PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekolah Tinggi Agama Islam Sufyan Tsauri selanjutnya disingkat STAIS berkedudukan
di Majenang Kabupaten Cilacap berdiri pada tanggal 4 September 2008 berdasarkan Surat
Keputusan Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. No. Dj.I/302/2008 tentang
berdirinya Sekolah Tinggi Agama Islam Sufyan Tsauri Majenang
STAIS Majenang memiliki Visi “Menjadi Perguruan Tinggi Rujukan Yang Sehat Dan
Unggul Di Tingkat Nasional Dalam Studi Islam Berbasis Budaya Lokal Pada Tahun 2033” Sejak
berdiri sampai dengan tahun 2014 memiliki 3 (tiga) Program studi, yaitu :
1. Prodi Ekonomi dan Bisnis Islam (S1)
2. Prodi Pendidikan Agama Islam (S1)
3. Prodi Pendidikan Guru Raudlatul Atfal (S1)
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, mahasiswa baru yang registrasi rata-rata 120
orang per tahun. Berdasarkan jumlah mahasiswa yang diterima diketahui mahasiswa berasal dari
Kabupaten Cilacap, Banyumas, Banjar Patoman, Ciamis dan sebagian dari mereka berasal dari
Luar Jawa yang tinggal di Pesantren Pembangunan Miftahul Huda I, Pesantren Pembangunan
Miftahul Huda II dan Pesantren El Bayan. Melihat keadaan tersebut, dapat dikatakan bahwa
STAIS Majenang telah mendapat perhatian dari masyarakat.
Sejak berdiri pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2014, STAIS Majenang telah
meluluskan sebanyak 175 Sarjana, lama studi rata-rata 4,5 tahun. Lulusan STAIS Majenang
bekerja di berbagai instansi baik di lembaga pemerintahan, swasta maupun berwirausaha.
Pada pelaksanaan proses belajar mengajar di STAIS Majenang menerapkan model
kurikulum berbasis kompetensi, yang mana masing-masing tenaga pendidik telah ditetapkan
jumlah beban kinerja dosen yaitu 12-14 SKS per semester. Tenaga pendidik STAIS Majenang
dimotivasi untuk selalu meningkatkan pendidikan dan mengikuti pelatihan yang relevan dengan
bidang yang akan dikembangkan dalam proses belajar mengajar. Seluruh Dosen STAIS
Majenang telah berpendidikan S 2 atau sedang mengikuti S 3. Rasio perbandingan antara dosen
tetap dan mahasiswa telah cukup yaitu 1:12.
Proses belajar mengajar di STAIS Majenang berlangsung di dalam ruang kelas yang
mencukupi dan representatif. Sebagai upaya meningkatkan kemampuan dosen dalam proses
belajar mengajar maka setiap dosen wajib mengikuti Program Pengembangan Keterampilan
Dasar Teknik Instruksional, Pengembangan Model Pembelajaran Student Centered Learning
(SCL) dan sebagian kecil dosen telah memiliki sertifikat pendidik. Guna mengontrol dan
mengevaluasi kinerja dan karier dosen, dilakukan dengan cara membuat laporan beban kinerja
dosen per semester (BKD), daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3).
