Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL ANSIETAS

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Dasar

                                                        

Disusun oleh :
YANI ROKI SIAHAY (A1C121029)

CI INSTITUSI CI LAHAN

(…………………………..) (…………………………..)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSR TAHUN
AJARAN 2021/2021
1. Definisi Ansietas

Ansietas adalah perasaan was-was, khawatir,atau tidak nyaman


seakan-akan akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman
Ansietas berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian
intelektual terhadap ssuatu yang berbahaya, sedangkan ansietas adalah
respon emosional terhadap penilaian tersebut (Keliat, 2012). Ansietas
merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang
spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir)
seolah-olah ada sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada umumnya
disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung beberapa waktu
(Stuart dan Laraia,1998) dalam buku (Pieter,dkk,2011)

Sedangkan menurut (Riyadi&Purwanto,2010) Ansietas


adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat
dibenarkan yang sering disertai gejala fisiologis, sedangkan pada
gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan
gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut. Kecemasan
merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang
menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidak mampuan mengatasi
suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya
akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis
(Rochman, 2010)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ansietas adalah
respon seseorang berupa rasa khawatir , was-was dan tidak nyaman
dalam menghadapi suatu hal tanpa objek yang jelas.
2. Rentang Respon Kecemasan

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

3. Tingkatan Ansietas

a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan
peristiwa kehidupan sehari-hari. Lapang persepsi melebar dan
orang akan bersikap hati-hati dan waspada. Orang yang
mengalami ansietas ringan akan terdorong untuk
menghasilkan kreativitas. Respons- respons fisiologis orang
yang mengalami ansietas ringan adalah sesekali mengalami
napas pendek, naiknya tekanan darah dan nadi, muka
berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala pada lambung.
Respons kognitif orang yang mengalami ansietas ringan
adalah lapang persepsi yang melebar, dapat menerima
rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan
dapat menjelaskan masalah secara efektif. Adapun respons
perilaku dan emosi dari orang yang mengalami ansietas
adalah tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan,
suara kadang- kadang meninggi.
b. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada
lingkungan menurun dan memfokuskan diri pada hal-hal
penting saat itu juga dan menyampingkan hal-hal lain.
Respons fisiologis dari orang yang mengalami ansietas
sedang adalah sering napas pendek, nadi dan tekanan darah
naik mulut kering, anoreksia, diare, konstipasi dan gelisah.
Respon kognitif orang yang mengalami ansietas sedang
adalah lapang persepsi yang menyempit, rangsangan luar sulit
diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian. Adapun
respons perilaku dan emosi adalah gerakan yang tersentak-
sentak, meremas tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak aman .
c. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat
sempit, individu cenderung memikirkan hal-hal kecil dan
mengabaikan hal-hal lain. Individu sulit berpikir realistis dan
membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan
perhatian pada area lain. Respons-respons fisiologis ansietas
berat adalah napas pendek, nadi dan tekanan darah darah
naik, banyak berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan
kabur, dan mengalami ketegangan.
Respon kognitif pada orang yang mengalami ansietas berat
adalah lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu untuk
menyelesaikan masalah. Adapun respons perilaku dan
emosinya terlihat dari perasaan tidak aman, verbalisasi yang
cepat, dan blocking.
d. Panik

Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat


sempit dan sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa
mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan apapun
walaupun dia sudah diberikan pengarahan. Respons-respons
fisiologis panik adalah napas pendek, rasa tercekik, sakit
dada, pucat, hipotensi dan koordinasi motorik yang sangat
rendah. Sementara respons-respons kognitif penderita panik
adalah lapang persepsi yang sangat pendek sekali dan tidak
mampu berpikir logis. Adapun respons perilaku dan
emosinya terlihat agitasi, mengamuk dan marah-marah,
ketakutan dan berteriak-teriak, blocking, kehilangan kontrol
diri dan memiliki persepsi yang kacau (Herry Zan Pieter,
2011)

4. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan
yang yang dapat menimbulkan kecemasan (Suliswati,2005).
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya
kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu
baik krisis perkembangan atau situasional
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak
terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan
superego atau antara keinginan dan kenyataan yang
menimbulkan kecemasan pada individu
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidak
mampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan
menimbulkan kecemasan
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk
mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena
merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat
mempengaruhi konsep diri individu
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga
menangani stress akan mempengaruhi individu dalam
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam
keluarga
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan
mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap
konflik dan mengatasi kecemasan
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan
adalah pengobatan yang mengandung benzodizepin,
karena benzodizepin dapat menekan neurotransmiter
gama amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan tibulnya kecemasan. Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Ancaman terhadap intregitas fisik.Ketegangan yang
mengancam integritas fisik yang meliputi :
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme
fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh,
perubahan biologis normal (misalnya hamil).
b) Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi
virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan,
kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal

2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber eksternal


dan internal
a) Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan
interpersonal dirumah dan tempat kerja, penyesuaian
terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
intergritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan)
5. Tanda dan Gejala
Gejala meliputi ( APA, 1994 )
a. Palpitasi, jantung berdebar, atau akselerasi frekuensi jantung
b. Berkeringat
c. Gemetar atau menggigil
d. Perasaan sesak napas dan tercekik
e. Perasaan tersedak
f. Nyeri atau ketidak nyamanan dada
g. Mual atau distres abdomen
h. Merasa pusing, limbung, vertigo, atau pingsan
i. Derealisasi (Perasaan tidak realistis) atau
depersonalisasi (terpisah dari diri sendiri)
j. Takut kehilangan kendali atau menjadi gila
k. Takut mati
l. Perestesia (kebas atau kesemutan)
m. Bergantian kedinginan atau
kepanasan Gejala lain gangguan ansietas
meliputi :
a. Gelisah, perasaan tegang, khawatir berlebihan, mudah letih,
sulit berkonsentrasi, iritabilitas, otot tegang, dan gangguan
tidur (gangguan ansietas umum)
b. Ingatan atau mimpi buruk berulang yang mengganggu
mengenai peristiwa traumatis, perasaan menghidupkan
kembali trauma ( episode kilas balik ), kesulitan merasakan
emosi ( afek datar ), insomnia dan iritabilitas atau marah
yang meledak–ledak ( gangguan stres pasca trauma )
c. Repetitif, pikiran obsesif, perilaku kasar yang berkaitan
dengan kekerasan, kontaminasi, dan keraguan, berulang kali
melakukan aktifitas yang tidak bertujuan, seperti mencuci
tangan, menghitung, memeriksa, menyentuh (gangguan
obsesif- kompulsif)
d. Rasa takut yang nyata dan menetap akan objek atau situasi
tertentu ( fobia spesifik ), situasi performa atau sosial (fobia
sosial), atau berada dalam satu situasi yang membuat individu
terjebak ( agorafobia) (Eko Prabowo, 2014)

6. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecemasan


Mcfarlan dan Wasli (1997 dalam Shives,1998) mengatakan
bahwa faktor yang berkonstribusi pada terjadinya kecemasan
meliputi ancaman pada:
a. Konsep diri
b. Personal security system
c. Kepercayaan, lingkungan
d. Fungsi peran, hubungan interpersonal, dan
e. Status kesehatan.
Menurut Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI (1994),
faktor- faktor yang memengaruhi kecemasan antara lain sebagai
berikut
a. Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian seorang dimulai sejak usia
bayi hingga 18 tahun dan bergantung pada pendidikan orang
tua dirumah, pendidikan disekolah dan pengaruh sosialnya,
serta pengalaman dalam kehidupannya.Seseorang menjadi
pencemas terutama akibat prosesdan identifikasi dirinya
terhadap kedua orang tuanya daripada pengaruh
keturunannya.
Perkembangan kepribadian akan membentuk tipe
kepribadian seseorang dimana tipe kepribadian tersebut akan
memengaruhi seseorang dalam merespons kecemasan.
Dengan demikian respon kecemasan yang dialami seseorang
akan
berbeda dari orang lain, bergantung pada tipe kepribadian
tersebut.
b. Tingkat Maturasi
Tingkat maturasi individu akan memengaruhi tingkat
kecemasan. Pada bayi tingkat kecemasan lebih disebabkan
perpisahan dan lingkungan yang tidak dikenal. Kecemasan
pada remaja lebih banyak disebabkan oleh perkembangan
seksual. Pada orang dewasa kecemasan lebih banyak
ditimbulkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan
ancaman konsep diri, sedangkan pada lansia kecemasan
berhubungan dengan kehilangan fungsi, sebagai contoh
adalah wanita yang menjelang menopouse. Mereka akan
merasa cemas akibat akan mengalami penurunan fungsi
reproduktif sehingga diperlukan dukungan sosial untuk
mencegah terjadinya kecemasan tersebut .
c. Tingkat Pengetahuan
Individu dengan tingkat pengetahuannya lebih tinggi
akan mempunyai koping ( penyelesaian masalah ) yang
lebih adaptif terhadap kecemasan daripada individu yang
tingkat pengetahuannya lebih rendah.
d. Karakteristik Stimulus
1) intensitas stressor

