Anda di halaman 1dari 10

ISSN 2086-9045

DESAIN BREAKWATER SISI MIRING SEBAGAI UPAYA MENGANTISIPASI


LIMPASAN AIR LAUT PADA BANGUNAN REVETMENT
DI PANTAI MALABERO KOTA BENGKULU

Welendri Yannovita1), Besperi2), Gusta Gunawan3)


1)2)3)
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNIB, Jl. W. R. Supratman,
Kandang Limun, Bengkulu 38371, Telp. (0736)344087
email: whellendrian20@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan merencanakan bangunan pemecah gelombang dan berat batu lapis
menggunakan batu pecah di Pantai Malabero Kota Bengkulu. Pengumpulan data dilakukan
secara primer dan secara sekunder. Metode pengolahan data primer yang digunakan yaitu survei
langsung di lapangan (Hs dan Ts) sedangkan data sekunder menggunakan metode analisis data
angin, analisis data pasang surut dan topografi. Hasil dari perhitungan penelitian breakwater
mempunyai elevasi puncak 5,55 m, lebar puncak 3,71 m pada bagian kepala dan 3,91 m pada
bagian lengan. Berat unit lapis pelindung breakwater bagian kepala W= 3,331ton W/10= 331kg
W/200= 16 kg dan bagian lengan W=3,87 ton, W/10= 387 kg W/200= 19 kg. Jumlah lapis
pelindung tiap 10 m2 sebanyak 13 buah untuk di kepala dan 12 buah untuk di lengan.

Kata kunci: pantai malabero, breakwater

Abstract

This research aims to desaign of sideways breakwater as an effort to anticipate the water
overflow On The Revetment Building At Malabero Beach Bengkulu City. The data used is
primary data and secondary data. Primary Data Processing Method Used in Field Direct
Namely Collection (Hs and Ts), while the secondary data analysis method using wind data,
analysis data tides and topography. The results of the breakwater have the elevation 0f 5,55m,
width 3,71 m on the head and 3,91 m on the arms. Weight unit protective cover breakwater
head W=3,31 tons, W/10=331 kg, W/200=16 kg and the arms W= 3,87tons,
W/10= 387 kg,W/200= 19 kg. With 13 and 12 slides of cover in each 10 m2 on the head and
arm.

