang terjalin antara Kemendikbudristek dan Danone Indonesia merupakan salah satu
praktik baik kemitraan pemerintah dan swasta di bidang pendidikan, khususnya dalam
memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan pembelajaran berkualitas di masa
pandemi Covid-19 dengan menyediakan akses pendidikan, renovasi fasilitas
pendidikan, modul pembelajaran, hingga meminimalisir risiko hilangnya minat belajar
dan learning loss pada peserta didik khususnya yang tinggal di daerah 3T (tertinggal,
terdepan, dan terluar).
Mayoritas atau 32% angkatan kerja di Tanah Air merupakan lulusan Sekolah
Menengah Atas (SMA). Selain lulusan SMA, para lulusan sekolah dasar (SD) menjadi
pekerja terbanyak kedua di Indonesia. Jumlahnya mencapai 26,2% dari seluruh
angkatan kerja. Kemudian, angkatan kerja yang berasal dari lulusan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) sebanyak 18,2%. Kemudian, 12,4% angkatan kerja berasal dari
perguruan tinggi. Diikuti oleh angkatan kerja yang berasal dari tidak tamat SD
sebanyak 10% dan tidak sekolah sebanyak 1,4%.
Berdasarkan jenis kelamin, angkatan kerja di Indonesia pada 2020 didominasi oleh
laki-laki atau setara 60,8% dan pekerja perempuan sebanyak 39,2%.
Berdasarkan sektor, 60,5% angkatan kerja di tanah air pada tahun lalu dari sektor
informal dan 39,5% dari sektor formal. Sementara berdasarkan sektor ekonomi
mayoritas, pekerja Indonesia berasal dari sektor jasa sebanyak 48,7%, sektor pertanian
sebanyak 30,8%, dan industri 20,5%.
Dana Alokasi Khusus Dalam Perimbangan Keuangan Pusat Dan Daerah, Seksi Analisis
Keuangan Daerah, Ditama Binbangkum.
databoks.katadata.co.id
dpr.go.id
kemendikbud.go.id
kominfosanti.bulelengkab.go.id
pgsd.binus.id
repository.unej.ac.id