Intensitas stimulus yang semakin besar, semakin


besar pula kemungkinan respons cemas akan terjadi.
Stimulus hebat akan menimbulkan lebih banyak respons
yang nyata daripada stimulus yang timbul perlahan-
lahan. Stimulus ini selalu memberi waktu bagi seseorang
untuk mengembangkan cara penyelesaian masalah.
2) Lama Stressor
Stressor yang menetap dapat menghabiskan energi
dan akhirnya akan melemahkan sumber-sumber
penyelesaian masalah yang ada.
3) Jumlah Stressor
Stressor yang besar akan lebih meningkatkan
kecemasan pada individu daripada stimulus yang lebih
kecil. (Solehati & Kosasih, 2015)
7. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan
yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik ( somatik ) ,
psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.
Selengkapnya seperti pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makanan yang bergizi dan seimbang.
2) Tidur yang cukup.
3) Olahraga yang cukup
4) Tidak merokok
5) Tidak meminum minuman keras
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas
dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan
fungsi gangguan neurotransmiter ( sinyal penghantar syaraf )
di susunan saraf pusat otak ( limbic system ). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolitic), yaitu diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspironeHCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik ( somatik ) sering dijumpai
sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang
berkepanjangan Untuk menghilangkan keluhan-keluhan
somatik ( fisik ) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu,
antara lain:
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi
semangat atau dorongan agar pasien yang bersangkutan
tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.

2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang


dan koreksi bila dinilai bahwa ketidak mampuan
mengatasi kecemasan
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksutkan
memperbaiki (re-konstruksi) kepribadian yang telah
mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif
pasien yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional,
konsentrai dan daya ingat.
5) Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan
menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat
menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadap stressor psikososial sehingga mengalami
kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga untuk memperbaiki hubungan
kekeluargaan agar faktor keluarga tidak lagi menjadi
faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung .
7) Terapi psikoreligius
untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat
hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam
menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial. (Eko Prabowo, 2014)
e. Napas Dalam
Napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri atas
pernapasan abdominal (diafragma)
Prosedur :
1) Atur posisi yang nyaman
2) Fleksikan lutut klien untuk merelaksasi otot abdomen
3) Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah
tulang iga.
4) Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap
tertutup. Hitung sampai 3 selama inspirasi.
5) Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup
secara perlahan – lahan (Asmadi,2008).
8. Aromaterapi Lavender
a. Definisi
Aromaterapi adalah suatu metode dalam relaksasi yang
menggunakan minyak esensial dalam pelaksanaannya
berguna untuk meningkatkan kesehatan fisik, emosi dan spirit
seseorang (Solehati & Kosasih, 2015)
Aromaterapi merupakan terapi modalitas atau
pengobatan alternatif dengan menggunakan sari tumbuhan
aromatik murni berupa bahan cairan tanaman yang mudah
menguap dan senyawa aromatik lain dari tumbuhan. Minyak
yang digunakan dalam terapi komplementer meliputi minyak
atsiri, bunga

lavender, chamomile, jeruk yang dapat menimbulkan aroma


sedatif, minyak ylang-ylang yang memberikan efek
menenangkan, serta minyak melati yang memberikan efek
relaksasi. Aromaterapi sering diartikan sebagai penggunaan
minyak atsiri untuk meningkatkan kesehatan dan vitalitas
tubuh, pikiran, serta jiwa dengan cara inhalasi, mandi
rendam, kompres, pemakaian topikal dan pijat (Jaelani,
2009).Salah satu aromaterapi yang paling digemari adalah
lavender. Berasal dari bunga lavender yang berbentuk kecil
dan berwarna ungu. Bunga lavender dapat digosokkan ke
kulit ,aromaterapi menggunakan minyak lavender dipercaya
dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot
yang tegang ( carminative) setelah lelah beraktifitas Bunga
lavender juga memiliki efek memberikan rasa kantuk .Bunga
lavender memiliki 25-30 spesies , beberapa diantaranya
adalah Lavandula angustifolia, lavandula lattifolia, lavandula
stoechas (DE, 2010)

