6638 12866 1 SM
6638 12866 1 SM
Abstrak
Penelitian ini bertujuan merencanakan bangunan pemecah gelombang dan berat batu lapis
menggunakan batu pecah di Pantai Malabero Kota Bengkulu. Pengumpulan data dilakukan
secara primer dan secara sekunder. Metode pengolahan data primer yang digunakan yaitu survei
langsung di lapangan (Hs dan Ts) sedangkan data sekunder menggunakan metode analisis data
angin, analisis data pasang surut dan topografi. Hasil dari perhitungan penelitian breakwater
mempunyai elevasi puncak 5,55 m, lebar puncak 3,71 m pada bagian kepala dan 3,91 m pada
bagian lengan. Berat unit lapis pelindung breakwater bagian kepala W= 3,331ton W/10= 331kg
W/200= 16 kg dan bagian lengan W=3,87 ton, W/10= 387 kg W/200= 19 kg. Jumlah lapis
pelindung tiap 10 m2 sebanyak 13 buah untuk di kepala dan 12 buah untuk di lengan.
Abstract
This research aims to desaign of sideways breakwater as an effort to anticipate the water
overflow On The Revetment Building At Malabero Beach Bengkulu City. The data used is
primary data and secondary data. Primary Data Processing Method Used in Field Direct
Namely Collection (Hs and Ts), while the secondary data analysis method using wind data,
analysis data tides and topography. The results of the breakwater have the elevation 0f 5,55m,
width 3,71 m on the head and 3,91 m on the arms. Weight unit protective cover breakwater
head W=3,31 tons, W/10=331 kg, W/200=16 kg and the arms W= 3,87tons,
W/10= 387 kg,W/200= 19 kg. With 13 and 12 slides of cover in each 10 m2 on the head and
arm.
Lo = Panjang gelombang di laut dalam Gelombang yang datang dari laut menuju
pantai menyebabkan fluktuasi muka air di
daerah pantai terhadap muka air diam. Pada
Fluktuasi muka air laut waktu gelombang pecah, akan terjadi
Elevasi muka air laut merupakan parameter penurunan elevasi muka air rerata terhadap
sangat penting di dalam perencanaan elevasi muka air diam di sekitar lokasi
bangunan pantai (Hariyoni dkk, 2013). gelombang pecah. Kemudian dari titik
Muka air laut berfluktuasi dengan periode dimana gelombang pecah permukaaan
yang lebih besar dari periode gelombang permukaan air rerata miring ke atas ke arah
angin. Beberapa proses alam yang terjadi pantai. Naiknya muka air laut disebut wave
dalam waktu yang bersamaan membentuk set up, sedangkan turunnya muka air laut
variasi muka air laut dengan periode dikenal dengan wave set down (Christina
panjang. Hariyoni dkk, (2013) juga dan Putuhena, 2009).
menjelaskan bahwa elevasi tersebut Kenaikan muka air karena angin (wind
merupakan penjumlahan dari beberapa set up)
parameter yaitu pasang surut, wave setup,
Angin dengan kecepatan besar (badai)
wind set-up dan kenaikan muka air laut
yang terjadi diatas permukaan laut bisa
karena pemanasan global.
membangkitkan fluktuasi muka air laut
Pasang surut yang besar di sepanjang pantai jika badai
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut tersebut cukup kuat dan daerah pantai
akibat adanya gaya tarik benda-benda langit, dangkal dan luas. Penentuan elevasi muka
terutama matahari dan bulan terhadap massa air rencana selama terjadinya badai adalah
air laut di bumi, Perubahan pasang surut sangat kompleks yang melibatkan interaksi
seiring dengan perubahan posisi diantara antara angin dan air, perbedaan tekanan
ketiganya. (Wijaya dan Suntoyo, 2013). atmosfer dan beberapa parameter lainnya.