Keywords: malabero beach, breakwater

Jurnal Inersia Oktober 2017 Vol.9 No.2 1


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

PENDAHULUAN surut dan tinggi gelombang untuk


mendapatkan desain yang ideal.
Pantai Malabero telah banyak mengalami
kerusakan berupa perubahan garis pantai Pantai
akibat abrasi. Besarnya hempasan
Pantai adalah daerah perairan (laut atau
gelombang merupakan salah satu faktor
danau yang dibatasi oleh surut terendah dan
penyebab mudahnya kawasan tersebut
pasang tertinggi, sedangkan laut adalah
mengalami erosi dan overtopping.
daerah perairan yang dibatasi air surut
Permasalahan yang terjadi di kawasan
sampai ke kedalaman tertentu. Ditinjau dari
tersebut perlu dicarikan solusi bagaimana
profil pantai, daerah ke arah pantai dari garis
upaya menghindari overtopping pada
gelombang pecah dibagi menjadi tiga daerah
bangunan revetment, karena akibat adanya
yaitu inshore, foreshore dan backshore
overtopping konstruksi akan mengalami
(Umar, 2011).
gerusan pada bagian belakang yang
mengakibatkan konstruksi menjadi labil Konversi kecepatan angin
bahkan hancur. Angin yang berhembus diatas permukaan air
Pemerintah setempat telah berupaya untuk akan memindahkan energi air. Kecepatan
mencegah semakin besarnya kerusakan dan angin akan menimbulkan tegangan pada
penyempitan wilayah daratan. Salah satu permukaan laut, sehingga permukaan air
cara yaitu dengan menggunakan konstruksi yang tadinya tenang akan terganggu dan
pengaman pantai dalam bentuk konstruksi timbul riak gelombang kecil diatas
revetment, akan tetapi sudah mengalami permukaan air (Hariyoni dkk, 2013).
kerusakan dan sedimentasi sehingga rawan
mengalami overtopping. RL = Uw/UL (1)
Uw = RL.UL (2)
Pada kajian ini peneliti tertarik mendesain
1,23
bangunan pemecah gelombang pada lokasi UA = 0,71Uw (3)
dengan batu buatan breakwater Keterangan:
menggunakan material batu alam di sejajar RL = Hubungan antara angin di darat
pantai. dan di laut
Syahputra (2014) melakukan penelitian Uw = Kecepatan angin di darat (m/dt)
tentang analisis struktur bangunan UL = Kecepatan angin di laut (m/dt)
breakwater tipe di Tapak Paderi Kota UA = Faktor tegangan angin (m/dt)
Bengkulu. Refi (2013) dengan menganalisis Mawar angin
bangunan breakwater dengan menggunakan
armor batu, tetrapod, dan a-jack. Handika Mawar angin atau wind rose adalah diagram
(2017) melakukan penelitian tentang hasil pengelompokkan angin dan arah angin
redesign bangunan pemecah gelombang setiap bulan selama beberapa tahun terakhir
(breakwater) tipe campuran pantai sungai berdasarkan arah dan kecepatannya (Nadia,
suci kabupaten bengkulu tengah. Oleh sebab 2013).
itu peneliti tertarik untuk melakukan
perencanaan terhadap bangunan pengaman
pantai yang sudah ada dengan
menambahkan bangunan pemecah
gelombang menggunakan breakwater sisi
miring. Analisis dilakukan dengan
memperhitungkan gaya alam seperti pasang Sumber: Aldin, 2015

Jurnal Inersia Oktober 2017 Vol.9 No.2 2


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

Gambar 1. Mawar-Angin (Wind Rose) gelombang (Zendrato, Terunajaya 2015)


diberikan dengan rumus:
Fetch
𝐿𝑜 = 1,56 × 𝑇 2 (5)
∑𝑋𝑖 .cos .𝛼
Feff= 𝑐𝑜𝑠 .𝛼
............. (4)
Gelombang laut dalam ekivalen
Keterangan: Analisis transformasi gelombang sering
Feff = Fetch rata – rata efektif (Panjang dilakukan dengan konsep gelombang laut
segmen fetch yang diukur dari titik dalam ekivalen, yaitu tinggi gelombang di
observasi gelombang ke ujung laut dalam apabila gelombang tidak
akhir fetch). mengalami refraksi. Tinggi gelombang laut
a = Deviasi pada kedua sisi dari arah dalam ekivalen diberikan oleh bentuk
angin, dengan menggunakan (Triadmodjo, 1999):
pertambahan 6° sampai sudut
sebesar 42° pada kedua sisi dari arah 𝐻′0 = 𝐾𝑟 𝐻0 (6)
angin. Keterangan:
Gelombang H’0 = Tinggi gelombang laut dalam ekivalen
H0 = Tinggi gelombang laut dalam
Gelombang di laut bisa dibangkitkan oleh Kr = Koefisien refraksi
angin (gelombang angin), gaya tarik
matahari dan bulan (pasang surut), letusan Gelombang pecah
gunung berapi atau gempa di laut (tsunami), Gelombang yang menjalar dari laut dalam
dan lain sebagainya. Gelombang dapat menuju pantai mengalami perubahan bentuk
menimbulkan energi untuk membentuk karena adanya pengaruh perubahan
pantai, menimbulkan arus dan transpor kedalaman laut. Pengaruh kedalaman laut
sedimen dalam arah tegak lurus dan mulai terasa pada kedalaman lebih kecil dari
sepanjang pantai, serta menyebabkan gaya- setengah kali panjang gelombang
gaya yang bekerja pada bangunan pantai (Syahputra, 2014).
(Mamoto dkk, 2013).
Run-up dan run-down gelombang
Tabel 1. Klasifikasi Gelombang Menurut
Run up gelombang didefinisikan sebagai
Teori Gelombang Linear
level pencapaian tertinggi gelombang laut
pada sebuah struktur yang mempunyai
permukaan miring, diukur secara vertikal
dari muka air diam (Still Water Level,
SWL). Sedangkan run down gelombang
merupakan level pencapaian terendah
gelombang laut pada sebuah struktur yang
Sumber: Wireksoo, 2005
mempunyai permukaan miring, juga diukur
Refraksi gelombang secara vertikal dari muka air diam (Refi,
Refraksi terjadi karena adanya pengaruh 2013).
perubahan kedalaman laut. Di daerah 𝐼𝑟 =
tan 𝜃
(7)
1
dimana kedalaman air lebih besar dari 𝐻 2
𝐿𝑜
setengah panjang gelombang, yaitu di laut
dalam, gelombang menjalar tanpa Keterangan:
dipengaruhi dasar laut. Tetapi di laut transisi Ir = Bilangan Irribaren
dan dangkal, dasar laut mempengaruhi Θ = Sudut kemiringan struktur
H = Tinggi gelombang di lokasi bangunan

