Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH INFLUENCER TERHADAP KATA BARU YANG DIGUNAKAN GENERASI SAAT INI

1* 2
Teguh Selamet , Muhammad Haidar Azmi Rahman

Universitas Pendidikan Nasional


*)
surel korespondensi: penulis.korespondensi@email.com

INFLUENCER EFFECT ON NEW WORD USED CURRENT GENERATION

Abstract. Visual communication design as part of the creative industry is increasingly developing every year, especially in the face of the industrial revolution

4.0. To increase marketing on social media, companies have started to use influencers as their marketing strategy. Influencers are used by a brand to convey the

goals of the brand to certain target consumers and even become a milestone in its promotion. The purpose of this study was to determine the influence of

influencers on new words used by the current generation. The research method used is the observation method by selecting Instagram social media, the library

method, internet studies and the analysis process is carried out using a qualitative descriptive method. The results of this study are that Influencers play a role

in the development of language in society, a lot of slang or new words used by the millennial generation in everyday life that come from social media from

influencers. Slang is the typical language of teenagers (the vocabulary is changed in such a way that it can only be understood among them) can be understood

by almost all teenagers in the country who are reached by the mass media, even though these terms are developing, changing and increasing almost every day. .

Keywords: influencer, slang, new word

PENDAHULUAN

Revolusi Industri 4.0 memberikan pengaruh besar terhadap dinamika sosial yang sering dikaitkan dengan bagaimana perubahan terjadi

secara reguler. Penyebaran konten dari berbagai platform memudahkan masyarakat dalam mendapatkan suatu informasi, baik berupa

peningkatan kemampuan komunikasi, penyebaran berita, bahkan kegiatan jual beli. Dari kondisi tersebut, penyebaran konten sangat

berpengaruh besar terhadap naiknya tingkat penjualan pada suatu produk, terlebih lagi di era digital saat ini e-commerce secara signifikan

meningkatkan aktivitas jual beli karena mudahnya masyarakat mengakses informasi mengenai produk yang mereka inginkan. Maraknya aktivitas

jual beli melalui e-commerce di Indonesia ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah penyebaran konten branding yang

dilakukan oleh sosial media influencer.

Social Media adalah sebuah wadah yang memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara online tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Social Media memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan sosial di masyarakat, khususnya di generasi milenial. Pengguna internet

di Indonesia pada rentang usia 15- 19 tahun mencapai 91%, lalu pada rentang usia 20-24 tahun sebesar 88,5%, 25-29 tahun sebesar 82,7%, 30-34

tahun sebesar 76,5%, dan 35-39 tahun sebesar 68,5%.

Influence adalah kemampuan untuk mempengaruhi, merubah opini dan perilaku seseorang (Evelina dan Fitrie, 2018). Dalam era Revolusi

Industri saat ini, adanya perkembangan pesat dalam bidang teknologi mengakibatkan seseorang dengan sangat mudah untuk meng-influence

banyak orang dalam berbagai media maupun platform seperti halnya melalui social networking. Social Networking Site (SNS) atau biasa disebut

juga jejaring sosial didefinisikan sebagai suatu layanan berbasis web yang memungkinkan setiap pengguna dapat membangun hubungan sosial

melalui dunia maya (Welta, 2013).

Pada era revolusi industri saat ini siapapun dapat meng-influence orang banyak, bahkan mereka dapat menjadi trendsetter, yang artinya

semua orang memiliki kemungkinan untuk dapat menjadi pusat perhatian orang banyak. Hal itu sering kali disebut dengan konsep microcelebrity,

yaitu gaya baru online performance yang melibatkan tindakan peningkatan popularitas melalui teknologi web seperti video, blog, dan situs

jejaring sosial (Senft, 2008). Fenomena social media influencer yang sedang marak saat ini memberikan pengaruh yang besar terhadap pola

konsumsi masyarakat. Gaya hidup yang lebih memperhatikan prestige membuat masyarakat terbawa oleh arus gaya kekinian yang dipopulerkan

oleh para social media influencer. Besarnya konsumsi masyarakat akan produk-produk yang dipromosikan oleh social media influencer sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi digital. Hal ini didukung dengan tingkat kepercayaan terhadap social media sebanyak 51% pada

1
tahun 2018 (Edelman, 2018). Kepercayaan yang dibangun oleh social media influencer dengan para pengikutnya tersebut menyebabkan konsumsi

akan suatu brand meningkat.

Bahasa menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008 : 119) adalah suatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota

suatu masyarakat ununtuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Selain itu terdapat juga pendapat mengenai bahasa menurut

Wibowo (2003) juga turut mengutarakan pengertian bahasa, menurutnya bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting

dalam hidup bersama.

Di indonesia saat ini banyak menggunakan bahasa asing atau bahasa gaul dalam bahasa sehari – hari. Banyaknya penggunaan bahasa

gaul dalam bahasa sehari – hari. Banyaknya penggunaan bahasa gaul dalam bahsa sehari – hari tidaklah meghilangkan penggunaan bahasa

Indonesia melainkan makna dan penggunaan bahasa Indonesia yang baik, sopan dan santun dalam kehidupan sehari – hari menjadi kabur. Saat

ini banyak di kalangan remaja yang menggunakan bahasa gaul dalam bahasa sehari – hari mereka. Bahkan para remaja ini mulai menciptakan

bahasa – bahasa gaul yang digunakan dikalangan mereka. Para remaja ini membuat bahasa Indonesia menjadi bahasa gaul dengan cara

memplesetkan bahasa Indonesia.

Sebenarnya bahasa gaul sendiri sudah ada sejak lama, namun penyebutan istilah bahasanya yang berbeda. Dahulu bahasa gaul lebih

dikenal sebagai baahasa prokem. Bahasa prokem ini popular sekitar tahun 1980 – an. Awalnya bahasa gaul digunakan oleh kelompok – kelompok

tertentu saja. Hanya digunakan oleh beberapa kelompok tertentu karena tujuan awal adanya bahasa ini agar anggota kelompok tersebut saja yang

mengetahui maknanya. Setiap kelompok memiliki ciri khas bahasa gaul mereka sendiri. Sehingga orang yang bukan anggota kelompok tersebut

tidak mengetahui makna bahasa yang mereka gunakan dalam berkomunikasi.

