FULLPAPER - ChEACo2020 - LKTI SISWA - LIMBAH - HASAN RIDHO NURWAHID - SMA IT IHSANUL FIKRI MUNGKID - EKULAK ARAY EKSTRAK
FULLPAPER - ChEACo2020 - LKTI SISWA - LIMBAH - HASAN RIDHO NURWAHID - SMA IT IHSANUL FIKRI MUNGKID - EKULAK ARAY EKSTRAK
diusulkan oleh:
2020
i
HALAMAN PENGESAHAN LOMBA KARYA TULIS ILMIAH
CHEMICAL ENGINEERING ANNUAL COMPETITION (CHEACO) 2020
2. Tingkat : Siswa
3. Sub Tema Karya : Limbah
4. Ketua
a. Nama Lengkap : Hasan Ridhlo Nur Wahid
b. NIS : 1620
c. Asal Sekolah : SMA IT Ihsanul Fikri
d. Alamat Rumah : Bladu Joton Jogonalan Klaten
e. No. Telp : 085647344278
f. Alamat Email : hasan.ridhlo777@gmail.com
5. Guru Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Rizki Ageng Mardikawati, M.Pd.
b. NIP/NIK/NIDN : -
c. Alamat / No. Telp : Krajan, RT 01/1, Kendal, Punung,
Pacitan, Jawa Timur
d. No. Telp : 085643199417
ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
Judul karya tulis : EKULAK-ARAY (Ekstrak Kulit Salak Anti Rayap) : Alternatif
Pengganti Insektiksida Kimia Sintetik Ramah Lingkungan sebagai
Kontribusi Nyata Generasi Milenial
Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa karya tulis denganjudul yang
tesebut diatas memang benar merupakan karya orisinal yang dibuat oleh peserta dan belum
pernah dipublikasikan atau dilombakan di luar kegiatan Lomba Karya Tulis Ilmiah
CHEMICAL ENGINEERING ANNUAL COMPETITION (CHEACO) 2020 yang
diselenggarakan oleh Himpunan Teknik Kimia Fakultas Teknik dan Sains Universitas
Muhammadiyahpurwokerto.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya.
iii
KATA PENGANTAR
Suatu kesadaran yang nyata muncul dari lubuk hati yang paling dalam, segala pujian
hanya milik Allah SWT, Dzat yang Maha Mencerahkan ruang kegelapan, dan
membebaskan dari ketidaktahuan dengan cahaya ilmu-Nya, sehingga naskah penelitian
yang berjudul “Pemanfaatan EKULAK-ARAY ( Ekstrak Kulit Salak (Salacca zalacca))
sebagai bahan baku insektisida anti rayap” ini dapat diselesaikan. Peneliti sadar
sepenuhnya bahwa penulisan naskah ini tidak lepas dari bantuan dan masukan berbagai
pihak, baik material maupun nonmaterial. Tidak lupa ucapan terima kasih disampaikan
kepada:
1. Dra. Nur Cahyo Hidayati, selaku Kepala SMAIT Ihsanul Fikri Mungkid Kabupaten
Magelang, yang telah yang telah memfasilitasi kegiatan penyusunan LKIR ini;
2. Rizki Ageng Mardikawati, M.Pd. selaku pembimbing LKIR yang telah memberikan
petunjuk, nasihat, dan motivasi dalam penyusunan LKIR ini;
3. Semua pihak yang telah membantu penyusunan naskah LKIR ini.
Naskah LKIR ini telah diusahakan dengan sebaik-baiknya, tetapi adanya kekurangan
pada beberapa hal di dalamnya tentu tidak mungkin terelakkan. Untuk itu, peneliti
membuka diri terhadap kritik dan saran demi perbaikan karya ilmiah ini. Semoga naskah
ini dapat ditindaklanjuti menjadi laporan penelitian yang bisa memberikan manfaat bagi
pengembangan keilmuan.
