Anda di halaman 1dari 10

Efek Temperatur Pipa Kapiler Terhadap Kinerja Mesin Pendingin

(Khairil Anwar)

EFEK TEMPERATUR PIPA KAPILER TERHADAP KINERJA MESIN


PENDINGIN
1) 2) 3)
Khairil Anwar , Effendy Arif , Wahyu H. Piarah
1)
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Palu, Sulawesi Tengah
2, 3)
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Makassar, Sulawesi Selatan

Email: kh41ril@yahoo.com

Abstract

The aims of this research are to obtain (1) the effect of the capillary tube
temperature on the refrigerant condition and the refrigerating capacity in the refrigeration
system and (2) the optimum temperature condition for obtain better system performance.
This research was done in the Refrigeration System Laboratory at Tadulako
University in Palu. The method applied in this research is an experimental method, with
various temperature at capillary tube. Various temperature is obtained by placing capillary
tube in freezer from other refrigeration system (refrigerator), through arrangement of
thermostat.
The result of this research indicates that decreasing cooling temperature of
capillary tube causes refrigerating capacity and Coefficient of Performance of refrigeration
system increases. Optimum performance of this examination during 30 minutes, obtained on
the lowest thermostat temperature position that is –20C ( position 7) with Coefficient of
Performance (COP) of 2.71

Keywords : Capillary tube, thermostat temperature, refrigerating capacity, COP.

A. Pendahuluan panjang antara 1 sampai 6 m. Untuk


refrigeran halocarbon, pipa kapilier
Kebanyakan mesin pendingin pada umumnya terbuat dari tembaga.
bekerja berdasarkan siklus pendingin
kompresi uap (vapor compression Pipa kapiler memiliki
refrigeration cycle). Pada siklus keuntungan dan kerugian.
pendingin ini terdapat 4 komponen Keuntungannnya karena bentuknya
utama yaitu: evaporator, kompresor, sederhana, tidak memiliki bagian yang
kondensor dan alat ekspansi. bergerak, dan relatif murah. Selain itu
Komponen terakhir yaitu alat ekspansi juga dapat memungkinkan tekanan dari
bertujuan untuk menurunkan tekanan sistem menjadi sama selama siklus
cairan refrigeran setelah keluar dari tidak beroperasi, sehingga motor yang
kondensor, dan mengatur laju aliran menggerakkan kompresor dapat di start
refrigeran yang masuk ke evaporator. dengan torsi yang rendah. Sementara
kerugian dari pipa kapiler adalah karena
Pada sistem mesin pendingin skala tidak dapat diatur untuk kondisi beban
kecil, alat ekspansi yang umumnya yang berubah - ubah, mudah tersumbat
digunakan adalah pipa kapiler, yang oleh kotoran, dan hanya dapat
merupakan pipa berbentuk koil yang digunakan pada sistem yang diberi
berdiameter sangat kecil, biasanya preparat secara hermetik, yang kurang
antara 0.5 sampai 2 mm dan memiliki kemungkinan adanya kebocoran. Pipa

