(Khairil Anwar)
Email: kh41ril@yahoo.com
Abstract
The aims of this research are to obtain (1) the effect of the capillary tube
temperature on the refrigerant condition and the refrigerating capacity in the refrigeration
system and (2) the optimum temperature condition for obtain better system performance.
This research was done in the Refrigeration System Laboratory at Tadulako
University in Palu. The method applied in this research is an experimental method, with
various temperature at capillary tube. Various temperature is obtained by placing capillary
tube in freezer from other refrigeration system (refrigerator), through arrangement of
thermostat.
The result of this research indicates that decreasing cooling temperature of
capillary tube causes refrigerating capacity and Coefficient of Performance of refrigeration
system increases. Optimum performance of this examination during 30 minutes, obtained on
the lowest thermostat temperature position that is –20C ( position 7) with Coefficient of
Performance (COP) of 2.71
30
Jurnal Mekanikal, Vol. 1 No. 1 Januari 2010 : 30 - 39
kapiler ini dirancang untuk sejumlah kecil karena membutuhkan lebih banyak
kondisi operasi, dan setiap perubahan space.
beban kalor atau suhu kondensor dari
keadaan yang dirancang, akan Ekadewi.et.al (2002) meneliti
menyebabkan penurunan efisiensi pengaruh pipa kapiler yang dililitkan
kerja. pada line suction terhadap waktu
pendinginan dan COP freezer.
Penelitian terkait dengan pipa Refrigeran yang digunakan adalah R-
kapiler untuk mendapatkan performa 406A. Waktu pendinginan didapat dari
sistem yang optimal telah banyak waktu menurunkan 1C air garam dari
dilakukan. Pada umumnya adalah 6C –3C. Dari eksperimen didapat
dengan variasi bentuk geometri, bahwa pipa kapiler yang dililitkan pada
dimensi serta posisi dari pipa kapiler line suction dapat meningkatkan COP
tersebut. Wei et.al (2001) meneliti freezer sedangkan waktu pendinginan
performa pipa kapiler untuk refrigeran tidak banyak berubah.
R-407C, menggunakan 9 pipa kapiler
dengan konfigurasi lurus dan koil. Marwan(2005) melakukan
Diperoleh bahwa untuk tekanan masuk penelitian serupa juga pada freezer,
dan keluar yang sama serta diameter akan tetapi dengan menggunakan
dalam pipa dan panjang yang sama refrigeran R-134a. Hasil yang diperoleh
pula, laju aliran turun seiring dengan menunjukkan pelilitan pipa kapiler pada
pengecilan diameter koil. line suction meningkatkan COP sistem
dan waktu yang diperlukan untuk
Akintunde (2004) meneliti performa menurunkan 1C larutan air garam
refrigeran R-12 dan R-134a di dalam semakin lama untuk temperatur yang
pipa kapiler sebanyak 58 pipa kapiler makin rendah.
yang berbeda. Diperoleh bahwa pipa
kapiler dengan panjang 2.03 m, Basri (2007) melakukan penelitian
diameter dalam kurang dari 1.1 mm pada pipa kapiler mesin pendingin
dan diameter koil kurang dari 1000mm untuk mendapatkan karakteristik
dapat digunakan untuk sistem hidraulik dan termal aliran dua fase
pendingin skala kecil antara 8 sampai refrigeran R134a, yaitu koefisien gesek
12 kW. Hasil lain diperoleh bahwa laju dan bilangan nusselt. Untuk
aliran refrigeran berkurang seiring mendapatkan aliran dua fase secara
pengecilan diameter koil. nyata, digunakan pemanas atau heater
pada pipa kapiler sehingga kualitas uap
Akintunde (2007) meneliti pengaruh refrigeran yang keluar lebih besar.
pitch koil untuk pipa kapiler helical dan Namun penelitian ini tidak mengkaji
serpentine dengan fluida kerja R-134a. efek pemasangan heater ini terhadap
Pada pipa kapiler helical, diperoleh performa sistem pendingin yang
bahwa variasi pitch tidak memiliki efek digunakan.