b. Kandungan Minyak Lavender


Minyak lavender memiliki banyak potensi karena terdiri
atas beberapa kandungan. Menurut penelitian, dalam 100
gram bunga lavender tersusun atas beberapa kandungan,
seperti : minyak esensial (1-3%), alpha-pinene (0,22%),
camphene
(0,06%), beta myrcene (5,33%), p-cymene(0,3%),
limonene
(1,06%), cineol (0,51%), limalool (26,12%), borneol (1,21%)
terpinen-4-ol (4,64%), linalyl acetate (26,32%), geranyl
acetate (2,14%), dan caryophyllene (7,55%). Berdasarkan
dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kandungan utama
dari bunga lavender adalah linalyl asetat dan linalool . Dapat
dikatakan, linalool adalah kandungan aktif utama yang
berperan pada efek anti cemas ( relaksasi )pada lavender (DE,
2010)
c. Cara Penggunaan
1) Dihirup
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Katylaksa
(2011), aromaterapi bisa dihirup dengan meneteskan 6
tetes minyak lavender di kapas yang kemudian
diletakkan di depan hidung dengan jarak 2 cm selama 4
menit. Menurut La Torre (2003), satu sampai lima tetes
lavender yang dihirup dari tisu wajah selama sekitar 5
sampai 10 menit dapat menenangkan dan merelaksasi.
Sedangkan untuk insomnia, mual, atau depresi,
diperlukan waktu 5-10 menit dalam menghirup
aromaterapi .
2) Penguapan
Alat yang digunakan untuk menyebarkan aromaterapi
dengan cara penguapan biasanya terbuat dari keramik
atau tanah liat. Alat ini mempunyai rongga seperti gua
untuk meletakkan lilin kecil atau lampu minyak dan
bagian atas terdapat cekungan seperti cangkir biasanya
terbuat dari
kuningan untuk meletakkan sedikit air dan beberapa tetes
minyak esensial (Sharma, 2009)
3) Pijatan
Pijat merupakan salah satu bentuk pengobatan yang
sangat sering dikolaborasikan dengan aromaterapi.
Beberapa tetes minyak esensial dicampurkan dalam
minyak untuk pijat sehingga dapat memberikan efek
stimulan antara terapi sentuhan dan terapi wangi-
wangian. Pijatan dapat memperbaiki peredaran darah,
mengembalikan kekenyalan otot, membuang racun dan
melepaskan energi yang terperangkap di dalam otot.
Wangi-wangian memicu rasa senang dan santai.
4) Topikal atau dioles

Menurut penelitian Ballard (2002), penggunaan essensial


oil dengan cara dioles terbukti mampu menurunkan
agitasi pada pasien demensia. Minyak Melisa dicampur
dengan lotion standart yang sudah diuji formulasi dan
keamanannya sesuai dengan dosis. Kemudian lotion
tersebut dioleskan ke wajah dan lengan pasien dengan
kurun waktu 2 kali sehari dalam 4 minggu. Tidak
ditemukan efek samping dalam penelitian tersebut.
5) Semprotan untuk ruangan
Minyak esensial bersifat lebih alami daripada aerosol
yang dapat merusak ozon dalam penggunaannya sebagai
pewangi ruangan. Penggunaannya adalah dengan
menambahkan sekitar 10-12 tetes minyak esensial ke
dalam setengah liter air dan menyemprotkan campuran
tersebut ke seluruh ruangan dengan bantuan botol
penyemprot (Hapsari, 2011).
6) Mandi dengan berendam
Mandi dengan berendam merupakan cara yang paling
mudah untuk menikmati aromaterapi. Tambahkan
beberapa tetes minyak aroma ke dalam air berendam,
kemudian berendamlah selama 20 menit . Minyak
esensial akan berefek pada tubuh dengan cara memasuki
badan lewat kulit. Campurkan minyak esensial dengan
cara yang tepat, karena beberapa minyak aroma tidak
mudah larut dalam air ( Sharma, 2009)
d. Kerja Aromaterapi LavenderMinyak lavender dengan
kandungan linaloolnya adalah salah satu minyak aromaterapi
yang banyak digunakan saat ini, baik secara inhalasi ( dihirup )
ataupun dengan teknik pemijatan pada kulit. Aromaterapi yang
digunakan dengan cara dihirup akan masuk ke sistem limbic
dimana nantinya aroma akan diproses sehingga kita dapat
mencium baunya . Pada saat kita menghirup
suatu aroma, komponen kimianya akan masuk ke bulbus
factory,kemudian ke limbic sistem pada otak sistem limbic
sebagai pusat nyeri, senang, marah, takut , depresi, dan
berbagai emosi lainnya. Sistem limbic menerima semua
informasi dari sistem pendengaran , sistem penglihatan , dan
sistem penciuman Efek aromaterapi lavender untuk relaksasi
kecemasan , mood, dan kewaspadaan pada aktivitas EEG (
Electro Enchepalo Gram) menunjukkan terjadinya
penurunan kecemasan , perbaikan mood, dan
terjadi peningkatan kekuatan gelombang alpha dan beta
pada EEG yang menunjukkan peningkatan
relaksasi.