30
Jurnal Mekanikal, Vol. 1 No. 1 Januari 2010 : 30 - 39

kapiler ini dirancang untuk sejumlah kecil karena membutuhkan lebih banyak
kondisi operasi, dan setiap perubahan space.
beban kalor atau suhu kondensor dari
keadaan yang dirancang, akan Ekadewi.et.al (2002) meneliti
menyebabkan penurunan efisiensi pengaruh pipa kapiler yang dililitkan
kerja. pada line suction terhadap waktu
pendinginan dan COP freezer.
Penelitian terkait dengan pipa Refrigeran yang digunakan adalah R-
kapiler untuk mendapatkan performa 406A. Waktu pendinginan didapat dari
sistem yang optimal telah banyak waktu menurunkan 1C air garam dari
dilakukan. Pada umumnya adalah 6C  –3C. Dari eksperimen didapat
dengan variasi bentuk geometri, bahwa pipa kapiler yang dililitkan pada
dimensi serta posisi dari pipa kapiler line suction dapat meningkatkan COP
tersebut. Wei et.al (2001) meneliti freezer sedangkan waktu pendinginan
performa pipa kapiler untuk refrigeran tidak banyak berubah.
R-407C, menggunakan 9 pipa kapiler
dengan konfigurasi lurus dan koil. Marwan(2005) melakukan
Diperoleh bahwa untuk tekanan masuk penelitian serupa juga pada freezer,
dan keluar yang sama serta diameter akan tetapi dengan menggunakan
dalam pipa dan panjang yang sama refrigeran R-134a. Hasil yang diperoleh
pula, laju aliran turun seiring dengan menunjukkan pelilitan pipa kapiler pada
pengecilan diameter koil. line suction meningkatkan COP sistem
dan waktu yang diperlukan untuk
Akintunde (2004) meneliti performa menurunkan 1C larutan air garam
refrigeran R-12 dan R-134a di dalam semakin lama untuk temperatur yang
pipa kapiler sebanyak 58 pipa kapiler makin rendah.
yang berbeda. Diperoleh bahwa pipa
kapiler dengan panjang 2.03 m, Basri (2007) melakukan penelitian
diameter dalam kurang dari 1.1 mm pada pipa kapiler mesin pendingin
dan diameter koil kurang dari 1000mm untuk mendapatkan karakteristik
dapat digunakan untuk sistem hidraulik dan termal aliran dua fase
pendingin skala kecil antara 8 sampai refrigeran R134a, yaitu koefisien gesek
12 kW. Hasil lain diperoleh bahwa laju dan bilangan nusselt. Untuk
aliran refrigeran berkurang seiring mendapatkan aliran dua fase secara
pengecilan diameter koil. nyata, digunakan pemanas atau heater
pada pipa kapiler sehingga kualitas uap
Akintunde (2007) meneliti pengaruh refrigeran yang keluar lebih besar.
pitch koil untuk pipa kapiler helical dan Namun penelitian ini tidak mengkaji
serpentine dengan fluida kerja R-134a. efek pemasangan heater ini terhadap
Pada pipa kapiler helical, diperoleh performa sistem pendingin yang
bahwa variasi pitch tidak memiliki efek digunakan.
yang signifikan pada performa sistem,
tetapi diameter koil memiliki pengaruh. Hasil – hasil penelitian di atas
Untuk pipa kapiler serpentine, tinggi mengungkapkan bahwa adanya
dan pitch mempengaruhi performa perlakuan pada pipa kapiler, baik itu
sistem. Akan tetapi konfigurasi ini tidak bentuk geometri, dimensi maupun
cocok untuk sistem pendingin skala penempatannya memiliki pengaruh
terhadap performa sistem. Penelitian ini

31
Efek Temperatur Pipa Kapiler Terhadap Kinerja Mesin Pendingin
(Khairil Anwar)

bertujuan untuk mendapatkan efek Mesin pendingin merupakan


temperatur pipa kapiler terhadap salah satu mesin yang mempunyai
kapasitas refrigerasi serta performa fungsi utama untuk mendinginkan zat
sistem mesin pendingin. Selain itu sehingga temperaturnya lebih rendah
nantinya diharapkan dapat memberikan dari temperatur lingkungan.
rekomendasi terkait dengan Komponen utama dari mesin pendingin
penempatan posisi dari pipa kapiler yaitu kompresor, kondensor, alat
apakah pada bagian yang lebih dekat ekspansi dan evaporator, serta
dengan kondensor atau evaporator. refrigeran sebagai fluida kerja yang
bersirkulasi pada bagian-bagian
B. Tinjauan Pustaka tersebut.
1. Mesin Pendingin

2
P
Kondensor

3
3 Pengembunan 2
Katup

Ekspansi
Ekspansi
1 Kompresi
Kompresor
4 1
Penguapan
Evaporator
4 h

Gambar 1. Siklus mesin pendingin dan diagram P-h

Sistim kerja pada mesin pendingin kompresor, didapat daya kompressor


adalah sebagai berikut : yaitu:
Saat refrigeran mengalir melalui Pm
 (h2  h1 ) (kW)
evaporator, perpindahan panas dari
ruangan yang didinginkan Kemudian, refrigeran mengalir
menyebabkan refrigeran menguap. melalui kondensor, dimana refrigeran
Dengan mengambil refrigeran pada mengembun dan memberikan panas ke
evaporator sebagai volume atur, dari udara sekitar yang lebih rendah
keseimbangan massa dan Hukum temperaturnya. Untuk volume atur
Termodinamika I di peroleh melingkupi refrigeran di kondensor, laju
perpindahan panas sebesar : perpindahan panas dari refrigeran
Qe  m (h1  h4 ) (kW) adalah :
Qc  m (h2  h1 ) (kW)
Refrigeran meninggalkan
evaporator kemudian masuk ke Akhirnya, refrigeran pada state 3
compressor. Selanjutnya refrigeran masuk alat ekspansi dan berekspansi ke
dikompresi hingga tekanan dan tekanan evaporator. Tekanan
temperaturnya bertambah tinggi. refrigeran turun dalam ekspansi yang
Diasumsikan tidak ada perpindahan ireversibel dan dibarengi dengan
panas dari dan ke kompresor. Dengan adanya kenaikan entropy jenis.
menerapkan keseimbangan massa dan Refrigeran keluar katup ekspansi pada
laju energi (Hukum Termodinamika I) titik 4 yang berupa fase campuran uap-
pada volume atur yang melingkupi