Jurnal Inersia Oktober 2017 Vol.9 No.2 3


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

Lo = Panjang gelombang di laut dalam Gelombang yang datang dari laut menuju
pantai menyebabkan fluktuasi muka air di
daerah pantai terhadap muka air diam. Pada
Fluktuasi muka air laut waktu gelombang pecah, akan terjadi
Elevasi muka air laut merupakan parameter penurunan elevasi muka air rerata terhadap
sangat penting di dalam perencanaan elevasi muka air diam di sekitar lokasi
bangunan pantai (Hariyoni dkk, 2013). gelombang pecah. Kemudian dari titik
Muka air laut berfluktuasi dengan periode dimana gelombang pecah permukaaan
yang lebih besar dari periode gelombang permukaan air rerata miring ke atas ke arah
angin. Beberapa proses alam yang terjadi pantai. Naiknya muka air laut disebut wave
dalam waktu yang bersamaan membentuk set up, sedangkan turunnya muka air laut
variasi muka air laut dengan periode dikenal dengan wave set down (Christina
panjang. Hariyoni dkk, (2013) juga dan Putuhena, 2009).
menjelaskan bahwa elevasi tersebut Kenaikan muka air karena angin (wind
merupakan penjumlahan dari beberapa set up)
parameter yaitu pasang surut, wave setup,
Angin dengan kecepatan besar (badai)
wind set-up dan kenaikan muka air laut
yang terjadi diatas permukaan laut bisa
karena pemanasan global.
membangkitkan fluktuasi muka air laut
Pasang surut yang besar di sepanjang pantai jika badai
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut tersebut cukup kuat dan daerah pantai
akibat adanya gaya tarik benda-benda langit, dangkal dan luas. Penentuan elevasi muka
terutama matahari dan bulan terhadap massa air rencana selama terjadinya badai adalah
air laut di bumi, Perubahan pasang surut sangat kompleks yang melibatkan interaksi
seiring dengan perubahan posisi diantara antara angin dan air, perbedaan tekanan
ketiganya. (Wijaya dan Suntoyo, 2013). atmosfer dan beberapa parameter lainnya.
Perbedaan tekanan atmosfer selalu berkaitan
Christina dan Putuhena, (2009) menjelaskan dengan perubahan arah dan kecepatan
pasang surut di berbagai daerah dapat angin; dan angin tersebut yang
dibedakan dalam empat tipe, yaitu: menyebabkan fluktuasi muka air laut
1. Diurnal Tide (Pasang Surut Harian (Zendrato, Terunajaya 2015).
Tunggal), yang terjadi satu kali pasang
dan satu kali surut dalam satu hari satu Design Water Level (DWL)
malam (12 jam 24 menit). Elevasi muka air rencana tergantung pada
2. Semi Diurnal Tide (Pasang Surut Harian pasang surut, wave set, tsunami dan
Ganda), yaitu terjadi dua kali pasang dan pemanasan global. Mengingat bahwa
dua kali surut dalam satu hari satu malam kemungkinan terjadinya secara bersamaan
(kurang lebih 24 jam). adalah sangat kecil. Selain itu kepentingan
3. Mixed Tide Prevailing Semi Diurnal bangunan ini tidak sangat tinggi. Oleh
(Pasang Surut Campuran Condong Ke karena itu elevasi muka airrencana hanya
Harian Ganda) dalam satu hari terjadi didasarkan pada pasang surut, wave set-up
dua kali pasangan dan dua kali surut. dan pemanasan global. Berikut adalah rumus
4. Mixed Tide Prevailing Diurnal (Pasang mencari nilai DWL (Wijaya, 2015):
Surut Campuran Condongan Ke Harian
DWL= HWL + SW + ∆h +SLR (8)
Tunggal)
Keterangan:
Kenaikan muka air karena gelombang
DWL = tinggi muka air rencana
(wave set up)

