Disusun oleh :
YANI ROKI SIAHAY (A1C121029)
CI INSTITUSI CI LAHAN
(…………………………..) (…………………………..)
2. Tingkatan Ansietas
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Lapang persepsi melebar dan orang akan bersikap
hati-hati dan waspada. Orang yang mengalami ansietas ringan akan
terdorong untuk menghasilkan kreativitas. Respons- respons fisiologis
orang yang mengalami ansietas ringan adalah sesekali mengalami napas
pendek, naiknya tekanan darah dan nadi, muka berkerut, bibir bergetar,
dan mengalami gejala pada lambung. Respons kognitif orang yang
mengalami ansietas ringan adalah lapang persepsi yang melebar, dapat
menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan
dapat menjelaskan masalah secara efektif. Adapun respons perilaku dan
emosi dari orang yang mengalami ansietas adalah tidak dapat duduk
tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang- kadang meninggi.
b. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada lingkungan
menurun dan memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan
menyampingkan hal-hal lain. Respons fisiologis dari orang yang
mengalami ansietas sedang adalah sering napas pendek, nadi dan tekanan
darah naik mulut kering, anoreksia, diare, konstipasi dan gelisah.
Respon kognitif orang yang mengalami ansietas sedang adalah lapang
persepsi yang menyempit, rangsangan luar sulit diterima, berfokus pada
apa yang menjadi perhatian. Adapun respons perilaku dan emosi adalah
gerakan yang tersentak-sentak, meremas tangan, sulit tidur, dan perasaan
tidak aman .
c. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan hal-hal lain.
Individu sulit berpikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan
untuk memusatkan perhatian pada area lain. Respons-respons fisiologis
ansietas berat adalah napas pendek, nadi dan tekanan darah darah naik,
banyak berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan kabur, dan mengalami
ketegangan.
Respon kognitif pada orang yang mengalami ansietas berat adalah lapang
persepsi sangat sempit dan tidak mampu untuk menyelesaikan masalah.
Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan tidak aman,
verbalisasi yang cepat, dan blocking.
d. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat sempit
dan sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri
lagi dan sulit melakukan apapun walaupun dia sudah diberikan
pengarahan. Respons-respons fisiologis panik adalah napas pendek, rasa
tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi dan koordinasi motorik yang sangat
rendah. Sementara respons-respons kognitif penderita panik adalah
lapang persepsi yang sangat pendek sekali dan tidak mampu berpikir
logis. Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat agitasi, mengamuk
dan marah-marah, ketakutan dan berteriak-teriak, blocking, kehilangan
kontrol diri dan memiliki persepsi yang kacau (Herry Zan Pieter, 2011)
3. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang yang
dapat menimbulkan kecemasan (Suliswati,2005).
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan
kenyataan yang menimbulkan kecemasan pada individu
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidak mampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam mekanisme koping individu
banyak dipelajari dalam keluarga
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasan
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodizepin
dapat menekan neurotransmiter gama amino butyric acid (GABA)
yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan tibulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Ancaman terhadap intregitas fisik.Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya
hamil).
b) Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal
e. Napas Dalam
Napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri atas pernapasan
abdominal (diafragma)
Prosedur :
1) Atur posisi yang nyaman
2) Fleksikan lutut klien untuk merelaksasi otot abdomen
3) Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga.
4) Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung
sampai 3 selama inspirasi.
5) Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup secara
perlahan – lahan (Asmadi,2008).
7. Aromaterapi Lavender
a. Definisi
Aromaterapi adalah suatu metode dalam relaksasi yang
menggunakan minyak esensial dalam pelaksanaannya berguna untuk
meningkatkan kesehatan fisik, emosi dan spirit seseorang (Solehati &
Kosasih, 2015)
Aromaterapi merupakan terapi modalitas atau pengobatan alternatif
dengan menggunakan sari tumbuhan aromatik murni berupa bahan cairan
tanaman yang mudah menguap dan senyawa aromatik lain dari
tumbuhan. Minyak yang digunakan dalam terapi komplementer meliputi
minyak atsiri, bunga lavender, chamomile, jeruk yang dapat
menimbulkan aroma sedatif, minyak ylang-ylang yang memberikan efek
menenangkan, serta minyak melati yang memberikan efek relaksasi.
Aromaterapi sering diartikan sebagai penggunaan minyak atsiri untuk
meningkatkan kesehatan dan vitalitas tubuh, pikiran, serta jiwa dengan
cara inhalasi, mandi rendam, kompres, pemakaian topikal dan pijat
(Jaelani, 2009).Salah satu aromaterapi yang paling digemari adalah
lavender. Berasal dari bunga lavender yang berbentuk kecil dan berwarna
ungu. Bunga lavender dapat digosokkan ke kulit ,aromaterapi
menggunakan minyak lavender dipercaya dapat memberikan efek
relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang tegang ( carminative) setelah
lelah beraktifitas Bunga lavender juga memiliki efek memberikan rasa
kantuk .Bunga lavender memiliki 25-30 spesies , beberapa diantaranya
adalah Lavandula angustifolia, lavandula lattifolia, lavandula stoechas
(DE, 2010)
B. Pengkajian Fokus
1. Data Yang Perlu Dikaji
a. Perilaku
Produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak mata, jelek,
gelisah, melihat sekilas sesuatu , pergerakan berlebihan (seperti; foot
shuffling, pergerakan lengan/tangan), Ungkapan perhatian berkaitan
dengan merubah peristiwa dalam hidup, insomnia, perasaan gelisah
b. Afektif
Menyesal, iritabel,kesedihan mendalam, takut, gugup, suka cita
berlebihan, nyeri dan ketidak berdayaan meningkat secara menetap,
gemertak, ketidak pastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri
sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin
dan mencemaskan
c. Fisiologis
Suara bergetar, gemetar/tremor tangan, bergoyang-goyang, respirasi
meningkat, kesegeraan berkemih ( parasimpatis), nadi meningkat, dilasi
pupil, refleks-refleks meningkat, nyeri abdomen, gangguan tidur, perasaan
geli pada ekstrimitas, eksitasi kardiovaskuler, peluh meningkat, wajah
tegang, anoreksia, jantung berdebar-debar , diarhea, keragu-raguan
berkemih kelelahan, mulut kering, kelemahan, nadi berkurang, wajah
bergejolak, vasokontriksi supervisial, berkedutan, tekanan darah menurun
mual, keseringan berkemih, pingsan, sukar bernafas, tekanan darah
meningkat
d. Faktor yang berhubungan
Terpapar toksin, konflik tidak disadari tentang pentingnya nilai-nilai /
tujuan hidup, hubungan kekeluargaan / keturunan, kebutuhan yang tidak
terpenuhi, interpersonal-transmisi/penularan, krisis situasional, maturasi,
ancaman terhadap konsep diri, stress, penyalah gunaan zat,ancaman
terhadap atau perubahan dalam : status peran status kesehatan , pola
interaksi, fungsi peran, lingkungan , status ekonomi ( NANDA 2005-
2006:9-11)
2. Masalah Keperawatan
a. Ansietas
b. Harga diri rendah
c. Gangguan citra tubuh
d. Koping individu inefektif
e. Kurangnya pengetahuan
3. Diagnosa Keperawatan
Pembentukan diagnosa keperawatan mengharuskan perawat menentukan
kualitas (kesesuaian) dari respon pasien, kuantitas (tingkat