Bahasa gaul dapat dikatakan sebagai kode – kode taertentu yang hanya dimengerti oleh segelintir orang saja. Bahasa gaul ini

memunculkan istilah – istilah baru. Munculnya istilah istilah baru ini dikarenakan adanya modifikasi dari bahasa Indonesia yang memiliki makna

yang dapat berbeda dengan makna asli bahasa Indonesia. Namun karena terlalu sering menggunakan bahasa gaul ini mengakibatkan orang –

orang yang tidak berada dalam kelompok tersebut akan mengamati bahasa mereka. Mereka yang bukan anggota kelompok lama kelamaan akan

mengerti bahasa yang mereka gunakan karena kerap mendengar bahasa tersebut. Dengan adanya kepercayaan yang dibangun oleh social media

influencer dalam melakukan promosi terhadap sebuah produk, maka tidak sedikit juga para influencer menggunakan kata baru sehingga semakin

maraklah bahasa gaul di kalangan kaum milenial. Tak bisa dipungkiri juga, keberadaan influencer menjadikan bahasa gaul berkembang cukup pe-

sat utamanya pada istilat atau kata baru melalui media sosial. Tujuan dari adanya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh influencer

terhadap kata baru yang digunakan generasi saat ini.

Kajian pustaka

1. Influencer

Influencer merupakan seseorang yang memiliki jumlah followers (pengikut) dengan jumlah besar dan memiliki pengaruh kuat terhadap

pengikutnya seperti selebram, public figure, youtuber, dan lainnya (Tokopedia. 2019). Influencer sendiri dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Mega Influencer merupakan selebriti papan atas yang populer tidak hanya di dunia nyata, namun juga di dunia maya. Selebriti ini

sudah memiliki personal branding yang tidak perlu dibentuk lagi oleh sebuah brand. Pengikut di sosial media yang mereka

memiliki mencapai di atas 1 juta orang. Contohnya adalah Agnes Monica, Ayu Ting Ting, Raffi Ahmad dan Raisa.

b. Macro Influencer adalah kreator profesional yang memiliki hasrat untuk berbagi kehidupan mereka dengan fokus hal tertentu.

Influencer ini memiliki jumlah followers antara 100.000 hingga 1 juta orang. Contohnya Alexander Thian (Penulis dan Travellers),

Ryan Adriandhy (Stand Up dan Animator) dan Putu Aditya (Penulis dan Videografer).

2
c. Micro Influencer merupakan seseorang yang memiliki followers di antara 1000 hingga 100 ribu orang. Micro Influencer sering disebut

dengan buzzer karena sering melakukan review berdasarkan pengalaman yang otentik, sehingga mendapat kepercayaan lebih dari

perusahaan dan followers.

2. Kosakata Baru

Penguasaan kosakata merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menguasai perbendaharaan kata dalam bahasa yang

sesuai dengan maknanya. Ketika seseorang menguasai perbendaharaan kosakata maka akan lebih mudah berinteraksi dengan orang lain.

Kemampuan memahami makna kata dan menggunkan kosakata didasari oleh diri sendiri. Soedjito dan Saryono (2011:3) mendefinisikan bahwa

kosakata merupakan perbendaharaan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa. Kosakata dari luar bahasa tersebut bisa memberikan sumbangan

untuk perbendaharaan kosakata. Hubungan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah dan bahasa asing dapat memperkaya kosakata bahasa

Indonesia. Kata merupakan satuan bentuk terkecil dari kalimat yang bisa berdiri sendiri dan mempunyai makna. Hal ini sependapat dengan

Chaer (2007:9) kosakata merupakan bentuk yang mempunyai susunan fonologi yang tetap atau stabil. Penguasaan kosakata dapat diartikan

kemampuan menguasai, memahami atau menggunakan kata yang terdapat dalam suatu bahasa, baik ragam bahasa lisan atau ragam bahasa tulis.

Ragam bahasa jika ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa dapat dibedakan menjadi dua yaitu

ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Ragam bahasa lisan merupakan ragam bahasa yang dikeluarkan oleh alat ucap. Sedangkan ragam

bahasa tulis merupakan ragam bahasa yang diproduksi dengan tulisan berupa huruf dan unsur lainnya. Hal ini pun senada dengan Sugono

(2009:16) Ragam bahasa lisan mencakup aspek lafal, tata bahasa berupa kata/susunan kalimat dan kosakata. Pada ragam bahasa lisan, penutur

bisa mengekspresikan kepemahaman ide, gagasan, pengalaman, sikap dan rasa. Sedangkan Ragam bahasa tulis memproduksi kata melalui tata

cara penulisan. Ragam bahasa ini mencakup tata bahasa kosakata dan ejaan. Ragam bahasa tulis ekspresi tidak bisa diungkapkan atau

digambarkan pada tulisan. Oleh karena itu, ragam bahasa tulis dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa.

Bahasa dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat sehingga segala hal yang berkaitan dengan kebudayaan akan tercermin dalam

bahasa. Bahasa sangat mempengaruhi cara berfikir manusia. Sehingga, tidak bisa lepas karena bahasa merupakan hasil budaya suatu masyarakat

yang kompleks dan aktif. Bahasa merupakan aspek terpenting dalam mempelajari suatu kehidupan dan kebudayaan masyarakat. Kebudayaan

mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan merupakan sistem yang berfungsi sebagai sarana interaksi.

Bahasa adalah alat komunikasi utama dengan bahasa manusia dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Bahasa

memungkinkan membangun kebudayaan serta menguasai ilmu pengetahuan. Sehingga hubungan antara bahasa dan masyarakat tercerminkan

pola yang bersifat koordinatif dan subordinatif. Oleh karena itu, ketika seseorang mempelajari bahasa maka ia akan mempelajari kebudayaan

melalui bahasa. Bahasa merupakan produk masyarakat untuk menyampaikan kebudayaan dari masyarakat. Senada dengan Brown (2008: 206)

berpendapat budaya merupakan gagasan, kebiasaan, keterampilan, seni yang mencirikan sekelompok orang dalam sebuah priode

tertentu.Penggunaan bahasa oleh penutur bukan secara acak, melainkan harus mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain siapa yang

berbicara, siapa lawan bicaranya, topik apa yang sedang dibicarakan dan di mana peristiwa tutur itu terjadi.

