Anda di halaman 1dari 11

Al-Tazkiah, Volume 5, No.

2, Desember 2016

ETIKA PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD


SEBAGAI LANDASANKESALEHAN SOSIAL

Ishak Hariyanto
Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram.
Email: ishakharianto@yahoo.co.id

Abstract
Ethics is the important role in human life, just imagine aworld
without ethics and morals, then the consequences will be a
world where no one has a conscience and no one willever feel
guilty or sorry for what they did or did not do. According to
Freud, he said that human is deterministic because isdetermined
by unconsciousirrational power, the unconscious motivation,
biological encouragement, and instinctive encouragement.
Human has always beenthe pursuit of perfection to get happiness
and to avoid unhappiness.The purpose of this research was to
describe about the psychoanalysis ethics of Sigmund Freud and
to apply it in social life in order to create the social piety. During
Freud psychoanalysisas ifits just in medicine, counseling and
religion. But what about the psychoanalysis ethics of Sigmund
Freud are manifesting in the structure of human personality
likeId (Das Es), Ego (Das Ich), Super ego (Das Ueber Ich)were
compared in the context of social piety, so it would create the
dialogue between individual piety and social piety, to establish
the whole system of unity and run circularly.
Keywords:Etichs, Psychoanalysis of Sigmund Freud, Social piety.

Ishak Hariyanto | 97
Al-Tazkiah, Volume 5, No. 2, Desember 2016

A. Pendahuluan Moralitas membicarakan masalah


Berbicara tentang filsafat yang besar, yakni bagaimana kita harus
moral tentusangat berbedasekali hidup, makadi dalam perbincangan
dengan sosiologi, antropologi, moral punterdapatkontroversi
biologidan bahkan psikologi. tentang makna moral. Terlepas dari
Karena satuperbedaan yang sangat kontroversi tentang moral, filsafat
penting adalah: didalamfilsafat moral sesungguhnya upaya untuk
moralkita tidakmengabaikan diri mensistematisasikan pengetahuan
kita daripandanganmoral kitasendiri, tentang hakikat moralitas dan apa yang
baikdalam cara kitabersikap di tuntut dari kita seperti kata Sokrates,
ketikakitaterlibat dalamsebuah kasus tentang “bagaimana seharusnya
atau fenomena tertentu.1 hidup” dan mengapa demikian. Oleh
karena itu, akan sangat berguna jika
Moral atau etika sangat penting
kita memulainya dengan sebuah
dalam kehidupan manusia, bayangkan
definisi yang sederhana dan tidak
saja dunia tanpa moralitas maka
kontroversial mengenai moralitas.
akan menjadi sebuah dunia di mana
Mengutip pendapat Emmet Barcalow
tidak ada seorang pun yang memiliki
mengenai moral yakni:
keyakinan tentang moral entah itu
apa yang disebut dengan benar dan There would be no moral restrains or
constraints on peoples behavior.It would
yang salah, baik ataukah buruk. Maka be also be a world in which there was no
Konsekuensinya akan menjadi dunia conception of vice and virtue, kindness,
dimana tidak ada seorangpun memiliki honesty and compassion would not
be considered morally better than
hati nurani, di mana tak seorang pun
cruetly, dishonesty and malevolence.
yang akan pernah merasa bersalah No distinction would be made between
atau menyesal atas apa yang mereka justice and injustice. No one would be
lakukan atau tidak mereka lakukan. believe that anyone has any moral rights
or duties. No one would ever claim or
Meninjam bahasa Sokrates “kita believe that people have a moral right
sedang membicarakan masalah yang to life or right to freedom of expression
tidak kecil, yakni mengenai bagaimana or that we have a moral duty to refrain
from harming others.3
kita harus hidup”.2

Terjemahan bebasnya: bayangkan saja


1
David Copp, The Oxford Handbook of Ethical andaikan dunia tidak ada moralitas,
Theory, (Oxford University Press, 2006), 5.
2
James Rachels, The Elements of Moral 3
Emmet Barcalow, Moral Philosophy Theories
Phylosophy, Terj. A. Sudiarja, (Yogyakarta: And Issues, (United States oF America: Wadsworth
Kanisius, 2004), 17. Publishing Company, 1998), 1.