Tim Peneliti
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..............................................................................................................i
Lembar Pengesahan .....................................................................................................ii
Lembar Pernyataan ......................................................................................................iii
Kata Pengantar .............................................................................................................iv
Daftar isi .......................................................................................................................v
Abstrak. ........................................................................................................................vi
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang. .....................................................................................................10
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................12
1.3 Tujuan ...................................................................................................................12
1.4 Manfaat .................................................................................................................13
v
3.6 Metode analisis data ...............................................................................................19
BAB IV Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil dan Pembahasan............................................................................................20
Proses Pengambilan Ekstrak Dalam Kulit Salak. ......................................... 20
Efektivitas uji ekstrak kulit salak terhadap rayap dalam berbagai sampel
konsentrasi.................................................................................................... 22
Perbandingan efektivitas antara ekstrak kulit salak dengan insektisida kimia
sintetik terhadap rayap.................................................................................. 23
BAB V Simpulan dan Saran
Simpulan................................................................................................................ 26
Saran ...................................................................................................................... 26
Daftar Pustaka 28
Lampiran 30
vi
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1. Hasil proses pembuatan ekstrak kulit salak anti rayap ............................. 23
Bagan 1.2. Hasil pengamatan efektivitas uji ekstrak kulit salak dalam berbagai sampel
dan konsentrasi ........................................................................................................... 24
Bagan 1.3. Hasil percobaan perbandingan insektisida kimia sintetik dan EKULAK
ARAY......................................................................................................................... 25
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Sarang rayap.............................................................................................23
Gambar 1.7. Suhu destilasi diatur yaitu maks. 80 derajat celsius. .............................. 28
Gambar 1.8. Sarang rayap yang telah diberi EKULAK-ARAY ................................. 29
Gambar 1.9. Reaksi rayap yang telah diberi EKULAK-ARAY. ................................ 29
Gambar 1.10. Proses destilasi ..................................................................................... 29
Gambar 1.11. Kulit salak dilarutkan kandungannya dengan menambahkan etanol. .. 29
Gambar 1.12. Kulit salak dikeringkan dengan oven ................................................... 29
vii
EKULAK-ARAY (Ekstrak Kulit Salak Anti Rayap) : Alternatif
Pengganti Insektiksida Kimia Sintetik Ramah Lingkungan sebagai
Kontribusi Nyata Generasi Milenial
Abstrak
viii
BAB I
PENDAHULUAN
9
Cara terbaik untuk mengurangi bahaya insektisida kimia sintetik terhadap
makhluk hidup dan lingkungan adalah dengan mengurangi insektisida tersebut
seminimal mungkin, yaitu hanya digunakan jika benar-benar diperlukan. Salah
satu cara pengendaliannya dengan menggunakan insektisida dari senyawa
kimia nabati. Meskipun insektisida kimia nabati keaktifannya jauh dibawah
senyawa kimia sintetik tetapi mempunyai kelebihan dalam hal efek samping.
Insektisida kimia nabati menghasilkan produk pertanian yang sehat karena
bebas dari zat kimia dan cenderung lebih aman, karena tidak menimbulkan
keracunan pada tanaman.
Secara umum, insektisida kimia nabati bahan dasarnya berasal dari
tumbuhan. Bahan bakunya yang alami membuat insektisida ini mudah terurai
di alam sehingga tidak mencemari lingkungan. Bahan-bahan yang dapat
digunakan untuk membuat insektisida kimia nabati sangat banyak
dilingkungan. Tumbuhan yang digunakan sebagai insektisida kimia nabati
harus mempunyai kandungan yang dapat membuat rayap mati. Salah satu
tumbuhan yang diketahui mempunyai keefektifan terhadap kematian rayap
ialah buah salak yang dimanfaatkan kulitnya. Hingga saat ini jarang
masyarakat yang mengetahui kandungan kulit salak yang bisa dimanfaatkan
menjadi bahan baku insektisida kimia nabati. Masyarakat biasanya langsung
membuang kulit salak setelah buahnya dimakan. Masyarakat hanya
mengabaikan dan menganggapnya sebagai limbah. Padahal kulit salak
mempunyai kandungan yang berpengaruh terhadap rayap tanpa mencemari
lingkungan. Oleh karena itu peneliti mencoba menggunakan kulit salak sebagai
bahan baku insektisida kimia nabati. Berdasarkan latar belakang diatas,
peneliti mengadakan penelitian dengan judul : “EKULAK-ARAY (Ekstrak
Kulit Salak Anti Rayap) : Alternatif Pengganti Insektiksida Kimia
Sintetik Ramah Lingkungan sebagai Kontribusi Nyata Generasi
Milenial”.