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36 mengamanahkan bahwa bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan,

pengantar pendidikan dan sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni serta bahasa media massa. Namun, dalam

kenyataannya penggunaan bahasa Indonesia berbanding terbalik karena adanya unsur penggunaan selain bahasa Indonesia atau Ivan Lanin

(2019:33) menyebutnya dengan xenoglosofilia. Xenoglosofilia merupakan fenomena kecendrungan menggunakan kosakata yang aneh dan asing.

3. Remaja Sebagai Pengguna Kata Baru

Para remaja berkaitan erat dengan penggunaan bahasa karena mereka sudah mampu mengembangkan dimensi kebahasaannya secara

lebih luas dan lebih mumpuni. Remaja mengembangkan kemampuan yang lebih tajam terkait kata-kata. Mereka membuat kemajuan dalam

3
memahami metafora, yakni perbandingan makna antara dua hal yang berbeda. Selain itu, remaja menjadi lebih mampu memahami dan

menggunakan satire, yakni penggunaan ironi, cemooh, atau lelucon untuk mengekspos kebodohan atau kekejian (Santrock, 2007: 368). Para

remaja sering berbicara dengan rekan seusianya menggunakan suatu dialek yang berisi jargon atau slang. Dialek adalah suatu variasi bahasa yang

memiliki kosakata, tata bahasa, atau pengucapan yang khas. Nama panggilan yang bersifat satire dan cemoohan adalah bagian dialek para

remaja. Mereka menggunakan label-label semacam itu untuk menunjukkan identitas kelompok atau untuk mengurangi keseriusan suatu situasi

(Santrock, 2007: 369).

Lingkungan tempat remaja tumbuh dan berkembang memberi andil yang cukup besar terhadap kemampuan berbahasa. Penggunaan

bahasa di lingkungan perkotaan berbeda dengan lingkungan pedesaan (Fatimah, 2008: 102). Selain itu, perkembangan bahasa pada remaja

dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan. Untuk meniru bunyi, gerakan, dan mengenal simbol-simbol bahasa diperlukan kemampuan motorik dan

intelektual yang baik. Kemampuan motorik berkolerasi positif dengan kemampuan intelektual. Ketepatan meniru, mengumpulkan

perbendaharaan katakata, menyusun kalimat dengan baik, dan memahami maksud pernyataan orang lain sangat dipengaruhi oleh kemampuan

kerja motorik dan kecerdasan seseorang.

Kosakata remaja dikategorikan sebagai perubahan yang cepat.Walaupun beberapa istilah tersebut sudah menjadi wacana umum,

remaja tetap menciptakan kosakata yang baru setiap saat (Papalia & Feldman, 2014: 27). Pengaruh pergaulan dengan teman sebaya menyebabkan

bahasa remaja lebih diwarnai oleh pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok masyarakat yang bentuknya amat khusus.

Misalnya istilah “baceman” di kalangan pelajar yang berarti bocoran soal ulangan atau tes (Fatimah, 2008: 101).

Metode Penelitian

Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan serta diolah dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu hasil olahan yang

diperolah dari dinas dan instansi yang resmi yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun lokasi penelitian dilakukan di Indonesia. Metode

yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode kepustakaan (library search), yaitu penelitian yang dilakukan dengan bahan-bahan

kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah dan laporan-laporan penelitian ilmiah yang memiliki hubungan dengan topik yang diteliti. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah pencatatan langsung berupa data runtut waktu (time series) dalam kurun waktu 10 tahun (2003-2012).

Metode penelitian yang digunakan dibagi menjadi dua yaitu:

a. Metode Pencarian Data yang digunakan adalah metode observasi dengan mengobservasi perilaku para konsumen sebagai pengaruh

dari Influencer di Instagram dalam penggunaan kata baru. Observasi dilakukan dengan mengumpulkan data influencer mana yang

sering muncul atau paling berperan besar dalam branding sebuah produk, serta bagaimana pengaruhnya ke konsumen dalam penggu-

naan kata baru dalam hal ini bahasa gaul. Metode pencarian data juga menggunakan metode kepustakaan dan kajian internet.

b. Metode Penelitian Data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dimana penelitian ini lebih menganalisa pengaruh

influencer terhadap kata baru yang digunakan generasi saat ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Peran Influencer dalam Promosi Brand

Sosial media marketing di Instagram sudah mulai dilakukan sejak Instagram mengeluarkan Instagram for Business yang memudahkan

pelaku bisnis mendapatkan data untuk kemampuan promosinya. Untuk menunjang bisnis mereka, beberapa perusahaan besar dan juga Usaha

Kecil Menengah (UKM) melakukan strategi promosi dengan menggunakan influencer. Pemilihan influencer bukan karena memiliki jumlah followers

yang banyak, namun influencer sering menggunakan cara tersendiri dalam mempromosikan produk secara soft selling yang nantinya bisa menjadi

testimoni untuk meningkatkan kepercayaan followers-nya. Hal ini tentu dapat meningkatkan brand awareness dari produk. Berdasarkan survei

yang dilakukan oleh Sociabuzz (2018), tujuan dari menggunakan influencer adalah untuk meningkatkan brand awareness (98,8%), mengedukasi

4
target konsumen (62,7%), meningkatkan penjualan (50,6%), meningkatkan followers (39,8%) dan Search Engine Optimization/SEO (25,3%).

Sedangkan media sosial yang paling sering digunakan adalah Instagram sebesar 98,8 %. Hal ini membuktikan meningkatkan brand awareness

dengan menggunakan influencer menjadi penting dan efektif untuk dilakukan oleh perusahaan. Brand awareness sangatlah perlu dilakukan agar

masyarakat menjadi percaya terlebih dahulu, sebelum akhirnya mengambil keputusan dalam pembelian suatu produk. Jika perusahaan sering

meningkatkan promosi agar dikenal terlebih dulu oleh calon konsumen, maka keputusan pembelian akan lebih mudah tercapai.