98 | Etika Psikoanalisis Sigmund Freud sebagai Landasan Kesalehan Sosial


Al-Tazkiah, Volume 5, No. 2, Desember 2016

maka tidak akan ada yang mampu Dalam konteks kesalehan sosial, saat
menahan kendala serta perilaku yang ini banyaknya demoralisasi yang terjadi,
ada pada manusia. Hal ini juga akan
menjadi sebuah dunia di mana tidak seperti: pemerkosaan, pembunuhan,
akan ada konsepsi mengenai kebajikan, korupsi merajalela, lalu dimankah
kebaikan, kejujuran dan kasih sayang. letak moralitas yang menjadi dasar
Semuanya tidak akan bisa dianggap
secara moral lebih baik daripada ketidak
aturan hidup. Kehidupan ini akan rusak
jujuran dan kedengkian. Dan tidak apabila tidak ada hal yang baik yang
akan ada perbedaan antara keadilan tertanam dalam diri kita, maka dalam
dan ketidakadilan. Tidak ada yang akan hal ini Freud mengajarkan kita untuk
percaya bahwa seseorang memiliki hak
moral atau kewajiban. Tidak ada yang melakukan hal yang baik dan menjaga
akan pernah mengklaim atau percaya libido (kenikmatan tanpa ada batasan)
bahwa orang-orang memiliki hak moral kita dari hal-hal yang bersifat amoral.
untuk hidup atau hak untuk kebebasan
berekspresi dan bahkan kita memiliki
Dalam konsep moralitas memang
kewajiban moral untuk menahan diri berbeda-beda dalam setiap masyarakat
dari menyakiti orang lain. dan merupakan kesepahaman yang
Selain itu, dunia tanpa moralitas pas untuk kebiasaan-kebiasaan yang
tidak akan ada konsep benar atau salah, di setujui bersama.5Akan tetapidalam
baik atau buruk. Dunia tanpa moral hal ini penulis sangat tertarik untuk
maka manusia tidak akan bermoral mengkaji konsep etika psikoanalisis
serta kebaikan dunia akan diganti yang dibangun oleh Sigmund Freud dan
menjadi kekejaman, perbudakan. menghubungkan dengan kesalehan
Tidak akan ada rasa keadilan karena sosial.
tidak adanya moralitas. Orang yang
tidak bermoral tidak akan bisa dituduh B. Biografi Singkat Kehidupan
melakukan kejahatan, tidak ada Sigmund Freud
yang memiliki tugas amoral untuk Hanya sebagian pemikir yang
mengurangi bahaya serius yang mampu memicu suatu perdebatan
diberlakukan kepada orang terhadap yang sengit seperti yang dilakukan
resiko keinginan mereka. Keyakinan oleh Sigmund Freud seorang psikolog
moral tidak akan mempengaruhi dari Vienna Austria yang telah
hukum,jika perkosaan tidak bermoral menggemparkan dunia kedokteran
dan tidak diyakini bermoral maka besar dan masyarakat umum dengan
kemungkinan bahwa tidak ada hukum analisa baru tentang kepribadian
yang melarang itu akan dibentuk.4 manusia. Berbicara masalah biografi,
4
Ibid., 2-3. 5
James Rachels, The Elements of Moral..., 42.