Mahasiswa telah diberikan ruang cukup untuk menyampaikan aspirasinya, berkenaan
dengan pengembangan fasilitas dan pelayanan program studi melalui survey kepuasan mahasiswa
dan proses belajar mengajar dalam bentuk pengisian kusioner tentang kinerja akademik dosen di
kelas pada setiap akhir semester. Lembaga kemahasiswaan juga diberikan ruang yang cukup
untuk menyampaikan aspirasinya guna perbaikan kualitas pembelajaran dan pelayanan di tingkat
Prodi dan Sekolah Tinggi serta melalui kegiatan kemahasiswaan berupa, pelatihan
kepemimpinan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
1
Pengendalian dan pengawasan mutu terus ditingkatkan dengan mensosialisasikan
peraturan dan pedoman kerja serta melaksanakan tugas, hak, kewajiban, penghargaan dan
hukuman secara konsisten dan adil. Selain itu STAIS Majenang senantiasa menjalin kerjasama
dengan instansi pemerintah maupun swasta baik di dalam maupun di luar negeri.1
1
https://ww https w.stais.ac.id/sejarah/
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Sekolah Tinggi Agama Islam Sufyan Tsauri yang selanjutnya disingkat (STAIS)
Majenang merupakan Perguruan Tinggi di bawah naungan Yayasan Kyai Haji Sufyan Tsauri
Majenang yang berkedudukan di Jl. K.H. Sufyan Tsauri Po. Box. 18 Majenang Kabupaten
Cilacap. Stais Majenang secara resmi berdiri pada tahun 2008 dan sudah terakreditasi Institusi
oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Adapun visi, misi dan tujuan
STAIS Majenang adalah sebagai berikut :
Visi
“Menjadi perguruan tinggi rujukan yang sehat dan unggul di tingkat Nasional dalam studi Islam
berbasis budaya lokal pada tahun 2033”
Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan yang sehat dan unggul dalam studi Islam berbasis budaya
lokal.
2. Menyelenggarakan penelitian yang sehat dan unggul dalam studi Islam berbasis budaya
lokal.
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat yang sehat dan unggul dalam studi Islam
berbasis budaya lokal.2
2
https://www.stais.ac.id
3
6. Gambar api sebagai obor artinya mewarisi semangat perjuangan alm. K.H. Sufyan Tsauri.
7. Di bagian atas tertulis yayasan kyai haji Sufyan Tsauri dan sekolah tinggi agama islam
Sufyan Tsauri.
8. Di bagian bawah tertulis STAIS Majenang.
4
Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan yang sehat dan unggul dalam mengembangkan pendidikan
agama islam berbasis budaya lokal.
2. Menyelenggarakan penelitian yang sehat dan unggul dalam mengembangkan pendidikan
agama islam berbasis budaya lokal.
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat yang sehat dan unggul dalam
mengembangkan pendidikan agama islam berbasis budaya lokal.
Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan yang sehat dan unggul dalam mengembangkan ekonomi
dan bisnis islam berbasis budaya lokal.
2. Menyelenggarakan penelitian yang sehat dan unggul dalam mengembangkan ekonomi
dan bisnis islam berbasis budaya lokal.
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat yang sehat dan unggul dalam
mengembangkan ekonomi dan bisnis islam berbasis budaya lokal.
Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan yang sehat dan unggul dalam mengembangkan keilmuan
pendidikan islam anak usia dini berbasis budaya lokal.
2. Menyelenggarakan penelitian yang sehat dan unggul dalam mengembangkan keilmuan
pendidikan islam anak usia dini berbasis budaya lokal.
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat yang sehat dan unggul dalam
mengembangkan keilmuan pendidikan islam anak usia dini berbasis budaya lokal.
5
2.9 Riwayat perjuangan K.H. Sufyan Tsauri
Pada tahun 1910, seorang santri kelana asal Klangon. Karanganyar, Kebumen,
memenuhi permintaan Karmanom, lurah Desa Cibeunying, untuk mendirikan sebuah masjid di
padukuhan Cigaru. Santri kelana itu bernama Abdulmajid, seorang lelaki dengan kepribadian
kuat dengan kemampuan hikmah, sehinggaata sizin Allah ia mampu menaklukkan makhluk
halus yang banyak berdiam di daerah itu. Sebagai pendiri pesantren, sosok Kiai Abdulmajid di
kenal sebagai seorang yang karismatik.
Sufyan Tsauri
la lahir pada Ahad, 1 Syura, 1316 H/Minggu 22 Mei 1898. Cucu ulama kelana dari
Madura bernama Imam Bukhari dan putra Kiai Abdul ghani dari Desa Banjareja, Nusawungu,
Cilacap. Pada usia 2 tahun, orang tuanya membawa Sufyan kecil ke Limbangan. Wanareja.