32
Jurnal Mekanikal, Vol. 1 No. 1 Januari 2010 : 30 - 39

cair. Kualitas uap yang terkandung kapasitas pendingin 10 kW ke atas.


pada titik 4 dapat dicari dengan Katup ekspansi yang banyak
persamaan : digunakan adalah:
h4  h f 4  Katup ekspansi otomatik
x1  termostatik
h fg 4  Katup ekspansi manual
hf=Entalphy spesifik cairan jenuh  Katup ekspansi tekanan konstan
(kJ/kg)
hfg=Entalphy spesifik campuran cairan b. Pipa kapiler
dengan uap (kJ/kg) Mesin pendingin yang berukuran
hfg4 = hg4 - hf4 kecil atau mesin pendingin dengan
hg=Entalphy spesifik uap jenuh kapasitas 10 kW ke bawah pada
(kJ/kg) umumnya menggunakan alat ekpansi
Secara thermodinamika besarnya pipa kapiler. Pipa kapiler umumnya
perpindahan panas yang terjadi pada mempunyai panjang 1 sampai 6 meter
pipa kapiler di mesin pendingin, yaitu: dengan diameter dalam 0,5 mm sampai
Q  m (h3  h4 ) (kW) 2 mm. Tahanan dari pipa kapiler inilah
yang dipergunakan untuk mentrotel dan
h3= Entalpy spesifik refrigeran masuk
menurunkan tekanan.
pipa kapiler (kJ/kg)
h4= Entalpy spesifik refrigeran keluar
3. Perpindahan Panas
pipa kapiler (kJ/kg)
Pada analisis siklus refrigerasi
Koefisien prestasi (COP) dari siklus
secara ideal, proses 3 – 4 dianggap
uap standar :
sebagai proses ekspansi dengan entalpi
CoP  Qe / P konstan ( h3 = h4 ) atau adiabatik. Akan
tetapi pada kasus dengan pendinginan
2. Alat Ekspansi pipa kapiler, proses 3 – 4 tidak
Alat ekspansi dipergunakan untuk berlangsung pada entalpi konstan,
mengekspansikan secara adiabatik karena terjadi proses perpindahan
cairan refrigeran yang bertekanan dan panas refrigeran ke udara sekeliling di
bertemperatur tinggi sampai mencapai dalam freezer (non adiabatik).
tingkat keadaan tekanan dan Oleh karena terjadi proses pendinginan,
temperatur rendah; jadi melaksanakan maka :
proses trotel atau proses ekspansi Qcap
enthalpi konstan. Selain itu, katup h4  h3 
ekspansi mengatur pemasukan m
refrigeran sesuai dengan beban Dimana :
pendinginan yang harus dilayani oleh Qcap = Panas yang keluar dari sistem
evaporator. akibat pendinginan (kW).
Besarnya perpindahan panas
Berdasarkan jenisnya, alat ekspansi konveksi (Q) yang terjadi, secara umum
dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu dapat dituliskan [Cengel] :
:[Arismunandar] Q  A  hc  T
a. Katup ekspansi Dimana : ΔT=Tf – Tw
Katup ekspansi pada umumnya Tf =Temperatur rata – rata fluida (oC)
digunakan pada mesin pendingin Tw=Temperatur rata – rata dinding
yang berukuran sedang ke atas pipa kapiler (oC)
atau mesin pendingin dengan

