Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL ANSIETAS

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Dasar

                                                        

Disusun oleh :
YANI ROKI SIAHAY (A1C121029)

CI INSTITUSI CI LAHAN

(…………………………..) (…………………………..)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSR TAHUN
AJARAN 2021/2021
1. Definisi Ansietas

Ansietas adalah perasaan was-was, khawatir,atau tidak nyaman


seakan-akan akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman Ansietas
berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap
ssuatu yang berbahaya, sedangkan ansietas adalah respon emosional terhadap
penilaian tersebut (Keliat, 2012). Ansietas merupakan pengalaman emosi dan
subjektif tanpa ada objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu
perasaan was-was (khawatir) seolah-olah ada sesuatu yang buruk akan terjadi
dan pada umumnya disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung
beberapa waktu (Stuart dan Laraia,1998) dalam buku (Pieter,dkk,2011)

Sedangkan menurut (Riyadi&Purwanto,2010) Ansietas adalah suatu


perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang
sering disertai gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas
terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang
disebabkan oleh kecemasan tersebut. Kecemasan merupakan suatu perasaan
subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi
umum dari ketidak mampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa
aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak
menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan
fisiologis dan psikologis (Rochman, 2010)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ansietas adalah respon


seseorang berupa rasa khawatir , was-was dan tidak nyaman dalam
menghadapi suatu hal tanpa objek yang jelas.
1. Rentang Respon Kecemasan

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

2. Tingkatan Ansietas

a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Lapang persepsi melebar dan orang akan bersikap
hati-hati dan waspada. Orang yang mengalami ansietas ringan akan
terdorong untuk menghasilkan kreativitas. Respons- respons fisiologis
orang yang mengalami ansietas ringan adalah sesekali mengalami napas
pendek, naiknya tekanan darah dan nadi, muka berkerut, bibir bergetar,
dan mengalami gejala pada lambung. Respons kognitif orang yang
mengalami ansietas ringan adalah lapang persepsi yang melebar, dapat
menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan
dapat menjelaskan masalah secara efektif. Adapun respons perilaku dan
emosi dari orang yang mengalami ansietas adalah tidak dapat duduk
tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang- kadang meninggi.
b. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada lingkungan
menurun dan memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan
menyampingkan hal-hal lain. Respons fisiologis dari orang yang
mengalami ansietas sedang adalah sering napas pendek, nadi dan tekanan
darah naik mulut kering, anoreksia, diare, konstipasi dan gelisah.
Respon kognitif orang yang mengalami ansietas sedang adalah lapang
persepsi yang menyempit, rangsangan luar sulit diterima, berfokus pada
apa yang menjadi perhatian. Adapun respons perilaku dan emosi adalah
gerakan yang tersentak-sentak, meremas tangan, sulit tidur, dan perasaan
tidak aman .
c. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan hal-hal lain.
Individu sulit berpikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan
untuk memusatkan perhatian pada area lain. Respons-respons fisiologis
ansietas berat adalah napas pendek, nadi dan tekanan darah darah naik,
banyak berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan kabur, dan mengalami
ketegangan.
Respon kognitif pada orang yang mengalami ansietas berat adalah lapang
persepsi sangat sempit dan tidak mampu untuk menyelesaikan masalah.
Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan tidak aman,
verbalisasi yang cepat, dan blocking.
d. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat sempit
dan sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri
lagi dan sulit melakukan apapun walaupun dia sudah diberikan
pengarahan. Respons-respons fisiologis panik adalah napas pendek, rasa
tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi dan koordinasi motorik yang sangat
rendah. Sementara respons-respons kognitif penderita panik adalah
lapang persepsi yang sangat pendek sekali dan tidak mampu berpikir
logis. Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat agitasi, mengamuk
dan marah-marah, ketakutan dan berteriak-teriak, blocking, kehilangan
kontrol diri dan memiliki persepsi yang kacau (Herry Zan Pieter, 2011)

3. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang yang
dapat menimbulkan kecemasan (Suliswati,2005).
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan
kenyataan yang menimbulkan kecemasan pada individu
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidak mampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam mekanisme koping individu
banyak dipelajari dalam keluarga
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasan
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodizepin
dapat menekan neurotransmiter gama amino butyric acid (GABA)
yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan tibulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Ancaman terhadap intregitas fisik.Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya
hamil).
b) Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal

2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber eksternal dan internal


a) Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan interpersonal
dirumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap intergritas fisik juga dapat mengancam
harga diri.
b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan)
4. Tanda dan Gejala
Gejala meliputi ( APA, 1994 )
a. Palpitasi, jantung berdebar, atau akselerasi frekuensi jantung
b. Berkeringat
c. Gemetar atau menggigil
d. Perasaan sesak napas dan tercekik
e. Perasaan tersedak
f. Nyeri atau ketidak nyamanan dada
g. Mual atau distres abdomen
h. Merasa pusing, limbung, vertigo, atau pingsan
i. Takutmat
Gejala lain gangguan ansietas meliputi :

a. Gelisah, perasaan tegang, khawatir berlebihan, mudah letih, sulit


berkonsentrasi, iritabilitas, otot tegang, dan gangguan tidur (gangguan
ansietas umum)
b. Ingatan atau mimpi buruk berulang yang mengganggu mengenai
peristiwa traumatis, perasaan menghidupkan kembali trauma ( episode
kilas balik ), kesulitan merasakan emosi ( afek datar ), insomnia dan
iritabilitas atau marah yang meledak–ledak ( gangguan stres pasca
trauma )
c. Repetitif, pikiran obsesif, perilaku kasar yang berkaitan dengan
kekerasan, kontaminasi, dan keraguan, berulang kali melakukan aktifitas
yang tidak bertujuan, seperti mencuci tangan, menghitung, memeriksa,
menyentuh (gangguan obsesif- kompulsif)
d. Rasa takut yang nyata dan menetap akan objek atau situasi tertentu
( fobia spesifik ), situasi performa atau sosial (fobia sosial), atau berada
dalam satu situasi yang membuat individu terjebak ( agorafobia) (Eko
Prabowo, 2014)

5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecemasan


Mcfarlan dan Wasli (1997 dalam Shives,1998) mengatakan bahwa
faktor yang berkonstribusi pada terjadinya kecemasan meliputi ancaman
pada:
a. Konsep diri
b. Kepercayaan, lingkungan
c. Fungsi peran, hubungan interpersonal, dan
d. Status kesehatan.
6. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu mencakup fisik ( somatik ) , psikologik atau psikiatrik,
psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya seperti pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makanan yang bergizi dan seimbang.
2) Tidur yang cukup
3) Tidak merokok
4) Tidak meminum minuman keras
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neurotransmiter ( sinyal penghantar syaraf ) di susunan saraf pusat otak
( limbic system ). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat
anti cemas (anxiolitic), yaitu diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspironeHCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik ( somatik ) sering dijumpai sebagai
gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik ( fisik ) itu dapat diberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi semangat atau
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.

2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi


bila dinilai bahwa ketidak mampuan mengatasi kecemasan
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksutkan memperbaiki (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrai dan daya ingat.
5) Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadap stressor psikososial sehingga mengalami
kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung .
7) Terapi psikoreligius
untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai
problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial. (Eko
Prabowo, 2014)

e. Napas Dalam
Napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri atas pernapasan
abdominal (diafragma)
Prosedur :
1) Atur posisi yang nyaman
2) Fleksikan lutut klien untuk merelaksasi otot abdomen
3) Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga.
4) Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung
sampai 3 selama inspirasi.
5) Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup secara
perlahan – lahan (Asmadi,2008).
7. Aromaterapi Lavender
a. Definisi
Aromaterapi adalah suatu metode dalam relaksasi yang
menggunakan minyak esensial dalam pelaksanaannya berguna untuk
meningkatkan kesehatan fisik, emosi dan spirit seseorang (Solehati &
Kosasih, 2015)
Aromaterapi merupakan terapi modalitas atau pengobatan alternatif
dengan menggunakan sari tumbuhan aromatik murni berupa bahan cairan
tanaman yang mudah menguap dan senyawa aromatik lain dari
tumbuhan. Minyak yang digunakan dalam terapi komplementer meliputi
minyak atsiri, bunga lavender, chamomile, jeruk yang dapat
menimbulkan aroma sedatif, minyak ylang-ylang yang memberikan efek
menenangkan, serta minyak melati yang memberikan efek relaksasi.
Aromaterapi sering diartikan sebagai penggunaan minyak atsiri untuk
meningkatkan kesehatan dan vitalitas tubuh, pikiran, serta jiwa dengan
cara inhalasi, mandi rendam, kompres, pemakaian topikal dan pijat
(Jaelani, 2009).Salah satu aromaterapi yang paling digemari adalah
lavender. Berasal dari bunga lavender yang berbentuk kecil dan berwarna
ungu. Bunga lavender dapat digosokkan ke kulit ,aromaterapi
menggunakan minyak lavender dipercaya dapat memberikan efek
relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang tegang ( carminative) setelah
lelah beraktifitas Bunga lavender juga memiliki efek memberikan rasa
kantuk .Bunga lavender memiliki 25-30 spesies , beberapa diantaranya
adalah Lavandula angustifolia, lavandula lattifolia, lavandula stoechas
(DE, 2010)

b. Kandungan Minyak Lavender


Minyak lavender memiliki banyak potensi karena terdiri atas
beberapa kandungan. Menurut penelitian, dalam 100 gram bunga
lavender tersusun atas beberapa kandungan, seperti : minyak esensial
(1-3%), alpha-pinene (0,22%), camphene (0,06%), beta myrcene
(5,33%), p-cymene(0,3%), limonene (1,06%), cineol (0,51%),
limalool(26,12%),borneol(1,21%)

