Anda di halaman 1dari 3

Dekonstruksi Fenomena FoMo : Menciptakan Trend Dengan Memanfaatkan

Influencer Dan Media Sosial Sebagai Solusi Menjaga Eksistensi Budaya Lokal

Banyaknya perubahan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat sehingga dapat mengubah
cara pandangan hidup suatu kelompok masyarakat, dimulai dengan semakin berkembangnya
ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin canggih juga ikut serta dalam perubahan
yang terjadi dalam masyarakat, menurut (A.Rafiq, 2020) karena tekhnologi yang semakin
canggih masuk pada tahap equilibrium dimana adanya perubahan dalam suatu masyarakat
dan perubahan-perubahan ini dapat membentuk prilaku termasuk nilai-nilai dan sistem sosial
dari seseorang seperti kurangnya sosialisasi antar kelompok masyarakat, tekhnologi yang
dapat membantu kehidupan masyarakat dalam hal apapun seperti bekerja, berkomunikasi
jarak jauh dan sederet hal lainnya, masyarakat juga memfokuskan diri pada tekhnologi yang
semakin canggih, karena tekhnologi menyuguhkan banyaknya media yang dapat di
pergunakan oleh masyarakat umum, dari mendapatkan informasi hingga untuk membuka
bisnis melalui online.

Perkembangan media saat ini menjadi peran dalam memainkan cara pandang pada
publik terhadap tampilan yang di lihat dari media, banyaknya tampilan yang dapat di
konsumsi oleh masyarakat yang di suguhkan oleh media, membuat masyarakat menjadi
bingung untuk mengelola rangkaian gambaran informasi yang di terima oleh masyarakat itu
sendiri, tidak dapat di pungkiri masyarakat hanya membaca dan menelan mentah mentah apa
yang di lihat dari media (Zikrillah, 2020). Media sosial yang banyak di gunakan oleh
masyarakat seperti, facebook, instagram, telegram, twitter, whatsup, dan beberapa media
lainnya telah merekayasa konteks hingga merubah perspektif masyarakat di era kontemporer
saat ini, dunia sosial media yang di katakan sebagai dunia maya atau dunia virtual sudah
bertransformasi menjadi dunia yang real atau nyata di genggaman para pengguna jaringan
sosial serta bebasnya kehidupan sosial media untuk berekpresi dan mengutarakan pendapat
hingga banyaknya di temukan konten yang murahan di media sosial, hal ini di karenakan
seseorang dapat memalsuka identitas untuk melakukan kejahatan yang dapat merugikan
beberapa pihak yang bersangkutan.

Dalam hal ini dengan seseorang menggunakan sosial media baik untuk bisnis, ataupun
untuk memposting diri sendiri sehingga menuai banyaknya pujian yang di utarakan oleh para
pengikut dari pengguna media sosial, dengan menyebut sebagai self branding pada media
sosial milik pribadinya, seperti like dan komen yang mengarah kepada pujian yang membuat
orang bisa berbondong-bondong untuk memperlihatkan dirinya, self branding atau dikenal
dengan personal branding yakni membangun merek dalam diri individu dan dapat di katakan
sebagai bentuk membangun citra serta identitas diri yang baik dan dapat di konsumsi oleh
publik, sehingga menimbulkan prasaan yang bahagia dari diri masing-masing individu yang
eksis dalam penggunaan media sosial dan yang mengikuti trend (Ishihara, 2021)

Hal diatas termasuk pada prilaku FoMo, dimana FoMo merupakan sebuah fenomena
yang terjadi pada masyarakat sejak dulu tetapi pada masa sekarang di kenal dengan sebutan
FoMo ( Fear Of Missing Out ) khusnya terjadi pada anak muda, dimana membicarakan
sebuah kejadian semakin si pendengar mengikuti atau ikut serta dalam kejadian tersebut
karena ingin merasakan rewarding (penghargaan untuk diri sendiri) serta terus mengikuti
kejadian atau hal apa saja yang menjadi tranding di sosial media, dari adanya sosial media
yang dapat memperkuat prilaku FoMo dapat semakin berkembang, dalam hal ini anak muda
melakukan eksplorasi pada dirinya untuk meniru yang menari perhatiannya, hingga
banyaknya influencer pada media sosial yang dapat membentuk berbagai macam tren yang
sekiranya dapat di repitalisasi oleh para pengikut atau penontonnya (Mahestu, 2020).

Fenomena FoMo yang dapat membuat individu lebih menyukai hal-hal yang di
sajikan melalui media dan mengaggap hal yang ada di media sosial itu nyata, dapat
membawa indivu jauh dari kehidupan yang sesungguhnya, dengan demikian fenomena FoMo
ini dapat di rasakan oleh seseorang yang merasa kurang dan khawatir jika tidak mengikuti
apa yang sedang trending di media sosial, seperti yang terlihat bahwa banyaknya peluang
yang dapat di manfaatkan pada media sosial seperti untuk mempromosikan brand ataupun
produk dari suatu perusahaan yang di lakukan oleh para influencer yang sudah terkenal.
Dalam hal ini influencer dapat mempengaruhi seseorang sehingga mampu menciptakan
fenomena FoMo yang terjadi, dengan menciptakan suatu tarian daerah, memakai barang-
barang branded, mengunjungi tempat wisata maupun tempat makan yang terbilang aestheti,
serta trend pamer yang dilakukan influencer, sehingga banyak yang mengikuti gaya hidup
dari seorang influncer tersebut dan bahkan dapat di jadikan sebagai sebuah trend di media
sosial yang dimana dapat menumbuhkan rasa khawatir yang di rasakan oleh para pengikutnya
jika tidak bisa merepitalisasi hal tersebut (Yoesgiantoro, 2023).

Pada fenomena FoMo yang selalu terlihat negatif dalam masyarakat dan dalam sisi
lain adanya hal yang dapat di manfaatkan pada prilaku FoMo tersebut sebagai dekonstruksi
adanya fenomena FoMo yang di mainkan oleh influncer sehingga dapat di jadikan contoh
untuk para pengikutnya dalam konteks yang positif dengan demikian dapat membawa suatu
apresiasi dalam menjaga sebuah budaya jika infuencer melakukan hal yang berbau
kebudayaan dan dapat di tiru oleh para pengikutnya.

Anda mungkin juga menyukai