33
Efek Temperatur Pipa Kapiler Terhadap Kinerja Mesin Pendingin
(Khairil Anwar)

Salah satu bilangan tak berdimensi Grashof (Gr) dan Prandlt (Pr), atau
yang penting dalam perpindahan panas secara matematis dapat dituliskan :
konveksi adalah bilangan Nusselt, Nu = f(Gr, Pr)
dimana bilangan Nusselt
menggambarkan karakteristik proses Untuk mendapatkan bilangan
perpindahan panas, yang secara Grashof (Gr), maka persamaan yang
matematis dapat dituliskan, yaitu : digunakan tergantung pada jenis dan
hc  D posisi benda yang berada dalam fluida.
Nu 
k C. Metodologi Penelitian
k=Konduktivitas termal fluida (W/m.C)
D = Diameter luar pipa kapiler (m)
Metode penelitian yang digunakan
hc=Koefisien perpindahan panas
adalah metode eksperimental dengan
konveksi ( W/m 2 o C ) variasi temperatur pada pipa kapiler
Variasi temperatur diperoleh dengan
Secara umum perpindahan panas mendinginkan pipa kapiler di dalam
konveksi ada 2 macam, yaitu : freezer dari mesin pendingin lain
(refrigerator) melalui pengaturan
a. Perpindahan panas konveksi paksa, termostat. Berdasarkan data tersebut
yaitu perpindahan panas yang dapat ditentukan kondisi refrigeran
terjadi akibat fluida bergerak setiap titik pada siklus. Selanjutnya
karena adanya gaya luar yang berdasarkan kondisi refrigeran dapat
bekerja pada fluida tersebut. Pada dihitung kapasitas refrigerasi dan COP
kasus ini bilangan Nusselt sistem untuk setiap variasi temperatur
merupakan fungsi dari bilangan dan beban pendingin.
Reynolds dan Prandlt (Pr), atau
secara matematis dapat dituliskan 1. Waktu dan Tempat Penelitian
[7]
: Penelitian ini dilakukan selama 1 (satu)
Nu = f(Re, Pr) bulan, yaitu pada bulan Mei 2009.
Bilangan Prandlt menunjukkan Penelitian bertempat di Laboratorium
karakteristik termal fluida yang Teknik Pendingin Jurusan Teknik Mesin
secara matematis dapat dituliskan: Universitas Tadulako Palu, Sulawesi
C Tengah.
Pr 
k
C = kapasitas panas fluida 2. Bahan dan Peralatan Penelitian
(kJ/kg.C) Bahan dan peralatan yang akan
digunakan adalah :
b. Perpindahan panas konveksi bebas,  Bahan penelitian
yaitu perpindahan panas yang Fluida kerja atau refrigeran yang
terjadi karena gerakan fluida yang digunakan dalam penelitian ini adalah
hanya diakibatkan oleh adanya R-134a (1,1,1,2 – tetrafluoroethane)
perbedaan densitas fluida yang  Alat dan instrumen penelitian
berada dekat benda yang memiliki
temperatur lebih rendah atau lebih Alat pengujian ini merupakan unit
tinggi dari fluida tersebut. Pada pengujian mesin refrigerasi HRP focus
kasus ini bilangan Nusselt model.802.
merupakan fungsi dari bilangan
.

34
Jurnal Mekanikal, Vol. 1 No. 1 Januari 2010 : 30 - 39

Gambar 2. Unit Pengujian Mesin Refrigerasi model HRP focus 802

- Instrumen penelitian infrared, Clamp meter digital, dan


Instrumen penelitian berupa alat Pessure gauge
pengatur dan alat ukur, meliputi: Gambar skema dan penempatan alat
Termostat, Termokopel, termometer ukur.berikut.ini:

Gambar 3. Skema Alat Pengujian

Variasi temperatur dilakukan divariasikan menurun dengan mengatur


dengan pendinginan pada seksi uji di termostat pada freezer refrigerator.
dalam freezer mesin pendingin Posisi termostat di bagi menjadi 7 skala,
(refrigerator) lain, di mana temperatur dengan temperatur masing – masing :

Tabel. 1 Posisi termostat dan temperatur udara di dalam freezer


Posisi Temperatur Udara
termostat Freezer
1 –0.3  –0.6 C
2 –3.4  –3.7 C
3 –6.5  –6.8 C
4 –9.9 –10.4 C
5 –13.3  –13.6C
6 –16.5 –16.9C