Ishak Hariyanto | 99
Al-Tazkiah, Volume 5, No. 2, Desember 2016

Freud lahir dimoravina padatahun yang mempengaruhinya.Di tengah-


1856, bagian dari Eropa tengah yang tengah kesengsaraan akibat perang
kemudian berada di bawah kerajaan dunia I, yang mengancam Freud, akan
Austro Hongaria. Keluarganya adalah tetapi itu tidakmenjadi rintangan bagi
penganut agama Yahudi. ayahnya Freud, malah ia semakin produktif
bekerja sebagia seorang pedagang dan dalam menelorkan buah pikirnya
menikah kedua kalinya saat dua orang dalam bentuk karya-karya yang
puteranya tumbuh dewasa. Freud tentu menggetarkan para ilmuan dan
adalah anak pertama dari istri kedua masyarakat. Diantara karya-karya
yang jauh lebih muda. Saat masih Freud adalah The Interpretation of
anak-anak keluarga Freud pindah ke Dreams (1900). The psychophatology
ibukota kerajaan Vienna, tempat dia of everyday life (1901). Three Essays
menetap dan bekerja hampir sepanjang on The Theory of Sexuality (1905).
usianya. Sebagai seorang yahudi, dia Diantara artikel yang berbicara
sadar tidak mungkin menunjukkan tentang agama dan gangguan saraf
kesalehan agamanya sendiri di kota serta beberapa agama masyarakat
yang didominasi oleh Kristen katolik.6 primitif ia tuangkan dalam buku
Pada saat duduk di bangku sekolah Totem And Taboo(1913). Di tahun
menengah Freud adalah siswa yang berikutnya saat perang dahsyat ia
cerdas. Ia belajar bahasa Yunani, Latin menulis artikel tentang alambawah
dan Ibrani. Dia berhasil menyelesaikan sadar, dorongan-dorongan manusia
studinya dengan ranking tertinggi, dan masalah ketertekanan disamping
disamping bahasa Jerman sebagai menyempurnakan buku Introductory
mother tongue-nya.Ia juga mahir Lectures on Psychoanalysis (1916-
bahasa Prancis dan Inggris kemudian 1917). Selanjutnya karya freud adalah
belajar bahasa Spanyol dan Italia. Beyond The Pleasure Principle (1920),
Pada tahun 1873 saat Freud usia The Ego And Id (1923), dan The
17 tahun, dia menjadi mahasiswa Question of Layanlysis (1926).7Karya-
kedokteran Universitas Vienna. karya Freud tidak semua penulis
Di tahun-tahun pertama sebagai jabarkan dalam tulisan yang singkat
seorang dokter bertemu dengan ini, akan tetapi itu adalah sebagian
Josef Breur seorang pria yang akan dari karya-karya kejeniusan Freud
menjadi teman perjuangannya dan sebagai seorang neurolog sekaligus
sebagai seorang ilmuan pada zaman
6
Daniel L. Pals. Seven Theories of Religion, Cet
ke II. Terj-Inyiak Ridwan Muzir dkk, (Yogyakarta:
IRCiSoD, 2012), 81-82. 7
Ibid., 83-84.

100 | Etika Psikoanalisis Sigmund Freud sebagai Landasan Kesalehan Sosial


Al-Tazkiah, Volume 5, No. 2, Desember 2016

pencerahan Aufklarungatau senada dan paradigma yang dianut oleh


dengan enlightenment.8 seorang tokoh (pemikir).9
Dalam hal ini, penulis
C. Latar Belakang Pemikiran mencoba memberikan hal-hal
Sigmund Freud yang melatarbelakangi pemikiran
Melacak latar belakang seorang filosofisSigmund Freud sebagai
tokoh memang tidak mudah, akan seorang neurolog. Josep Breur adalah
tetapi dalam konteks ini penulis melacak kawan freud yang mempengaruhi
pemikiran freud dengan sociology of pandangannyasehingga pada
knowledge Karl Mannheim.Dalam tahun 1886, dan ti tahun 1895
konteks pemikiran,seseorang tidak bisa menerbitkan Studies on Hysteria.
lepas dari sejarah serta setting sosial Pada saat berkecimpung dalam dunia
yang mempengaruhi kehidupannya. neurolog,Freud banyak mendapatkan
Pengetahuan manusia tidak bisa pengalaman dari koleganya Josep Breur
lepas dari subjektivitas individu yang sehinggatidak lama kemudian Freud
mengetahuinya. Pengetahuan dan mengkampanyekan konsepnya yang
eksistensi individu tidak bisa dilepaskan. membuat dunia kedokteran bergetar
Latar belakang sosial dan psikologis dan namanya melambung tinggi
subjek yang mengetahui tidak bisa lepas sebagai seorang ilmuan, ia menyebut
dari proses terjadinya pengetahuan. konsepnya dengan psikoanalisis yang
Dalam konteks psikoanalisa,tentu ia pakai pertamakali pada tahun 1896.10
Freudtidak bisa terlepas dari latar
belakang kehidupannya, komunitas D. Analisa Problematika Id, Ego,
dan Superego
Permasalahan etika yang dimaksud
di sini adalah penafsiran etika freud
8
Enlightenmentmerupakanperiode pemikiran
Eropa yang dicirikan oleh penekanan terhadap
dalam konteks kesehatan sosial,
pengalaman dan rasio, tidak mempercayai agama dan bagaimana cara melandingkan
dan otoritas tradisional, dan terjadi kemunculan
bertahap ideal-ideal tentang masyarakat yang
konseptersebut dalamranah sosial.
liberal, sekuler dan demokratis. Di Inggris, Permasalahan Id (Das Es),ego (Das Ich)
gerakan ini dimulai pada abad ke-17 lewat tulisan
tulisan Francis Bacon dan Hobbes. Sedangkan
di Perancis lebih pada penekanan baru terhadap 9
Karl Mannheim, Ideologi dan Utopia:
rasio dan di tandai oleh Descrates. Sedangkan Menyingkap Kaitan Pikiran dan Politik, ter. F Budi
di Jerman ditandai dengan filsafat kritis Kant. Hardiman, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), 291.
Baca Simon Blackburn,The Oxford Dictionary 10
Peter Beilharz, Social Theory: A Guide To
of Philosophy, terj. Yudi Santoso, cet. ke-I 2013, Central Thinkers, terj. Sigit Jatmiko, (Yogyakarta:
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 280. Pustaka Pelajar, 2005), 179.