10
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka peneliti menyusun tujuan
penelitian sebagai berikut.
1. Mengetahui cara mendapatkan ekstrak kulit salak
2. Mengetahui efektivitas uji ekstrak kulit salak terhadap rayap dalam berbagai sampel
konsentrasi.
3. Mengetahui perbandingan efektivitas antara ekstrak kulit salak dan
insektisida kimia sintetik.
Bagi masyarakat
1. Dapat memanfaatkan limbah kulit salak sebagai bahan baku alami
pembuatan insektisida kimia nabati.
2. Masyarakat dapat merealisasikan penelitian ini sehingga limbah kulit salak
pemanfaatannya optimal dan membuka peluang usaha.
3. Dapat memberikan kesadaran dalam upaya penyelamatan lingkungan.
Bagi pemerintah
1. Dapat menjadi dorongan untuk pemerintah agar lebih serius
mengembangkan penelitian di kalangan pelajar.
2. Dapat menjadi acuan bagi pemerintah untuk lebih memanfaatkan bahan-
bahan alami sebagai bahan baku pembuatan insektisida.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12
10 cm, terbungkus oleh sisik-sisik berwarna kuning coklat sampai coklat merah
mengkilap yang tersusun seperti genting, kuning krem sampai keputihan, berasa
manis, asam, atau sepat. Biji 1-3 butir, coklat hingga kehitaman, keras 2-3 cm
panjangnya (Widyaningrum, 2011). Adapun klasifikasi tanaman salak sebagai
berikut (Tjitrosoepomo,1988):
Kindom : Plantae Ordo : Principes
Divisi : Spermatophyta Famili : Palmaceae
Sub divisi : Angiospermae Genus : Salacca
Kelas : Monocotyledoneae Spesies : Salacca zalacca
2.1.2. Rayap
Rayap adalah serangga sosial yang termasuk ke dalam ordo Blatodea, kelas
heksapoda yang dicirikan dengan metamorfosis sederhana, bagian-bagian mulut
mandibula. Rayap hidup secara koloni dan diklasifikasikan ke dalam tujuh famili
diantaranya famili Mastotermitidae, Kalotermitidae, Termopsidae,
Hodotermitidae, Rhinotermitidae, Serritermitidae, Termitidae (Nandika et al.
2003). Rayap M. gilvus banyak tersebar di Indonesia, umumnya bersarang dalam
tanah atau di dalam kayu yang berhubungan dengan tanah.Rayap membiakkan
cendawan yang berbentuk bunga karang, serta bangunan-bangunan liat dalam
tanah dan untuk menemukan sumber makanan dengan membuat tabung kembara
dari humus atau tanah sebagai jalur jelajah (Nandika et al. 2003).
Rayap bersarang di kayu perabotan dan memakannya atau kerangka rumah
sehingga menimbulkan banyak kerugian secara ekonomi. Rayap masih berkerabat
dengan semut, yang juga serangga sosial. Dalam bahasa Inggris, rayap disebut
juga "semut putih" (white ant) karena kemiripan perilakunya. Rayap merupakan
serangga sosial dengan sistem kasta polimorfik, pemakan selulosa dan tinggal
didalam sarang atau termitarium yang dibangunnya. Serangga ini memiliki ukuran
tubuh yang relatif kecil (Triplehorn & Johnson, 1992). Klasifikasi rayap menurut
Borror et al. (1992) ialah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Heksapoda
Ordo : Blatodea
13
2.1.3. Insektisida
Merupakan kelompok pestisida yang terbesar dan terdiri atas beberapa jenis
bahan kimia yang berbeda, antara lain organoklorin, organofosfat, kabamat, piretroid,
dan DEET. Penggunaan organoklorin telah dilarang di dunia dan Indonesia.
Organofosfat merupakan racun pengendali serangga yang paling toksik terhadap
binatang bertulang belakang. Akibat insektisida ini terjadi penumpukan asetilkolin.
Gejalanya adalah sakit kepala hingga kejang-kejang otot dan kelumpuhan. Karbamat
termasuk propoxur yang merupakan senyawa karbamat yang dapat menyebabkan
kerusakan syaraf dan diduga kuat sebagai zat karsinogenik. Pengaruhnya tidak
berlangsung lama tetapi tetap berbahaya jika terjadi akumulasi. (Hidayati, 2014 ).