Perbedaan tekanan atmosfer selalu berkaitan
Christina dan Putuhena, (2009) menjelaskan dengan perubahan arah dan kecepatan
pasang surut di berbagai daerah dapat angin; dan angin tersebut yang
dibedakan dalam empat tipe, yaitu: menyebabkan fluktuasi muka air laut
1. Diurnal Tide (Pasang Surut Harian (Zendrato, Terunajaya 2015).
Tunggal), yang terjadi satu kali pasang
dan satu kali surut dalam satu hari satu Design Water Level (DWL)
malam (12 jam 24 menit). Elevasi muka air rencana tergantung pada
2. Semi Diurnal Tide (Pasang Surut Harian pasang surut, wave set, tsunami dan
Ganda), yaitu terjadi dua kali pasang dan pemanasan global. Mengingat bahwa
dua kali surut dalam satu hari satu malam kemungkinan terjadinya secara bersamaan
(kurang lebih 24 jam). adalah sangat kecil. Selain itu kepentingan
3. Mixed Tide Prevailing Semi Diurnal bangunan ini tidak sangat tinggi. Oleh
(Pasang Surut Campuran Condong Ke karena itu elevasi muka airrencana hanya
Harian Ganda) dalam satu hari terjadi didasarkan pada pasang surut, wave set-up
dua kali pasangan dan dua kali surut. dan pemanasan global. Berikut adalah rumus
4. Mixed Tide Prevailing Diurnal (Pasang mencari nilai DWL (Wijaya, 2015):
Surut Campuran Condongan Ke Harian
DWL= HWL + SW + ∆h +SLR (8)
Tunggal)
Keterangan:
Kenaikan muka air karena gelombang
DWL = tinggi muka air rencana
(wave set up)
HWL = high water level (muka air pasang Yang termasuk kelompok ini yaitu
tertinggi) pemecah gelombang (breakwater).
SLR = sea level rise (kenaikan muka air
Revetment
laut)
SW = wave set-up Revetment adalah bangunan yang
∆h = kenaikan elevasi muka air memisahkan daratan dan perairan pantai,
yang terutama berfungsi sebagai pelindung
Pemecah gelombang lepas pantai
pantai terhadap erosi dan limpasan
Pengurangan tenaga gelombang yang gelombang (overtopping) ke darat. Daerah
menghantam pantai dapat dilakukan dengan yang dilindungi adalah daratan tepat di
membangun pemecah gelombang sejajar belakang bangunan. Dinding pantai biasanya
pantai. Gelombang yang datang akan berbentuk dinding vertikal, sedang
menghantam pemecah gelombang akan revetment mempunyai sisi miring. Bangunan
pecah pada suatu tempat agak jauh dari ini ditempatkan sejajar atau hampir sejajar
pantai, sehingga energy gelombang yang dengan garis pantai, dan bisa terbuat dari
sampai di pantai cukup kecil (Hidayat, pasangan batu, beton, tumpukan pipa beton,
2006). turap, kayu atau tumpukan batu (Kakistina,
2009).
Bangunan pengaman pantai
Breakwater
Bangunan pengaman pantai merupakan
konstruksi yang dibangun sejajar atau tegak Pemecah gelombang adalah bangunan yang
lurus dengan garis pantai yang berfungsi digunakan untuk melindungi daerah perairan
untuk melindungi pantai terhadap kerusakan dari gangguan gelombang. Pemecah
karena serangan gelombang dan arus. gelombang dibedakan menjadi dua macam
Hidayat (2006) menjelaskan bahwa yaitu pemecah gelombang sambung pantai
bangunan laut dan pantai yang dan lepas pantai. Tipe pertama digunakan
dibangun dapat digunakan untuk untuk perlindungan perairan pelabuhan,
melindungi pantai terhadap kerusakan sedangkan tipe kedua untuk perlindungan
karena serangan gelombang dan arus pantai terhadap erosi (Triatmodjo, 2008).
maupun untuk kepentingan lainnya seperti
Material pembentuk breakwater
fasilitas untuk menarik wisatawan
khususnya untuk daerah pantai wisata. Material dalam pembuatan breakwater ada
beberapa jenis yang bisa digunakan untuk
Klasifikasi bangunan
membuat lapisan-lapisan, diantaranya
Sesuai dengan fungsinya, bangunan pantai
adalah:
dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu
a. Batu alam (Querry Stone)
(Triatmodjo, 2010 dalam Wijaya, 2015):
Batu alam adalah bahan yang paling
a. Konstruksi yang dibangun di pantai dan
sering digunakan sebagai unti lapis
sejajar dengan garis pantai. Yang
pelindung karena tidak memerlukan
termasuk kelompok ini adalah dinding
pencetakan seperti pada batu lapis
pantai (revetment).
pelindung buatan. (Refi, 2013).
b. Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak
b. Pelindung buatan (Artificial Armour
lurus pantai dan menyambung ke pantai.