yang signifikan pada performa sistem,
tetapi diameter koil memiliki pengaruh. Hasil – hasil penelitian di atas
Untuk pipa kapiler serpentine, tinggi mengungkapkan bahwa adanya
dan pitch mempengaruhi performa perlakuan pada pipa kapiler, baik itu
sistem. Akan tetapi konfigurasi ini tidak bentuk geometri, dimensi maupun
cocok untuk sistem pendingin skala penempatannya memiliki pengaruh
terhadap performa sistem. Penelitian ini
31
Efek Temperatur Pipa Kapiler Terhadap Kinerja Mesin Pendingin
(Khairil Anwar)
2
P
Kondensor
3
3 Pengembunan 2
Katup
Ekspansi
Ekspansi
1 Kompresi
Kompresor
4 1
Penguapan
Evaporator
4 h
32
Jurnal Mekanikal, Vol. 1 No. 1 Januari 2010 : 30 - 39
33
Efek Temperatur Pipa Kapiler Terhadap Kinerja Mesin Pendingin
(Khairil Anwar)
Salah satu bilangan tak berdimensi Grashof (Gr) dan Prandlt (Pr), atau
yang penting dalam perpindahan panas secara matematis dapat dituliskan :
konveksi adalah bilangan Nusselt, Nu = f(Gr, Pr)
dimana bilangan Nusselt
menggambarkan karakteristik proses Untuk mendapatkan bilangan
perpindahan panas, yang secara Grashof (Gr), maka persamaan yang
matematis dapat dituliskan, yaitu : digunakan tergantung pada jenis dan
hc D posisi benda yang berada dalam fluida.
Nu
k C. Metodologi Penelitian
k=Konduktivitas termal fluida (W/m.C)
D = Diameter luar pipa kapiler (m)
Metode penelitian yang digunakan
hc=Koefisien perpindahan panas
adalah metode eksperimental dengan
konveksi ( W/m 2 o C ) variasi temperatur pada pipa kapiler
Variasi temperatur diperoleh dengan
Secara umum perpindahan panas mendinginkan pipa kapiler di dalam
konveksi ada 2 macam, yaitu : freezer dari mesin pendingin lain
(refrigerator) melalui pengaturan
a. Perpindahan panas konveksi paksa, termostat. Berdasarkan data tersebut
yaitu perpindahan panas yang dapat ditentukan kondisi refrigeran
terjadi akibat fluida bergerak setiap titik pada siklus. Selanjutnya
karena adanya gaya luar yang berdasarkan kondisi refrigeran dapat
bekerja pada fluida tersebut. Pada dihitung kapasitas refrigerasi dan COP
kasus ini bilangan Nusselt sistem untuk setiap variasi temperatur
merupakan fungsi dari bilangan dan beban pendingin.
Reynolds dan Prandlt (Pr), atau
secara matematis dapat dituliskan 1. Waktu dan Tempat Penelitian
[7]
: Penelitian ini dilakukan selama 1 (satu)
Nu = f(Re, Pr) bulan, yaitu pada bulan Mei 2009.
Bilangan Prandlt menunjukkan Penelitian bertempat di Laboratorium
karakteristik termal fluida yang Teknik Pendingin Jurusan Teknik Mesin
secara matematis dapat dituliskan: Universitas Tadulako Palu, Sulawesi
C Tengah.
Pr
k
C = kapasitas panas fluida 2. Bahan dan Peralatan Penelitian
(kJ/kg.C) Bahan dan peralatan yang akan
digunakan adalah :
b. Perpindahan panas konveksi bebas, Bahan penelitian
yaitu perpindahan panas yang Fluida kerja atau refrigeran yang
terjadi karena gerakan fluida yang digunakan dalam penelitian ini adalah
hanya diakibatkan oleh adanya R-134a (1,1,1,2 – tetrafluoroethane)
perbedaan densitas fluida yang Alat dan instrumen penelitian
berada dekat benda yang memiliki
temperatur lebih rendah atau lebih Alat pengujian ini merupakan unit
tinggi dari fluida tersebut. Pada pengujian mesin refrigerasi HRP focus
kasus ini bilangan Nusselt model.802.
merupakan fungsi dari bilangan
.