35
Efek Temperatur Pipa Kapiler Terhadap Kinerja Mesin Pendingin
(Khairil Anwar)

7 –19.8  –20.2 C

3. Prosedur Pengambilan Data 2. Memasang box pendingin dan


memastikan terpasang rapat ke
Persiapan Alat Pengujian.
dinding alat uji.
Persiapan alat pengujian 3. Refrigerator dijalankan sampai
dilakukan dengan merangkai ulang temperatur freezer konstan (mulai
instalasi perpipaan mesin pendingin dari posisi termostat freezer yang
sesuai kebutuhan, dalam hal ini alat paling rendah). Selanjunya
pengujian yang digunakan adalah unit menjalankan alat uji sampai aliran
refrigerasi model HRP FOCUS 802. refrigerannya stabil.
Pipa kapiler ditempatkan di samping 4. Catat tekanan dan temperatur
alat uji (bagian belakang), sehingga yang ditunjukkan oleh pengukur
lebih mudah untuk memasukkan pipa tekanan dan temperatur pada
kapiler tersebut ke dalam freezer semua titik pengukuran setiap 3
refrigerator. Selanjutnya menit sampai waktu 30 menit.
menambahkan sight glass pada 5. Lakukan kembali prosedur
bagian sebelum masuk ke kompresor pengujian Nomor 3 sampai 4
dengan tujuan agar kondisi refrigeran dengan pengaturan temperatur
dapat di amati. Selain itu, pada sisi termostat yang lebih rendah
sebelum dan setelah pipa kapiler juga (sampai posisi maksimal).
dipasangi pressure gauge untuk
mengukur tekanan refrigeran di titik
D. Hasil dan Diskusi
tersebut.
Proses pendinginan pipa kapiler
dengan menggunakan freezer dari
Tahapan Pengambilan data
refrigerator lain, memberikan
pengaruh terhadap kondisi refrigeran
Pengambilan data secara
dalam siklus mesin pendingin, dalam
langsung, yaitu semua variabel diukur
hal ini adalah nilai entalpi.
langsung saat melakukan pengujian.
Pendinginan tersebut menyebabkan
Tahap – tahap yang dilakukan dalam
titik entalpi pada siklus bergeser ke
melakukan pengujian adalah sebagai
arah kiri, terutama pada bagian
berikut :
keluar dari pipa kapiler atau sebelum
1. Alat uji dipasangi pengukur
masuk ke evaporator. seperti terlihat
tekanan dan temperatur pada titik
pada grafik di bawah ini.
– titik yang telah ditentukan.

36
Jurnal Mekanikal, Vol. 1 No. 1 Januari 2010 : 30 - 39

Grafik Posisi Termostat Vs kondisi entalpi titik 4 ( h 4 )

264.00

Entalpi titik 4 ( h 4 ), kJ/kg


262.00

260.00

258.00
0 1 2 3 4 5 6 7
Posisi Termostat

Gambar 4. Grafik hubungan posisi termostat terhadap entalpi titik 4 (h4)


Entalpi titik 4 mengalami pendinginan), entalpi pada proses
penurunan seiring dengan ekspansi di pipa kapiler (proses 3–4)
bertambahnya pengaturan termostat. tidak mengalami perubahan.
Hal ini terjadi karena adanya proses
pendinginan dengan pengaturan Berikutnya pengaruh pendinginan
termostat menyebabkan refrigeran (posisi termostat) terhadap besarnya
melepaskan kalor sehingga entalpinya kapasitas refrigerasi dari mesin
akan bergeser ke kiri, sementara pendingin yang diuji. Grafiknya dapat
pada kondisi normal (tanpa dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik Hubungan Posisi Termostat Vs Qe

0.79
Kapasistas Refrigerasi ( Qe ), kW

0.78

0.77

0.76

0.75
0 1 2 3 4 5 6 7
Posisi Termostat

Gambar 5. Grafik hubungan posisi termostat terhadap kapasitas refrigerasi

Dari gambar 5, terlihat bahwa masuk ke evaporator akan memiliki


kapasitas refrigerasi cenderung selisih entalpi penguapan yang lebih
mengalami peningkatan seiring besar, sehingga kalor yang diserap
dengan penambahan posisi dapat lebih besar pula.
termostat. Hal ini terkait dengan
uraian pada gambar 4 sebelumnya di Selanjutnya untuk hubungan
mana proses pendinginan melalui antara temperatur pipa kapiler, dalam
pengaturan termostat menyebabkan hal ini pengaturan posisi termostat
refrigeran melepaskan kalor sehingga terhadap performa sistem (COP).
entalpinya akan bergeser lebih ke kiri, Grafiknya dapat dilihat di bawah ini.
dengan demikian refrigeran yang