Ishak Hariyanto | 101


Al-Tazkiah, Volume 5, No. 2, Desember 2016

dan superego(Das Ueber Ich)selama berdasarkan prinsip-prinsip realitas


ini dikarenakan tidakberjalan secara pula karena ego mencoba untuk
seimbang antara ketiganya secara menemukan objek nyata yang cocok
untuh unitysehingga kita terperangkap dengan gambaran mental yang telah
dalam komponen-komponen lain diciptakan oleh Id.Dan tidak hanya
dari psikoanalisa.Mengapa selama ini itu superegonya juga harus dikontrol,
terjadi deviasi (penyimpangan) dalam karena superego adalah aspek
diri manusia dan bahkan manusia tidak kepribadian yang menampung semua
mampu mengontrol diri mereka ketika standar aturan moral, sosial, agama,
dalam comfortzone zona nyaman. dan aturan masyarakat. Superego
Hal tersebut dikarenkankonsep Iditu mampu memberikan pedoman untuk
sendiri, karena Idini selalu bekerja membuat penilaian baik dan salah,
pada tataran bawah sadar dan selalu karena pada intinya superego adalah
menginginkan kenikmatanlibido, aturan-aturan dalam diri kita, dan
apabila Idini selalu dituruti maka akan superego akan selalu hadir dalam diri
terjadi ketidak seimbangandeviasi. manusia baik pada saat sadar, prasadar
Oleh karena itu, ego yang menjadi dan tidak sadar. Oleh karena itu dalam
penangkal apa-apa yangdiinginkan oleh pandangan freud, kunci kepribadian
Id. Karena ego bekerja pada tataran yang sehat adalah keseimbangan antara
sadar atau realitas.Idini adalah satu- id, ego, dan superego. Keseimbangan
satunya komponen kepribadian yang antara ketiga komponen tersebut harus
telah hadir sejak lahir. Id ini adalah aspek bekerja secara utuh unity dan sirkuler.
kepribadian unconsciousness naluriah
manusia. Dalam pandangan Freud, Id E. Kontekstualisasi Etika
adalah sumber energi psikis, dan Id Psikoanalisis Sigmund Freud
ini didorong oleh prinsip kesenangan, Dalam Membangun Kesalehan
yang berusaha untuk mencari kepuasan Sosial
dan kesenangan (libido). Jika id ini Etika psikoanalisa Freud sebenarnya
tidak terpenuhi secara langsung maka berangkat dari teori besarnya yakni
akan menghasilkan kecemasan dan permasalahan id, ego dan superego yang
ketegangan dalam diri manusia. menjadi kegelisahannya, karena dalam
Maka dari itu manusia harus mampu struktur badan ini tidak hanya fisik saja
mengontrol alam bawah sadarnya yang memiliki struktur, seperti mata,
dengan konsep egonya, yakni alam hidung dan struktur-struktur fisik lain,
sadar atau alam realitas yang bekerja akan tetapi dalam jiwa ini juga memiliki