Semua insektisida adalah toksik, yang berbeda hanya derajat toksisitasnya. Pajanan
terhadap insektisida yang berlebihan, dalam jangka panjang dapat berakibat buruk
pada kesehatan pada rumah tangga, insektisida yang digunakan secara terus
menerus, dalam ruangan tertutup, memungkinkan terjadinya akumulasi.
Terjadinya akumulasi ini tergantung antara lain dari formulasi insektisida, rute/jalan
masuk pajanan insektisida, sikap/perilaku pengguna insektisida. Insektisida
merupakan kelompok pestisidayang terbesar dan terdiri atas beberapa sub kelompok
kimia yang berbeda, yaitu :Insektisida Organoklorin, Organofosfat, Karbamat,
Piretroid, dan DEET (Raini, 2009 ).
14
kulit salak Madura menyebabkan mortalitas rayap yang tidak berbeda nyata yaitu
berturut-turut 77.3% dan 81.3% tergolong anti rayap kuat. Selama uji aktifitas, tidak
terjadi pengurangan berat kertas uji sehingga efek mortalitas rayap diduga terjadi
akibat efek racun kontak ekstrak uji. (Diana .et.al, 2011).
Persamaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah pemanfaatan
limbah kulit salak yang dijadikan insektisida anti rayap. Perbedaan penelitan ini
adalah peneliti membuat ekstrak kulit salak menggunakan cara destilasi dengan
campuran etanol 96% dan aquades selama 3,5 jam sehingga kandungan kulit salak
yang semula ada di dalam etanol berpindah ke aquades, sedangkan penelitian
diatas mengekstraksi metabolit sekuder kulit salak menggunakan metode maserasi
dengan etanol 95% selama 48 jam. Selain itu juga ada perbedaan dalam pengujian
terhadap rayap. .
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian langsung dalam
memperoleh data berupa hasil eksperimen mengenai kulit salak.
16
3.5.2. Alat dan bahan uji EKULAK-ARAY terhadap rayap dalam berbagai
konsentrasi
1. Gelas kimia ukuran kecil 6.Aquades (0,5 L)
2. Cawan petri 7. Rayap
3. Stopwatch 8. EKULAK-ARAY
4. Pipet tetes
5. Kardus bekas
5. Pipet tetes
17
3.6. Prosedur kerja
f. Setiap kali setelah mengamati rayap, kardus harus dipastikan tertutup rapat
agar cahaya tidak masuk.
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan utama dari penelitian ini adalah limbah kulit salak. Selain untuk
mengurangi limbah kulit salak, limbah kulit salak merupakan komoditas utama di
Indonesia dan berpotensi menjadi produk insektisida kimia nabati.
Pengambilan ekstrak kulit salak diawali dengan pengumpulan semua alat
dan bahan. Langkah selanjutnya, 257 gram kulit salak dikeringkan menggunakan
oven dengan suhu 150oC selama 45 menit. Setelah kulit salak kering, kulit salak
ditimbang menggunakan neraca digital menghasilkan kulit salak kering berjumlah
152 gram. Kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender sampai menjadi
serbuk. Kulit salak yang telah menjadi serbuk dibagi ke dalam 3 gelas kimia
kemuadian direndam dengan etanol 96% berjumlah 360 ml. Perendaman serbuk
kulit salak dilakukan bertujuan untuk melarutkan kandungan yang terdapat dalam
kulit salak.
Kulit salak direndam menggunakan etanol 96% selama 2x24 jam. Serbuk
kulit salak yang telah direndam dengan etanol 96% disaring menggunakan corong
dan kertas saring menghasilkan etanol 96% yang telah melarutkan ekstrak kulit
salak berjumlah 1080 ml (total larutan dalam 3 gelas kimia). Untuk mengambil
ekstrak kulit salak yang telah larut dalam etanol 96%, dilakukan pemisahan antara
etanol berkandungan ekstrak kulit salak dengan cara destilasi uap. Destilasi
dilakukan dengan mencampur 100 ml etanol berkandungan ekstrak kulit salak dan
aquades 100 ml. Dalam pemanasan larutan menggunakan pembakar bunsen, suhu
pemanasan disesuaikan dengan titik didih etanol (78,37O C). Hal ini dilakukan
agar aquades yang bertitik didih 100o C tidak ikut menguap. Proses destilasi yang
berlangsung selama 3 jam 40 menit menghasilkan 100 ml aquades berkandungan
ekstrak kulit salak dan destillate berupa 100 ml etanol. Pemisahan campuran
dengan cara destilasi dilakukan 2 kali, sehingga menghasilkan aquades
berkandungan ekstrak kulit salak berjumlah 200 ml. Ekstrak kulit salak inilah
20
yang akan dijadikan sebagai anti rayap dan menjadi bahan baku bagi insektisida
kimia nabati alami.