34
Jurnal Mekanikal, Vol. 1 No. 1 Januari 2010 : 30 - 39
35
Efek Temperatur Pipa Kapiler Terhadap Kinerja Mesin Pendingin
(Khairil Anwar)
7 –19.8 –20.2 C
36
Jurnal Mekanikal, Vol. 1 No. 1 Januari 2010 : 30 - 39
264.00
260.00
258.00
0 1 2 3 4 5 6 7
Posisi Termostat
0.79
Kapasistas Refrigerasi ( Qe ), kW
0.78
0.77
0.76
0.75
0 1 2 3 4 5 6 7
Posisi Termostat
37
Efek Temperatur Pipa Kapiler Terhadap Kinerja Mesin Pendingin
(Khairil Anwar)
2.72
2.68
COP
2.64
2.60
2.56
0 1 2 3 4 5 6 7
Posisi Termostat
Gambar 6. Grafik hubungan posisi termostat dengan COP sistem mesin pendingin
Dari gambar 6, terlihat bahwa (entalpi titik 4, h4 ), hal ini akan
semakin besar pengaturan posisi berdampak pada kapasitas refrigerasi
termostat atau semakin rendah (Qe) sistem mesin pendingin yang
temperatur pendinginan pipa kapiler diuji. Semakin rendah temperatur
pada freezer maka COP sistem juga pendinginan, maka kapasitas
mengalami kenaikan. Hal ini refrigerasi (Qe) akan mengalami
disebabkan karena adanya kenaikan. Untuk COP, diperoleh
peningkatan kapasitas refrigerasi temperatur optimal dari pipa kapiler
(gambar 8), yang kenaikannya masih yaitu temperatur pendinginan pada
lebih signifikan dibandingkan dengan yang paling rendah (posisi termostat
daya kompresi yang juga mengalami 7, -20C) dengan nilai COP yang
kenaikan. dihasilkan sebesar 2.71.
Daftar Pustaka
Dengan hasil penelitian ini, dapat
diberikan rekomendasi mengenai Anonim, 1985. Instructors guide to
penempatan posisi pipa kapiler pada Focus Refrigeration Training Unit
sistem mesin pendingin, yaitu pada Model 802. P.A. Hilton Ltd, England.
daerah dekat dengan evaporator Akintunde.2007. Effect of coilled
(daerah yang lebih dingin), oleh capillary tube pitch on vapour
karena dari hasil pembahasan di atas compression refrigeration system
terlihat bahwa terjadi peningkatan performance. AU.JT. 11 (1): 14-
prestasi seiring dengan menurunnya 22(jul.2007)
temperatur pipa kapiler.
Arismunandar, W & Saito,H. 2002.
E. Kesimpulan Penyegaran Udara. Edisi keenam, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta.
Temperatur pipa kapiler melalui
proses pendinginan, memberikan Arora, C.P.,1986. Refrigeration and
pengaruh terhadap kondisi refrigeran Air Conditioning. Tata McGraw-Hill
dalam siklus mesin pendingin, dalam Publishing Company Limited, New
hal ini adalah nilai entalpi. Delhi.
Pendinginan tersebut menyebabkan
titik entalpi pada siklus bergeser ke ASHRAE, 2005 . Handbook
arah kiri (semakin kecil), terutama Fundamental.
pada bagian keluar dari pipa kapiler
atau sebelum masuk ke evaporator
38
Jurnal Mekanikal, Vol. 1 No. 1 Januari 2010 : 30 - 39
39