Gambar 1. Survey Tujuan Influencer

(Dokumentasi: Sociabuzz.2018)

Influencer dirasa menjadi strategi marketing yang efektif karena dapat membangun kepercayaan yang kuat dengan followersnya.

Terlebih lagi yang menguasai pasar Instagram saat ini adalah masyarakat generasi milenial yaitu generasi Y dan Z. Kepribadian generasi milenial

yang dekat dengan dunia internet, lebih menyukai pendekatan secara online berupa User Generated Content (UGC) yang dibuat oleh perseorangan.

Mereka menggunakan media sosial untuk mendapatkan informasi dan melakukan pengambilan keputusan dalam pembelian produk berdasarkan

review atau testimoni dari orang yang sudah membeli atau menggunakan produk tersebut. Generasi milenial merupakan target audiens dengan

perilaku pembelian yang sesuai dengan model komunikasi pemasaran AISAS.

Menurut Sugiyama dan Andree (2011:79), AISAS merupakan model pendekatan efektif kepada target audiens yang dekat dengan

kemajuan teknologi internet. AISAS merupakan singkatan dari Attention, Interest, Search, Action dan Share. Sebelum target audiens mengambil

keputusan, mereka akan melihat terlebih dahulu iklan (attention) dan menimbulkan ketertarikan bagi konsumen (interest) sehingga konsumen

ingin mencari informasi lebih dalam tentang produk tersebut (Search). Dalam proses pencarian, konsumen menimbangnimbang dan memberi

keputusan dengan melakukan pembelian (Action). Setelah terjadi pembelian, konsumen memberikan informasi kembali dalam bentuk komentar,

testimoni atau review melalui media internet (Sharing). Aktivitas sharing yang diberikan kemudian menjadi acuan dari calon konsumen lainnya

dalam mengambil keputusan.

Diagram 1. Alur AISAS

5
(Dokumentasi: Pribadi. 2019)

Aktivitas marketing yang dilakukan oleh influencer juga dapat mencapat target audience secara efektif. Followers dari seorang influencer

biasanya memiliki perilaku atau minat yang sesuai dengan influencernya. Jika influencer memiliki konten yang relevan dengan suatu brand, secara

tidak langsung target audience akan sesuai dengan brand, karena mereka mengikuti influencer tersebut. Seperti contohnya, sebuah brand makanan

bekerja sama dengan seorang food influencer, followers yang menjadi target sasaran akan sesuai karena pengikut dari influencer terebut memiliki

minat di bidang kuliner. Tugas influencer adalah memberikan review yang dapat memberikan kepercayaan dengan konten yang menarik kepada

followersnya. Kepercayaan atau trust tersebut pun akan terlihat dalam bentuk interaksi secara langsung lewat kolom komentar pada post tersebut.

Konten yang menarik dan beragam juga menjadi keuntungan melakukan strategi marketing menggunakan influencer. Influencer banyak

menampilkan konten foto dengan gaya humor, promosi, tutorial, atau lainnya yang menunjukkan jati diri mereka di kehidupan sehari-hari. Hal

ini bertujuan agar karakter dari influencer tidak hilang, memaksimalkan interaksi dari followers dan membuat brand image dari perusahaan tidak

berubah namun ditampilkan dengan cara yang lebih kreatif dan berbeda.

2. Penggunaan Bahasa Gaul Oleh Influencer

Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir

tahun 1980-an. Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini

dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri.

Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain

atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Menurut Mulyana (2008), bahasa gaul adalah sejumlah kata atau

istilah yang mempunyai arti yang khusus, unik, menyimpang atau bahkan bertentangan dengan arti yang lazim ketika digunakan oleh orang-

orang dari subkultur tertentu.

Selain pendapat tersebut Sarwono (2004) mengatakan bahwa bahasa gaul adalah bahasa khas remaja (kata-katanya dibah-ubah

sedemikian rupa, sehingga hanya bisa dimengeri di antara mereka) bisa dipahami oleh hampir seluruh remaja di tanah air yang terjangkau oleh

media massa, padahal istilah istilah itu berkembang, berubah dan bertambah hampir setiap hari. Kedua defenisi itu saling melengkapi. Pada

defenisi yang pertama hanya menerangkan bahwa bahasa gaul adalah bahasa yang mempunyai istilah yang unik, sedangkan defenisi yang kedua

diperjelas lagi bahwa yang menggunakan bahasa tersebut adalah para remaja dan bahasa tersebut akan terus berkembang.

3. Penggunaan Bahasa Gaul Yang Sering Digunakan

Bahasa Indonesia pada ragam bahasa millenial yang ditemukan dalam percakapan para anggota group Pramuka Libelta dan

Flascheetos dapat dilihat berdasarkan pola pembentuknya. Hasil pengumpulan data ditemukan 102 kosakata slang atau bahasa millenial. Analisis

kosakata slang/bahasa millenial ini berdasarkan bentuk kata dasar, bentuk frasa, kosakata dengan singkatan, dan kosakata dengan pemenggalan.

Berikut tabel hasil analisis kosakata bahasa millenial berdasarkan pemakaiannya.