Tabel 1.1. Hasil proses pembuatan ekstrak kulit salak anti rayap
257 gram 152 gram 50 gram 50 gram 52 gram 1080 ml 200 ml 200 ml
4.1.2. Efektivitas uji ekstrak kulit salak terhadap rayap dalam berbagai
sampel konsentrasi.
Pengujian ekstrak kulit salak terhadap rayap dalam berbagai konsentrasi
diawali dengan menyiapakan alat dan bahan. 200 ml Aquades yang mengandung
EKULAK-ARAY diencerkan dalam 4 konsentrasi (25%,50%,75%,100%). Di
dalam konsentrasi 25 % terdapat 20 ml EKULAK-ARAY dan 60 ml aquades;
konsentrasi 50% terdapat 40 ml EKULAK-ARAY dan 40 ml aquades;
konsentrasi 75% terdapat 60 ml EKULAK-ARAY dan 20 ml aquades;
konsentrasi 100% terdapat 80 ml EKULAK-ARAY tanpa tambahan aquades. 12
cawan petri yang telah diberi sarang rayap berupa potongan-potongan kardus
disusun rapi didalam kardus yang atasnya telah dilubangi sebagai tutup. Cawan
petri disusun rapi sesuai dengan tingkat konsentrasi EKULAK-ARAY. Masing-
masing cawan petri diberi 3 rayap dan ditetesi 10 ml EKULAK-ARAY
menggunakan pipet tetes. Perilaku rayap diamati setiap 20 menit sekali dengan
sistem buka tutup kardus. Hal ini dilakukan karena rayap merupakan salah satu
serangga yang anti terhadap cahaya. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan
hasil sebagai berikut.
Tabel.1.2.Hasil pengamatan efektivitas uji ekstrak kulit salak dalam
berbagai sampel dan konsentrasi.
Tingkat Percobaan (menit)
Rata-rata
Konsentrasi 1 2 3
100% 100,26 52,37 71,24 74,62
75% 102,45 110,2 100,26 104,30
50% >120 >120 >120 >120
25% >180 >180 >180 >180
21
Hasil pengamatan tersebut menunjukkan EKULAK-ARAY dengan
konsentrasi 100% memiliki efektivitas paling tinggi dari pada konsentrasi
dibawahnya dengan rata-rata waktu 74,62 menit. EKULAK-ARAY dengan
konsentrasi 75% memiliki potensi yang cukup bersaing, efektivitasnya terhadap
mortalitas rayap memiliki rata-rata waktu 104,30 menit. Sedangkan konsentrasi
50% memiliki rata-rata waktu di atas 120 menit, begitu juga konsentrasi 25%
yang memiliki rata-rata waktu di atas 180 menit.
Konsentrasi 100% terbukti lebih cepat mematikan rayap karena
konsentrasi ini tidak diencerkan sehingga kepekatan EKULAK-ARAY terjaga.
Selain itu, diketahui kulit salak mengandung berbagai senyawa kimia alami yang
aktif sebagai bahan baku insektisida kimia nabati. Hasil uji fitokimia
menunjukkan bahwa daging dan kulit buah salak mengandung senyawa
flavonoid, tanin, dan alkaloid. Senyawa yang tidak terkandung pada kulit salak
adalah saponin, steroid serta triterpenoid (Sahputra, 2008:17). Rayap yang
memakan potongan-potongan kertas (telah diberi EKULAK-ARAY) lama
kelamaan lemas dan akhirnya mati. EKULAK-ARAY dengan konsentrasi 100%
telah teruji berpotensi memiliki efektivitas terhadap mortalitas rayap dengan
rata-rata waktu paling cepat dibanding konsentrasi dibawahnya. Oleh karena itu
EKULAK-ARAY dengan konsentrasi 100% inilah yang akan dijadikan bahan
baku insektisida kimia nabati.