Terpinen-4-ol (4,64%), linalyl acetate (26,32%), geranyl acetate


(2,14%), dan caryophyllene (7,55%). Berdasarkan dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa kandungan utama dari bunga lavender adalah linalyl
asetat dan linalool . Dapat dikatakan, linalool adalah kandungan aktif
utama yang berperan pada efek anti cemas ( relaksasi )pada lavender
(DE, 2010)
c. Cara Penggunaan
1) Dihirup
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Katylaksa (2011),
aromaterapi bisa dihirup dengan meneteskan 6 tetes minyak lavender
di kapas yang kemudian diletakkan di depan hidung dengan jarak 2
cm selama 4 menit. Menurut La Torre (2003), satu sampai lima tetes
lavender yang dihirup dari tisu wajah selama sekitar 5 sampai 10
menit dapat menenangkan dan merelaksasi. Sedangkan untuk
insomnia, mual, atau depresi, diperlukan waktu 5-10 menit dalam
menghirup aromaterapi .
2) Penguapan
Alat yang digunakan untuk menyebarkan aromaterapi dengan cara
penguapan biasanya terbuat dari keramik atau tanah liat. Alat ini
mempunyai rongga seperti gua untuk meletakkan lilin kecil atau
lampu minyak dan bagian atas terdapat cekungan seperti cangkir
3) Pijatan
Pijat merupakan salah satu bentuk pengobatan yang sangat sering
dikolaborasikan dengan aromaterapi. Beberapa tetes minyak esensial
dicampurkan dalam minyak untuk pijat sehingga dapat memberikan
efek stimulan antara terapi sentuhan dan terapi wangi-wangian.
Pijatan dapat memperbaiki peredaran darah, mengembalikan
kekenyalan otot, membuang racun dan melepaskan energi yang
terperangkap di dalam otot. Wangi-wangian memicu rasa senang dan
santai.
4) Topikal atau dioles
Menurut penelitian Ballard (2002), penggunaan essensial oil dengan
cara dioles terbukti mampu menurunkan agitasi pada pasien demensia.
Minyak Melisa dicampur dengan lotion standart yang sudah diuji
formulasi dan keamanannya sesuai dengan dosis. Kemudian lotion
tersebut dioleskan ke wajah dan lengan pasien dengan kurun waktu 2
kali sehari dalam 4 minggu. Tidak ditemukan efek samping dalam
penelitian tersebut.

5) Semprotan untuk ruangan


Minyak esensial bersifat lebih alami daripada aerosol yang dapat
merusak ozon dalam penggunaannya sebagai pewangi ruangan.
Penggunaannya adalah dengan menambahkan sekitar 10-12 tetes
minyak esensial ke dalam setengah liter air dan menyemprotkan
campuran tersebut ke seluruh ruangan dengan bantuan botol

B. Pengkajian Fokus
1. Data Yang Perlu Dikaji
a. Perilaku
Produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak mata, jelek,
gelisah, melihat sekilas sesuatu , pergerakan berlebihan (seperti; foot
shuffling, pergerakan lengan/tangan), Ungkapan perhatian berkaitan
dengan merubah peristiwa dalam hidup, insomnia, perasaan gelisah
b. Afektif
Menyesal, iritabel,kesedihan mendalam, takut, gugup, suka cita
berlebihan, nyeri dan ketidak berdayaan meningkat secara menetap,
gemertak, ketidak pastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri
sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin
dan mencemaskan
c. Fisiologis
Suara bergetar, gemetar/tremor tangan, bergoyang-goyang, respirasi
meningkat, kesegeraan berkemih ( parasimpatis), nadi meningkat, dilasi
pupil, refleks-refleks meningkat, nyeri abdomen, gangguan tidur, perasaan
geli pada ekstrimitas, eksitasi kardiovaskuler, peluh meningkat, wajah
tegang, anoreksia, jantung berdebar-debar , diarhea, keragu-raguan
berkemih kelelahan, mulut kering, kelemahan, nadi berkurang, wajah
bergejolak, vasokontriksi supervisial, berkedutan, tekanan darah menurun
mual, keseringan berkemih, pingsan, sukar bernafas, tekanan darah
meningkat
d. Faktor yang berhubungan
Terpapar toksin, konflik tidak disadari tentang pentingnya nilai-nilai /
tujuan hidup, hubungan kekeluargaan / keturunan, kebutuhan yang tidak
terpenuhi, interpersonal-transmisi/penularan, krisis situasional, maturasi,
ancaman terhadap konsep diri, stress, penyalah gunaan zat,ancaman
terhadap atau perubahan dalam : status peran status kesehatan , pola
interaksi, fungsi peran, lingkungan , status ekonomi ( NANDA 2005-
2006:9-11)
2. Masalah Keperawatan
a. Ansietas
b. Harga diri rendah
c. Gangguan citra tubuh
d. Koping individu inefektif
e. Kurangnya pengetahuan
3. Diagnosa Keperawatan
Pembentukan diagnosa keperawatan mengharuskan perawat menentukan
kualitas (kesesuaian) dari respon pasien, kuantitas (tingkat

Anda mungkin juga menyukai