Nasib malang rupanya segera menimpa Sufyan kecil. Tak lama setclah tinggal di Limbangan.
Ia ditinggal oleh ibunya dan selang beberapa waktu kemudian oleh ayahnya untuk selama-
lamanya.
Yatim-piatu itu kemudian diasuh oleh bibinya hingga berusia 11 tahun lalu diasuh oleh
kakaknya ayah, Kiai Bakri , di desa kelahiran orang tuanya di Banjarreja, sambil mulai belajar
ilmu keagamaan secara lebih seksama di Pesantren Tritih, Cilacap. Pada usia 15 tahun, Sufyan
remaja berangkat ke Pesantren Lirap, Kebumen, untuk belajar tata bahasa tingkat lanjut
kepada Kiai Ibralhim.
Seusai di Pesantren Lirap, layaknya pemuda yang tekun dan gigih, Sufyan remaja
mendapat rekomendasi dari Kiai lbrahim untuk melanjutkan belajar ke Pesantren Tremas,
Pacitan, Jawa Timur. Dalam perjalanannya ke Tremas, Sufyan sempat mengaji kilatan di
Pesantren Jamsaren, Solo, selama kurang lebih 2 bulan. Ia menghabiskan waktu selama 6
tahun untuk belajar di Pesantren Tremas di bawah bimbingan K.H. Dimyati yang masyhur itu
Ketika itu, Tremas tengah berada pada masa kejayaan sebagai sebuah pesantren. Teramat
banyak kiai dari tanah Jawa dan Sumatra merupakan alumni dari pesantren ini sehingga
sebagai mana lazimnya pesantren besar ia menjadi tempat persemaian ilmu, hikmah dan adab
yang penting.
Menyaksikan Sufyan mengajar dengan tekun dan gigih, Kiai Abdulmajid lantas
menikahkan dia dengan puteri tertuanya, Marhamah. Seorang perempuan dengan karakter
yang sama kuatnya dengan suaminya. Ini adalah keputusan tepat yang dibuat oleh Kiai
Abdulmajid, di mana pesantren yang mulai berkembang diteruskan oleh menantu yang
mumpuni secara keilmuan serta memiliki bakat kepemimpinan. Setelah menjadi menantu Kiai
Abdulmajid.
Sufyan merasa ilmunya masih kurang meski sebenarnya sudah cukup sekedar untuk
mengelola pesantren yang sedang berkembang. la lantas memutuskan untuk Menuntut ilmu
lagi dengan berangkat menuju almamaternya, Pesantren Tremas, selama 3 tahun lamanya.
Setelah itu ia kembali lagi ke Cigaru dan menunaikan ibadah haji bersama istrinya, Nyai
Marhamah padatalun 1927. Ketika berangkat menunaikan ibadah haji, masa itu masih
menggunakan kapal laut. Kiai Sufyan menyempatkan diri singgah di Singapura dan Malaysia
untuk bersilaturahmi pada adik K.H. Abdulmajid. K.H. Abdussomad, yang telah menetap dan
menjadi ulama di Sabak Bernam, Selangor, Malaysia.
Di tangan Kiai Sufyan Tsauri ini lah Pesantren Cigaru ini mencapai perkembangan
yang pesat dengan jumlah santri mencapai 800-an orang, baik dari daerah Banyumas, Sumatra
6
bahkan dari luar negeri scperti Singapura dan Malaysia. Tak heran jika pada saat itu Pesantren
Cigaru merupakan pesantren utama di kawasan Banyumas. Selain jumlah santri Kiai Sufyan
Tsauri juga membawa pengaruh Pesantren Cigaru hingga di luar bidang keagamaan seperti
sosial dan politik dengan ikut secara aktif dalam perang melawan penjajahan. Tak
terbayangkan, bahwa dari dusun Cigaru yang terpencil dan penuh rawa di kaki bukit di tengah
pula Jawa, mereka mampu memenuhi panggilan sejarah dengan sepenuh hati serta didukung
dengan kecakapan yang dibutuhikan baik politik maupun militer untuk terlibat dalam
perjuangan fisik dalam mercbut dan mempertahankan kemerdekaan.
