LANDASAN TEORI
Malcolm Gladwell menyebutkan bahwa terdapat tiga gagasan mengenai tipe-tipe dari
influencer, diantaranya yaitu :
a. Connectors. Connectors atau biasa lebih dikenal sebagai penghubung, tipe seperti
ini biasanya suka berbicara dengan banyak orang dan lebih mudah membaur untuk
membangun jaringan atau link pergaulan maupun komunikasi. Mereka cenderung
mengenal orang lain dalam lingkaran yang melingkupi pergaulan sosial, budaya,
profesional maupun lingkup ekonomi. Connectors ini sangat esensial atau penting
jika dihubungkan dengan komunikasi pesan secara mulut ke mulut atau Word of
Mouth (WOM).
b. Mavens. Tipe mavens ini dikenal sebagai individu yang berpengetahuan tinggi.
Jadi selain mereka mengkonsumsi informasi untuk pribadi, mereka juga
menyebarkannya kepada orang lain. Hal ini karena mereka begitu update dan
sensitif terhadap informasi-informasi yang akan atau sedang trend, sehingga tak
jarang mereka dianggap sebagai individu yang insightful.
c. Salesmen. Individu yang tergolong ke dalam influencer tipe salesmen ini bisa
dikatakan sebagai pembujuk yang karismatik dengan kemampuan negosiasi yang
luar biasa. Mereka bisa dengan mudah mempengaruhi orang lain dengan cara yang
lembut dan secara bawah sadar.
Connectors, Mavens dan Salesmen adalah tipe-tipe influencer yang paling dikenal.
Model dari Gladwell ini dianggap bermanfaat jika mempertimbangkan aspek sosial
dari bagaiman sebuah pesan bisa tersebar luas. Tidak hanya terbatas pada ketiga tipe
tersebut, influencers juga terbagi perannya menjadi beberapa peran, dimana peran-
peran ini adalah apa yang dimainkan oleh masing-masing influencers. Bagi satu
influencers, bisa saja langsung memainkan beberapa peran sekaligus dalam satu proses
pengambilan keputusan, atau bahkan bisa memberikan dampak hanya melalui satu
peran yang dimainkan. Beberapa peran dari influencers tersebut, diantaranya adalah :
a. Trendsetter. Peran dari trendsetter adalah sebagai early adopters, dimana mereka
mengatur diri mereka sedemikian rupa sebagai pusat referensi, perhatian dan
menciptakan arah bagi pasar. Mereka cukup berpengaruh dikarenakan perilaku
mereka yang cepat dan tanggap dalam mengadopsi hal-hal yang sekiranya mampu
menjadi trend, selain itu juga karena kebiasaan mereka yang menyebarkan
informasi tersebut secara luas ke khalayak.
b. Recommenders. Hal yang dilakukan oleh recommenders adalah menyarankan
kepada individu lain tentang segala hal yang harus dilakukan. Para recommenders
ini biasanya lebih pasif, dan mereka cenderung lebih sering memberitahu kepada
umum tentang keputusan mereka terhadap sesuatu pilihan tanpa memaksa untuk
harus mengikuti pemilihan keputusan yang sama.
c. Persuaders. Disini mereka yang berperan sebagai persuaders biasa mengatakan apa
yang harus kita lakukan. Mereka cenderung aktif dan secara jelas mengarahkan
keputusan apa yang harus diambil dibandingkan hanya sekedar menyarankan. Jika
dirunut dengan tipe influencer menurut Gladwell, maka peran persuaders ini biasa
dilakukan oleh tipe salesmen, dimana tipe-tipe ini adalah orang-orang yang mampu
membuat atau mematahkan keputusan.
d. Super – Influencers. Individu yang termasuk kedalam super-influencers ini adalah
individu yang memegang kunci penting dan respek serta perhatian tinggi di
khalayak umum. Para super-influencers ini biasanya mempengaruhi arah industri
yang cukup besar dibandingkan mempengaruhi keputusan-keputusan kecil dalam
pasar.