102 | Etika Psikoanalisis Sigmund Freud sebagai Landasan Kesalehan Sosial


Al-Tazkiah, Volume 5, No. 2, Desember 2016

struktur tersendiri yang disebut dengan dalam konteks pendidikan diartikan


id, ego dan superego. Masing-masing menjadi suatu konsep pembelajaran
struktur akan berpengaruh terhadap yang berbasiskan kemanusiaan dalam
sikap mental dan bahkan perilaku membangun hubungan antar sesama
manusia, karena untuk menciptakan tanpa syarat (intersubyektifitas),
kesalehan internal dan eksternal maka bagaimana menjadi damai, saling
etika psikoanalisa freud harus ketiga- berterima dalam hidup bermasyarakat.
tiganya harus berjalan berirama, Hubungan berterima tersebut
sehingga dapat membangun kesalehan merupakan nilai-nilai yang harus ada
sosial. dalam pendidikan rekognitif. Tidak
Mengkontekstualisasikan hanya itu, rekognitif juga adalah
etika psikoanalisanya Freud dalam pembelajaran yang mengedepankan
membangun kehidupan sosial, ada nilai-nilai moral seperti perilaku baik,
istilah baru yang menarik untuk kepatuhan, kemaafan, sabar, berterima
melandingkan etika Freud tersebut satu sama lain, dermawan dan lain-
yakni sistem yang unity, karena dalam lain. Disamping itu juga, pembelajaran
suatu basic keilmuan sudah saatnya rekognitif adalah suatu konsep
dilihat secara sistem. Sistem dalam arti pendidikan non-material, dan selalu
semua komponen harus bekerjasama menyaratkan komunikasi verbal dan
dan membentuk hal-hal baruyang tak non verbal diantara semua makhluk
terduga sehingga mampu memberikan untuk terus menjalin komunikasi
kejutan-kejutan dari produknya. Sistem dengan efektif. Dikatakan efektif karena
tersebut harus berjalan seimbang dan ada perubahan diantara semua sistem
saling menghargai sehingga nuansa sehingga untuk mewujudkan tujuan
etiknya tidak hanya berjalan dalam di atas maka nilai-nilai rekognitif atau
ranah tahu, akan tetapi tahu dan perilaku-perilaku baik harus menjadi
melakukannya. Dalam hal ini adalah basis dalam setiap pembelajaran.11
dimensi rekognitif. Mengapa pembelajaran rekognitif
Kontras sekali dengan harus mengedepankan nilai-nilai di
pembelajaran rekognitif. Kata rekognitif atas, karena fakta yang terjadi sekarang
ini berasal dari bahasa Inggris yakni adalah secara kognisi masyarakat
recognition yang berarti pengakuan atau
penghargaan. Akan tetapi dalam bahasa 11
Kata rekonitif ini bisa dilacak dalam
karya M. Husni Muadz, Anatomi Sistem Sosil
Indonesia recognition ini diterjemahkan Rekonstruksi Normalitas Relasi Intersubyektivitas
menjadi rekognitif. Dan kata rekognitif Dengan Pendekatan Sistem. Saat ini buku ini dalam
tahap penerbitan edisi revisi.