Tabel 1. Perubahan struktur fonologi bentuk kata dasar

Kosakata Bahasa
No Kosakata Makna dan Pemakaiannya
Indonesia

1. Ucul Lucu Lucu “uch ucul beed dah”

2. Kuy Yuk Yuk “kuy lah”

3. Skuy Yuk Yuk “skuy main”

4. Eug Saya Gue “eug pergi yee”

6
5. Lau Kamu Lu “lau tadi kemana bree”

6. Sans Santai Santai “yaelah sans aja kali”

7. Sampis Sampah Sampah “bau sampis di kelas”

8. Nongki Nongkrong Nongkrong bareng “nongki dimana nih?”

9. Ens Enak Enak “janji jiwa ens loh gais”

10. Bais Habis Abis “isi sepidol bais!”

11. Cotba Banyak omong Banyak omong “halah cotba lau!”

12. Lobeh Boleh Boleh “lobeh gak nih?”

13. Sabi Bisa Bisa “sabi ya nanti malem”

14. Saik Asik Asik “saik buka di rumah bu nanda”

15. Suping Pusing Pusing “rara suping anterin ke uks”

16. Beuud Banget Banget “lagi bt beuud”

17. Boci Tidur siang Bobo ciang “akhirnya bisa boci nih”

18. Obob Tidur Bobo “weh obob sonoh”

19. Gemay Gemas Gemas “ih gemay beeud dah”

20. Misquen Miskin Miskin “misquen kuota yaa?”

21. Caw Berangkat Berangkat “caw ya!”

22. Zheyeng Sayang Sayang “kemana aja zheyeng?”

23. Rempong Rumit Rumit “rempong amat dah”

24. Gengges Menganggu Ganggu “gengges lau”

25. Kicep Terdiam Diam “kicep kan?”

26. Kongkow Kumpul Bareng kumpul “kongkow ya lusa”

27. Dae Ada Ada “dae dae aje”

28. Lebeh Berlebihan Berlebihan “gausah lebeh deh”

29. Takol Melempar Timpuk “yee w takol nih”

30. Jiper Takut Takut “lah jadi jiper gini”

31. Goks Gila Gila “goks dah lau”

32. Kalem Tenang Tenang “kalem aja ya”

33. Santuy Santai Santai “santuy aja”

Kelompok/ Kelompok/ komunitas “flascheetos


34. Squad
komunitas squad”

35. Tsadeest Sadis Sadis “tsadeest prnya”

36. Unfaedah Tidak bermanfaat Tidak bermanfaat “obrolan unfaedah ya”

37. Receh Murahan Murahan “receh beeud ya”

38. Nitijen Warga net Warga net “banyak nitijennya”

39. Bucin Posesif Budak cinta “bucin ya!”

40. Maaciww Terima kasih Terima kasih “maaciww ya”

41. Cemungudh Semangat Semangat “cemungudh”

42. Cembokur Cemburu Cemburu “cembokur ye?”

43. Hadeh Haduh Haduh “hadeh... Pr lagi ya?”

44. Tercyduk Terciduk Terciduk “ lau tercyduk nyontek ya?”

7
45. Ashiyaap Siap Siap “Ashiyaap bu.”

Kosakata dari struktur perubahan struktur fonologis dari bentuk kata dasar terdiri atas susunan balik, ambil suku dan ubah total.

Kosakata susun balik dengan 11 kosakata ucul, kuy,sabi, saik, misquen, santuy, cemungudh, cembokur, hadeh, tercyduk, cotba dan ashiyaap. Susunan balik

ini terdapat stuktur suku kata yang dibalik seperti uculmempunyai dasar kosakata bahasa Indonesia lucu menjadi ucul. Kosakata ini digunakan

saat percakapan pada teman sebaya. Kosakata ambil suku kata dengan 25 kosakata eug, lau, sampis, lobeh, suping, boci, obob, caw, rempong, gengges,

kicep, kongkow, dae, lebeh takol, kalem, goks, jiper, takol, squad, unfaedah, receh, nitijen, bucin, dan maaciww . Susunan ambil suku kata seperti eug berawal

dari kosakata gue menjadi eug dalam bahasa Indonesia bermakna saya. Suku kata pertama digunakan dan ditambahkan untuk pengucapannya

seperti sampis mempunyai kata awal sampah menjadi sampis karena penggunaan suku kata sam dan ditambahkan suku kata pis menjadi sampis

yang bermakna sampah. Dan kosakata ubah total dengan 9 kosakata beuud, gemay, zheyeng, tsadeest, unfaedah, receh, bucin, dan squad. Kosakata ubah

total terdapat perubahan stuktur kosakata yang sangat singifikan seperti gemay berawal dari kosakata gemas menjadi gamay dalam bahasa

Indonesia bermakna sangat jengkel atau sangat suka cita bercampur jengkel. Kosakata ini digunakan saat percakapan.

Berdasarkan penggunaan emosialnya pada bentuk struktur fonologis kata dasar mempunyai 2 kosakata yang menunjukkan amarah, 5

kosakata yang menunjukkan rasa takut, 17 kosakata yang menunjukkan kenikmatan, 6 kosakata menunjukan cinta, 5 kosakata menunjukan

terkejut, 9 kosakata menujukkan kejengkelan, 1 kosakata menunjukkan malu, tetapi belum ditemui kosakata kesedihan pada bentuk struktur

fonologis kata dasar.

Tabel 2. Berbentuk Frasa

Kosakata Bahasa
No Kosakata Makna dan Pemakaiannya
Indonesia

1. Dimans di mana di mana “weh, dimans?”

2. dahal Padahal Padahal “dahal mah 10 makan aja”

3. Yauds ya sudah ya sudah “yauds lah yaa”

4. Kemans ke mana ke mana “pada kemans nih?”

5. Duls Dahulu Dahulu “lau ke alfa duls ya”

6. Gimans Bagaimana Bagaimana “jadinya gimans gais?”

pertemuan secara kopi darat gabungan “bu, kopgap sama


7. Kopgap
gabungan ipa 1 ya?”

good news “ada gudnyus nih besok


8. gudnyus berita baik
liboor”

9. Mantul mantap betul mantap betul “mantul gan”

ungkapan
10. Anjay Keren “anjay juga lau”
kekaguman

11. Tikum titik berkumpul titik kumpul “tikum di rumah ya”

12. Gretong Gratis Gratis “w mau kl gretong”

13. Boljug boleh juga boleh juga “boljug tuh”

14. Ngocol songong Songong “ngocol beeud tuh anak”

15. Bokis Bohong Bohong “bokis aja lau”

16. Lenjeh Centil Centil “dianya lenjeh bu”

17. Purik Pelit Pelit “jan purik lau”

18. Gas ungkapan kekesalan ungkapan kekesalan “jan ngegas dong”

8
19. Kompor Provokasi Provokasi “kompor lau”