4.1.3. Perbandingan efektivitas antara ekstrak kulit salak dengan
insektisida kimia sintetik terhadap rayap
Uji perbandingan antara ekstrak kulit salak dan insektisida kimia sintetik
diawali dengan menyiapkan alat dan bahan. 3 cawan petri diisi dengan potongan-
potongan kardus sebagai sarang rayap kemudian masing-masing cawan petri
ditetesi 10 ml EKULAK-ARAY berkonsentrasi 100% menggunakan pipet tetes.
Masing-masing cawan petri diberi 4 rayap dan disemprotkan dengan insektisida
kimia sintetik. Perilaku rayap diamati setiap 2 menit dan didapatkan hasil
sebagai berikut.
Tabel.1.3. Hasil percobaan perbandingan insektisida kimia sintetik dan
EKULAK-ARAY
Percobaan Insektisida Kimia Sintetik
Waktu (menit)
1 2 3
2 menit mati hidup mati
4 menit mati hidup mati
6 menit mati mati mati
Tingkat Percobaan EKULAK-ARAY (menit)
Rata-rata
Konsentrasi 1 2 3
100% 100,26 52,37 71,24 74,623
22
Berdasarkan tabel diatas insektisida kimia sintetik mempunyai efektivitas yang
jauh lebih cepat dibanding dengan EKULAK-ARAY. Hal tersebut dikarenakan
insektisida kimia sintetik mengandung senyawa Organofosfat yang dapat mematikan
populasi rayap dalam waktu singkat. Sedangkan EKULAK-ARAY keefektivitasannya
masih rendah karena bahan bakunya berasal dari tumbuhan. Bagaimanapun juga
EKULAK-ARAY keefektivitasannya jauh di bawah senyawa kimia sintetik. Namun,
mempunyai kelebihan dalam hal efek samping yaitu kurangnya dampak negatif Seperti
hilangnya pengaruh buruk terhadap organisme dan lingkungan lain yang bukan
sasaran. Insektisida kimia nabati menghasilkan produk pertanian yang sehat karena
bebas dari zat kimia dan cenderung lebih aman, karena tidak menimbulkan keracunan
pada tanaman.
23
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Pembuatan EKULAK-ARAY dilakukan dengan merendam serbuk kulit salak
dengan etanol 96%, filtrat berupa larutan kulit salak dipisahkan kandungannya
dari etanolnya ke aquades dengan cara destilasi, menghasilkan 100 ml aquades
berkandungan EKULAK- ARAY.
5.2. Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
Sahputra, F. M., 2008. Potensi Ektrak Kulit dan Daging Buah Salak sebagai
Antidiabetes, Skripsi, FMIPA Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sahputra, F.M., 2008. Potensi Ekstrak Kulit Dan Buah Salak Sebagai
Yeni, H.M., Eva, S.B., dan Luthfi, A.M., 2013. Identifikasi Karakter
Morfologi Salak Sumatera Utara di Beberapa Daerah Kabupaten
Tapanuli Selatan, Jurnal Agroekoteknologi. 3 (1): 4-5, Tapanuli.
LAMPIRAN-
LAMPIRAN
Lampiran. Dokumentasi Penelitian
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
SD SMP SMA
NAMA SD IT Baitussalam SMP IT SMA IT Ihsanul
INSTANSI Prambanan Baitussalam Fikri, Kab.
Prambanan Magelang
TAHUN
2009-2015 2015-2018 2018-2021
MASUK-LULUS
1. –
2. –
3. -
A. IDENTITAS DIRI ANGGOTA KELOMPOK 1
Nama Lengkap : Azmi Abiyyu Dzaky
Jenis Kelamin : Laki – laki
NIS/Kelas : 1954/XI MIPA
Email : azmiabiyyudzaky456@gmail.com
No. Telp/HP :-
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
SD SMP SMA
TAHUN
MASUK- 2009-2015 2015-2018 2018-2021
LULUS
1. –
2. –
A. IDENTITAS DIRI ANGGOTA 2
Email : habibhussein51@gmail.com
No. Telp/HP :-
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
SD SMP SMA
1. –
2.