Ishak Hariyanto | 103


Al-Tazkiah, Volume 5, No. 2, Desember 2016

memahami nilai-nilai kebaikan berjalan hanya demi kepentingan rasio


tersebut, bahkan sumbernya sekalipun. untuk menjadi orang yang khandal
Masyarakat tahu akan nilai-nilai dalam dunia teoritis atau penafsir akan
kebaikan tersebut, apa yang dilarang, tetapi tidak khandal untuk menjadi
pandai berbicara tentang konsep nilai- seorang pelaku ketika berbenturan
nilai kebaikan. Akan tetapi terjadi dengan konsekuensi moralitas.12
ketidak seimbangan antara pemahaman Sedangkan rekognitif13 di sini
dan perilaku karena pendidikan formal bekerja dalam tataran praksis
baru menyentuh ranah kognisi saja, practical science dalam diri manusia,
tak perlu di pungkiri lagi output dari karena pendidikan selama ini selalu
sekolah formal sekarang ini adalah berjalan dalam satu arah yakni demi
orang-orang yang pintar tapi bukan kepentingan kognitif semata sehingga
orang-orang baik. terjadi devian (pelencengan) dalam
Dalam pembelajaran ini juga 12
M. Amin Syukur, Tasawuf Sosial, cet. ke-II
medium yang menarik untuk dikaji (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012 ), 61.
adalah bahasa, karena bahasa dalam
13
Rekognitif ini pertama kali dipopulerkan
oleh M. Husni Muadz seorang linguist alumni
pendidikan rekognitif menjadi hal Arizona university yang saat ini mengembangkan
yang sangat urgen. Keurgenan tersebut teori pembelajaran rekognitif. Teori pembelajaran
rekognitif saat ini sedang diaplikasikan di Desa
karena bahasa merupakan makhluk Perampuan. Kata rekognitif ini sebenarnya diambil
yang sangat unik dan bahkan manusia dari bahasa Inggris yakni recognition yang berarti
pengakuan atau penghargaan. Akan tetapi dalam
tidak bisa lepas darinya. Manusia tidak bahasa Indonesia recognition ini diterjemahkan
bisa hidup tanpa bahasa, karena bahasa menjadi rekognitif. Dan kata rekognitif dalam
konteks pembelajaran diartikan menjadi
adalah alat pemersatu, dan bahkan alat suatu konsep pembelajaran yang berbasiskan
pemisah dan sekaligus sebagai a kemanusiaan dalam membangun hubungan
antar sesama tanpa syarat (intersubyektifitas),
Dalam ranah kognitif hanya bagaimana menjadi damai, saling berterima dalam
hidup bermasyarakat. Hubungan berterima
sekedar formalitas semata sehingga tersebut merupakan nilai-nilai yang harus ada
tidak mampu landing setiap pengajaran dalam pembelajaran rekognitif. Tidak hanya
itu, rekognitif juga adalah pembelajaran yang
etika maupun moral karena tidak mengedepankan nilai-nilai moral seperti perilaku
mampumenyentuh dimensi batin baik, kepatuhan, kemaafan, sabar, berterima satu
sama lain, dermawan dan lain-lain. Disamping
seseorang. Kognitif hanya menyentuh itu juga, pembelajaran rekognitif adalah suatu
rasio dan fisik sehingga nilai-nilai yang konsep pembelajaran non-material, dan selalu
menyaratkan komunikasi verbal dan non verbal
terkandung dalam setiap ajaran tidak diantara semua makhluk untuk terus menjalin
mampu dihayati oleh setiap individu komunikasi dengan efektif. Dikatakan efektif
karena ada perubahan diantara semua sistem
dan tidak mampu memberikan sehingga untuk mewujudkan tujuan di atas maka
perubahan tindakan. Kognitif ini juga nilai-nilai rekognitif atau perilaku-perilaku baik
harus menjadi basis dalam setiap pembelajaran.

104 | Etika Psikoanalisis Sigmund Freud sebagai Landasan Kesalehan Sosial


Al-Tazkiah, Volume 5, No. 2, Desember 2016

diri manusia. Dalam kesadaran relasi yakni: sistem pemaknaan,dominasi,


(intensionalitas) harus tiga relasi yang dan legitimasi. Dominasi kekuasaan
harus berjalan dan selalu beriringan, sangat dipengaruhi oleh fasilitas yang
dimana tiga relasi tersebut adalah, ada, yakni ekonomi, politik, sosial,
relasi kognitif, relasi rekognitif budaya, dan idiologi. Legitimasi sangat
(intersubyektif ) dan relasi trans-(re) ditentukan oleh norma hukum agama
kognitif, maka institusi dan prinsip- dan tradisi. Maka dampak dari interaksi
prinsip pembelajaran juga terdiri antar dominasi kekuasaandan penyalah
atas tiga, dimana satu dengan yang gunaan legitimasi yang normatif akan
lainnya tidak bisa direduksi ke dalam menimbulkan kejahatan yang bersifat
yang lainnya. Oleh karenanya,untuk struktur.
menciptakan unity dalam suatu Begitu pula dalam konteks
institusi ataupun organisasi, maka pendidikan moralitas harus berjalan
pembelajaran rekognitif ini adalah antara kognitif dan rekognitif tanpa
imperatif (kewajiban) bagi setiap ada reduksi diantara satu sama
individu yang harus dilakukan lain, karena manusia pada dasarnya
sepanjang hidupnya. Pendidikan memiliki dua sistem kehidupan. Yaitu
rekognitif ini sebenarnya sederhana, kehidupan rohani dan jasmani. Kedua-
yakni adanya keterbukaan untuk saling duanya bersifat simbiosis atau organik
menerima, saling menghargai dalam satu sama lain dan harus menyatu serta
diri manusia sehingganya tercipta berdampingan. Jika sistem rohani sakit
living systems yang selalu berinteraksi maka jasminipun akan mengalami
antar semua komponen secara terus sakit. Demikian juga sebaliknya, jika
menerus. jasmani sakit, maka rohanipun ikut
Dalam konteks kesalehan sosial sakit. Oleh karena itu, dalam konteks
disini harus adanya keseimbangan Islam selalu mengajarkan konsep
antara agen dan struktur seperti keseimbangan anatara kedua sistem
yang dikatan Giddens dalam teori tersebutkarena, Islam bukan hanya
strukturasinya, yakni adanya mengjarkan kesalehan yang bersifat
hubungna simbiotik antara agen indidvidu saja akan tetapi kesalehan
dan struktur (generation of systems of sosial.14
interaction through duality of structure).
Dalam persfektifnya Giddens ini
ada tiga dimensi strukturasi yang
dominan di dalam masyarakat
14
Ibid., 69-70.