37
Efek Temperatur Pipa Kapiler Terhadap Kinerja Mesin Pendingin
(Khairil Anwar)

Grafik Hubungan Posisi Termostat Vs COP

2.72

2.68

COP
2.64

2.60

2.56
0 1 2 3 4 5 6 7
Posisi Termostat

Gambar 6. Grafik hubungan posisi termostat dengan COP sistem mesin pendingin
Dari gambar 6, terlihat bahwa (entalpi titik 4, h4 ), hal ini akan
semakin besar pengaturan posisi berdampak pada kapasitas refrigerasi
termostat atau semakin rendah (Qe) sistem mesin pendingin yang
temperatur pendinginan pipa kapiler diuji. Semakin rendah temperatur
pada freezer maka COP sistem juga pendinginan, maka kapasitas
mengalami kenaikan. Hal ini refrigerasi (Qe) akan mengalami
disebabkan karena adanya kenaikan. Untuk COP, diperoleh
peningkatan kapasitas refrigerasi temperatur optimal dari pipa kapiler
(gambar 8), yang kenaikannya masih yaitu temperatur pendinginan pada
lebih signifikan dibandingkan dengan yang paling rendah (posisi termostat
daya kompresi yang juga mengalami 7,  -20C) dengan nilai COP yang
kenaikan. dihasilkan sebesar 2.71.
Daftar Pustaka
Dengan hasil penelitian ini, dapat
diberikan rekomendasi mengenai Anonim, 1985. Instructors guide to
penempatan posisi pipa kapiler pada Focus Refrigeration Training Unit
sistem mesin pendingin, yaitu pada Model 802. P.A. Hilton Ltd, England.
daerah dekat dengan evaporator Akintunde.2007. Effect of coilled
(daerah yang lebih dingin), oleh capillary tube pitch on vapour
karena dari hasil pembahasan di atas compression refrigeration system
terlihat bahwa terjadi peningkatan performance. AU.JT. 11 (1): 14-
prestasi seiring dengan menurunnya 22(jul.2007)
temperatur pipa kapiler.
Arismunandar, W & Saito,H. 2002.
E. Kesimpulan Penyegaran Udara. Edisi keenam, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta.
Temperatur pipa kapiler melalui
proses pendinginan, memberikan Arora, C.P.,1986. Refrigeration and
pengaruh terhadap kondisi refrigeran Air Conditioning. Tata McGraw-Hill
dalam siklus mesin pendingin, dalam Publishing Company Limited, New
hal ini adalah nilai entalpi. Delhi.
Pendinginan tersebut menyebabkan
titik entalpi pada siklus bergeser ke ASHRAE, 2005 . Handbook
arah kiri (semakin kecil), terutama Fundamental.
pada bagian keluar dari pipa kapiler
atau sebelum masuk ke evaporator

38
Jurnal Mekanikal, Vol. 1 No. 1 Januari 2010 : 30 - 39

BASRI, 2008. Karakteristik hidraulik


dan termal aliran dua fase pada pipa
kapiler. Thesis pascasarjana
Universitas Hasanuddin.

Cengel, Y.A. 2007. Heat and Mass


Transfer: A Practical Approach. 3rd
Edition .McGraw-hill. New York.

Dossat, R.J. 1978. Principles of


Refrigeration. second Edition, John
Wiley & sons, New York.

Ekadewi AH & Agus L.2002. Analisis


pengaruh pipa kapiler yang dililitkan
pada line suction terhadap
performansi mesin pendingin. Jurnal
Teknik Mesin Vol.4. No.2 Oktober
2002, pp :94 – 98.

Basri, MH. 2007. Pengaruh perubahan


tekanan kondensor dan tekanan
evaporator terhadap kinerja mesin
refrigerasi focus 808. Thesis
pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Hundy,GF & Trott,AR. 2008.
Welch,TC. Refrigeration and Air
Conditioning, Fourth Edition.

Marwan E. 2005. Usaha peningkatan


prestasi “freezer” dengan melilitkan
pipa kapiler pada line suction .
Seminar Nasional Efisiensi dan
Konservasi energi (FISERGI)

Shan K.W.2001. Handbook of air


Conditioning and Refrigeration,
Second Edition. Mc Graw Hill. New
York.

Stoecker,WJ. 1992. Refrigerasi dan


Pengkondisian Udara. Edisi kedua,
Erlangga, Jakarta.

Zuhal. 1988. Dasar Teknik Tenaga


dan Elektronika Daya, PT. Gramedia,
Jakarta.

39

Anda mungkin juga menyukai