Melihat keadaan politik internasional yang parah dan menimbang posisi K.H. Sufyan
Tsauri saat itu adalah Ketua Dewan Syura Masyumi Cilacap. Pada saat itu Jepang mengalami
tekanan dari Sekutu Amerika Serikat dalam Perang Dunia II, para tokoh Masyumi meminta
kepada Jepang untuk mendirikan badan organisasi militer bagi anggotanya. Tujuannya, jika
sewaktu-waktu terjadi perang, rakyat telah siap melakukannya. Jepang memenuhi permintaan
itu dengan mendirikan PETA (Pasukan Sukarela Pembela Tanah Air) pada 1944, termasuk
mengizinkan berdirinya faksi militer umat Islam bernama Hizbullah pada 1945. Pada tahun
yang sama, sebagai sesepuh Masyumi Cilacap, K.H. Sufyan Tsauri segera membentuk laskar
Hizbullah di daerahnya. la mengirim sejumlah santrinya antara lain
Pada 4 Februari 1948, laskar Hizbullah dan TKR Majenang diperintahkan untuk hijrah
menuju Banjarnegara yang masih dikuasai oleh tentara republik. Namun, sakit parah yang
diderita K.H. SufyanTsauri membuatnya memutuskan untnk tetap bertahan di markasnya di
pegunungan karena kesehatan beliau yang semakin hari semakin buruk, akhirnya K.H. Sufyan
Tsauri menerima permintaan untuk pulang ke pesantren. Pada awal bulan Februari 1948 atau
tepatnya Senin, 22 Rabiul Awwal, K.H. Sufyan Tsauri dan pasukannya meninggalkan
markasnya di pegunungan Salem, Brebes menuju Majenang. Cilacap.
Dengan ditandu oleh para prajurit dan santri terbaiknya. Jenazah K.H. Sufyan Tsauri
dibawa dari Gunungjaya ke Pesantren Cigaru, melewati lembah dan gunung, sungai dan hutan,
sepanjang kurang lebih 50 kilometer. Dzikir dan kalimat thayyibah dan para prajurit, santri
dan penduduk tak henti-henti mengiringi jenazah pemimpin yang kharismatis, teguh dan tak
kenal kompromi dengan penjajah itu.
Jenazah K.H. Sufyan Tsauri tiba di Pesantren Cigaru pada sore hari dan dimakamkan
pada keesokan harinya di kaki bukit sebelah utara pesantren.
7
Perjalanan gerilya K.H. Sufyan Tsauri beserta para santri dan masyarakat Majenang
dalam rangka menghadapi Agresi Militer Belanda menempuh rute pegunungan, lembah,
sungai dan hutan, kampung-kampung dan galur-galur persawahan, menempuh jarak kurang
lebih 150 kilometer. Secara berurutan, gerilya dimulai dari Pesantren Cigaru menuju ke arah
barat melalui Gerumbul Cibabas, Babakan kemudian ke Sarongge, Raja Wetan. Kroya, Awi,
Ngambang, Gempalan lalu ke arah timur laut melalui Cikadu Tong goh, Ciborok,
Sepatnunggal, Tembong, Sadabumi, Gunung Jaya, Parakan Panjang,Gunung Tajem di
kawasan pegunungan yang berkelok, turun lagi menuju Selanegara. CirisTuru, lalu ke
Cungging, Tembong Raja, Sungai Cigunung, kemudian naik lagi ke Gunung Garu Sari di
daerah Salem, Kabupaten Berebes, dan bermarkas di sana. Ketika itu, Garu Sari adalah daerah
yang hanya dihuni oleh 10 rumah. Dengan kedatangan K.H. Sufyan dan rombongan
gerilyanya, daerah itu lantas diberi nama Garu Sari, gabıungan dari nama Cigaru dan
Sindangsari desa di Majenang Timur dimana kepala desa dan para pemudanya banyak yang
ikutbergerilya (Khalieqy, 2016)3
3
Panduan PBAK tahun 2019 (Majenang: 2019), hlm 19.