Jurnal Inersia Oktober 2017 Vol.9 No.2 4


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

HWL = high water level (muka air pasang Yang termasuk kelompok ini yaitu
tertinggi) pemecah gelombang (breakwater).
SLR = sea level rise (kenaikan muka air
Revetment
laut)
SW = wave set-up Revetment adalah bangunan yang
∆h = kenaikan elevasi muka air memisahkan daratan dan perairan pantai,
yang terutama berfungsi sebagai pelindung
Pemecah gelombang lepas pantai
pantai terhadap erosi dan limpasan
Pengurangan tenaga gelombang yang gelombang (overtopping) ke darat. Daerah
menghantam pantai dapat dilakukan dengan yang dilindungi adalah daratan tepat di
membangun pemecah gelombang sejajar belakang bangunan. Dinding pantai biasanya
pantai. Gelombang yang datang akan berbentuk dinding vertikal, sedang
menghantam pemecah gelombang akan revetment mempunyai sisi miring. Bangunan
pecah pada suatu tempat agak jauh dari ini ditempatkan sejajar atau hampir sejajar
pantai, sehingga energy gelombang yang dengan garis pantai, dan bisa terbuat dari
sampai di pantai cukup kecil (Hidayat, pasangan batu, beton, tumpukan pipa beton,
2006). turap, kayu atau tumpukan batu (Kakistina,
2009).
Bangunan pengaman pantai
Breakwater
Bangunan pengaman pantai merupakan
konstruksi yang dibangun sejajar atau tegak Pemecah gelombang adalah bangunan yang
lurus dengan garis pantai yang berfungsi digunakan untuk melindungi daerah perairan
untuk melindungi pantai terhadap kerusakan dari gangguan gelombang. Pemecah
karena serangan gelombang dan arus. gelombang dibedakan menjadi dua macam
Hidayat (2006) menjelaskan bahwa yaitu pemecah gelombang sambung pantai
bangunan laut dan pantai yang dan lepas pantai. Tipe pertama digunakan
dibangun dapat digunakan untuk untuk perlindungan perairan pelabuhan,
melindungi pantai terhadap kerusakan sedangkan tipe kedua untuk perlindungan
karena serangan gelombang dan arus pantai terhadap erosi (Triatmodjo, 2008).
maupun untuk kepentingan lainnya seperti
Material pembentuk breakwater
fasilitas untuk menarik wisatawan
khususnya untuk daerah pantai wisata. Material dalam pembuatan breakwater ada
beberapa jenis yang bisa digunakan untuk
Klasifikasi bangunan
membuat lapisan-lapisan, diantaranya
Sesuai dengan fungsinya, bangunan pantai
adalah:
dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu
a. Batu alam (Querry Stone)
(Triatmodjo, 2010 dalam Wijaya, 2015):
Batu alam adalah bahan yang paling
a. Konstruksi yang dibangun di pantai dan
sering digunakan sebagai unti lapis
sejajar dengan garis pantai. Yang
pelindung karena tidak memerlukan
termasuk kelompok ini adalah dinding
pencetakan seperti pada batu lapis
pantai (revetment).
pelindung buatan. (Refi, 2013).
b. Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak
b. Pelindung buatan (Artificial Armour
lurus pantai dan menyambung ke pantai.
Unit)
Yang termasuk kelompok ini adalah
Batu alami kadang-kadang susah didapat
groin (groyne) dan jetty.
dengan massa yang berat dalam
c. Konstruksi yang dibangun lepas pantai
jumlah yang sangat banyak,untuk
dan kira-kira sejajar dengan garis pantai.
mengatasinya maka dibuat batu buatan