e. Manfaat Aromaterapi Lavender


Minyak lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal
memiliki efek sedatif, hypnotic dan anti neurodepresive baik
pada hewan maupun manusia karena minyak lavender dapat
memberi rasa tenang, sehingga dapat digunakan sebagai
manajemen stress. Beberapa tetes minyak aromaterapi
lavender dapat membantu menanggulangi insomnia,
memperbaiki mood seseorang, menurunkan tingkat
kecemasan, meningkatkan tingkat kewaspadaan dan tentunya
dapat memberikan efek relaksasi .
B. Pengkajian Fokus
1. Data Yang Perlu Dikaji
a. Perilaku
Produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak mata, jelek,
gelisah, melihat sekilas sesuatu , pergerakan berlebihan (seperti; foot
shuffling, pergerakan lengan/tangan), Ungkapan perhatian berkaitan
dengan merubah peristiwa dalam hidup, insomnia, perasaan gelisah
b. Afektif
Menyesal, iritabel,kesedihan mendalam, takut, gugup, suka cita
berlebihan, nyeri dan ketidak berdayaan meningkat secara menetap,
gemertak, ketidak pastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri
sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir,
prihatin dan mencemaskan
c. Fisiologis
Suara bergetar, gemetar/tremor tangan, bergoyang-goyang, respirasi
meningkat, kesegeraan berkemih ( parasimpatis), nadi meningkat,
dilasi pupil, refleks-refleks meningkat, nyeri abdomen, gangguan
tidur, perasaan geli pada ekstrimitas, eksitasi kardiovaskuler, peluh
meningkat, wajah tegang, anoreksia, jantung berdebar-debar ,
diarhea, keragu-raguan berkemih kelelahan, mulut kering,
kelemahan, nadi berkurang, wajah bergejolak, vasokontriksi
supervisial, berkedutan, tekanan darah menurun mual, keseringan
berkemih, pingsan, sukar bernafas, tekanan darah meningkat .
d. Kognitif
Hambatan berfikir, bingung, preokupasi, pelupa, perenungan,
perhatian, lemah, lapang persepsi menurun, takut akibat yang tidak
khas, cenderung menyalahkan orang lain, sukar berkonsentrasi,
kemampuan berkurang terhadap:( memecahkan masalah dan belajar)
, kewaspadaan terhadap gejala fisiologis .
e. Faktor yang berhubungan
Terpapar toksin, konflik tidak disadari tentang pentingnya nilai-
nilai / tujuan hidup, hubungan kekeluargaan / keturunan, kebutuhan
yang tidak terpenuhi, interpersonal-transmisi/penularan, krisis
situasional, maturasi, ancaman terhadap konsep diri, stress, penyalah
gunaan zat,ancaman terhadap atau perubahan dalam : status peran
status kesehatan , pola interaksi, fungsi peran, lingkungan , status
ekonomi ( NANDA 2005-2006:9-11)
2. Masalah Keperawatan
a. Ansietas
b. Harga diri rendah
c. Gangguan citra tubuh
d. Koping individu inefektif
e. Kurangnya pengetahuan
3. Diagnosa Keperawatan
Pembentukan diagnosa keperawatan mengharuskan perawat menentukan
kualitas (kesesuaian) dari respon pasien, kuantitas (tingkat)
Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional
Keperawata Tujuan Kriteria Hasil