Ishak Hariyanto | 105


Al-Tazkiah, Volume 5, No. 2, Desember 2016

F. Penutup suatu basic keilmuan sudah saatnya


Melandingkanpandangan Freud dilihat secara sistem. Sistem dalam arti
tentang struktur kepribadian manusia semua komponen harus bekerjasama
yang deterministik dengan kesalehan dan membentuk hal-hal baru yang tak
sosial memang tidak gampang, karena terduga sehingga mampu memberikan
ada struktur kepribadian manusia yang kejutan-kejutan dari produknya. Sistem
tidak berjalan secara utuh dalam suatu tersebut harus berjalan seimbang dan
sistem. Adapun struktur kepribadian saling menghargai sehingga nuansa
manusia seperti Id (Das Es), Ego (Das etiknya tidak hanya berjalan dalam
Ich), Super ego (Das Ueber Ich)di ranah tahu, akan tetapi tahu dan
landingkan dalam konteks kesalehan melakukannya, kognitif dan rekognitif.
sosial, sehingga tercipta dialog antara Kognitif bekerja hanya dalam tataran
kesalehan pribadi dan kesalehan tahu dan produknya komentator
sosial guna membentuk sistem ilmu, sedangkan rekognitif tahu dan
yang utuh unity, dan berjalan secara melakukannya, dan produknya adalah
sirkuler.Mengkontekstualisasikan pelaku. Akan tetapi dalam kacamata
etika psikoanalisanya Freud dalam sistem kedua-duanya harus berjalan
membangun kehidupan sosial, dan seirama sehingga menghasilkan
melandingkan etikanyaharus dilihat emergent properties (suatu yang baru
secara sistem yang unity, karena dalam dan tak terdua).

106 | Etika Psikoanalisis Sigmund Freud sebagai Landasan Kesalehan Sosial


Al-Tazkiah, Volume 5, No. 2, Desember 2016

Daftar Pustaka

Barcalow, Emmet, Moral Philosophy Politik, ter. F Budi Hardiman,


Theories And Issues, (United (Yogyakarta: Kanisius, 1991)
States oF America: Wadsworth Muadz, Husni, M., Anatomi Sistem
Publishing Company, 1998) Sosial Rekonstruksi Normalitas
Beilharz, Peter, Social Theory: A Guide Relasi Intersubyektivitas Dengan
To Central Thinkers, terj. Sigit Pendekatan Sistem, (Mataram:
Jatmiko, (Yogyakarta: Pustaka Institut Pembelajaran Gelar
Pelajar, 2005) Hidup IPGH, 2014)
Blackburn, Simon,The Oxford Pals, L., Daniel,Seven Theories of
Dictionary of Philosophy, terj. Religion, Cet ke II. Terj-Inyiak
Yudi Santoso, cet. ke-I 2013, Ridwan Muzir dkk, (Yogyakarta:
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, IRCiSoD, 2012)
2013) Rachels, James, The Elements of Moral
Copp, David, The Oxford Handbook Phylosophy, Terj. A. Sudiarja,
of Ethical Theory, (Oxford (Yogyakarta: Kanisius, 2004)
University Press, 2006) Syukur, Amin, M., Tasawuf Sosial,
Mannheim, Karl, Ideologi dan Utopia: cet. ke-II (Yogyakarta: Pustaka
Menyingkap Kaitan Pikiran dan Pelajar, 2012 )

Ishak Hariyanto | 107

Anda mungkin juga menyukai