Jurnal Inersia Oktober 2017 Vol.9 No.2 5


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

(artificial) dari beton dengan bentuk


tertentu. Batu buatan ini bisa juga berupa
tetrapod, tribar, hexapod, dolos, A-jack,
dan sebagainya (Refi, 2013).
Pasang surut air laut
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang
surut diartikan sebagai naik turunnya muka
laut secara berkala akibat adanya gaya tarik
benda-benda angkasa terutama matahari dan
bulan terhadap massa air di bumi.
Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang
surut laut merupakan suatu fenomena
pergerakan naik turunnya permukaan air laut
secara berkala yang diakibatkan oleh
kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik Gambar 2. Bagan Alir Penelitian
menarik dari benda-benda astronomi HASIL DAN PEMBAHASAN
terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Perhitungan struktur
METODE PENELITIAN Analisis berat lapis lindung beakwater
menggunakan batu alam
Lokasi Penelitian
Analisis berat batu lindung untuk bagian
Penelitian ini dilakukan di Pantai Malabero
ujung atau kepala bangunan breakwater
Kota Bengkulu.
dengan keadaan gelombang belum pecah
Pengumpulan data (2,69 meter).
a. Data primer berupa data tinggi (menggunakan beton batu pecah):
gelombang dan dimensi bangunan lama. Lapisan pelindung luar:
b. Data sekunder berupa data angin BMKG 2,65 x 2,693
selama 10 tahun dari tahun 2007-2016, W= = 3,31 ton
2,65
data pasang surut 10 tahun dan peta 2 x( 1,03 − 1)3 x 2
toporafi. Lapisan pelindung kedua:
Tahapan pelaksanaan penelitian W 3,31
= = 0,331 ton = 331 kilogram
10 10
Berat batu lapis inti (core):
W 3,31
= = 0,016 ton = 16 kilogram
200 200
Perhitungan berat lapisan lindung
breakwater bagian lengan
Analisis berat batu lindung untuk bagian
lengan atau badan bangunan breakwater
dengan keadaan gelombang sudah pecah
(3,17 meter).
Lapisan pelindung luar:

Jurnal Inersia Oktober 2017 Vol.9 No.2 6


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

2,65 x 3,173 pelindung terdiri dari batu pecah dengan


W= = 3,87 ton berat sebesar W/10. Perhitungan sebelumnya
2,65
2,8 x( − 1)3 x 2
1,03 didapat berat lapis pelindung utama bagian
Lapisan pelindung kedua: kepala dengan lengan masing-masing 3,31
W 3,87 ton dan 3,87 ton.
= = 0,387 ton = 387 kilogram
10 10 1. Berat batu pelindung kaki untuk bagian
Berat batu lapis inti (core) : kepala:
W 3,87 W 3,31
= = 0,019 ton = 19 kilogram = = 0,331 ton = 331 k𝑔
200 200 10 10
2. Berat batu pelindung kaki untuk bagian
Elevasi = HWL + Ru + 0,5
= 1,5 + 3,55+ 0,5 lengan:
W 3,87
= 5,55 m = = 0,387 ton = 387 k𝑔
10 10
Hbangunan= Elevasipuncakbangunan – Elevasidasarlaut
= +5,55 – (-3,5) 3. Lebar pelindung kaki dapat dihitung
= 9,05 m dengan rumus:
B=2xH
Analisis lebar puncak
Perhitungan lebar kaki bagian kepala:
Bagian ujung atau kepala :
B = 2 x 2,69
1 1 = 5,38 meter
W  3
 3,31  3
B  n  K    3  1,15   3,71 m Perhitungan lebar pelindung kaki bagian
 r   2,65  lengan:
Bagian lengan atau badan : B = 2 x 3,17
1 1 = 6,34 meter
W  3  3,87  3 4. Perhitungan tinggi pelindung kaki bagian
B  n  K     3 1,15   3,91 m
 r   2,65  kepala
1
Jadi lebar puncak breakwater adalah 3,71 m  3,31  3