n
Ansietas TUK 1 Ekspresi wajah Bina Hubungan
Sedang bersahabat, hubungan saling percaya
menunjukkan rasa saling merupakan
Klien dapat senang, ada percaya dasar untuk
menjalin kontak mata, mau dengan kelancaran
dan berjabat tangan, mengungkap hubungan
membina mau kan prinsip interaksi
hubungan menyebutkan komunikasi selanjutnya
saling nama, mau terapeutik :
percaya menjawab salam, 1. Sapa
klien mau duduk klien
berdampingan dengan
dengan perawat , ramah,
mau baik
mengutarakan verbal
masalah yang maupun
dihadapi non
verbal
2. Perkenalka
n

diri
dengan
sopan
3. Tanyakan
nama
lengkap
klien dan
nama
panggilan
yang
disukai
klien
4. Jelaskan
tujuan
pertemu
an
5. Jujur dan

menepati
pasien dan sifat adaptif atau maladaptif dari mekanisme koping yang
digunakan .( Direja, 2011).

4. Rencana Keperawatan
janji

6.

Tunjukka
n sikap
empati
dan
menerima
klien apa
adanya
TUK 2 1. Bantu klien Untuk
untuk mengadopsi
mengidentifik respons koping
Klien dapat asi dan yang baru,
mengidenfi menguraikan pasien pertama
k asi dan perasaannya kali harus
menggamb 2. Validasi menyadari
ar kan kesimpulan perasaan dan
perasaan dan asumsi mengatasi
tentang terhadap penyangkalan
ansietas klien dan resistens
3. Gunakan yang disadari
pertanyaan atau tidak
terbuka untuk disadari
mengalihkan
dari topik yang
mengancam ke
hal yang
berkaitan
dengan konflik
4. Gunaka
n
konsulta
si
TUK 3 1. Bantu klien Mengenali

Klien menjelaska keadaan yang

dapat n situasi dapat

mengident dan menyebabkan

ifi kasi interaksi munculnya

penyebab yang dapat ansietas

ansietas segera
menimbulk Memperluas
an ansietas kesadaran
2. Bersama tentang
klien perkembangan
meninjau ansietas
kembali
penilaian klien
terhadap
stressor yang
dirasakan
mengancam
dan
menimbulkan
konflik
3. Kaitkan
pengalaman
yang baru
terjadi dengan
pengalaman
masa lalu
yang
relevan
TUK 4 1. Gali cara Respon koping

Klien klien adaptif dapat

dapat mengurangi dipelajari

menguraik ansietas di melalui analisa

an respons masa lalu mekanisme

koping 2. Dorong koping yang

adaptif klien untuk digunakan di

dan menggunak masa lalu

maladaptif an respons
koping Koping yang
adaptif yang baru dapat
dimilikinya mengatasi stress
3. Bantu klien dan mengatur
untuk distress
menyusun emosional yang
kembali menyertai .
tujuan hidup,
memodifikasi
tujuan,
menggunakan
sumber dan
menggunakan
koping yang
baru
4. Bantu
klien
secara
aktif
untuk
mengaitk
a
dan akibat
sambil
mempertahan
kan ansietas
dalam batas
yang
sesuai.
TUK 5 1. Dorong Klien dapat

Klien pasien mengatasi

dapat melakukan stres dengan

mengimpl aktivitas mengatur

em fisik untuk distres

entasikan mengeluark emosional

respons an yang

adaptif energinya menyertainya

untuk 2. Libatkan melalui

mengatasi orang terdekat pengguanaan

ansietas sebagi sumber teknik


dan dukungan pelalsanaan
sosial dalam stres.
membantu
Tekhnik
klien
relaksasi nafas
mempelajari
dalam dapat
respons
menurunkan
koping yang
ansietas
baru
3. Ajarkan Melatih untuk
klien teknik selalu
relaksasi mengontrol
nafas dalam ansietas
untuk
meningkatka
n kontrol dan
rasa percaya
diri
4. Dorong
klien untuk
menggunak
an relaksasi
nafas
dalam
TUK 6 a. Berikan terapi Terapi aroma
Klien dapat aroma bunga lavender

lavender sebagai
Menurunka tekhnik non
n
Ansietas Farmakologi
Untuk

Anda mungkin juga menyukai