2.1.3 Digital Influencer
Menurut Duncan Brown & Nick Hayes (2008), dimensi untuk mengukur dampak
dari influencer ketika menyebarkan pesan dapat dilihat melalui beberapa dimensi
berikut, yaitu :
a. Market Reach, atau biasa disebut dengan jangkauan pasar merupakan pengaruh
yang dinikmati oleh para influencers dalam pasarnya. Jangkauan pasar salah satu
faktor penting yang bisa mengukur awareness, seperti sejauh mana dikenal,
dipikirkan dan menonjolnya individu tersebut.
b. Quality of Impact. Dalam dimensi ini, diukur mengenai seindependen apa serta
sejauh mana wibawa atau karakter yang dibawa oleh opini dari influencer tersebut.
Jika membahas mengenai kualitas dari dampak pengaruh yang dibawa oleh
seorang influencer, maka perlu diperhatikan setinggi apa dampak tersebut, apakah
sekedar jangka pendek atau tinggi hingga menimbulkan uses feedback terus-
menerus.
c. Closeness to Decision. Kedekatan yang dimaksud dalam hal ini merujuk kepada
sedekat apakah peran influencer dalam proses pengambilan keputusan, atau sejauh
mana opini dari influencer berada dalam tahap sebuah keputusan diambil. Jika
opini dari influencer didengar di tahap awal dalam sebuah proses evaluasi maka
memungkinkan unuk membentuk daftar atau kriteria pilihan-pilihan keputusan
akhir. Namun, jika opini mereka didengar di tahap akhir, maka opini dari
influencer tersebut bisa menjadi yang paling berpengaruh dalam pengambilan
keputusan akhir.
Menurut Ohanian (1990), kredibilitas dari endorser terdiri dari tiga dimensi yaitu :
a. Expertise atau keahlian. Disini dimensi expertise dianggap sebagai tingkatan dari
komunikator dipercaya sebagai sumber yang valid terhadap suatu objek atau pesan
tertentu. Expertise merujuk kepada pengalaman dan pengetahuan sumber terhadap
kategori tertentu, termasuk di dalamnya tentang kemampuan, kompetensi dan
keahlian sumber terhadap objek, pesan atau informasi yang bersangkutan. Pesan
yang berasal dari sumber yang credible tentu bisa mempengaruhi kepercayaan,
opini, sikap dan perilaku karena audiens percaya bahwa informasi dari sumber
semacam itu lebih terpecaya dan akurat.
b. Trustworthiness atau kepercayaan. Dimensi ini dilihat sebagai derajat kepercayaan
terhadap memahami dan menerima maksud dari komunikator yang dianggap
sebagai hal yang paling valid. Trustworthiness berhubungan dengan kejujuran,
integritas, kepercataan dari endorser yang bisa diterima oleh target audiens
(erdogan et al. 2001, p. 40).
c. Attractiveness. Dalam konteks ini attractiveness merujuk kepada hal-hal fisik yang
dianggap atraktif atau menarik dari sumber oleh audiens. Elemen-elemen tersebut
bisa berupa ketertarikan terhadap fisik, kharisma, emosional, dan sebagainya.
d. Selain dimensi kredibilitas, terdapat dimensi lain yang berkontribusi kepada
efektifitas endorser maupun influencer dan termasuk ke dalam source
attarctiveness model (McGuire, 1985), diantaranya adalah :
e. Familiarity. Merujuk kepada pengetahuan atau pengenalan terhadap narasumber
melalui exposure.
● Liking. Dapat berupa afeksi atau rasa suka yang muncul kepada narasumber
sebagai hasil atas segala aspek yang ditampilkan oleh narasumber tersebut.
Selain itu menurut John P. Howard (2013), terdapat beberapa keuntungan dari
pemanfaatan influencer dalam pemasaran yang membuatnya menjadi fleksibel untuk
digunakan oleh brand apapun, diantaranya adalah :