T  2  1,02 
untuk bagian ujung atau kepala, dan 3,91 m  2,65 
untuk bagian lengan atau badan. = 2,19 m
1
Analisis tebal lapis lindung  3,87  3

T  2  1,02 
Lapisan pelindung luar:  2,65 
1 1 = 2,31 m
W  3
 3,31  3
t  n  K    2  1,15   2,48m Analisis jumlah batu lindung bagian
 r   2,65  kepala bangunan breakwater
Lapisan pelindung kedua: 2
 37   2,65  3
1 1 N  10  2  1,151     12,5  13
W  3  0,331 3  100   3,31 
t  n  K     2 1,15   1,15m

 r  2 ,65  Analisis jumlah batu lindung bagian lengan
atau badan bangunan breakwater
Pelindung kaki 2
 37   2,65  3
N  10  2 1,151     11,26  12
Pelindung kaki berfungsi untuk melindungi  100   3,87 
tanah pondasi terhadap erosi yang timbul Jadi, hasil perhitungan jumlah butir tiap
oleh serangan gelombang besar. Batu satuan luas 10 m2 adalah 13 butir untuk

Jurnal Inersia Oktober 2017 Vol.9 No.2 7


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

bagian ujung atau kepala, dan 12 butir untuk Keterangan:


bagian lengan atau badan. V : Gaya vertikal akibat berat sendiri
(V = luas x ɣ batu)
Stabilitas struktur
H : Gaya horizontal
Perhitungan gaya gelombang dinamis: MV : Momen vertikal ( MV= V x lengan)
Rm = ½ x ɣa x ds x Hb MH : Momen horizontal

= ½ x 1,03 x 2,69 x 3,17 Kontrol stabilitas keseluruhan konstruksi

= 4,39 ton Stabilitas Guling = ∑ MV >2


∑ MH
Momen gaya gelombang dinamis: =15726,5 = 295 > 2 OKE!
Mm = Rm x (ds + Hb/2) 53,31
= 4,39 x (2,69 + 3,17/2) Stabilitas Geser = ∑Vx µs > 1,5
∑H
= 18,77 tm
= 597,11 x 0,4 = 10,82 > 1,5 OKE!
Perhitungan gaya hidrostatis 22,07
Gaya gelombang dinamis:
KESIMPULAN
Rs = ½ x ɣa x (ds + Hb)²
Kesimpulan yang dapat diambil dari data
= ½ x 1,03 x (2,69 + 3,17)² hasil penelitian mengenai perancangan
= 17,68 ton breakwater sisi miring sebagai upaya
mengantisipasi limpasan air laut pada
Momen gaya hidrostatis: bangunan revetment di pantai malabero yaitu
Ms = 1/6 x ɣa x (ds + Hb)³ hasil perhitungan breakwater menggunakan
= 1/6 x 1,03 x (2,69 + 3,17)³ batu pecah mempunyai elevasi puncak 5,55
m, lebar puncak 3,71 m pada bagian kepala
= 34,54 tm
dan 3,91 m pada bagian lengan. Berat unit
Perhitungan gaya dan momen lapis pelindung breakwater batu pecah
bagian kepala W=3,31 ton, W/10= 331 kg,
W/200= 16 kg dan bagian lengan W=3,87
ton, W/10= 387 kg, W/200= 19 kg.
Perencanaan ini telah memenuhi syarat
stabilitas terhadap bahaya guling sebesar
295 > 2 dan geser sebesar 10,82 > 1,5.