Unit)
Yang termasuk kelompok ini adalah
Batu alami kadang-kadang susah didapat
groin (groyne) dan jetty.
dengan massa yang berat dalam
c. Konstruksi yang dibangun lepas pantai
jumlah yang sangat banyak,untuk
dan kira-kira sejajar dengan garis pantai.
mengatasinya maka dibuat batu buatan
T 2 1,02
untuk bagian ujung atau kepala, dan 3,91 m 2,65
untuk bagian lengan atau badan. = 2,19 m
1
Analisis tebal lapis lindung 3,87 3
T 2 1,02
Lapisan pelindung luar: 2,65
1 1 = 2,31 m
W 3
3,31 3
t n K 2 1,15 2,48m Analisis jumlah batu lindung bagian
r 2,65 kepala bangunan breakwater
Lapisan pelindung kedua: 2
37 2,65 3
1 1 N 10 2 1,151 12,5 13
W 3 0,331 3 100 3,31
t n K 2 1,15 1,15m
r 2 ,65 Analisis jumlah batu lindung bagian lengan
atau badan bangunan breakwater
Pelindung kaki 2
37 2,65 3
N 10 2 1,151 11,26 12
Pelindung kaki berfungsi untuk melindungi 100 3,87
tanah pondasi terhadap erosi yang timbul Jadi, hasil perhitungan jumlah butir tiap
oleh serangan gelombang besar. Batu satuan luas 10 m2 adalah 13 butir untuk
Hariyoni., Sisinggih, D., dan Marsudi, S. Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta
2010. Studi Perencanaan Bangunan Offset, Yogyakarta.
Pengendalian Akresi dan Abrasi di Triatmodjo, B. 2010. Perencanaan
Pantai Tanjungwangi Kabupaten Bangunan Pantai. Beta Offset,
Banyuwangi. Jurnal Teknik Pengairan, Yogyakarta.
Universitas Brawijaya, Malang.
Umar. 2011. Kajian Pengaruh Gelombang
Hidayat, N. 2006. Konstruksi Bangunan terhadap Kerusakan Pantai Matang
Laut dan Pantai sebagai Alternatif Danau Kabupaten Sambas. Jurnal
Perlindungan Daerah Pantai. Jurnal Teknik Sipil Untan. Vol.2. No.2.
SMARTek. Vol.4. No.1. Universitas Universitas Tanjungpura.
Tadulako, Palu.
Wijaya, H. T. 2015. Analisis Bangunan
Mamoto, J, D., Jasin, M, I., d a n Revetment yang Ekonomis untuk
Tawas, H, J. 2013. Perencanaan Samudera Lepas (Studi Kasus Pantai
Jetty di Muara Sungai Ranoyapo Pondok Kelapa Bengkulu
Amorang. Jurnal Sipil Statik. Vol.1. Tengah).Skripsi. Program Studi Teknik
No.6. Universitas Sam Ratulangi, Sipil. Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Manado.
Wijaya, H. G., dan Suntoyo, W. 2013. Studi
Nadia, P. 2013. Analisis Pengaruh Angin Perlindugan Pipeline PT. Pertamina
terhadap Tinggi Gelombang pada Gas di Pesisir Indramayu, Jurnal
Struktur Bangunan Breakwater di Teknik Pomits. Vol.2. No.2. Institut
Tapak Paderi Kota Bengkulu. Skripsi, Teknologi Sepuluh Nopember.
Program Studi Teknik Sipil. Universitas
Wirekso, U.L., dan Inayah, N. 2005.
Bengkulu.
Perencanaan Bangunan Pengaman
Pariwono, J.I. 1989. Gaya Penggerak Pantai di Daerah Mundu–Balongan
Pasang Surut dalam Pasang Surut. (dengan Menggunakan Bantuan
Ed. Ongkosongo, O.S.R. dan Suyarso. Program Genesis). Skripsi. Program
Jakarta: P3O-LIPI. Studi Teknik Sipil. Universitas
Refi, A. 2013. Analisis Breakwater Diponogoro.
Pelabuhan Teluk Bayur dengan Zendrato, N.L.H., Terunajaya. 2015.
Menggunakan Batu Alam, Tetrapod, Analisis Efektivitas Penggunaan
dan A-Jack. Jurnal Momentum, Volume Breakwater dengan Lapis Pelindung
15. No. 2. Institut Teknologi Padang. Bambu dan Tetrapod untuk
Syahputra, D. 2014. Analisis Struktur Mereduksi Energi Gelombang Laut di
Bangunan Breakwater Tipe Pelabuhan Kuala Tanjung. Jurnal
Campuran (Studi Kasus di Tapak Teknik Sipil. Universitas Sumatera
Paderi Kota Bengkulu). Skripsi. Utara, Medan.
Program Studi Teknik Sipil. Universitas
Bengkulu.