8
BAB 3
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Sufyan Tsauri lahir pada Ahad, 1 Syura, 1316 H/Minggu 22 Mei 1898. Cucu ulama
kelana dari Madura bernama Imam Bukhari dan putra Kiai Abdul ghani dari Desa Banjareja,
Nusawungu, Cilacap. Pada usia 2 tahun, orang tuanya membawa Sufyan kecil ke Limbangan.
Wanareja. Nasib malang rupanya segera menimpa Sufyan kecil. Tak lama setclah tinggal di
Limbangan. Ia menjadi yatim piatu itu kemudian diasuh oleh bibinya hingga berusia 11 tahun
lalu diasuh oleh kakaknya ayah, Kiai Bakri , di desa kelahiran orang tuanya di Banjarreja,
sambil mulai belajar ilmu keagamaan secara lebih seksama di Pesantren Tritih, Cilacap. Pada
usia 15 tahun, Sufyan remaja berangkat ke Pesantren Lirap, Kebumen, untuk belajar tata
bahasa tingkat lanjut kepada Kiai Ibralhim.
Seusai di Pesantren Lirap, layaknya pemuda yang tekun dan gigih, Sufyan remaja
mendapat rekomendasi dari Kiai lbrahim untuk melanjutkan belajar ke Pesantren Tremas,
Pacitan, Jawa Timur. Dalam perjalanannya ke Tremas, Sufyan sempat mengaji kilatan di
Pesantren Jamsaren, Solo, selama kurang lebih 2 bulan. Ia menghabiskan waktu selama 6
tahun untuk belajar di Pesantren Tremas di bawah bimbingan K.H. Dimyati yang masyhur itu
Ketika itu, Tremas tengah berada pada masa kejayaan sebagai sebuah pesantren. Teramat
banyak kiai dari tanah Jawa dan Sumatra merupakan alumni dari pesantren ini sehingga
sebagai mana lazimnya pesantren besar ia menjadi tempat persemaian ilmu, hikmah dan adab
yang penting.
Menyaksikan Sufyan mengajar dengan tekun dan gigih, Kiai Abdulmajid lantas
menikahkan dia dengan puteri tertuanya, Marhamah. Seorang perempuan dengan karakter
yang sama kuatnya dengan suaminya. Ini adalah keputusan tepat yang dibuat oleh Kiai
Abdulmajid, di mana pesantren yang mulai berkembang diteruskan oleh menantu yang
mumpuni secara keilmuan serta memiliki bakat kepemimpinan.
Sekolah Tinggi Agama Islam Sufyan Tsauri selanjutnya disingkat STAIS berkedudukan
di Majenang Kabupaten Cilacap berdiri pada tanggal 4 September 2008 berdasarkan Surat
Keputusan Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. No. Dj.I/302/2008 tentang
berdirinya Sekolah Tinggi Agama Islam Sufyan Tsauri Majenang
Sejak berdiri sampai dengan tahun 2014 memiliki 3 (tiga) Program studi, yaitu :
1. Prodi Ekonomi dan Bisnis Islam (S1)
2. Prodi Pendidikan Agama Islam (S1)
3. Prodi Pendidikan Guru Raudlatul Atfal (S1)
Visi
“Menjadi perguruan tinggi rujukan yang sehat dan unggul di tingkat Nasional dalam studi Islam
berbasis budaya lokal pada tahun 2033”
Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan yang sehat dan unggul dalam studi Islam berbasis budaya
lokal.
2. Menyelenggarakan penelitian yang sehat dan unggul dalam studi Islam berbasis budaya
lokal.
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat yang sehat dan unggul dalam studi Islam
berbasis budaya lokal.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.stais.ac.id
10