Gambar 3. Gambar gaya yang bekerja DAFTAR PUSTAKA


pada breakwater Christina, J., dan Putuhena, M, V. 2009.
Stability Evaluation of Sea Wall
Construction at Erie Village Location
Nusaniwe District Amboina City.
Jurnal Teknologi. Vol.6, No.2. UKIM.
Ambon.
Dronkers, J.J. 1964. Tidal Computations in
Rivers and Coastal Waters. Amsterdam:
North-Holland Publishimg Company.

Jurnal Inersia Oktober 2017 Vol.9 No.2 8


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

Hariyoni., Sisinggih, D., dan Marsudi, S. Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta
2010. Studi Perencanaan Bangunan Offset, Yogyakarta.
Pengendalian Akresi dan Abrasi di Triatmodjo, B. 2010. Perencanaan
Pantai Tanjungwangi Kabupaten Bangunan Pantai. Beta Offset,
Banyuwangi. Jurnal Teknik Pengairan, Yogyakarta.
Universitas Brawijaya, Malang.
Umar. 2011. Kajian Pengaruh Gelombang
Hidayat, N. 2006. Konstruksi Bangunan terhadap Kerusakan Pantai Matang
Laut dan Pantai sebagai Alternatif Danau Kabupaten Sambas. Jurnal
Perlindungan Daerah Pantai. Jurnal Teknik Sipil Untan. Vol.2. No.2.
SMARTek. Vol.4. No.1. Universitas Universitas Tanjungpura.
Tadulako, Palu.
Wijaya, H. T. 2015. Analisis Bangunan
Mamoto, J, D., Jasin, M, I., d a n Revetment yang Ekonomis untuk
Tawas, H, J. 2013. Perencanaan Samudera Lepas (Studi Kasus Pantai
Jetty di Muara Sungai Ranoyapo Pondok Kelapa Bengkulu
Amorang. Jurnal Sipil Statik. Vol.1. Tengah).Skripsi. Program Studi Teknik
No.6. Universitas Sam Ratulangi, Sipil. Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Manado.
Wijaya, H. G., dan Suntoyo, W. 2013. Studi
Nadia, P. 2013. Analisis Pengaruh Angin Perlindugan Pipeline PT. Pertamina
terhadap Tinggi Gelombang pada Gas di Pesisir Indramayu, Jurnal
Struktur Bangunan Breakwater di Teknik Pomits. Vol.2. No.2. Institut
Tapak Paderi Kota Bengkulu. Skripsi, Teknologi Sepuluh Nopember.
Program Studi Teknik Sipil. Universitas
Wirekso, U.L., dan Inayah, N. 2005.
Bengkulu.
Perencanaan Bangunan Pengaman
Pariwono, J.I. 1989. Gaya Penggerak Pantai di Daerah Mundu–Balongan
Pasang Surut dalam Pasang Surut. (dengan Menggunakan Bantuan
Ed. Ongkosongo, O.S.R. dan Suyarso. Program Genesis). Skripsi. Program
Jakarta: P3O-LIPI. Studi Teknik Sipil. Universitas
Refi, A. 2013. Analisis Breakwater Diponogoro.
Pelabuhan Teluk Bayur dengan Zendrato, N.L.H., Terunajaya. 2015.
Menggunakan Batu Alam, Tetrapod, Analisis Efektivitas Penggunaan
dan A-Jack. Jurnal Momentum, Volume Breakwater dengan Lapis Pelindung
15. No. 2. Institut Teknologi Padang. Bambu dan Tetrapod untuk
Syahputra, D. 2014. Analisis Struktur Mereduksi Energi Gelombang Laut di
Bangunan Breakwater Tipe Pelabuhan Kuala Tanjung. Jurnal
Campuran (Studi Kasus di Tapak Teknik Sipil. Universitas Sumatera
Paderi Kota Bengkulu). Skripsi. Utara, Medan.
Program Studi Teknik Sipil. Universitas
Bengkulu.

Jurnal Inersia Oktober 2017 Vol.9 No.2 9


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

Jurnal Inersia Oktober 2017 Vol.9 No.2 10


Email: Inersia@unib.ac.id

Anda mungkin juga menyukai