20. Bokek tidak ada uang tidak ada uang “lagi bokek w”

21. Palbis paling bisa paling bisa “emang dah palbis”

22. Salting salah tingkah salah tingkah“salting kan?”

tos kekompakan “jangan lupa nanti kilik


23. Kilik uji kekompakan
di lapangan”

24. Pelakor perebut pasangan perbut laki orang “bu, dia pelakor!”

25. Bosque Bosku Bosku “siap bosque”

26. Kepo ingin tahu ingin tahu “kepo ya?”

27. Mager malas berpindah malas gerak “mager nih”

28. Sotoy sok tahu sok tahu “sotoy!”

29. Modus modal dusta modal dusta “dia modus aja”

30. Gais Kawan kawan “gais dimana?”

mantaps djiwa/
31. Keren Keren “mantaps djiwa gais”
mantappu jiwa

32. Hoax berita palsu berita palsu “hoax aja lau”

33. Bonyok orang tua orang tua “jan lupa izin bonyok”

34. ceble/ calang umpatan kasar umpatan kasar “dasar ceble”

Tiga puluh empat kosakata tersebut terbentuk karena berbentuk frasa seperti bonyok berasal dari kata orang dan tua jika digabungkan

menjadi orang tua yang mempunyai makna orang yang dianggap tua atau ayah, ibu kandung. Pemakaian kosakata ini untuk menyebutkan ayah

dan ibu kandung. Bosque berasal dari kata bos dan aku jika digabungkan menjadi bosku mempunyai makna jabatan yang memiliki pangkat lebih

tinggi atau atasan saya. Pemakaian kosakata ini untuk memanggil kawan yang dianggap lebih tua dan disegani pada teman sebayanya. Modus

berasal dari frasa modal dan dusta, jika digabungkan menjadi modus mempunyai makna dasar dan dusta bermakna tidak benar jika digabungkan

modus mempunyai makna hanya berlandaskan ketidak benaran (dusta). Kosakata ini digunakan untuk merayu lawan jenis atau meminta

bantuan kepada teman. Berdasarkan penggunaan emosialnya pada bentuk struktur fonologis berbentuk frasa mempunyai 2 kata yang

menunjukkan amarah, 1 kata menunjukkan kesedihan, 2 kata menujukkan rasa takut, 12 kata menunjukkan kenikmatan, 3 kata menujukkan cinta,

dua kata menujukkan terkejut, 10 kata menunjukkan jengkel, dan 2 kata menunjukkan malu,

Tabel 3. Kosakata dengan Singkatan

Kosakata Bahasa
No Kosakata Makna dan Pemakaiannya
Indonesia

1. TP Mencari perhatian Tebar pesona “tp bangget ya lau”

2 GC Bergerak cepat Gerak cepat “woy gc napa”

3. BM Banyak mau Banyak mau “duh bm beuud kan?”

Bergabung dengan
4. JB Join bareng “jb sama anak pmr ya?”
teman

5. WTF Umpatan kasar What the fuck! (sialan) “wtf lu!”

6. BT Bosan Broken time “bt gue!”

7. BTW Ngomong -ngomong By the way “btw pada apa?”

Friend with benefith “lau sama dia fwb


8. FWB Teman tapi mesra
ya?”

9
9. VN Pesan suara Voice note “weh jangan vn dong”

10. VC Panggilan video Video call “vc ya bu”

Hubungan tanpa Berhubungan tanpa kejelasan “aku sama


11. HTS
status dia hts bu.”

12. W Saya Saya (gue) “w caw”

13. Oc Oke Oke “oc!”

Tiga belas kosakata tersebut terbentuk karena singkatan/ akronim dari kata. Seperti TP akronim dari tebar pesona mempunyai makna

cari perhatian kepada lawan jenis. Kosakata ini digunakan untuk ungkapan menggoda kepada temannya. GC akronim dari gerak cepat

mempunyai makna bergerak dengan cepat. Kosakata ini digunakan untuk mengunggkapkan kekesalan. BM akronim dari banyak mau mempunyai

makna seseorang yang mempunyai keinginan yang banyak. Kosakata ini digunakan untuk mengungkapkan kekesalan. JB akronim dari join

bareng mempunyai makna gabung bersama-sama. Kosakata ini digunakan untuk ungkapan mengajak. WTF akronim dari bahasa asing what the

fuck yang mempunyai makna sialan. Kosakata ini digunakan untuk mengungkapkan kekesalan kepada kawan. Berdasarkan penggunaan

emosialnya pada bentuk kosakata dengan singkatan mempunyai 1 kata mengungkapkan amarah, 1 kata mengungkapkan kesedihan, 6 kata

menujukkan kenikmatan, 1 kata menunjukkan terkejut, 3 kata menujukkan jengkel, 1 kata menunjukkan malu, dan tidak ada kosakata yang

meunjukan rasa takut dan cinta.

Tabel 4. Kosakata dengan Pemenggalan

Kosakata Bahasa
No Kosakata Makna dan Pemakaiannya
Indonesia

1. Leh Boleh boleh “leh uga”

2. Jan Jangan Jangan “jan gitu dongs”

3. Tar Sebentar Sebentar “tar gue makan”

4. Sa Bisa Bisa “sa aja nih”

5. Dah Sudah Sudah “dah balik”

6. Uga Juga Juga “w ikut uga dong”

7. Doku Uang Uang “gak bawa doku”

8. Lau kamu Kamu “lau kemana?”

9. Njir umpatan kasar umpatan kasar “njir dia juara”

10. Shiit umpatan kasar “shiit ambil aja”

Sepuluh kosakata dengan pemenggalan boleh, jangan, sebentar, bisa, sudah, juga, uang, kamu, dan umpatan kasar. Kosakata tersebut

terbentuk diambil suku katanya. Seperti leh berasal dari kosakata boleh menjadi leh suku kata yang diambil merupakan suku kata ke dua.

Berdasarkan penggunaan emosialnya pada bentuk kosakata dengan pemenggalan yaitu satu kata mengungkapkan amarah, dua kata

mengungkapkan rasa takut, enam kata mengungkapkan kenikmatan, satu kata mengungkapkan terkejut dan belum ditemukan kosakata

mengungkapkan kesedihan, cinta, jengkel dan malu.

