Kekerasan Dan Eksploitasi Pada Karapan Sapi
Kekerasan Dan Eksploitasi Pada Karapan Sapi
Berdasarkan tradisi masyarakat pemilik sapi karapan, maka hewan tersebut menjelang
diterjunkan ke arena dilukai di bagian pantatnya yakni diparut dengan paku hingga kulitnya
berdarah agar dapat berlari cepat. Bahkan luka itu diberikan sambal atau balsem yang dioles-
oleskan di bagian tubuh tertentu antara lain di sekitar mata. Bahkan sekujur badan dikucuri
spirtus atau cuka atau cairan yang terasa panas untuk menimbulkan sakit serta efek yang
dapat membuat sapi merasa kepanasan dan marah hingga dia berlari bagai mengamuk.
Praktik-praktik semacam itu menjadikan sapi tampak kesurupan. Matanya melotot.
Napasnya mendesis. Pada kondisi seperti itu, tidak jelas apakah setiap pasangan sapi karapan,
berlari karena kekuatan ototnya atau karena ingin lepas dari rasa sakit. Selama perlombaan
berlangsung, bisa jadi pasangan sapi akan diadu beberapa kali. Yang artinya, sapi-sapi
tersebut akan mendapatkan perlakuan menyakitkan berulang-ulang.
Begitu perlombaan usai, para pemilik sapi langsung menyembuhkan luka-luka
tersebut dengan cara ditetesi spiritus, zat cair yang mengandung alkohol dan mudah
menguap, atau air panas bercampur garam pada luka-luka sapi. Dengan cairan tersebut luka-
luka diyakini bisa cepat kering dan sembuh.
Sumber:
https://travel.kompas.com/read/2008/10/17/07092068/pantat.dipaku.mata.dan.dubur.diolesi.b
alsam?page=all
https://www.pasuruankab.go.id/berita-3855-warga-wonorejo-terus-pertahankan-tradisi-
karapan-sapi.html
http://jelajah-nesia.blogspot.com/2012/11/sisi-kekerasan-pada-satwa-dalam-karapan.html