4. Pentingnya Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Arum Putri (2015 : 3) berpendapat bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai

peran sebagai penyampai informasi. Tidak semua warga Negara Indonesia mengerti apa makna dari bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Sesungguhnya belum tentu bahasa Indonesia yang benar itu baik dan bahasa Indonesia yang baik itu benar. Bahasa Indonesia yang baik adalah

10
bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi serta efektif dalam penyampaian maksud kepada lawan bicara. Sedangkan bahasa Indonesia yang

benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah bahasa baku.

Sudah sebagai sebuah keharusan mengenai kemampuan dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebagai warga

Negara Indonesia seharusnya mampu menggunakan bahsa Indonesia yang baik dan benar tanpa memandang dari generasi apa orang tersebut.

Hal ini menjadi sebuah keharusan karena dalam kedudukannya bahasa Indonesia sebagai bahasa kebanggaan nasional, identitas nasioanal dan

alat pemersatu bangsa. Bahkan kedudukan bahasa Indonesia dijelaskan pada UUD 1945 pasal 36 mengenai kedudukan bahasa Indonesia sebagai

bahasa remi kenegaraan, pengantar dalam pendidikan alat penghubung tingkat nasional dan alat pengembangan kebudayaan dan IPTEK.

Berdasarkan kedudukan bahasa Indonesia maka secara otomatis bahasa Indonesia ini harus diigunakan dalam kegiatan yang bersifat formal

maupun nonformal. Namun kenyataannya yang terjadi sekarang ini penggunaan bahasa Indonesia dikalangan masyarakat sudah bercampur

dengan bahasa gaul.

5. Pengaruh Penggunaan Bahasa Gaul Terhadap Bahasa Indonesia

Menurut Arum Putri (2015 : 5) penyebab banyaknya penggunaan bahasa gaul saat ini karena kurangnya rasa cinta mereka terhadap

bahasa Indonesia sebgai bahasa nasional. Saat ini sejalan dengan perkembangan zaman semakin terlihat pengaruh yang diberikan oleh bahasa

gaul terhadap penggunaan bahsa Indonesia yang baik dan benar dalam penggunan tatanan bahasanya. Penggunaan bahasa gaul paada kalangan

remaja membawa pengaruh yang kurang baik terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai indentitas nasional. Saat ini banyak di kalangan

masyarakat yang sudah memakai bahasa gaul dalam kehidupan sehari – hari mereka. Seolah – olah tidak memahami bahwa bahasa Indonesia

sebagai bahasa nasional. Bahkan pengguna bahasa gaul merambah ke ranah kalangan anak remaja. Seharusnya sebagai warga Negara Indonesia

menghindaari pemakaian bahasa gaul yang sangat banyak digunakan di masyarakat. Terlalu banyaknya pengguna bahasa gaul dikalangan

remaja membuat prihatin bangsa ini. Para generasi muda yang diharapkan dapat memajukan bangsa dari segala aspek inilah yang harus menjadi

perbaikan bersama. Solusi yang dapat diberikan yaitu dengan menanamkan kecintaan dalam diri mereka terhadap bangsa Indonesia terutama

dalam penggunaan bahasa Indonesia.

Dalam hubungan internasional, bahasa Indonesia merupakan perwujudan dari bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Munculnya

bahasa gaul dalam lingkungan masyarakat, membawa pengaruh pada bahasa Indonesia. Arum Putri (2015 : 5) mengemukakan pendapatnya

mengenai pengaruh yang ditimbulkan oleh bahasa gaul sebagai berikut : Pertama , eksistensi keberadaan bahasa dengan bahasa gaul. Adanya

pengaruh arus perkembangan tekonoligi dan komunikasi dicerminkan pada perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa Indonesia

yang baik dan benar. Saat ini dalam lingkungan masyaarakat mulai terbiasa menggunakan bahaasa gaul. Hal ini di perparah dengan fenomena

para generasi muda lebih tertarik untuk mempelajarii bahasa asing daripada menguasai bahasanya sendiri. Dalam kondisi seperti ini, sangat perlu

untuk memberikan pembinaan dan pemupukan mengenai bahasa Indonesia sejak dini kepada generasi muda agar mereka tidak ikut

menggunakan bahasa gaul. Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan

bahasa Indonesia.

Kedua, menurunnya dejarat bahasa Indonesia. Dalam perkembangan sejarah pertumbuhan bahasa, pertumbuhan bahasa asing

memiliki perkembangan yang lebih maju. Seperti yang ada di sekitar kita perkembangan IPTEK saat ini dikuasai oleh bangsa – bangsa barat.

Maka jika pada produk IPTEK yang mereka hasilnya disertai dengan penggunaan bahasa asing maka itu adalah suatu hal yang wajar. Selain itu

bahasa gaul begitu mudah untuk digunakan berkomunikasi dan hanya orang tertentu yang mengerti arti dari bahasa gaul, maka remaja lebih

memilih untuk menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa sehari-hari. Sehingga bahasa Indonesia semakin pudar bahkan dianggap kuno di mata

remaja dan juga menyebabkan turunnya derajat bahasa Indonesia.

11
Selain itu Beta Puspa (2015 : 5) juga mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh yang posistif dan negatif dari bahasa gaul sebagai

berikut : dampak positif ini dapat dilihat bawa penggunaan bahahasa gaul banyak digunakan di kalangan remaja. Namun bila penggunaan

bahasa gaul ini digunakan pada situasi yang tepat akan memberikan manfaat mengenai inovasi bahasa yang muncul nantinya.

Sedangkan dampak negatif, penggunaan bahasa gaul dapat mempersulit pengguna bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal

di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa gaul dapat

mengganggu siapapun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan maksud

dari kata-kata gaul tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk

memahaminya. Bahasa gaul dapat mempersulit penggunanya dalam berkomunikasi dengan orang lain dalam acara yang formal.

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka penulis dapat simpulkan bahwa:

1. Berdasarkan alur AISAS, baik micro influencer, macro influencer, dan mega influencer mampu menghasilkan konten yang mampu menarik

perhatian (attention), dan minat (interest) warganet. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah like, dan comment yang dapat menjadi salah

satu parameter ketertarikan dari followers pada masing-masing akun yang menjadi influencer. Para influencer juga mampu

mengkomunikasikan berbagai macam promosi dengan gaya visual dan bahasa dari personal masing-masing. Pengunaan bahasa gaul

dan kata baru oleh influencer dalam melakukan branding dapat mempengaruhi generasi milenial yang notabenenya sebagai followers un-

tuk menggunakan kata yang gaul atau baru tersebut.

2. Bahasa Indonesia pada ragam bahasa millenial yang ditemukan dalam percakapan para anggota grup Pramuka Libelta dan Flascheetos

dapat dilihat berdasarkan pola pembentuknya. Hasil pengumpulan data ditemukan 102 kosakata slang atau bahasa millenial. Terdiri

atas analisis kosakata slang/bahasa millenial ini berdasarkan bentuk kata dasar sebanyak 45 kosakata, bentuk frasa sebanyak 34 kosakata,

kosakata dengan singkatan sebanyak 13 kosakata, dan kosakata dengan pemenggalan sebanyak 10 kosakata.

3. Masyarakat Indonesia saat ini banyak yang menggunakan bahasa gaul dan singkatan – singkatan dalam kegiatan sehari – hari

merupakan bentuk penyimpangan dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Adannya penyimpangan ini dapat

menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Luntur atau hilangnnya penggunaan bahasa Indonesia dikarenakan

kurangnya kesadaaran dalam diri untuk mencintai dan menggunakan bahasa Indonesia di negeri sendiri. Hal ini terkadang diperparah

oleh maraknya dunia artis yang menggunakan bahasa gaul di media massa dan elektronik atau disebut juga influencer.

DAFTAR PUSTAKA

Anindya, W. D., & Rondang, V. N. (2021). Bentuk Kata Ragam Bahasa Gaul di Kalangan Pengguna Media Sosial instagram.  Prasasti, Journal of

Linguistics (PJL), 6(1).

Anjani, S., & Irwansyah, I. (2020). Peranan Influencer Dalam Mengkomunikasikan Pesan Di Media Sosial Instagram [the Role of Social Media

Influencers in Communicating Messages Using Instagram]. Polyglot: Jurnal Ilmiah, 16(2), 203-229.

Aziza, S. N. Pergeseran Makna dalam Penggunaan Bahasa Gaul di Sosial Media Instagram (Kajian Makna Eufemisme dan Disfemisme).

In Prosiding Seminar Nasional Linguistik dan Sastra (SEMANTIKS) (Vol. 3, pp. 444-449).

Budiana, N., & Setiyoko, D. T. (2020). Implementasi Kalimat Efektif Terhadap Penggunaan Bahasa Gaul. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan

Pengajaran), 4(1), 61-70.

Davies, G. (2008). Employer branding and its influence on managers. European journal of Marketing.

Goziyah, G., & Yusuf, M. (2019). Bahasa Gaul (Prokem) Generasi Milenial dalam Media Sosial. In Seminar Nasional Pendidikan Bahasa dan Sastra (pp.

120-125).

12
Gunawan, I. (2013). Metode penelitian kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 143, 32-49.

Hanindharputri, M. A., & Putra, I. K. A. M. (2019, September). Peran Influencer dalam Strategi Meningkatkan Promosi dari Suatu Brand.

In Sandyakala: Prosiding Seminar Nasional Seni, Kriya, dan Desain (Vol. 1, pp. 335-343).

Harrigan, P., Daly, T. M., Coussement, K., Lee, J. A., Soutar, G. N., & Evers, U. (2021). Identifying influencers on social media.  International Journal

of Information Management, 56, 102246.

Istiqomah, D. S., Istiqomah, D. S., & Nugraha, V. (2018). Analisis penggunaan bahasa prokem dalam media sosial.  Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia), 1(5), 665-674.

Iswatiningsih, D., & Pangesti, F. (2021). Ekspresi remaja milenial melalui penggunaan bahasa gaul di media sosial.  KEMBARA: Jurnal Keilmuan

Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 7(2), 476-489.

Isyanto, P., Sapitri, R. G., & Sinaga, O. (2020). Micro influencers marketing and brand image to purchase intention of cosmetic products

focallure. Systematic Reviews in Pharmacy, 11(1), 601-605.

Nurhasanah, N. (2014). Pengaruh Bahasa Gaul Terhadap Bahasa Indonesia. In Forum Ilmiah (Vol. 11, No. 1, pp. 15-21).

Patoni, M. (2017). Bahasa Gaul Remaja Indonesia. Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa, 12(2).

Prasasti, R. (2016). Pengaruh bahasa gaul terhadap penggunaan bahasa Indonesia mahasiswa Unswagati. LOGIKA Jurnal Ilmiah Lemlit Unswagati

Cirebon, 18(3), 114-119.

Prayudi, S., & Nasution, W. (2020). Ragam bahasa dalam media sosial twitter. Jurnal Metamorfosa, 8(2), 269-280.

Puspitasari, A. (2017). Menumbuhkan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pendidikan dan pengajaran. Tamaddun, 16(2), 81-87.

Riama, C. O. (2021). Peran influencer dalam proses electronic word of mouth untuk meningkatkan persepsi merek.  Jurnal Manajemen

Komunikasi, 5(2), 156-175.

Supratman, L. P., & Rachmansyah, M. (2020). Peran Media Instagram dalam Memasarkan Produk Fashion Dollies. Jurnal Studi Komunikasi Dan

Media, 24(1), 73-90.

Wang, S., Gan, T., Liu, Y., Zhang, L., Wu, J., & Nie, L. (2021). Discover Micro-Influencers for Brands via Better Understanding.  IEEE Transactions on

Multimedia, 24, 2595-2605.

Wulandari, R., Fawaid, F. N., Hieu, H. N., & Iswatiningsih, D. (2021). Penggunaan Bahasa Gaul pada Remaja Milenial di Media Sosial.  Literasi:

Jurnal Bahasa Dan Sastra Indonesia Serta Pembelajarannya, 5(1), 64-76.

13

Anda mungkin juga menyukai